Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRATIKUM

FISIOLOGI VETERINER I
FRAGILITAS DAN HEMOLISIS PADA ERITROSIT

Oleh Kelompok C2 :
1. Fendik Saputra 1709511072
2. Putu Diva Adiwinata 1709511073
3. Pandu Adjie Pamungkas 1709511074
4. Gusti Agung Rama WP 1709511075

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga laporan ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya,
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pratikum tentang Tes Fragilitas
Eritrosit.

Laporan pratikum ini telah kami susun dengan maksimal dan


mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan pratikum ini.

Akhir kata kami berharap semoga laporan pratikum tentang Fragilitas


Eritrosit ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Denpasar, 29 Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Hal Judul ............................................................................................... i


Kata Pengantar .................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................... iii
A. Maksud dan Tujuan.......................................................................... 1
B. Dasar Teori....................................................................................... 1
C. Alat dan Bahan ................................................................................. 2
D. Urutan Kerja..................................................................................... 2
E. Hasil Pengamatan............................................................................. 4
F. Pembahasan...................................................................................... 4
G. Kesimpulan ...................................................................................... 6

Kepustakaan

iii
A. Maksud dan Tujuan

 Mempelajari dan mengetahui ketahanan membran eritrosit terhadap penurunan


tekanan osmosis plasma (Erythrocyte Fragility Test = Tes Fragilitas Eritrosit).

B. Landasan Teori

Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas


kedalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan
oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan
tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan
pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll. Apabila medium di sekitar
eritrosit menjadi hipotonis (mis. karena penambahan larutan NaCl hipotonis) maka
larutan NaCl akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat
semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung.

Fragilitas eritrosit merupakan reaksi membrane eritrosit untuk melawan tekanan


osmosis media di sekelilingnya, untuk mengetahui berapa besar fragilitas atau daya
tegang dinding eritrosit dapat diketahui dengan menaruh eritrosit dalam berbagai larutan
( biasanya NaCl ) dengan tekanan osmosis yang beragam. Kosentrasi larutan dengan
tekanan osmosis tertentu akan memecah eritrosit, inilah yang menunjukan fragilitas
eritrosit tersebut.

Bila membran eritrosit tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel
eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam
medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis,
maka cairan eritrosit akan keluar menuju medium luar eritrosit (yaitu plasma), akibatnya
eritrosit akan kekurangan cairan sehingga menjadi keriput (krenasi). Keriput ini dapat
dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit
(plasma).

1
C. Alat dan bahan :
 Darah sapi dan antikoagulans
 NaCl fisiologis
 Larutan NaCl 3%.
 Larutan aquades
 Tabung reaksi dan raknya
 Spuit atau pipet tetes
 Kaca benda (obyec glass) dan penutup (cover glass )
 Mikroskop

Gambar 1. Bahan-bahan Gambar 2. Alat-alat yang


yang diperlukan. diperlukan.

D. Urutan kerja :
1. Ambil 2 tabung reaksi beri label A, dan B.

2
2. Tabung A diisi dengan 1 ml NaCl 3 %; dan B dengan 1 ml aquades.

Gambar 3.
3. Teteskan darah masing-masing sebanyak 5 tetes menggunakan pipet tetes
kedalam tabung A dan B. Bolak-baliklah sampai homogen.

Gambar 4. Penetesan darah ke dalam tabung


4. Amatilah secara makroskopis darah reaksi
pada tabung A dan B (jejerkan) tentang warna
merahnya (jernih atau berkabut). Bila merah jernih menandakan hemolisis, dan
bila berkabut (opaque) menandakan tidak terjadi hemolisis. Fotolah dengan
menaruh kertas putih dilatar belakangnya.

3
5. Amatilah secara mikroskopis dengan jalan mengambil masing-masing dari tabung
A dan B setetes dengan lidi taruh di atas gelas benda dan tutup dengan gelas cover.
Lihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 400X.
6. Selanjutnya tabung B (pada no 6) ditambah dengan 2 ml aquades campurlah dan
tabung C tambah 1 ml NaCl 3%, campur dengan baik. Amati seperti pada no 5
dan 6.
7. Bila selesai, cucilah semua alat yang digunakan dengan sabun.

E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Gambar 5. Proses pengamatan

Keterangan :

 Tabung reaksi A : 1 cc NaCl 3 % + ½ cc darah.


 Tabung reaksi B : 3 cc larutan aquades + ½ cc darah.

Dalam pengamatan selama 10 menit terhadap 2 larutan di atas, adapun hasil yang
kami dapatkan yaitu pada larutan A warna darahnya adalah merah berkabut ( epaque ).
Itu menandakan pada larutan A tidak terjadi hemolisis, dikarenakan penambahan larutan

4
NaCl 3 % ke dalam darah menyebabkan terjadinya krenasi ( keriput ). Sedangkan pada
larutan B warna darahnya adalah merah jernih. Menandakan bahwa larutan tersebut
mengalami hemolisis yaitu pecahnya membrane eritrosit yang disebabkan dari
penambahan larutan aquades ke darah.

Pada tahap kedua kami melakukan pengamatan secara mikroskopis terhadap


kedua larutan yaitu larutan A dan B. Adapun hasil yang kami dapatkan secara mikroskopis
adalah :

Larutan A Larutan B

Pada pengamatan secara mikroskopis larutan A, dapat kami lihat eritrosit


mengalami proses pengkeriputan. Hal ini dikarenakan larutan NaCl 3 % merupakan
larutan yang hipertonis, sebagai mana kita ketahui bila larutan hipertonis dimasukan ke
dalamnya akan menyebabkan sel eritrosit menjadi mengkerut karena osmolalitas cairan
extrasel akan meningkat dan menyebabkan osmosis air keluar dari sel menuju ke cairan
extrasel.

Pada pengamatan secara mikroskopis larutan B, dapat dilihat eritrosit mengalami


hemolisis yang dimana membrane sel pecah. Dapat dilihat pada gambar B tidak
ditemukannya satu pun eritrosit yang tersisa. Hal ini dikarenakan penambahan larutan
aquades ke dalam darah, di mana larutan tersebut berisfat hipotonis.

Setelah selesai melakukan pengamatan terhadap kedua larutan. Langkah


selanjutnya yang kami lakukan adalah mengambil 1 cc larutan A dan ditambah dengan
larutan aquades. Kami tetap melakukan pengamatan terhadap larutan tersebut selama 10

5
menit dan hasil yang kami dapatkan adalah warna darahnya tetap berwarna merah
berkabut ( epaque ).

Larutan C yaitu 1 cc larutan A ditambahkan dengan aquades

Tetapi pada pengamatan secara mikroskopis kami menemukan perbedaan sedikit


dengan larutan A dimana sel eritrosit yang semulanya mengalami keriput perlahan-lahan
mengembang kembali. Itu dikarenakan penambahan larutan aquades yang bersifat
hipotonis. Bila didiamkan semakin lama, larutan yang ditambahkan aquades akan menjadi
warna merah bening dan dapat terjadinya hemolisis.

F. Kesimpulan.

Pada pratikum yang kami lakukan dapat kami simpulkan, eritrosit yang di berikan
larutan hipotonis akan mengalami hemolisis atau pecahnya membrane eritrosit.
Sedangkan eritrosit yang diberikan NaCl 3 % akan mengalami keriput dan bila
ditambahkan kembali eritrosit dengan larutan aquades larutan tersebut akan menjadi
hemolisis.

6
KEPUSTAKAAN

Siswanto, Sulabda, Soma. ( 2017 ), “Penuntun Pratikum Fisiologi Veteriner I”


Laboratorium Fisiologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai