Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan Rahmat serta InayahNya sehingga kami mampu
menyelesaikan penulisan tugas makalah ini yang berjudul “Pembunuhan”. Sarana
penunjang makalah ini kami susun berdasarkan referensi yang bermacam-macam.
Adapun makalah ini dengan tujuan Dapat memperlancar proses belajar dan
mengajar,sehingga mahasiswa menjadi aktif dan kreatif.

Namun demikian, dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan,oleh karena itu, saran dan kritik dar berbagai pihak sangat di harapkan
bagi pemakalah.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandung , Oktober 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................... 1

Daftar Isi ....................................................................... 2

BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ....................................................................... 3


2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
3. Tujuan Penulisan ....................................................................... 3

BAB II. PEMBAHASAN

1. Pengertian jinayat .................................................................... 4


2. Macam-macam pembunuhan .......................................................... 10
3. Syarat – syarat qishas ....................................................................... 11

BAB III. PENUTUP

1. Simpulan ..................................................................... 14
2. Saran Dan Rekomendasi…………………………………………… 14

Daftra Pustaka ……………………………………………… 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

2
Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi maka berkembang pula
segala tindakan manusia. Baik dari segi kebaikan maupun keburukan. Tindakan yang
mengarah pada Keburukan pada dasarnya merupakan suatu dosa baik itu kecil
ataupun besar. Dan dosa besar biasanya akan membuat orang yang melakukannya
terkena hukuman pidana.

Hukum pidana islam merupakan syariat Allah swt yang mengandung


kemaslahatan bagi umat mansuia. Baik di dunia maupun di akhirat. Tindakan criminal
diatas yang termasuk kedalam dosa besar adalah tindakan tindakan yang termasuk
kedalam kejahatan, yang menganggu ketentraman umum serta tindakan melawan
peraturan perundang undangan yang bersumber dari al qur’an dan al hadits.

Adanya ancaman hukuman atas tindak kejahatan adalah untuk melindungi


manusia dari kebinasaan terhadap lima hal yang mutlak pada manusia, yaitu: agama,
jiwa, akal, harta, dan keturunana atau harga diri. Seperti ketetapan allah tentang
hukumam mati terhadap tindak pembunuhan.

B. Rumusan masalah
1. Pengertian jinayat ?
2. Macam–macam pembunuhan?
3. Syarat–syarat qisas ?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengetian dari jinayat
2. Untuk mengetahui macam-macam pembunuhan
3. Untuk mengetahui syarat –syarat qishas

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Jinayat
Jinayat bentuk jamak (plural) dari jinayah. Menurut bahasa, jinayat bermakna
penganiayaan terhadap badan, harta, jiwa. Sedangkan menurut istilah, jinayat

3
pelanggaran terhadap badan yang didalamnya diwajibkan qisas atau diyat. Jinayat
juga bermakna sanksi-sanksi yang dijatuhkan atas penganiayaan atas badan. Dengan
demikian, tindak penganiayaan itu sendiri dan sanksi yang dijatuhkan atas
penganiayaan badan disebut jinayat.1

Jinayat secara garis besar dibedakan menjadi dua kategori, yaitu sebagai
berikut:
a. Jinayat terhadapa jiwa, yaitu pelanggaran terhadap seseorang dengan
menghilangkan nyawa, baik sengaja maupun tidak sengaja.
b. Jinayat terhadap organ tubuh, yaitu pelanggaran terhadap seseorang dengan
merusak salah satu organ tubuhnya, atau melukai salah satu badannya, baik
sengaja maupun tidak sengaja
Membunuh orang adalah dosa besar selain dari ingkar. Karena kejinya perbuatan
itu, juga untuk menjaga keselamatan dan ketenteraman umum, Allah yang Maha Adil
dan Maha Mengetahui memberikan balasan yang layak (setimpal) dengan kesalahan
yang besar itu, yaitu hukuman berat di dunia atau dimasukkan ke dalam neraka di
akhirat nanti.

Firman allah SWT Artinya :“Dan barangsiapa yang membunuh seorang


mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan
Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar
baginya.” ( QS.An-Nissa 93).2

Firman allah SWT :Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan


atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka
dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka
barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang
memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf)
membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang
demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat.
Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat
pedih.” (QS.Al-Baqarah 178).

Bagi yang membunuh tergantung tiga macam hak yaitu ; hak Allah, hak ahli
waris, hak yang dibunuh. Apabila ia bertobat dan menyerahkan diri kepada ahli waris
1 http://makalahs1.blogspot.com/2012/11/jinayat.html 10:07 18/10/2018
2 Dikutip Dari Buku : Hukum Pidana Islam Karya Prof.Dr.H.Zainuddin Ali,M.A Hal. 26

4
(keluarga yang dibunuh), dia terlepas dari hak Allah dan hak ahli waris, baik mereka
melakukan qisas atau mereka mengampuninya, dengan membayar diyat (denda)
ataupun tidak. Sesudah itu tinggal hak yang dibunuh, nanti akan diganti oleh Allah
diakhirat dengan kebaikan.
2. Jenis-jenis pembunuhan
Pembunuhan ada tiga cara ,yaitu :
1. Betul-betul disengaja, yaitu dilakukan oleh yang membunuh guna membunuh
orang yang dibunuhnya itu dengan perkakas yang biasanya dapat digunakan untuk
membunuh orang, hukum ini wajib di-qisas berarti dia wajib dibunuh pula, kecuali
apabila dimaafkan oleh ahli waris yang terbunuh dengan membayar diyat (denda)
ataupun dimaafkan sama sekali. Allah memberikan hukuman yang begitu berat
guna menjaga keselamatan dan ketentraman umum. Memang hukuman terhadap
orang yang salah terutama adalah untuk menakut-nakuti masyarakat, agar jangan
terjadi lagi perbuatan seperti itu. Dengan berhentinya perbuatan yang buas itu umat
manusia akan hidup sentosa, aman, dan tentram sehingga membuahkan
kemakmuran.
Firman allah SWT yang artinya, “Dan dalam qisas itu ada (jaminan
kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu
bertaqwa.” (QS.Al-Baqarah 179).3
2. Ketaksengajaan semata-mata. Misalnya seseorang melantarkan suatu barang yang
tidak disangka akan kena pada orang lain sehingga menyebabkan orang itu mati,
atau seseorang terjatuh menimpa orang lain sehingga orang yang ditimpanya itu
mati. Hukum pembunuhan yang tak disengaja ini tidak wajib qisas, hanya wajib
membayar denda (diyat) yang enteng. Denda ini diwajibkan atas keluarga yang
membunuh, bukan atas orang yag dibunuh. Mereka membayarnya dengan diangsur
dalam masa 3 tahun, tiap-tiap akhir tahun sekeluarga itu wajib membayar
sepertiganya.
Firman Allah Swt: yang artinya “Dan barang siapa membunuh seorang
mukmin karena tersalah, (hendaklah ia memerdekakan seorang hamba sahaya
yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarga si
terbunuh itu.” (QS.An-Nissa 92).
Dalam ayat tersebut diwajibkan diyat (denda), bukan qisas.
3. Seperti sengaja, yaitu sengaja memukul orang, tetapi dengan alat yang enteng
(biasanya tidak untuk membunuh orang) misalnya dengan cemeti, kemudian orang
itu mati dengan cemeti itu. Dalam hal ini tidak diwajibkan pula qisas, hanya

3 Dikuti Dari Buku Fikih Islam Karya H.Sulaiman Rasjid Hal.430

5
diwajibkan membayadiyat (denda) yang berat atas keluarga yang membunuh,
diangsur dalam 3 tahun.
3. Syarat-Syarat Wajib Qisas (Hukum Bunuh)
1. Orang yang membunuh itu sudah baligh dan berakal.
2. Yang membunuh bukan bapa dari yang dibunuh.
3. Orang yang dibunuh tidak kurang derajatnya dari yang membunuh. Yang
dimaksud dengan derajat disini ialah agama dan merdeka atau tidaknya, begitu
juga anak dengan bapak. Oleh karenanya, bagi orang islam yang membunuh orang
kafir tidak berlaku qisas; begitu juga orang merdeka, tidak dibunuh sebab
membunuh hamba, dan bapa tidak dibunuh sebab membunuh anaknya.
4. Yang terbunuh itu adalah orang yang terpelihara darahnya, dengan islam atau
dengan perjanjian.4
Firman Allah Swt: yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu qisas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh,
dengan orang merdeka, hamba dengan hamba.” (QS.Al-Baqarah 178). 5

Sabda Rasulullah Saw , Artinya: “Orang islam tidak dibunuh sebab dia
membunuh orang kafir.” (HR.Bukhari).

Artinya :“Bapak tidak dibunuh sebab dia membunuh anaknya.” (HR.Baihaqi).

Tiap-tiap dua orang yang berlaku antara keduanya qisas (hukum bunuh), berlaku
pula antara keduanya hukum potong atau qata’, dengan syarat seperti yang telah
disebutkan pada syarat qisas, ditambah dengan syarat-syarat dibawah ini.

1. Hendaklah nama (jenis) kedua anggota itu sama, misalnya kanan dengan
kanan, kiri dengan kiri, dibawah dengan dibawah dan seterusnya. Oleh karena
itu, tidak dipotong kiri dengan kanan, tidak pula kaki dengan tangan, tidak
dipotong ibu jari dengan kelingking.
2. Keadaan anggota yang terpotong tidak kurang dari anggota yang akan
dipotong. Oleh sebab itu, tidak dipotong tangan yang sempurna dengan tangan
syalal (kering, tidak mempunyai kekuatan). Tiap-tiap anggota yang terpotong
dari peruasannya, berlaku padanya qisas, berarti dia harus dipotong pula.
Adapun luka, tidak di qisas tetapi yang jelas dapat disamakan dengan ukuran
panjang, lebar, dan dalamnya.
Diyat (denda).
Yang dimaksud diyat ialah “denda pengganti jiwa yang tidak berlaku atau
tidak dilakukan padanya hukum bunuh”. Diyat ada 2 macam :
4 Dikuti Dari Buku Fikih Islam Karya H.Sulaiman Rasjid Hal. 431
5 Dikutip Dari Buku : Hukum Pidana Islam Karya Prof.Dr.H.Zainuddin Ali,M.A Hal

6
1. Denda berat, yaitu 100 ekor unta, dengan perincian : 30 ekor unta betina umur 3
masuk 4 tahun, 30 ekor unta betina umur 4 masuk 5 tahun, 40 ekor unta betina
yang sudah bunting. Diwajibkannya denda berat karena:
a. sebagai ganti hukum bunuh (qisas) yang dimaafkan pada pembunuhan yang
betul-betul disengaja. Denda ini wajib dibayar tunai oleh yang membunuh
sendiri. Sabda rasulallah SAW: artinya : “barang siapa membunuh orang
dengan sengaja, ia diserahkan pada keluarga yang terbunuh. Mereka boleh
membunuhnya atau menarik denda, yaitu 30 ekor unta betina umur 3 masuk
4 tahun, 30 ekor unta betina umur 4 masuk 5 tahun, 40 ekor unta betina yang
sudah bunting.” (HR.Turmidzi).
b. melakukan pembunuhan seperti sengaja. Denda ini wajib dibayar oleh
keluarganya, diangsur dalam 3 tahun, tiap-tiap akhir tahun wajib dibayar
sepertiganya.
2. Denda ringan, banyaknya 100 ekor unta juga, tetapi dibagi 5: 20 ekor unta betina
umur 1 masuk 2 tahun, 20 ekor unta betina umur 2 masuk 3, 20 ekor unta jantan
umur 2 masuk 3 tahun, 20 ekor unta betina umur 3 masuk 4 tahun, 20 ekor unta
betina umur 4 masuk 5 tahun. Denda ini wajib dibayar oleh keluarga yang
membunuh dalam masa 3 tahun, tiap-tiap akhir tahun dibayar sepertiganya.

Jika denda tidak dapat dibayar dengan unta, wajib dibayar dengan uang
sebanyak harga unta. Ini pendapat sebagian ulama. Pendapat ulama yang lain, boleh
dibayar dengan uang sebanyak 12.000 dirham (kira-kira 37,44 kg perak). Kalau denda
itu masuk denda berat, ditambah sepertiganya.

Ringanya denda di pandang dari tiga segi :

1. Jumlahnya yang dibagi 5,


2. Diwajibkan atas keluarga yang bersangkutan,
3. Diberi waktu selama 3 tahun6

Ringannya denda di pandang dari tiga segi juga :

1. Jumlah denda hanya dibagi 3, sedangkan tingkatnya lebih besar.


2. Denda diwajibkan atas yang membunuh itu sendiri.
3. Denda wajib dibayar tunai

Telah diterangkan tadi bahwa denda karena ketidaksengajaan semata-mata adalah


denda ringan. Denda ini dijadikan denda berat dari 1 segi yaitu keadaannya dengan
salah satu dari tiga, dan sebab dibawah ini:

6 Di Kutip Dari Buku Fikih Islam Karya H.Sulaiman Rasjid Hal.433

7
1. Apabila terjadi pembunuhan ditanah haram mekah.
2. Apabila terjadi pembunuhan pada bulan haram (bulan Zulkaidah, Zulhijah,
Muharam, dan Rajab).
3. Apabila yang terbunuh itu mahram dari yang membunuh

Keterangannya adalah berdasarkan perbuatan para sahabat, seperti Umar dan


Usman. Dalil ini berdasarkan pada pemeriksaan sampai kepada sepakat sahabat-
sahabat atau tidaknya. Keterangan ini diambil dari Kifayatul Akhyar.

Denda perempuan (kalau yang terbunuh adalah perempuan) adalah seperdua dari
denda laki-laki. Sabda rasulallah SAW : artinya : “Denda perempuan seperdua dari
denda laki-laki.” (HR. Amr Ibn Hazm).

Denda orang yang beragama Yahudi atau Nasrani adalah sepertiga, dari dendan
orang Islam, dan denda orang yang beragama Majusi 1/15 dari denda orang Islam.
Keterangannya berdasarkan perbuatan para sahabat.

Disempurnakan diyat sebagai diyat membunuh orang apabila terpotong


anggota-anggota berikut ini atau melenyapkan manfaatnya, yaitu: dua telapak tangan,
dua kaki, hidung, dua telinga, dua mata, lidah, dua bibir, kemaluan, dua pelir,
membisukan, membutakan, menghilangkan pendengaran, menghilangkan penciuman,
dan menghilangkan akal.

Rasululloh telah mengirimkan surat kepada penduduk Yaman. Diantar


beberapa hulum yang beliau terangkan dalam surat beliau ialah: Artinya
:“Sesungguhnya hidung apabila dipotong seluruhnya dendanya satu diyat penuh,
lidah satu diyat penuh, dua bibir satu diyat penuh, dua pelir satu diyat penuh,
kemaluan (penis) satu diyat penuh, dan kedua biji mata satu diyat penuh. Mengenai
kaki satunya adalah setengah diyat.” (HR. Nasai).

Tiap-tiap anggota yang tidak dapat dilakukan qisas padanya karena tidak dapat
disamakan, wajib membayar imbuh (pengganti kerusakan itu). Caranya, kita tentukan
misalnya orang itu sebagai hamba, beberapa kekurangan harganya karena kerusakan
itu. Umpamanya sebelum, mendapat kerusakan ia berharga Rp.1.000.000, sesuadah
dirusak (dicelakakan) hanya berharga Rp.900.000, maka imbuhnya adalah
sepersepuluh diyat.

Dakwaan pembunuhan dengan tidak ada saksi

8
Misalnya ada seseorang terbunuh, tetapi tidak diketahui siapa yang
membunuhnya, saksipun tidak ada. Keluarganya mendakwa seseorang, sedangkan
dakwaannya itu disertai dengan qarinah (tanda-tanda) yang kuat, sampai menimbulkan
sangkaan boleh jadi dakwaannya itu benar. Untuk menguatkan dakwanya itu di muka
hakim, dia boleh bersumpah lima puluh kali. Sesudah bersumpah dia berhak mengambil
diyat. Tetapi kalau tidak ada tanda-tanda yang kuat, maka orang yang terdakwa itu berhak
bersumpah. Hal ini menurut aturan dakwaan yang tidak bersaksi. Adapun dakwaan yang
lain dari membunuh, tidak dapat dengan sumpah, tetapi mesti ada saksi.

Kafarat membunuh orang

Telah diuraikan tentang kewajiban orang yang membunuh orang, yaitu menyerah
agar dibunuh pula, atau membayar diyat, atau dibebaskan. Selain itu dia wajib pula
membayar kafarat, yaitu memerdekakan hamba yang islam. Kalau tidak mampu
memerdekakan hamba, misalnya seperti keadaan sekarang, tidak ada lagi hamba, maka
dia wajib puasa selama dua bulan berturut-turut.

Firman Allah swt: artinya :“Dan barang siapa membunuh seorang mukmin
karena tersalah (tidak sengaja), (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya
yang beriman.” Sampai pada firman Allah, “Barang siapa yang tidak memperolehnya,
maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara tobat
kepada Allah.” (QS. An-Nissa 92).7

7 Dikutip Dari Buku Fiqih Islam Karya H.Sulaiman Rasjid Hal. 435

9
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
 Jinayat bentuk jamak (plural) dari jinayah. Menurut bahasa, jinayat bermakna
penganiayaan terhadap badan, harta, jiwa. Sedangkan menurut istilah, jinayat
pelanggaran terhadap badan yang didalamnya diwajibkan qisas atau diyat.
Jinayat juga bermakna sanksi-sanksi yang dijatuhkan atas penganiayaan atas
badan. Dengan demikian, tindak penganiayaan itu sendiri dan sanksi yang
dijatuhkan atas penganiayaan badan disebut jinayat. Jinayat secara garis besar
dibedakan menjadi dua kategori, yaitu sebagai berikut:
a. Jinayat terhadap jiwa, yaitu pelanggaran terhadap seseorang dengan
menghilangkan nyawa, baik sengaja maupun tidak sengaja.
b. Jinayat terhadap organ tubuh, yaitu pelanggaran terhadap seseorang dengan
merusak salah satu organ tubuhnya, atau melukai salah satu badannya, baik
sengaja maupun tidak sengaja.
 Macam-macam jinayat yaitu Betul-betul disengaja, Ketaksengajaan semata-mata
dan seperti sengaja.
 Syarat-syarat wajib qishas
- Orang yang membunuh itu sudah baligh dan berakal.
- Yang membunuh bukan bapa dari yang dibunuh.
- Orang yang dibunuh tidak kurang derajatnya dari yang membunuh. Yang
dimaksud dengan derajat disini ialah agama dan merdeka atau tidaknya,
begitu juga anak dengan bapak. Oleh karenanya, bagi orang islam yang
membunuh orang kafir tidak berlaku qisas; begitu juga orang merdeka, tidak

10
dibunuh sebab membunuh hamba, dan bapa tidak dibunuh sebab membunuh
anaknya.
- Yang terbunuh itu adalah orang yang terpelihara darahnya, dengan islam atau
dengan perjanjian.
B. Saran Dan Rekomendasi
Demikian penulisan makalah seputar pembunuhan, semoga bermanfaat bagi
para pembaca. Mohon maaf apabila ada kekurangan dari penulisan makalah kami,
saran dan kritik sangat kami harapkan bagi kebaikan makalah kami.

DAFTAR PUSTAKA
- Prof.Dr.H.Zainuddin Ali, M.A , Hukum Pidana Islam , 2012, Sinar Grafika, Jakarta
- H. Sulaiman Rasjid, FIQIH ISLAM, 2017, Sinar Baru Algensindo, Bandung
- H.M.Ridho Ma’roef, Narkotika Bahaya Dan Penanggulangannya , 1996, Karisma
Indonesia, Jakarta
- http://makalahs1.blogspot.com/2012/11/jinayat.html 10:07 18/10/2018

11

Anda mungkin juga menyukai