Anda di halaman 1dari 15

DIARE AKUT

DEFINISI
Diare adalah buang air besar yang tidak normal dimana terjadi perubahan
konstruksi tinja dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam 24 jam, disertai atau tanpa
darah (WHO, 1984). Diare akut adalah diare yang terjadi dalam waktu lebih dari 14 hari.
Yang dimaksud dengan diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan /tanpa
darah dan/atau lendir dalam tinja (Haroen N.,dkk).

EPIDEMIOLOGI
Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
anak di seluruh dunia, yang menyebabkan satu billion kejadian sakit dan 3-5 juta
kematian setiap tahunnya. Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap
tahunnya. Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah fecal-oral, dengan air
dan makanan yang merupakan penghantar untuk kebanyakan kejadian. Faktor-faktor
yang menambah kerentanan terhadap infeksi dengan enteropatogen adalah usia muda,
defisiensi imun, campak, malnutrisi, perjalanan ke daerah endemik, kekurangan ASI,
sanitasi jelek, makan makanan atau air yang terkontaminasi dan tingkat pendidikan ibu.
Untuk bayi, baik di Negara-negara maju, penurunan angka kejadian diare erat
kaitannya dengan pemberian ASI, yang sebagian disebabkan oleh kurangnya pencemaran
minum anak dan sebagian lagi oleh karena faktor pencegahan imunologik daripada ASI.
Sejauh ini, imunitas spesifik usus merupakan peran dari limfosit dalam plaque peyeri
yang membuat immunoglobulin, tetapi antibody spesifik terhadap semua kuman patogen
usus terdapat dalam kolostrum ASI (Haroen N.,dkk).
Di Indonesia angka kejadian diare akut berkisar antara 200-400 per 1000
penduduk /tahun untuk semua golongan umur dan 70-80 % daripadanya terjadi pada anak
usia dibawah 5 tahun dengan episode 2-3 kali per tahun. Menurut Laporan Departemen
Kesehatan , di Indonesia setiap anak mengalami diare 1,6 – 2 kali setahun.

2
ETIOLOGI
1. Infeksi :
A. Virus
Ada beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut, antara lain
Rotavirus (sebanyak ± 40 -60 %, Norwalk virus, dan Adenovirus. Norwalk virus dan
adenovirus sering menyebabkan diare akut pada anak besar dan dewasa, sedangkan
Rotavirus sering terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun terutama usia di bawah 2 tahun.

B. Bakteri
Ada beberapa bakteri yang menyebabkan diare akut pada anak:
a. E. Coli
ada 5 subtipe yang menimbulkan diare akut. E. Coli ini merupakan penyebab kedua diare
akut setelah Rotavirus dengan frekuensi 20-30 %. E. Coli tersebut adalah :
 Entero PathogenicE. Coli (EPEC)
EPEC melekat pada mukosa usus dengan cara khusus. Perlekatan setempat melekat
longgar pada mikrovilli sel epitel melalui bangunan seperti tali disebut villi
pembentuk-berkas, disertai perlekatan pada sel epitel melalui kerja gene eae.
Perlekatan menyebabkan kenaikan kadar kalsium intraseluler dan polimerisasiaktin
padat pada sisi perlekatan. Bagaimana perubahan sitoskeletal ini menyebabkan diare
belum jelas.
 Entero Toxigenic E. Coli (ETEC)
Penyebab penting diare cair akut pada orang dewasa dan anak-anak dinegara
berkembang. ETEC tidak masuk ke dalam mukosa usus namun diare yang terjadi
disebabkan karena toksin. Ada dua jenis toksin ETEC yaitu toksin yang tidak tahan
panas (heat labile toksin/LT) dan toksin yang tahan panas (heat stable/ST). Toksin LT
sangat mirip dengan toksin kolera, akan terikat pada ganglioside GM1 pada dinding
sel mukosa usus tapi ikatannya tidak sekuat toksin kolera. Kemudian setelah terikat
akan mengaktifkan adenylate cyclase dengan cara mirip toksin kolera sehingga
mengakibatkan peningkata sekresi cairan isotonik. Sedangkan toksin ST
menimbulkan aksi yang sangat cepat dan tidak terikat pada ganglioside dari dinding

3
sel mukosa,ST bekerja dengan mengaktifkan guanylate cyclase dan menghasilkan
cGMP pada sel mukosa yang mengakibatkan peningkatan sekresi cairan isotonik.
 Entero Invasive E. Coli (EIEC)
Ada lagi satu strain E. Coli yang menimbulkan diare berdarah, karena strain tersebut
dapat menembus sel mukosa usus besar sehinga terjadi kerusakan dari mukosa usus.
Akibat kerusakan ini terjadi gangguan absorbsi cairan. Patogenesis EIEC ini hampir
sama dengan Shigella.
 Entero Hemorrhagic E. Coli (EHEC)
Dua toksin utama dihasilkan oleh EHEC. Satu identik dengan shigatoksin, exotoksin
Shigella Dysentriae serotipe 1 penghambat-sintesis protein (SLT-I/VT-I). Kedua lebih
jauh terkaot dengan Shigatoksin (SLT-II/VT-II). Kedua toksin menghambat sintesis
protein dan mengakibatkan kematian sel.
 Entero Adherent E. Coli (EAEC)

b. Shigella
Di negara berkembang diperkirakan insidensi shigella sekitar 10 % dari penyebab
diare akut tapi di Indonesia hanya sekitar 1-2 % saja. Ada 4 spesies yang sering
menyebabkan diare akut, misalnya :
 Shigella Flexneri
 Shigella sonnei
 Shigella dysentriae
 Shigella boydii
Shigella sp. Menimbulkan diare berdarah ( dysentriform diarrhea)

c. Campylobacter yeyuni
Di negara berkembang insidensinya berkisar antara 5-14 %, di RSCM
menemukan 5 % penyebab diare akut pada tahun 1981. Campylobacter yeyuni juga
menyebabkan diare berdarah ( dysentriform diarrhea).

4
d. Salmonella sp.
Di klinik golongan salmonella yang menyebabkan diare akut disebut sebagai non
typhoidal salmonellosis dan paling sering disebabkan oleh salmonella paratyphii. Lima
persen golongan salmonella ini menimbulkan diare berdarah.

e. Yersinia
Merupakan bakteri penyebab diare akut berdarah atau dysentriform, di Indonesia
belum diketahui frekuensinya karena belum ada penelitian mengenai hal ini karena
susahnya media untuk perbenihannya.

f. Vibrio
Vibrio sering menimbulkan kejadian luar biasa diare akut. Ada 2 biotipe yaitu tipe
ELTOR dan Classic denga dua serotipe Ogawa dan Inaba, insidensinya berkisar 1-2 %
dari diare akut.

C. Parasit, antara lain:


a. Entamoeba Histolytica
Insidensinya kurang dari 1 %
b. Giardia Lamblia
Biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun, terutama pada anak KKP.
c.Crytosporidium
Di negara berkembang frekuensinya antara 4-11%. Sering terjadi pada penderita AIDS.

2. Malabsorbsi :
a. Karbohidrat : - Disakarida ( laktosa, maltosa, sukrosa )
- Monosakarida ( glukosa, fruktosa, galaktosa )
b. Lemak : terutama Long Chain Triglyceride
c. Asam amino : - asam amino
- B laktoglobulin
d. Vitamin dan mineral

5
Biasanya terjadi karena malabsorbsi karbohidrat yang disebabkan oleh defisiensi
enzim laktase sehingga terjadi intoleransi laktosa. Malabsorbsi tersebut menyebabkan
diare osmotik karena terjadi peningkatan tekanan osmotik lumen usus sehi gga cairan
tertarik dari intraseluler ke lumen usus. Jarang sekali diare akut disebabkan oleh
malabsorbsi lemak atau protein. Malabsorbsi lemak bisa disebabkan karena lipolisis yang
tidak memadai misalnya akibat insufisiensi pankreas, dan juga disebabkan penurunan
garam-garam empedu terkonjugasi.

3. Alergi :
Diantaranya adalah : - Alergi susu
- Alergi makanan
- CMPSE (cow’s milk protein sensitive enteropathy)

4. Keracunan
 Makanan yang mengandung zat kimia beracun
 Makanan mengandung mikroorganisme yang mengeluarkan toksin, misalnya :
Clostridium spp, Staphylococcus spp.

5. Imunodefisiensi
Diare sering terjadi pada penderita AIDS.

6. Sebab-sebab lain
Misalnya oleh karena defek anatomis, seperti malrotasi, Hisrchsprung’s disease, dan
short bowel syndrome.

KLASIFIKASI DIARE SECARA KLINIS


1. Diare cair akut
Diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan
kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang
sering dan tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan panas. Penyebab yang terpenting

6
diare cair akut pada anak-anak di negara berkembang adalah: Rotavirus, Escheria coli
enterotoksigenik, shigella sp, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium sp.

2. Disentri
Adalah diare yang disertai dengan darah dalam tinja. Akibat penting disentri
antara lainialah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kerusakan mukosa
usus akibat bakteri invasive. Penyebab utama disentri akut adalah shigella. Penyebab lain
adalah Campylobacter yeyuni, EIEC atau Salmonella sp.

3. Diare persisten
Diare yang awalnya bersifat akut namun kemudian berlangsung lebih dari 14 hari.
Episode ini dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri. Kehilangan berat badan yang
nyata sering terjadi. Penyebab diare persisten biasanya multipel: EAEC, Shigella, dan
Cryptosporum.

PATOMEKANISME DIARE AKUT


1. Diare Sekretorik
Diare sekretorik adalah diare yang diakibatkan aktifnya enzim adenil siklase.
Enzim ini akan mengubah ATP menjadi cAMP. Akumulasi cAMP intrasel akan
menyebabkan sekresi aktif air, ion Cl, Na, K dan HCO3- ke dalam lumen usus.
Adenilsiklase ini diaktifkan atau dirangsang oleh toksin dari mikroorganisme sebagai
berikut :
- vibrio
- ETEC
- Shigella
- Clostridium
- Salmonella dan
- Campylobacter
Akan tetapi, toksin yang paling kuat aktifitasnya mengakifkan adenil siklase adalah
toksin dari vibrio.

7
2. Diare Invasif
Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme ke dalam usus
sehingga menimbulkan kerusakan pada mukosa usus. Diare invasif disebabkan oleh :
- Rotavirus (diarenya tidak berdarah)
- Bakteri : Shigella
Salmonella
Campylobacter
EIEC
Yarsinia
Semua bakteri ini menyebabkan diare berdarah
- Parasit : Amoeba
Khusus pada Shigella, setelah kuman melewati barier asam lambung, kuman
masuk kedalam usus halus dan berkembang biak sambil mengeluarkan enterotoksin.
Enterotoksin ini akan merangsang enzim adenil siklase merubah ATP menjadi cAMP
sehingga terjadi diare sekretorik (tidak berdarah).
Bakteri ini dengan adanya peristaltik usus sampai di colon. Di colon, bakteri ini
akan melakukan invasi, membentuk mikro-mikro ulkus yang disertai dengan serbuan sel-
sel radang PMN dan menimbulkan gejala tinja yang berlendir dan berdarah.
Pada rotavirus, setelah masuk ke dalam traktus digestivus, berkembang biak dan
masuk ke dalam apical usus halus, kemudian bagian apikal dari villi tersebut akan rusak
dan diganti dengan kripta yang belum matang (immatur, berbentuk kuboid atau gepeng).
Karena sel ini masih immatur, sel ini tidak dapat berfungsi normal sehingga
menimbulkan diare sehingga tidak dapat menghasilkan enzim laktase (disakaridase). Bila
daerah usus halus yang terkena cukup luas, maka akan terjadi defisiensi enzim laktase
atau disakaridase tersebut sehingga akan timbul diare osmotik. Biasanya, diare rotavirus
ini paling sering terjadi pada anak di bawah 2 tahun diare cair, low grade fever, batuk
pilek dan muntah.

3. Diare Osmotik
Diare osmotik adalah diare yang terjadi karena tingginya tekanan osmotik di
lumen usus sehingga menarik cairan dari intraseluler ke dalam lumen, sehingga

8
menimbulkan watery diarrhea. Paling sering disebabkan oleh malabsorbsi karbohidrat.
Disakarida/Polisakarida tidak bisa diabsorbsi oleh usus halus, harus di ubah dahulu
menjadi monosakarida dengan bantuan enzim disakaridase. Apabila terjadi defisiensi
enzim disakaridase tersebut, maka akumulasi karbohidrat/disakarida/polisakarida pada
lumen usus akan menimbulkan osmotic pressure pada lumen usus yang tinggi sehingga
terjadi diare.
Karbohidrat tersebut oleh mikroorganisme akan difermentasi oleh
mikroorganisme usus menjadi asam laktat, gas hidrogen dan asam lemak rantai pendek
(short chain fatty acid).
Dilaporkan 25-30 %diare akut yang disebabkan oleh rotavirus akan menyebabkan
defisiensi enzim laktase sehingga terjadi diare osmotik.
Jarang sekali malabsorbsi protein dan lemak terjadi pada diare akut karena tidak
terjadi ganguan produksi enzim pencernaan lemak dan protein.

MANIFESTASI KLINIS
1. Diare Sekretorik
Gejala berupa:
o diare cair
o disertai dengan muntah-muntah
o tidak ada panas badan
o cepat menyebabkan dehidrasi.
2. Diare invasif
Diare yang disebabkan oleh rotavirus menimbulkan gejala berupa:
o diare cair tanpa berdarah
o panas badan yamg tidak begitu tinggi
o disertai batuk pilek, muntah
o biasanya pada usia < 2 tahun.
Diare yang disebabkan oleh infeksi rotavirus biasanya berlangsung selama 4-5 hari,
sedangkam morfologi usus dan kapasitas absorbsi biasanya kembali normal dalam waktu
2-3 minggu.

9
Sedangkan diare yang bersifat dysentriform menimbulkan gejala berupa:
 Tinja berlendir, berdarah
 Diare sering namun sedikit
 Disertai panas badan
 Tenesmus ani
 Nyeri abdomen
 Prolapsus ani.
3. Diare Osmotik
Gejala gejala :
 Tinja cair
 Distensi abdomen (kembung): karena banyaknya gas Hidrogen yang dihasilkan
dari fermentasi karbohidrat oleh mikroorganisme usus.
 Diaper rash : karena meningkatnya asam laktat
 pH asam, klinitest positif
 Breath Hidrogen test (+).

KOMPLIKASI DIARE
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan cairan (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak daripada input air.

Tabel 1. Penilaian Derajat Dehidrasi


Pemeriksaan A B C
Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel* Lesu, tidak sadar*
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan
kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Kering
Rasa Haus Minum biasa Haus, minum Malas minum/tidak
banyak* bisa minum*
Periksa turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat* Kembali sangat
lambat*
Derajat dehidrasi TANPA DEHIDRASI DEHIDRASI BERAT
DEHIDRASI RINGAN-SEDANG Bila ada satu tanda*
Bila ada satu tanda* ditambah ≥1 tanda

10
ditambah ≥1 tanda lain
lain
Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Tabel 2. Penilaian Degidrasi Menurut MTBS

Teradapat dua atau lebih dari tanda-tanda


berikut ini:
 Letargis atau tidak sadar
 Mata cekung DEHIDRASI BERAT
 Tidak bisa minum atau malas
minum
 Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Teradapat dua atau lebih dari tanda-tanda DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
berikut ini:
 Gelisah, rewel/mudah masalah
 Mata cekung
 Cubitan kulit perut kembalinya
lambat

Tidak cukup tanda-tanda untuk TANPA DEHIDRASI


diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat
atau ringan/sedang

2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)


Metabolik asidosis terjadi karena :
a.Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga
benda keton tertimbun dalam tubuh.
c.Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal.
e.Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intraselular.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan,
pernapasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan kuszmaull.
Pernapasan ini merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk

11
mempertahankan pH darah. Mekanisme terjadinya pernapasan kuszmaull ini dapat
diterangkan dengan mempergunakan ekwasi Henderson Hasselbach.

Ekwasi Henderson-Hasselbach : pH = pK + (HCO3)


H2CO3
Untuk sistem bikarbonat, nilai pK ini konstan yaitu 6,1. Hal ini berarti pH
tergantung pada rasio bikarbonat dan karbonat, tidak tergantung dari konsistensi mutlak
bikarbonat dan karbonat. Dalam keadaan normal NaHCO3 27 mEq/L dan kadar H2CO3
1,35 mEq/L. Selama rasio 20 :1 ini konstan maka pH-pun akan tetap 7,4.
Bila kadar bikarbonat turun, maka kadar karbonat pun harus turunpula supaya
rasionya tetap. Untuk mempertahankan rasio ini maka sebagian asam karbonat akan
diubah menjadi H2O dan CO2. Kelebihan CO2 akan dikeluarkan dengan bernapas lebih
cepat dan dalam (pernapasan kuszmaull).

3. Hipoglikemia
Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40
mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut berupa :
lemas, apatis, peka rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok, kejang sampai koma.

4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau muntahnya
akan bertambah berat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.

12
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang
dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat mengakibatkan
perdarahan di otak yang menimbulkan turunnya kesadaran (soporokomatusa) dan bila
tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.

PENGOBATAN DIARE
Dalam garis besarnya pengobatan diare dapat dibagi dalam :
a. Pengobatan kausal
b. Pengobatan simptomatik
c. Pengobatan cairan
d. Pengobatan dietetik.
a. Pengobatan kausal
Pengobatan kausal pada kasus diare dapat diberikan setelah kita mengetahui
penyebabnya yang pasti. Jika kausa diare ini adalah penyakit parenteral, diberikan
antibiotika sistemik. Jika tidak terdapat infeksi parenteral, sebenarnya antibiotika baru
boleh diberikan kalau pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan bakteri patogen.
Pada penderita diare, antibiotika hanya boleh diberikan kalau :
1. Ditemukan bakteri pathogen pada pemeriksaan mikroskopik dan/atau biakan
2. Pada pemeriksaan makroskopis dan/atau mikroskopis ditemukan darah pada feses
3. Di daerah endemic kolera
4. Pada neonatus bila diduga terjadi infeksi nosokomial.

Tabel 3. Penggunaan antimikroba pada kasus diare akut tertentu


Diagnosa Klinis Obat Pilihan Obat Pengganti
Kolera Tetrasiklin Furazoline
Anak: 50 mg/kgBB/hari Anak : 5 mg/kgBB/hari
dibagi 4 dosis x 3 hari. dibagi 4 dosis X 3 hari
Eritromisin

13
Anak : 30 mg/kgBBhari
dibagi 3 dosisi x 3 hari
Shigella disentri Ampisilin Nalidixic Acid
100 mg/kgBB/hari dibagi 4 55 mg/kgBB/hari dibagi 4
dosis x 5 hari dosis x 5 hari
Trimetoprim (TMP)- Tetrasiklin
Sulfametoksasol (SMX) 50 mg/kgBB/hari dibagi 4
Anak: TMP 10 dosis x 5 hari
mg/kgBB/hari dibagi 2
dosis x 5 hari
Amubiasis akut Metronidazole Pada kasus yang sangat
Anak: 30 mg/kgBB/hari 5- berat, Dehydroemetine HCl,
10 hari dgn suntikan intramuscular
yang dalam : 1-1,5
mg/kgBB, maksimum 90
mg, sampai 5 hari
tergantung reaksi badan.

b. Pengobatan simptomatik
1. Obat anti diare
Obat-obatan yang berkhasiat mengobati diare secara cepat seperti anti
spasmodik/spasmolitik atau opium (papverin), akstratum beladona, liperamid, kodein dan
sebagainya) justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya
cairan di lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya perlipatgandaan (over growth)
bakteri, gangguan digesti, dan absorbsi. Obat-obat ini hanya berkhasiat menghentikan
peristaltik saja, tetapi justru akibatnya sangat berbahaya karena baik si pemberi obat
maupun penderita akan terkelabui. Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan
bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat yang akhirnya bertambah fatal bagi
penderita.

2. Adsorben

14
Obat-obatan seperti kaolin, pektin, dan carcoal (norit, tabonal), bismut
subbikarbonat dan sebaginya telah dibuktikan tidak ada manfaatnya.
3. Stimulan
Obat-obatan stimulan seperti adrenalin, nikotinamid, dan sebagainya tidak akan
memperbaiki rejatan atau dehidrasi, karena penyebab dehidrasi ini adalah kehilangan
cairan (hipovolemik shok) sehingga pengobatan yang palingtepat adalah pemberian
cairan secepatnya.
4. Anti emetik
Obat anti emetik seperti Chlorpromazin (Largaktil) terbukti selain mencegah
muntah juga dapat mengurangi sekresi dan kehilangan cairan selain feses. Pemberian
dalam dosis adekuat (sampai dengan 1 mg/kgBB/hari) kiranya cukup bermanfaat.
5. Anti piretik
Obat anti piretik seperti preparat salisilat (asetosal, aspirin) dalam dosis rendah
ternyata selain menurunkan panas yang terjadi sebagaai akibat dehidrasi atau panas
karena infeksi penyerta, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama feses.

c. Pengobatan cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan pada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan :
1. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/atau muntah (previous water
losses=PWL) ditambah dengan,
2. Banyaknya cairan yang keluar melalui keringat, urine, dan pernapasan (normal water
losses=NWL), ditambah dengan,
3. Banyaknya cairan yang keluar melalui feses dan muntah yang masih terus berlangsung
(concomitant water losses=CWL)

PENCEGAHAN DIARE

15
Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral dan
pemberian makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi dehidrasi,
kekurangan gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan, untuk mengurangi
insidensi diare, yaitu intervensi yang selain mengurangi penyebaran mikroorganisme
penyebab diare juga meningkatkan resistensi anak terhadap infeksi kuman ini.
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak, kebanyakan
meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada bayi,
kebersihan perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih, pembuangan tinja
yang aman dan imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran untuk promosi, yaitu:
1. Pemberian ASI
2. Perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
4. Cuci tangan
5. Penggunaan jamban
6. Pembuangan tinja bayi yang aman
7. Imunisasi campak.
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enteric,
termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, penggunaan jas
panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan
yang terinfeksi. Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara penularan
enteropatogen dan cara-cara mengurangi penularan.

16

Anda mungkin juga menyukai