Oleh
(16/395519/TP/11568)
Yogyakarta
2017
1. PENDAHULUAN
dampaknya setiap unsur kehidupan pun kini tak lepas dari teknologi termasuk
industri. Teknologi yang dimaksudkan bukan hanya berupa alat dan mekanisasi,
namun juga metode dan teknik yang diterapkan yang bertujuan untuk membantu
Agroindustri sebagai salah satu jenis industri yang mulai muncul dan
yang menarik dengan tingkat harga yang bersaing, setiap perusahaan agroindustri
perlu berusaha menekan atau mereduksi seluruh biaya tanpa mengurangi kualitas
Menurut Agus Widyarto (2012), “Salah satu upaya untuk mereduksi biaya
konsumen. Distribusi yang optimal dalam hal ini dapat dicapai melalui penerapan
sebelum reformasi, umbi menjadi salah satu makanan pokok bagi sebagian
mendapatkan peluang pasar karena belum diketahui kegunaannya. Pada saat ini,
beras. Bahan pangan terigu sejak sekitar 30 tahun yang lalu telah berkembang
baku terigu dan luasnya penyebaran produk olahan terigu hingga jauh ke pelosok
dalam industri mie, roti dan kue. Ketergantungan masyarakat Indonesia pada
laun akan menggeser konsumsi bahan pangan lokal selain beras. Sumber
Di Indonesia khususnya Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang kaya
dengan aneka jenis umbi-umbian seperti Singkong, Ubi Jalar, Keladi, Talas, dsb.
Umbi-umbian ini dapat diolah menjadi tepung yang memiliki ketahanan simpan
relatif panjang, dan dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis produk
Petani umbi jalar sebagai pemasok yang paling hulu dapat dikelompokkan
menjadi 2 (dua) jenis yakni petani kecil dan petani besar yang merangkap yang
jenis petani ini mempunyai karakteristik yang berbeda, Petani yang merangkap
angkutan dan akses informasi dalam pemasarkan ubi jalar. Sebaliknya petani
kecil tidak memilki kemampuan tersebut sehingga dalam memasarkan umbi jalar
tidak memiliki posisi tawar yang kuat dan hanya mampu menjual umbi jalar
pasar tradisional baik lokal maupun luar daerah atau dijual ke pedagang besar
konsumen dan sabagai bahan baku industri, Industri yang berbahan baku ubi jalar
terdiri dari:
(1) Industri aneka makanan umbi jalar seperti keripik ubi jalar dan stik,
(2) Industri pengolah pasta, kompos (limbah ubi jalar) dan pakan ternak dan
(3) Industri chips (granul) yang kemudian dijadikan tepung ubi jalar.
a. Industri aneka produk umbi jalar seperti keripik, stik, dodol campuran umbi
tepung umbi jalar, makanan ringan, kompos dan pakan yang semuanya
dipasarkan untuk ekspor ke Jepang dan Korea. Pasokan umbi jalar di dapat
Industri chip ini mendapat pasokan dari 6 (enam) kelompok tani. Tepung
umbi jalar dipasarkan ke industri makanan olahan yang berbasis umbi jalar
Dari gambar 12 menunjukkan bahwa rantai pasokan tepung ubi jalar belum
berkembang atau dikatakan pendek, hal ini terjadi karena tidak adanya peran
distributor yang bertugas menyalurkan dari suplier yaitu kelompok tani ke
jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang diunggulkan. Dalam
pemasaran ubi jalar, dapat digambarkan bahwa rantai pasok ubi jalar terdapat 2
(dua) bentuk yaitu pertama, mulai dari petani dijual ke pedagang pengumpul
skala besar untuk dipasok ke pabrik dan pasar tradisional dan kedua dari petani
dijual ke pengumpul kecil dijual ke pabrik dan pasar tradisional lokal. Rantai
besar terdapat 5 orang bergabung dalam usaha (cV Sinar Umbi). Rantai pasoknya
jalar. Rantai pasokan umbi kayu banyak melibatkan pelaku yaitu mulai dari
cassava).
2. Pedagang pengumpul menjual ke rantai berikutnya yakni pedagang
tapioka, industri gaplek dan industri makanan yang berbasis umbi kayu
ke industr/ pabrikan.
4. Industri Tapioka, ada dua jenis bentuk tepung Aci dan tepung asia.
Bahan baku selain dari umbi kayu juga dalam bentuk granul. Hasil
Pabrik roti di Bandung, Pabrik macaroni, Pabrik krupuk mie dan pabrik
krupuk.
6. Industri makanan kecil/ kue-kue umbi kayu, mendapat pasokan
lainnya.
c. Industri Pengolahan Umbi
lainnya. Sedangkan jenis produk yang berbahan baku langsung dari umbi
jalar antara lain kripik umbi jalar, stik umbi jalar, pasta, dan lainnya.
Tepung umbi kayu, sudah lama dikenal adalah tepung tapioka, tepung
caustic soda dan lainnya. Pada saat ini juga terdapat industri tepung umbi
industri krupuk (mie glosor), roti, kue bronis, biscuit. Industri tepung
(intermediate product) baik dalam bentuk granul dan tepung yang dapat
3. PENUTUP
Rantai pasok pangan atau yang sering disebut food supply chain adalah
hal yang sangat penting dalam agroindustri. Produk dari produsen menuju ke
konsumen tidak akan sampai jika tanpa adanya rantai pasok ini. Produk-produk
kebutuhannya. Banyak pihak yang berperan pada rantai pasok ubi kayu misalnya,
terdapat petani ubi kayu, pengumpul, industri yang memroses ubi kayu,
distributor dan konsumen yang berperan dalam rantai pasoknya. Mereka yang
sangat menentukan bahwa nantinya bahan pangan dan produk makanan akan
kepada konsumen saja, tetapi juga dibutuhkan ketepatan waktu, ketepatan jumlah
(kuantitasnya), dan tentunya kualitas yang baik (Dani, 2016). Hal ini juga
jumlahnya. Maka dalam rantai pasok ini haruslah terdapat jaminan logistik
pangan ini. Tidak hanya di daerah penghasil umbi-umbian saja namun, juga ke
maksimal. Dari segi kuantitasnya, hasil panen di berbagai daerah cukup tinggi
berbagai produk pangan, misalnya mie, roti, snack, dan biskuit. Permintaan yang
datang dari konsumen pun juga cukup besar. Umbi-umbian dapat dengan mudah
tumbuh subur di Indonesia tetapi ubi kayu itu sendiri pada dasarnya cepat apek
dan busuk ditandai dengan bintik ungu kehitaman jika tidak ditangani dengan
cepat dan tepat. Oleh karena itu, rantai pasok dari pemanenan menuju ke proses
pengolahan sebisa mungkin dengan waktu yang singkat tetapi tetap menjaga
kualitasnya.
Berbagai inovasi teknologi tentu saja perlu dikembangkan agar dapat memenuhi
penunjang dalam industri ini harus diperbaiki ataupun diganti dengan teknologi
Julie Puspa Anggraeni, Faisal Anwar, dan Ali Khomsan. 2005. Mempelajari
Marzempi dan Fauzan Azima. 1996. Pemanfaatan Tepung Ubi Kayu sebagai
hal 56.
M. Syamsul Maarif, Adil Basuki Arza, Meutia Rachamaniah, Suhadi Harjo. 1984.
Tejasari & Tim. 2001. Kajian Tepung Umbi-umbian Lokal sebagai Bahan Pangan