ABSTRAK
Pengelolaan obat merupakan satu rangkaian kegiatan yang melibatkan aspek perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, penarikan dan pemusnahan,pengendalian, pencatatan dan
pelaporan. Ketersediaan obat-obatan adalah salah satu unsur yang sangat vital dalam menjalankan peran
pelayanan kesehatan sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang tentang standar pelayanan
kefarmasian di Puskesmas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengelolaan obat di Puskesmas
Tompaso Kabupaten Minahasa. Jenis penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian kualitatif.
Informasi yang dikumpulkan melalui 4 informan yang terlibat dalam pengelolaan obat di Puskesmas dengan
menggunakan metode triangulasi. Instrumen penelitiian terdiri dari pedoman wawancara dan alat perekam
suara. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan obat di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa
sudah terlaksana dengan baik. Meskipun belum berjalan sesuai dengan peraturan yang ada serta masih ada
hal yang harus dibaharui dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan, dan juga penempatan sumber daya
manusia yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan
bahwa pengelolaan obat di Puskesmas Tompaso harus lebih di perhatikan agar selaras dengan Permenkes No
74 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas untuk kelancaran pelayaanan kesehatan
di Puskesmas. Bagi bagian pengelolaan obat di Puskesmas peneliti menyarankan agar mempertahankan
pengelolaan obat yang sudah baik saat ini dan terus melakukan perbaikan pada yang masih kurang.
1
PENDAHULUAN
Salah satu unsur kesejateraan yang harus preventif, untuk mencapai derajat kesehatan yang
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan
Indonesia Tahun 1945 adalah terwujudnya Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014.
pemerataan kesehatan yang merupakan hak asasi Ketersediaan obat-obatan adalah salah
setiap manusia. Keberadaan sarana kesehatan satu unsur yang sangat vital dalam menjalankan
merupakan salah satu yang mempengaruhi derajat peran pelayanan kesehatan. Dalam penelitian ini
kesehatan suatu negara. Undang-Undang Republik akan dibahas mengenai sarana kesehatan yang
Indonesia No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan termasuk dalam bagian kefarmasian yang
menyebutkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan menyangkut tentang bagaimana manajemen yang
merupakan suatu alat dan atau tempat yang dilaksanakan di Puskesmas, lebih terfokus lagi
pelayanan kesehatan, baik itu promotif, preventif, Pengelolahan obat di Puskesmas meliputi
dan kuratif maupun rehabilitatif yang laksanakan beberapa kegiatan diantaranya kegiatan
oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah ataupun perencanaan, penyimpanan, pendistribusian, dan
Menurut Bank Data Kementrian terlaksananya penggunaan obat yang efektif dan
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017, jumlah efisien. Hasil penelitian dari Al-Hijrah Dkk, 2013
Puskesmas di Indonesia tahun 2017 berjumlah tentang pengelolaan obat di Puskesmas Mandai
8659 Puskesmas, sedangkan jumlah Puskesmas di Kabupaten Maros, mendapatkan hasil bahwa masih
Provinsi Sulawesi Utara berjumlah 187 Puskesams terjadi kekurangan persediaan obat karena ada
yang terdiri dari 92 Puskesmas Perawatan dan 95 ketidaksesuaian jumlah yang didapat dengan yang
Puskesmas Non Perawatan. Puskesmas yang tercantum pada permintaan obat di Puskesmas
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang Mandai Kabupaten Maros juga gudang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat penyimpanan obat yang belum sesuai standar yang
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, ada. Sedangkan penelitian dari Hartono J.P, 2007
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan tentang Analisis Proses Perencanaan Kebutuhan
2
Obat Publik untuk Pelayanan Kesehatan Dasar METODE PENELITIAN
tersedia.
Penelitian ini dilaksanakan di puskesmas Tompaso
3
berkaitan dengan pengelolaan obat di Puskesmas. Kabupaten atau pengadan secara mandiri oleh
Penelitian berfokus pada perencanaan, permintaan, Puskesmas itu sendiri sesuai dengan permintaan
informn memiliki krakteristik yang berbeda. lakukan oleh petugas farmasi yang ada di
Puskesmas, tentu yang sesuai dengan yang telah berkaitan dengan pengeluaran obat dan proses
tercantum dalam perencanaan yang telah di penyerahan obat yang dilakukan secara merata
buat. Dinas Kesehatan Kabupaten belum dan teratur untuk pemenuhan kebutuhan setiap
sepenuhnya memenuhi kebutuhan obat yang unit pelayanan kesehatan. Pendistribusian obat
Minahasa sehingga menggunakan dana BPJS Sub unit pelayanan kesehatan yang ada di
untuk membeli obat dan menutupi kekurangan Puskesmas dilakakukan melalui apotik
3. Penerimaan obat di Puskesmas adalah kegiatan 6. Pemusnahan dan penarikan obat di Puskesmas
penerimaan obat dari Instalasi Farmasi akan terjadi apabila ada obat yang tidak sesuai
4
dengan standar dan ketentuan perundang- PEMBAHASAN
pemusnahan sendiri obat yang sudah Menurut Permenkes 74 tahun 2016 Daftar
kadaluarsa, tetapi harus dibuat berita acara dan Obat Esensial Nasional (DOEN) adalah acuan
dari pemakaian obat pada bulan sebelumnya Perencanaan obat di Puskesmas Tompaso
juga melakukan pertukaran pemakaian antara Kabupaten Minahasa dibuat dalam bentuk LPLPO.
stok obat dari APBD dan JKN. Meskipun telah membuat perencanaan berdasarkan
pelaoran obat dilakukan oleh Puskesmas daftar obat yang telah di tetapkan oleh dinas
Tompaso Kabupaten Minahasa setiap hari Kesehetan Kabupaten Minahasa. Hal ini sejalan
sesuai jenis, jumlah pemakaian dan dibuat dengan hasil penelitian Hartono J.P tahun 2007
kebutuhan rill Puskesmas. diterima terkadang tidak sesuai dengan yang ada
Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa merk lain, sehingga petugas Puskesmas harus
permintaan obat di ajukan oleh Puskesmas ke secara telitih memeriksa semua obat yang di terima
gudang obat dinas kesehatan kabupaten dari gudang obat dinas kesehatan kabupaten ke
menggunakan format LPLPO. LPLPO Puskesmas Puskesmas. Setelah petugas farmasi Puskesmas
yang berisi daftar obat mulai dari daftar pemakaian mengecek obat yang dibawah oleh petugas gudang
obat sampai dengan sisa jumlah pemakaian obat obat dinas kesehatan kabupaten maka obat di
pada bulan berjalan dilaporkan ke dinas kesehatan pindahkan ke gudang obat Puskesmas.
Penelitian yang terdahulu dilakukan oleh kesehatan, kemudian di bawah ke puskesmas dan
Kobandaha (2016) dengan judul analisis staf apotik melakukan pengecekan kembali obat
Manado dibuat sesuai kebutuhan puskesmas Menurut pengamatan peneliti di gudang obat
dengan menggunakan LPLPO. Permintaan di buat Puskesmas Tompaso, gudang obat di Puskesmas
Penerimaan obat di Puskesmas Tompaso sinar matahari yang masuk ke gudang. Gudang
Kabupaten Minahasa dilakukan oleh petugas obat hanya berukuran 2 x 1 meter, sehingga jika
6
datang obat dari gudang obat dinas kesehatan puskesmas ke sub unit pelayanan kesehatan
kabupaten Minahasa, gudang obat menjadi penuh. puskesmas dilakukan dengan sistem amprah,
Obat di susun dengan cara menyesuaikan saja dilakukan setiap bulannya sesuai pemakaian.
7
Terdapat perbedaan hasil penelitian adanya dana JKN maka pihak dinas kesehatan
pengedalian obat di Puskesmas, sperti pada mengaharapkan permintaan obat obat di Puskesmas
penelitian Kobandaha (2016) yang berjudul analisis dapat di penuhi dengan dana tersebut. Penerimaan
Wenang Kota Manado, dimana hasil penelitiannya dilakukan oleh petugas farmasi yang ada, obat di
mengemukakan bahwa pengendalian obat di bawah oleh petugas gudang obat dinas kesehatan
obat asli pabrik dengan melihat waktu expire. Tompaso Kabupaten Minahasa di letakkan di
pemakaian obat dan di laporkan ke gudang obat disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Dinkes Kab. Minahasa. Demikian pula dengan Pendistribusian dilakukan langsung oleh petugas
Narkotika dan Psikotropika menurut data yang farmasi puskesmas kepada masing-masing
peneliti temukan di Puskesmas Tompaso penanggung jawab sub unit pelayanan kesehatan.
Kabupaten Minahasa bentuk pelaporannya di buat Apabila terdapat obat yang sudah tidak layak untuk
mulai dari saldo awal, jumlah pemasukan, jumlah di gunakan seperti sudah kadaluarsa maka akan di
penggunaan, sampai pada saldo akhir. Bentuk musnahkan. Pengendalian obat di Puskesmas
pelaporan dari ke puskesmas ke gudang obat di Tompaso Kabupaten Minahasa dilakukan dengan
buat dalam format LPLPO, LPLPO tersebut melakukan sistem swits antara obat dari JKN dan
berisikan mulai dari sisa stok obat yang ada sampai obat dari dana APBD. Pencatatan obat di buat
pada jumlah permintaan kebutuhan pada bulan sesuai dengan penerimaan dan pemakaian
SARAN
Perencanaan di sesuaikan dengan jumlah
Tompaso Kabupaten Minahasa agar dapat Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman
Mandai Kabupaten Maros, Bagian Hartono JP, 2007. Analisis Proses Perencanaan
(http://eprints.undip.ac.id/17996/1/JOKO_ 2017.
Republik Indonesia.
(http://www.depkes.go.id/resources/downl
oad/pusdatin/profil-kesehatan
indonesia/profil-kesehatan-Indon) Diakses
10 April 2017.
Masyarakat Vol 8. No 3.
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kes
10