Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN HASIL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.X (34 th)


DENGAN CONDYLOMA ACUMINATA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Orientasi Khusus Pegawai
Bidang Keperawatan RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Disusun oleh:

Acnes Bela W 1992081920180812 `


Fitriani Nurdin 1992033120180812
Lisa Royani Mita 1992120920180812
Putri Apriyati 1995090420180812

BIDANG KEPERAWATAN
RSUD DR. KANUJOSO DJATIWIBOWO
BALIKPAPAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan
manusia karena menjadi faktor dalam menunjang segala aktifitas hidup
seseorang. Tapi terkadang banyak yang mengabaikan kesehatan dan
menganggap remeh akibat dari pola dan gaya hidup yang semaunya dan hal ini
berkaitan dengan kondisi kesehatan dan kemungkinan penyakit yang dapat
dialami. Banyak orang yang terinfeksi tidak memiliki gejala, sehingga
kebanyakan dari mereka datang ketika keadaan sudah terkena atau terinfeksi
dikarenakan masyarakat kurang informasi dan kurang mewaspadai. Infeksi
yang terjadi akibat gaya hidup yang bebas menjadikan orang tersebut tidak
memperhatikan bahaya penyakit Infeksi menular seksual. Di indonesia, angka
kejadian infeksi menular seksual terus bertambah. Kandiloma Akuminata (KA)
adalah penyakit ke tiga terbesar dari infeksi menular. KA merupakan salah satu
penyakit menular seksual tersering disebabkan oleh infeksi Human papilloma
virus (HPV) (Bekardzhiev,dkk. 2012).
Prevalensi KA meningkat pada dewasa, di USA kejadian anogenital HPV
diperkirakan 15% setara 24 juta individu. Jumlah kunjungan pasien diRSUP
Sanglah Denpasar selama periode Maret 2015 hingga Maret 2016 adalah 4.446
orang, pasien KA sebanyak 48 orang dan prevalensi sebesar 1,1%. Prevalensi
KA paling tinggi terjadi pada usia remaja dan dewasa muda, penelitian yang
dilakukan di Semarang tahun 2010 melaporkan KA terbanyak pada kelompok
umur 18-34 tahun, di Medan tahun 2009 prevalensi KA tertinggi pada
kelompok umur 20-24 tahun (Habibie, DP & Barakbah, J; 2016).
Peningkatan insidens dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko yang
mempermudah transmisi kondiloma akuminatum. Beberapa faktor risikonya
adalah banyaknya jumlah mitra seksual, jarang menggunakan kondom,
imunitas tubuh rendah dan lainnya. Risiko seorang perempuan tertular KA dari
partner seksualnya adalah sebesar 30%. Tingginya gaya hidup dan dunia
malam di Provinsi Kalimantan Timur tidak menutup kemungkinan untuk
terjadi penyebaran infeksi menular seksual. Penyakit ini tidak bisa
dikesampingkan dan harus mendapatkan penatalaksanaan yang tepat untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut, sehingga tenaga kesehatan baik dokter
maupun perawat dituntut memiliki keahlian khusus dalam perawatan pasien
kandiloma akuminata. Oleh karena itu, kami tertarik pada kasus Tn.X tentang
asuhan keperawatan dan juga peranan perawat dalam penanganan kasus
Kandiloma Akuminata di RSKD Dr.Kanujoso Djatiwibowo.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
Condyloma Acuminata
2. Tujuan Khusus
a. Perawat memahami pengertian, etiologi, manifestasi klinis,
pengkajian primer sekunder, pemeriksaan penunjang, diagnosa yang
mungkin muncul, serta intervensi keperawatan yang bisa dilakukan
pada kasus Condyloma Acuminata
b. Perawat mampu melakukan pengkajian, menganalisa hasil
pemeriksaan penunjang, mengetahui terapi, diagnosa keperawatan,
menyusun rencana intervensi keperawatan dan
mengimplementasikannya, mampu berpikir kritis dalam
membandingkan teori dengan kenyataan di lapangan pada klien
dengan Condyloma Acuminata
C. Manfaat
1. Bagi Perawat
Laporan asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu
pengetahuan bagi perawat mengenai penatalaksanaan Condyloma
Acuminata dan penerapan asuhan keperawatan secara langsung pada klien
dengan Condyloma Acuminata
2. Bagi Pasien
Pasien akan mendapatkan pelayanan keperawatan yang lebih dari perawat di
RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kondiloma akuminata juga dikenal sebagai anogenital warts terdiri dari
epidermis dan papula atau nodul dermal pada perineum, genitalia, lipatan
crural, dan anus. Mereka bervariasi dalam ukuran dan dapat membentuk besar,
exophytic, massa seperti kembang kol, terutama di lingkungan yang lembab
perineum (Siregar, 2004). Human papilloma virus (HPV) adalah penyebab
etiologi kondiloma akuminata. Kutil dapat menyebar ke dalam vagina, uretra,
dan epitel perirectal (Hatmoko, 2009).

Gambar 1. Candyloma

B. Etiologi
Kutil kelamin atau kondiloma disebabkan oleh infeksi pada epidermis oleh
jenis Human Papiloma Virus yang spesifik pada sebagian besar lesi yang
terjadi akibat HPV 6 dan 11 yang dijumpai, namun terkadang HPV 16 atau
jenis lain juga dijumpai hubungan antara kutil kelamin dengan kutil kulit
biasanya telah banyak dibahas sebelumnya namun tidak ada bukti hubungan
klinis atau virologis antara keduanya meskipun demikian sejumlah kecil pasien
dengan kutil kulit biasa juga mengalami kutil yang sama pada bagian genital
autoinokulasi dengan HIV 1,2 atau 4 tampaknya merupakan penjelasan yang
paling mungkin, karena jenis – jenis tersebut telah diidentifikasi pada beberapa
material kutil (Siregar, 2004).
Virus DNA golongan Papovavirus, yaitu: Human Papilloma Virus
(HPV). HPV tipe 6 dan 11 menimbulkan lesi dengan pertumbuhan (jengger
ayam). HPV tipe 16, 18, dan 31 menimbulkan lesi yang datar (flat). HPV tipe
16 dan 18 seringkali berhubungan dengan karsinoma genitalia (kanker ganas
pada kelamin).

C. Klasifikasi
1. Bentuk Akuminata
Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi
bertangkai dengan permukaan berjonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat
bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang
kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor
albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu.
2. Bentuk Papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna,
seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum.
Kelainan berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan
tersebar secara diskret.
3. Bentuk Datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama
sekali tidak tampak dengan mata telanjang, dan baru terlihat setelah
dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat
menolong.
Gambar 2. Klasifikasi Bentuk Candyloma

D. Manifestasi Klinis
1. Kondiloma akuminata sering muncul didaerah yang lembab, biasanya pada
penis, vulva, dinding vagina dan dinding serviks dan dapat menyebar
sampai daerah perianal
2. Berbau busuk
3. Warts/kutil memberi gambaran merah muda, flat, gambaran bunga kol
4. Pada pria dapat menyerang penis, uretra dan daerah rektal. Infeksi dapat
dormant atau tidak dapat dideteksi, karena sebagian lesi tersembunyi
didalam folikel rambut atau dalam lingkaran dalam penis yang tidak
disirkumsisi.
5. Pada wanita KA menyerang daerah yang
lembab dari labia minora dan vagina.
Sebagian besar lesi timbul tanpa
simptom. Pada sebagian kasus biasanya
terjadi
perdarah
setelah
coitus,
gatal
atau
vaginal

discharge.
6. Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm, namun bila berkumpul sampai
berdiameter 10, 2 cm dan bertangkai. Dan biasanya ada yang sangat kecil
sampai tidak diperhatikan. Terkadang muncul lebih dari satu daerah.
Gambar 3. Candyloma
7. Adanya kelainan kulit yang tampak sebagai vegetasi bertangkai dan
berwarna kemerahan kalau masih baru, dan berwarna kehitaman jika telah
lama. Permukaan berjonjot (papilomatosa) sehingga perlu dilakukan
percobaan sondase
8. Jika lesi mengalami infeksi sekunder, warnanya dapat berubah menjadi
keabu- abuan atau kehitaman, erosive dengan aroma yang tidak sedap.
9. Vegetasi yang besar disebut sebagai Giant candyloma, yang sering
mengalami degenerasi keganasan, sehingga perlu dibiopsi untuk diagnosis.
10. Masa inkubasi 2 bulan, permukaan kasar.
11. Pada kasus yang jarang, perdarahan dan obstruksi saluran kemih jika virus
mencapai saluran uretra.
12. Memiliki riwayat kehidupan seksual aktif dengan banyak pasangan.

E. Faktor Resiko
Menurut Djuanda A. (2010):
1. Aktivitas seksual
Aktivitas seksual menjadi salah satu faktor yang menjadi resiko besar untuk
terkena penyakit kondiloma akuminata ini karena virus human papiloma
ditularkan melalui hubungan seksual, terutama pada para pekerja seks
komersial. Mereka akan lebih berisiko karena sering melakukan hubungan
seksual dengan orang yang tidak diketahui riwayat kondilomanya.
2. Merokok
PSK di Spanyol yang berumur 25 tahun ke atas dan tidak merokok
mempunyai risiko yang rendah untuk terjadinya KA (OR 0,33; 95% CI :
0,17 – 0,63) dibandingkan pada PSK berumur < 25 tahun dan merokok (OR
2,28; 95% CI : 1,36 – 3,8) 7. Moscicki (2001) melaporkan kebiasaan
merokok berisiko terinfeksi KA sebesar 1,50; 95% CI : 0,77 – 2,94 5.
Namun, kedua penelitian ini belum bisa menunjukkan adanya hubungan
dosis respon merokok terhadap terjadinya KA. Penelitian oleh Wen, dapat
membuktikan bahwa kebiasaan merokok 10 batang rokok per hari berisiko 2
kali terinfeksi KA dibandingkan pada non perokok (95% CI : 1,7 – 3,7)15.
Sedangkan Minerd (2006) memaparkan bahwa kebiasaan merokok pada
penderita HIV positif berisiko 3,9 kali lebih besar terinfeksi KA
3. Imunitas
Imunitas tubuh berperan dalam pertahanan tubuh terhadap HPV. Imunitas
tubuh yang rendah berisiko 1,99 kali lebih besar (95% CI : 1,17 – 3,37)
untuk terinfeksi KA. Imunitas tubuh terhadap KA dapat juga diperoleh dari
vaksin HPV, namun efektifitas vaksin HPV ini masih dalam tahap penelitian
4. Penggunaan kontrasepsi
Amo (2005). mengemukakan bahwa kontrasepsi hormonal berasosiasi kuat
dan meningkatkan risiko terinfeksi KA pada perempuan, yaitu sebesar
19,45; 95% CI : 2,45 – 154,27 7. Penelitian lain menemukan bahwa
kontrasepsi oral berisiko sebesar 1,7; 95% CI : 1,3 – 2,2 untuk terjadinya
KA.
5. Kehamilan
Penyakit ini tidak mempengaruhi kesuburan, hanya pada masa kehamilan
pertumbuhannya makin cepat, dan jika pertumbuhannya terlalu besar dapat
menghalangi lahirnya bayi dan dapat timbul perdarahan pasca persalinan.
Selain itu dapat juga menimbulkan kondiloma akuminata atau papilomatosis
laring (kutil pada saluran nafas) pada bayi baru lahir. Keluhan keputihan
yang di alami dapat terjadi akibat adanya kondiloma di vagina dan serviks,
atau mungkin juga keputihan oleh sebab lain seperti jamur misalnya.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Fiztpatrick TB dkk, (2009):
1. Tes asam asetat
Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai.
Dalam beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih (acetowhite).
Perubahan warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama
(sekitar 15 menit).
2. Kolposkopi
merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan. Pemeriksaan
ini terutama berguna untuk melihat lesi kondiloma akuminata subklinis, dan
kadang-kadang dilakukan bersama dengan tes asam asetat.
3. Hispatologi
Pada kondiloma akuminata yang eksofitik, pemeriksaan dengan mikroskop
cahaya akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges
yang memanjang dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada
sitoplasma.
4. Pap Smear
Seluruh wanita seharusnya dimotivasi untuk melakukan pap smear setiap
tahun karena HPV merupakan penyebab utama pada patogensis kanker
serviks.
5. Kolposkopi
Merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan, namun
belum digunakan secara luas di bagian penyakit kulit. Pemeriksaan ini
terutama berguna untuk melihat lesi kondiloma akuminata yang subklinis di
alat genital dalam dan kadang-kadang dilakukan bersama dengan tes asam
asetat.

G. Komplikasi
KA merupakan IMS yang berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi penyakit lain (Lacey C, dkk, 2011) yaitu :
1. Kanker serviks
Lama infeksi KA meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Moscicki,
2001 melaporkan bahwa risiko tertinggi terkena kanker serviks adalah pada
kasus infeksi KA selama 1 – 2 tahun (RH 10,27; 95% CI : 5,64 – 18,69).
Risiko ini menurun pada infeksi KA selama < 1 tahun (RH 7,4; 95% CI :
4,74 – 11,57) dan infeksi KA selama 2 – 3 tahun RH 6,11; 95% CI : 1,86 –
20,06 5. Kanker serviks merupakan penyebab kematian kedua pada
perempuan karena kanker di negara berkembang dan penyebab ke 11
kematian pada perempuan di AS. Tahun 2005, sebanyak 10.370 kasus
kanker serviks baru ditemukan dan 3.710 diantaranya mengalami kematian
2. Kanker genital lain
Selain menyebabkan kanker serviks, KA juga dapat menyebabkan kanker
genital lainnya seperti kanker vulva, anus dan penis
3. Infeksi HIV
Seseorang dengan riwayat KA lebih berisiko terinfeksi HIV
4. Komplikasi selama kehamilan dan persalinan
KA selama masa kehamilan, dapat terus berkembang membesar di daerah
dinding vagina dan menyebabkan sulitnya proses persalinan. Selain itu,
kondisi KA dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga terjadi
transmisi penularan KA pada janin secara tenggorokannya.

H. Penatalaksanaan dan Pencegahan


1. Penatalaksanaan menurut Bories, (2014):
Hal yang perlu diperhatikan oleh tim medis dalam menangani ‘Kondiloma
Akuminata’
a. Memastikan diagnosis dan mencari infeksi penyerta yang mendasarinya
(mis : sifilis,penyakit HIV)
b. Menentukan tujuan terapi kutil yang berusaha untuk :
1) Menghilangkan kutil – kutil eksofitik, terutama bila simtomatik dan
menyusahkan pasien
2) Menginduksi masa bebas kutil

3) Menggunakan terapi yang tidak memperburuk penyakit

4) Mengenali lesi yang dapat berkaitan dengan karsinoma serviks dini

c. Secara Farmakologi
1) Resin podofilin
a) Baik digunakan pada lesi di daerah lembab atau tersumbat ( mis :
perianus,mukosa,lipat paha,daripada pada batang penis)
b) Oleskan pada lesi ; biarkan sampai kering sempurna
c) Beritahukan pada pasien untuk membiarkannya selama 4-12
jam,kemudian bilas seluruhnya menggunakan air dan sabun
d) Reaksi yang diharapkan meliputi nyeri lokal,perasaan
terbakar,peradangan,atau erosi
e) Duduk berendam dalam air hangat dua kali sehari sangat
membantu bila erosinya parah
f) Ulangi terapi dengan interval 7-10 hari
2) Terapi nitrogen cair
a) Paling baik digunakan pada daerah ‘kering’ ( mis:batang
penis,genitalia eksterna wanita,paha atas).Hindari penggunaan pada
vagina.Bila digunakan secara tidak tepat akan menimbulkan
jaringan parut.
b) Lakukan pembekuan 10-30 detik, dengan silus freeze-thaw
berulang bergantung pada ukuran lesi.
c) Beritahu pasien akan kemungkinan pembentukan lepuh.
3) Podofilotoksin 0.5 %
a) Pengobatan selama 4 minggu
b) Oleskan dua kali sehari selama 3 hari,selangi 4 hari,ulangi siklus
selama 3-4 minggu sampai lesi hilang
c) Kontraindikasi untuk wanita hamil

4) Asam trikloroasetat 80%-90%

a) Oleskan selama beberapa detik,hanya pada kutil dan oleskan


natrium bikarbinat (soda kue) untuk menetralisir asam yang tidak
bereaksi.
b) Bilas setelah 4 jam
c) Bila perlu ulangi pemakaian dengan interval mingguan
d) Berguna untuk kutil yang kecil
Rujukan untuk kolposkopi : bila ditemukan lesi di serviks. Untuk
lesi yang sulit ,lanjutkan dengan pembedahan laser atau interferon
intralesi.
d. Secara Non-Farmakologi
1) mengolesi vitamin e pada kutil , akan membantu mengurasi rasa
ketidaknyamanan pada kutil dan mengurangi resiko infeksi
2) duduk berendam dalam air hangat untuk mengurangi rasa gatal
3) memperbanyak konsumsi makanan dan buah – buahan serta sayuran
yang bewarna hijau seperti mangga
4) selalu menjaga kebersihan genitalia
2. Pencegahan
Penyakit ‘Condiloma Akuiminata ’ merupakan salah satu penyakit menular
seksual yang sering dikeluhkan masyarakat. Oleh karena itu cara
pencegahannya dilakukan berdasarkan program IMS ( Infeksi Menular
Seksual )
a. Pencegahan Primer
1) Perubahan perilaku

Memperbaiki gaya hidup seksual yang terkesan ‘bebas’ dan ‘cuek’ ke


arah yang lebih memperhatikan kesehatan pasangan masing – masing.

Setia hanya pada 1 pasangan


Tanggap dan segera periksa ke rumah sakit atau puskesmas bila terjadi
hal yang abnormal di sekitar genitalia untuk menghindari kondisi yang
parah
2) Akses kondom dan pengadaannya
Membiasakan penggunaan kondom saat berhubungan seksual
b. Pencegahan sekunder
Layanan IMS: Pemerintah daerah atau pusat sebaiknya membuat suatu
lembaga yang bisa melayani masyarakat terkait penyakit – penyakit IMS
( Infeksi Menular Seksual ).

I. Pendidikan Kesehatan

1. Anjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual untuk mengurangi


resiko penyebaran infeksi karena penggunaan kondom belum tentu
melindungi sepenuhnya dari kutil kelamin karena lokasi – lokasinya tidak
tentu dan diketahui jelas.
2. Anjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai selesai berobat
jika telah terinfeksi.
3. Anjurkan untuk selalu membersihkan alat kelamin dengan menggunakan air
yang hangat
4. Anjurkan untuk merawat alat kelaminnya, agar penyakitnya tidak semakin
parah.
5. Anjurkan untuk selalu menjaga personal hygiene.
J. Patofisiologi Candyloma Acuminata
Hubungan seksual

Kontak dengan HPV

PV 6 & 11 masuk melalui mikro lesi

Penetrasi melalui kulit

Ditumpangi oleh patogen Mikroabrasi permukaan epitel

HPV masuk lapisan basal


Nyeri
Keputihan Respon radang
Akut
disertai infeksi Mengambil alih DNA
Merangsang
Bau, berwarna mediator kimia: HPV naik ke epidermis
kehijauan histamin

Stimulasi saraf perifer Bereplikasi


Gatal dan terasa
terbakar Tidak terkendali
Menghantarkan pesan
gatal ke otak
Tidak nyaman Nodul kemerahan
saat melakukan Impuls elektronikimia di sekitar genitalia
hubungan (gatal) sepanjang nervus
ke dorsal spinal cord
Penumpukan nodul
Disfungsi Gangguan
Thalamus merah membentuk
seksual seperti bunga kol citra diri

Korteks (intensitas)
dan lokasi gatal Pecah/muncul lesi Resiko Perdarahan
dipersepsikan

Kerusakan Syok Hipovelemik


Lesi terbuka, terpajan
pada kulit mikroorganisme
Kekurangan
Volume Cairan
Gang. Integritas Resiko
kulit Infeksi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
pada Tn.X (34 th) DENGAN Candiloma Acuminata
Di Ruang Anggrek Hitam Lt.5 RSUD Dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO

I. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 20 Agustus 2018 Jam : 07:30 WIB
Tanggal Pengkajian : 20 Agustus 2018 Jam : 07:35 WIB

A. DATA DEMOGRAFI
1. Biodata Klien
a. Nama : Tn. X
b. Tanggal lahir/umur : 1 Januari 1984/ 34 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Katholik
e. Alamat : Balikpapan
f. Diagnosa Medis : Syok Hipovolemik + Candiloma Akuminata
g. No. Rekam Medik :-
h. Sumber Pembiayaan : BPJS
B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan lemas, nyeri, gatal pada alat kelamin dan terasa terbakar
saat terkena air dan perdarahan dari anus
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn X (34 tahun) dengan diagnosa syok hipovolemik dan kondiloma
akuminata, klien dibawa oleh keluarga ke IRD RSKD pada tanggal
20/8/2018 pukul 05.30 dan dipindahkan keruangan dengan keluhan
perdarahan di daerah bokong dari 2 hari yang lalu, sejak sore hari pasien
mengatakan darah keluar terus menerus, klien sempat terjatuh karena badan
terasa lemas, klien tampak pucat,keluarga mengatakan perdarahannya sekitar
kurang lebih 300 cc, setelah dilakukan pemeriksaan di dapatkan tanda –
tanda vital TD 80/50, nadi 80 x/ mnt, suhu 35oc, RR 20X/mnt, SPO2 98 %,
akral teraba dingin, terpasasang O2 nasal canule 3 lpm, terpasang dower
cateter, terdapat nodul – nodul kemerahan seperti bunga kol, konsistensi
lunak, tampak lesi, dan klien mengatakan alat kelamin nyeri, gatal dan terasa
terbakar.

15
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tahun 2013 telah di lakukan operasi di RS Siloam karena terdapat satu
nodul. Kemudian pada tahun 2015 nodul kembali tumbuh dan berkembang
semakin banyak, sehingga klien melakukan operasi fistel dan dilakukan
operasi kondiloma tetapi hanya diambil sebagian karena mengakibatkan
perdarahan.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dikeluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti diabetes mellitus dan hipertensi. Genogram

Tn.X

Keterangan Genogram :

: laki-laki meninggal : Klien

: perempuan meninggal : garis keturunan

: laki-laki : garis pernikahan

: perempuan : tinggal satu rumah

D. PEMERIKSAAN FISIK (Head to Toe)


Keadaan Umum:
Klien terlihat lemah, terdapat nodul – nodul kemerahan seperti bunga
kol,konsistensi lunak,tampak lesi, dan klien mengatakan alat kelamin nyeri,
gatal dan terasa terbakar
Kesadaran:
Kesadaran komposmentis E4M6V5

16
Vital Sign :
a. Tekanan Darah : 80/50mmHg
b. Nadi : 80 x/m
c. RR : 20x/m
d. Suhu : 350C
e. SPO2 :98 %
a. Kepala
Inspeksi :
Bentuk kepala mesochepal, warna rambut hitam rata, kulit kepala tidak
ada lesi.
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan luka nyeri tekan.
b. Telinga
Inspeksi :
Telinga bersih, antara kanan dan kiri letaknya simetris, tidak ada benjolan
dan lesi.
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan luka nyeri tekan
c. Mata
Inspeksi :
Respon pupil (+), isokor (+), konjungtiva anemis (+), ikterik (-), simetris
antara kiri dan kanan, juling (-).
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan luka nyeri tekan.

d. Mulut dan Gigi


Inspeksi :
Bibir pucat (+) kering (-)bau mulut (-) stomatitis sekret (-)
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan luka nyeri tekan
e. Hidung
Inspeksi :
Terpasang O2 nasal canul 3 lpm, polip (-) sekret (-)
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan luka nyeri tekan
f. Leher :
Inspeksi :

17
Tidak terdapat pembesaran vena jugularis,
Palpasi :
Nadi karotis teraba, tidak terdapat nyeri tekan.
g. Dada dan Paru
Inspeksi :
Retraksi dada tidak ada (-) jejas (-) pergerakan dada kanan dan kiri
simetris,
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan, pergerakan dada kanan dan kiri sama saat
inspirasi dan ekspirasi, taktil fremitus dada kiri lebih terasa.
Perkusi :
Terdengar bunyi sonor
Auskultasi :
Tidak ada suara napas tambahan
h. Jantung
Inspeksi :
Ictus kordis tidak nampak
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan dan luka nyeri tekan (-) ictus kordis teraba pada
IC 5 mid klavikula sinistra

Perkusi :
Tidak ada pembesaran jantung, batas kanan atas SIC II Linea Para
Sternalis Dextra, Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra, Kiri
atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra, dan Kiri bawah: SIC IV Linea
Medio Clavicularis Sinistra
Auskultasi :
Terdengar bunyi jantung “Lup” “Dup” (S1 dan S2) tidak terdapat bunyi
jantung tambahan
i. Abdomen
Inspeksi :
Tidak terdapat jejas, distensi abdomen (-), jaringan parut (-), pengeluaran
cairan umbilicus (-).

18
Auskultasi :
Bising usus 12 x/m
Palpasi :
Teraba nyata (membesar), lunak dan ujung tumpul.
Perkusi :
Terdengar bunyi timpani
j. Genetalia
Inspeksi : terdapat nodul – nodul kemerahan seperti bunga kol di sekitar
penis hingga anus, konsistensi lunak, tampak lesi, terpasang DC (+)
k. Ekstremitas
1. Ekstremitas Atas
Kanan:
Turgor kulit elastis, kulit kering, CRT < 2 detik, sianosis (-) akral
dingin (+) terpasang infus Nacl 20 tpm, kekuatan otot 5 edema (-),
Kiri:
Turgor kulit elastis, kulit kering (-), CRT < 2 detik, sianosis (-), akral
dingin (+), kekuatan otot 5, edema (-),

2. Ekstremitas Bawah
Kanan:
Turgor kulit elastis, kulit kering (-), CRT < 2 detik, sianosis (-), akral
dingin (+), kekuatan otot 5, edema (-),
Kiri:
Turgor kulit elastis, kulit kering (-), CRT < 2 detik, sianosis (-), akral
dingin (+), kekuatan otot 5, edema (-),

E. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


a. Kebutuhan Oksigenasi
Airway : tidak terdengar suara nafas tambahan
Breathing : sesak nafas, batuk, tidak ada nafas cuping hidung,
menggunakan alat bantu pernafasan nasal kanul 3 lpm

19
Cirlulation : tidak ada sianosis, CRT < 2 detik
b. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Nutrisi

Saat Pengkajian
A (Antropometri) Sebelum sakit :
BB : 70 Kg, TB 175 cm, IMT 23 ( normal)
Saat sakit :
BB: 70 Kg, TB: 175 cm, IMT: 23 (normal)
B (Biokimia) -Hb: (8,6) Albumin: (-)
C (Clinic) lemas (+), sianosis (-), turgor kulit elastis (+), kulit kering (-)
D (Diet) Klien makan 3 kali sehari, menu makanan nasi, lauk pauk
dan sayur satu porsi habis.
Cairan
Input Output
Infus : 450cc Perdarahan: -
Minum : 1000 cc BAK : 900 cc
Makan : 50 cc BAB : 50 cc
Jumlah : 1500 cc IWL : 301 cc
Jumlah: 1551cc
*BC: Input – Output
: 1500-1251= 51 cc

Keterangan:
Saat sebelum sakit klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan
kebutuhan nutrisi dan cairan.
c. Kebutuhan Eliminasi
BAK

Sebelum masuk RS Keterangan Saat Pengkajian


- Frekuensi Terpasang DC
- Warna Kuning kemerahan
- Bau Amoniak
- Konsistensi Cair dan terdapat bercak darah
BAB
Sebelum masuk RSKeterangan Saat Pengkajian
Frekuensi Sudah BAB
Warna -
Perdarahan ±300cc
Bau -
Konsistensi -
d. Kebutuhan Termoregulasi
Sebelum masuk RS:

20
Klien mengatakan sebelum dirawat di RS tidak pernah mengalami demam
Saat pengkajian:
T: 350C akral dingin (+)

e. Kebutuhan Aktifitas Latihan/Mobilisasi


Sebelum masuk RS:

Keterangan 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian 
Eliminasi 
Makan dan Minum 
Mobilisasi 
Ambulasi 
Saat pengkajian:

Keterangan 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian 
Eliminasi 
Makan dan Minum 
Mobilisasi 
Ambulasi 
Keterangan : 0 : mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
Keterangan:
4 : tergantung penuh
Sebelum sakit klien mampu melakukan ADL secara mandiri tanpa
menggunakan alat dan bantuan orang lain, namun saat sakit klien dibantu
oleh ibu
f. Kebutuhan Seksualitas
Klien seorang laki laki berusia 34 th dan belum menikah tapi sudah pernah
melakukan hubungan seksual

g. Kebutuhan Psikososial (Stress, Koping, dan Konsep Diri)


Saat pengkajian klien mengatakan sedih harus di rawat di RS tidak dapat
bekerja (klien bekerja di lokasi), merasa malu karena penyakitnya dan
belum bisa menikah, namun klien tetap bersemangat untuk sembuh,
keluarga klien juga selalu mendampingi klien dan memberikan semangat.
h. Kebutuhan Aman dan Nyaman
Sebelum masuk RS:
Klien mengatakan sebelun dirawat di RS klien tidak sesak nafas

21
Saat pengkajian:
Klien mengatakan merasa nyeri pada daerah genetalia
P : klien mengatakan nyeri ketika tergesek sesuatu terutama terkena air
sejak 3 hari yang lalu
Q : klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan terbakar
R : nyeri pada daerah genetalia di area penis hingga anus
S : Nyeri skala 6
T : Klien mengatakan nyeri tiba-tiba hilang dan timbul.

i. Kebutuhan Spiritual:
Klien mengatakan pasrah dan ikhlas dengan sakitnya, klien berdoa untuk
kesembuhannya.
j. Kebutuhan Higiene
Keterangan Sebelum masuk RS Saat Pengkajian
Mandi - 1x/hari
Ganti Pakaian - 1x/hari
Mencuci rambut - -
Menggosok gigi - 2x sehari
Keterangan:
Sebelum sakit klien mampu melakukan kegiatan memenuhi kebutuhan
hygiene secara mandiri, namun saat sakit klien mandi dan ganti pakaian
dibantu oleh ibunya
k. Kebutuhan Istirahat Tidur
Sebelum sakit: -
Saat pengkajian:
Kategori Saat Pengkajian
Frekuensi Klien mengatakan saat sakit tidur malam pukul 21.00 dan bangun
pukul 05.00, namun jarang untuk tidur siang.
Pola Tidur Klien mengatakan tidur kadang bangun 2-3 kali
Kualitas Klien mengatakan tidur kurang nyenyak karena mersa badannya
lemas dan nyeri pada lukanya
Kebiasaan Klien mengisi waktu luang di RS dengan main HP

l. Kebutuhan Komunikasi dan Informasi


Klien mengatakan mendapat informasi hanya dari perawat dan Dokter
mengenai penyakitnya. Klien setiap harinya berkomunikasi dengan
temannya melalui medsos
m. Kebutuhan Rekreasi
Klien mengatakan tidak dapat merasakan hiburan seperti biasa, klien
hanya main HP.

Tabel 1. Skala HARS

22
No. Item Pengkajian Skor
Perasaan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran
1. 1
sendiri, mudah tersinggung
Ketegangan : merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah
2. 1
terganggu, dan lesu
Ketakutan : takut tehadap gelap, terhadap orang asing,
3. 0
bila tinggal sendiri, dan takut pada binatang besar
Gangguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada
4. 1
malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk
Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah
5. 0
lupa dan sulit konsentrasi
Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya
6. kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak 1
menyenangkan sepanjang hari

Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan


7. 1
gigi, suara tidak stabil, dan kedutan otot
Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan
8. 2
kabur, muka merah, dan pucat serta merasa lemah
Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri pada dada,
9. 0
denyut nadi mengeras, dan detak jantung hilang sekejap
Gejala pernafasan : rasa tertekan di dada, perasaan
10. tercekik, sering menarik nafas panjang, dan merasa 1
nafas pendek
Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat
11. badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung 0
sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut
Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan
12. 2
kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi
Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat,
13. 1
muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala
Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar,
14. mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot 0
meningkat, nafas pendek dan cepat
TOTAL : 11 (kecemasan ringan)
Hasil : Penilaian:
a. Skor < 6 = tidak ada kecemasan Nilai 0: tidak ada gejala (keluhan
b. Skor 7 – 14 = kecemasan ringan
Nilai 1: gejala ringan
c. Skor 15 – 27 = kecemasan sedang
d. Skor > 27 = kecemasan berat Nilai 2: gejala sedang
Nilai 3: gejala berat
Nilai 4: gejala berat sekali

23
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG Abdomen
Tanggal Pemeriksaan: 20-8-2018

Hasil: Hepatomegali

2. EKG

Hasil : Sinus Rythm

24
3. Laboratorium

25
26
27
G. TERAPI
Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi dan Cara Kerja Kontraindikasi Efek Samping
Tranexamid Acid 5% 3x1 amp Iv -
500mg
Cefotaxim 1 gr 3x1 vial Iv -
Omeprazole 40 mg/10ml 1x1 vial Iv
Lactulax syr 60 ml 2x15 ml Po
Phytomenadion 10 mg 3x1 amp Iv
Nacl 0,9% 500ml 3x1 btl Infus
Stobled 4x2 Po
Imunos 3x1 Po
Lactulak 2x15ml Po

28
29
II. ANALISIS DATA

Diagnosa
No. Tgl Data Fokus Etiologi
Keperawatan
1 20-8-18 Ds: Klien mengatakan lemas Kekurangan
dan sebelumnya terjadi volume cairan b.d
perdarahan ±300cc Penumpukan nodul merah membentuk seperti kehilanga volume
Do: bunga kol cairan secara
Anemis + aktif (00027)
TD: 80/50mmHg Pecah/muncul lesi
N: 80 x/m
RR : 20x/m Perdarahan
Suhu : 350C
SPO2 :98 % Syok Hipovolemik
Akral dingin, Nadi lemah,
terpasang O2 nasal canul 3 lpm, Kekurang Volume Cairan
Hb: 8,6 g/uL (L), Trombosit 49
10^3/uL (L)
2 20-8-18 DS : Infeksi virus human papiloma Nyeri Akut b.d.
P : klien mengatakan nyeri agen injury
ketika tergesek sesuatu Pelepasan mediator kimia biologis; infeksi
terutama terkena air sejak 3
HPV (00132)
hari yang lalu Stimulasi saraf perifer
Q : klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk dan Menghantarkan pesan nyeri ke otak
terbakar
R : nyeri pada daerah genetalia Impuls elektronikimia (nyeri) sepanjang
di area penis hingga anus nervus ke dorsal spinal cord
S : Nyeri skala 6
T: Klien mengatakan nyeri tiba- Thalamus
tiba hilang dan timbul.
DO : Korteks (intensitas) dan lokasi nyeri
Pada alat kelamin terdapat dipersepsikan
nodul-nodul kemerahan seperti
bunga kol dan tampak lesi. Nyeri Akut

3 20-8-18 DS: klien mengeluh karena ada Infeksi HPV Kerusakan


nodul disekitar kelaminnya integritas kulit
DO : Bereplikasi b.d. defisit
Pada alat kelamin terdapat
imunologi adanya
nodul-nodul kemerahan seperti Karena kelainan sel oleh virus, pembelahan
bunga kol, konsistensi lunak, sel tidak terkendali nodul dan lesi
tampak lesi, berbau (+) pada kulit alat
Hasil pemeriksaan lab: Nodul kemerahan di sekitar genitalia kelamin (00046)
Leukosit : 29.10 10^3/uL (H)
Penumpukan nodul merah membentuk seperti
bunga kol

Pecahnya nodul merah dan muncul lesi

Kerusakan integritas kulit


4 20-8-18 DS : Penumpukan nodul merah membentuk seperti Risiko Perdarahan
Klien mengatakan keluar darah bunga kol b.d proses
terus menerus sebelum masuk keganasan
RS dari sore hari. Pecah/muncul lesi
DO :
- Terdapat nodul – nodul Perdarahan
kemerahan seperti
bunga kol di sekitar

30
penis hingga anus, Risiko perdarahan berulang
konsistensi lunak
- Tampak lesi
- TD: 80/50mmHg
- N: 80 x/m
- Hb: 8,6 g/uL,
- Trombosit 49 10^3/uL

31
II Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilanga volume cairan secara aktif (00027)
2. Nyeri Akut b.d. agen injury biologis; infeksi HPV (00132)
3. Kerusakan integritas kulit b.d. defisit imunologi adanya nodul dan lesi pada kulit alat
kelamin (00046)
4. Risiko perdarahan b.d keganasan (00126)
III INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
Dx
Tujuan Rencana Tindakan
1 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Manajemen Cairan
1x24 jam diharapkan klien tidak mengalami - Kaji Ku pasien
kekurangan volume cairan dengan kriteria hasil: - Monitor TTV (TD, HR, S, RR)
- Monitor kehilangan cairan (missal;
- TTV pasien dalam batas normal
perdarahan, muntah , diare)
- Membran mukosa lembab
- Monitor status hidrasi (kelembapan membran
- Turgor Kulit baik
mukosa, turgor kulit, nadi adekuat)
- Ekspresi wajah klien tidak pucat
- Monitor balance cairan
- Nilai blance cairan normal
- Hindari trauma dan pemberian tekanan pada
- Akral hangat
daerah yang mengalami pendarahan
- Lab Hb, trombosit dalam batas normal
- Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
terapi
- Monitor hasil Lab (Hb, trombosit)
- Kolaborasi kemungkinan pemberian tranfusi
darah merah dan trombosit sesuai indikasi
- Persiapan transfusi
2 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Manajemen Nyeri
1x24 jam diharapkan nyeri klien berkurang - Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan kriteria hasil: komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
Level kenyamanan
presipitasi
- Melaporkan nyeri berkurang - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
Kontrol nyeri mengetahui pengalaman nyeri pasien
- Klien mampu mengontrol nyeri dengan menemukan dukungan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam - Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Level nyeri ( relaksasi nafas dalam, dan relaksasi lainnya)
- Skala 0-1 - Kolaborasi ; Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri sesuai resep dokter
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Tekanan
3x24 jam, nodul dan lesi pada kulit alat kelamin - Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang
klien berkurang dengan kriteria hasil: longgar
-Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (calor;panas, - Hindari kerutan pada tempat tidur
dolor;rasa sakit, rubor;kemerahan, tumor - Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
pembengkakan, fungsidesa;ada kehilangan fungsi kering
dan organ) - Anjurkan pasien mobilisasi (setiap 2 jam sekali)
-Menunjukkan kepahaman dalam proses - Bersihkan, pantau dan tingkatkan proses
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera penyembuhan
berulang - Monitor kulit adanya tanda-tanda infeksi
-Mampu melindungi kulit dan mempertahankan (calor;panas, dolor;rasa sakit,
kelembapan dan perawatan alami rubor;kemerahan, tumor pembengkakan,

32
fungsidesa;ada kehilangan fungsi dan organ)
- Monitor status nutrisi pasien
- Anjurkan klien untuk selalu menjaga
kebersihan genitalia
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
terapi
4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Bleeding precautions
1x24 jam, tidak terjadi perdarahan - Kaji tanda – tanda perdarahan
berulang - Catat nilai HB dan HT sebelum dan sesudah
dengan kriteria hasil: perdarahan
- Tidak terjadi perdarahan berulang - Monitor nilai lab (koagulasi) yang meliputi
- Tekanan darah normal PTT,APTT, Thrombosit
- HB dalam batas normal - Pertahankan bedrest selama perdarahan aktif
- Anjurkan pasien untuk meningkatan intake
makanan yang banyak mengandung Vit K
- Hindari terjadinya konstipasi untuk
mempertahankan intake cairan yang adekuat
Bleding reduction
Observasi adanya darah dalam sekresi cairan
tubuh (feses, urin)

33
IV IMPLEMENTASI

No.
Tgl Jam Tindakan Keperawatan Dan Hasil Paraf
Dx
20-8-2018 07.35 Menerima pasien dari IRD Lisa

1 Mengkaji Ku dan keluhan Lisa


1 Mengukur TTV (TD: 80/50 mmhg, HR: 80 x/m, S:35 x/m, RR: 20
x/m) Lisa
4 mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga Putri
3 Mengobservasi kulit adanya tanda-tanda infeksi Putri
3 Menganjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar, hindari
kerutan pada tempat tidur, menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih
dan kering
Putri
2 Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien menemukan dukungan
2 Putri
Mengkaji nyeri:
P : klien mengatakan nyeri ketika tergesek sesuatu terutama terkena air
sejak 3 hari yang lalu
Q : klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan terbakar
R : nyeri pada daerah genetalia
S : Nyeri skala 6
T: Klien mengatakan nyeri tiba-tiba hilang dan timbul. Putri

08.00 2 Ajarkan tentang teknik non farmakologi ( relaksasi nafas dalam) Fitri
08.50 1 Memberikan tranfusi TC 50 cc ke 1 Acnes
Acnes
08.15 1,2,3,4 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
1,2 Mengobservasi cairan infus Putri
09.00 1 Monitoring hasil lab (Hb: 8,6 g/uL, Trombosit 49 10^3/uL) Acnes
1 Mengobservasi cairan infus Lisa
Fitri
09.15 1 Memberikan tranfusi TC 50 cc ke 2
09.30 1 Memberikan tranfusi TC 50 cc ke 3 Putri
09.45 1 Memberikan tranfusi TC 50 cc ke 4 Acnes
10.00 1 Memberikan tranfusi TC 50 cc ke 5 Lisa
11.00 1 Memeriksakan USG Abdomen
3 Menganjurkan pasien mobilisasi (setiap 2 jam sekali)
14.00 1 Memberikan transfuse darah PRC 200cc ke 1
1 Monitoring balance cairan (450-50= 400 cc)
21-8-2018 08.00 1 Mengkaji Ku dan keluhan Putri

2 Mengukur TTV (TD: 110/70mmHg, N: 80 x/m, RR : 20x/m, Suhu : Putri


36,50C, SPO2 :99%)
1 Mengobservasi cairan infus
Putri
08.15 1,4 Menganjurkan hindari trauma dan pemberian tekanan pada daerah
yang mengalami pendarahan Putri
3 Membersihkan, pantau dan tingkatkan proses penyembuhan
monitoring kulit adanya tanda-tanda infeksi
Putri
3 Menganjurkan klien untuk selalu menjaga kebersihan genitalia
Fitri
09.00 3,4 Monitoring status nutrisi pasien Lisa
10.00 Lisa

34
4 Menganjurkan dan mempertahankan bed rest
4 Menganjurkan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung Vit
K (sayuran hijau, kedelai,susu)
Acnes

11.00 2 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri


P : klien mengatakan nyeri ketika tergesek sesuatu terutama terkena air
sejak 3 hari yang lalu
Q : klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan terbakar
R : nyeri pada daerah genetalia area penis hingga anus
S : Nyeri skala 4 Lisa
T: Klien mengatakan nyeri tiba-tiba hilang dan timbul.
Fitri
12.00 1,2,3,4 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi dan tindakan
selanjutnya

14.00 1 Monitoring balance cairan cairan (400-700= +300 cc)


22-8-2018 08.00 1 Mengkaji Ku dan keluhan Fitri

08.15 2 Mengukur TTV (TD: 110/70mmHg, N: 80 x/m, RR : 20x/m, Suhu : Fitri


36,50C, SPO2 :99%)
09.00 1 Mengobservasi cairan infus
Fitri
10.00 1 Menganjurkan hindari trauma dan pemberian tekanan pada daerah
yang mengalami pendarahan Fitri
3 Membersihkan, pantau dan tingkatkan proses penyembuhan
monitoring kulit adanya tanda-tanda infeksi Fitri
Fitri
10.16 3 Menganjurkan klien untuk selalu menjaga kebersihan genitalia
3 Monitoring status nutrisi pasien Acnes

11.00 2 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri


P : klien mengatakan nyeri ketika tergesek sesuatu terutama terkena air
sejak 3 hari yang lalu
Q : klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan terbakar
R : nyeri pada daerah genetalia
S : Nyeri skala 4 Lisa
T: Klien mengatakan nyeri tiba-tiba hilang dan timbul.

12.00 1,2,3,4 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi dan tindakan
selanjutnya Putri

14.00 1 Monitoring balance cairan cairan (300-400= +100 cc)


23-8-2108 08.00 1 Mengkaji Ku dan keluhan Acnes
2 Mengukur TTV (TD: 120/70mmHg, N: 80 x/m, RR : 24x/m, Suhu :
360C, SPO2 :99%)
Mengobservasi cairan infus
1 Monitoring balance cairan

09.00 1,2,3,4 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi dan tindakan Lisa
selanjutnya
Puri
11.00 1,2,3,4 Mempersiapkan dan edukasi pasien pulang

35
EVALUASI

No.
Tgl Jam Evaluasi Sumatif Paraf
Dx
20-8-2018 14.00 1,2,3, S: Klien mengeluh badan lemas, mual/muntah tidak ada, klien AFLP
4 mengatakan nyeri berkurang dan kadang-kadang
P : klien mengatakan nyeri ketika tergesek sesuatu terutama terkena
air
Q : klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan terbakar
R : nyeri pada daerah genetalia
S : Nyeri skala 6
T: Klien mengatakan nyeri tiba-tiba hilang dan timbul.

O : Ku sedang, kesadaran CM
terdapat nodul – nodul kemerahan seperti bunga kol, konsistensi
lunak, tampak lesi, dan
- TD: 120/80mmHg, N: 88 x/m, RR : 20x/m, Suhu : 650C, SPO2 :98-
100 %
Akral dingin, Nadi lemah, terpasang DC, terpasang infus, terpasang
O2 nasal canul 3 lpm, Hb: 8,6 g/uL, Trombosit 49 10^3/uL
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Observasi Ku dan Keluhan
- Monitor tanda tanda vital
- Rencana Tranfusi PRC 400 cc ke II
- Rencana GDP (21-8-2018)
- Rencana Cek anti HIV, Elsa, DL

21-8-2018 14.00 1,2,3, S: Klien mengeluh badan lemas, perdarahan tidak ada, klien AFLP
4 mengatakan nyeri jika nodul kecil kemerahan disentuh
O: Terdapat nodul kecil-kecil kemerahan disekitar anus dan bawah
kemaluan
KU sedang, Kesadaran CM
- TD: 120/80mmHg, N: 80 x/m, RR : 20x/m, Suhu : 36,20C, SPO2 :
99%
Akral hangat, Nadi kuat, terpasang DC, terpasang O2 nasal canul 3
lpm, terpasang infus
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Observasi Ku dan Keluhan
- Monitor tanda tanda vital
- Rencana rujuk setelah Tranfusi PRC 400 cc, Cek DL
22-8-2018 08.0 1,2,3, S: Klien mengatakan benjolan kecil-kecil didaerah kemaluan nyeri AFLP
4 seperti terbakar, sesak nafas, mual/muntah tidak ada
O: Terdapat nodul kecil-kecil kemerahan disekitar anus dan bawah
kemaluan
KU sedang, Kesadaran CM
- TD: 120/80mmHg, N: 82 x/m, RR : 22x/m, Suhu : 36 0C, SPO2 :
99%
Akral hangat, Nadi kuat, terpasang DC, terpasang infus
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Observasi Ku dan Keluhan
- Monitor tanda tanda vital

36
23-8-2018 08.30 1,2,3, S: Klien mengatakan benjolan kecil-kecil didaerah kemaluan nyeri AFLP
4 seperti terbakar, sesak nafas, mual/muntah tidak ada
O: Terdapat nodul kecil-kecil kemerahan disekitar anus dan bawah
kemaluan
KU sedang, Kesadaran CM
- TD: 120/70mmHg, N: 80 x/m, RR : 24x/m, Suhu : 36 0C, SPO2 :
99%
Akral hangat, Nadi kuat, terpasang DC, terpasang O2 nasal canul 3
lpm, terpasang infus
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Observasi Ku dan Keluhan
- Monitor tanda tanda vital
- Rencana KRS

37
DAFTAR PUSTAKA

Amo. 2005. Infeksi Menular Seksual. Ed. 3. FKUI : Jakarta


Bakardzhiev I, Pehlivanov G, Stransky D, Gonevski M. Treatment of Candylomata
Acuminata and Bowenoid Papulosis With CO2 Laser and Imiquimod. J of IMAB-
Annual Procceding (Scientific Papers). 2012;18:246-9.
Brunner & Suddarth. 1996. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. EGC: Jakarta
Boris Léonard, et al. A Clinical and Pathological Overview of Vulvar Condyloma
Acuminatum, Intraepithelial Neoplasia, and Squamous Cell Carcinoma. BioMed
Research International. Volume 2014. 
Djuanda A. 2010. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; p. 112-4.
Habibie, DP & Barakbah, Jusuf. 2016. Studi Retrospektif: Profil Pasien Kondilomata
Akuminata pada HIV/AIDS. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin – Periodical of
Dermatology and Venereology. Vol. 28 / No. 3
Hatmoko. 2009. Condyloma Acuminata. Page 2-5. FKUI : Jakarta
Lacey C, Woodhall S, Wikstrom A, Ross J.2011. European guideline for the management of
anogenital warts. IUSTI GW Guidelines. Page 2-11.

Nurarif, A.H. & Hardhi, K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Price Wilson. Anatomi Fisiologi. EGC. 2005


Siregar, R.S. Prof. Dr, Sp. KK (K). 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Ed. 2. EGC
: Jakarta

38

Anda mungkin juga menyukai