Anda di halaman 1dari 132

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EVALUASI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BERDASARKAN ASAS


TRANSPARAN, AKUNTABEL, PARTISIPATIF, TERTIB DAN DISIPLIN
ANGGARAN
Studi Kasus di Desa Sambirejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten
Gunungkidul

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


memperoleh gelar sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi

Oleh:
Stefanus Dimasias Aditya
NIM: 132114073

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EVALUASI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BERDASARKAN ASAS


TRANSPARAN, AKUNTABEL, PARTISIPATIF, TERTIB DAN DISIPLIN
ANGGARAN
Studi Kasus di Desa Sambirejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten
Gunungkidul

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


memperoleh gelar sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi

Oleh:
Stefanus Dimasias Aditya
NIM: 132114073

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2018

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERSEMBAHAN

“It takes a thousand stairway of hell to feel a little piece of heaven”

-Dimas, 2016

Karya ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Papa Suhardi Wijanto dan Mama Anna Marianawati

Adikku Angela Dhyta Mahardiza dan Alexandra Davira Mahardiza

Keluarga Besar AP. Sagimo dan Ki Joyo Winoto

Bapak dan ibu Dosen, Guru, beserta teman-teman di TK,SD,& SMP Santo
Markus 2, SMA Pangudi Luhur 2, dan Universitas Sanata Dharma

dan semua orang yang telah berjasa dalam pembuatan penelitian ini.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
“EVALUASI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BERDASARKAN ASAS
TRANSPARAN, AKUNTABEL, PARTISIPATIF, TERTIB DAN DISIPLIN
ANGGARAN” Studi Kasus di Desa Sambirejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten
Gunungkidul dan diajukan untuk diuji pada tanggal.... adalah hasil karya saya
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak
terdapat keseluruhan atau sebagaian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara
menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang
menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yan saya akui
seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau
keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang
lain tanpa memberikan pengakukan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja ataupun tidak,
dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan
saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan
menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,
berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas bata saya terima.

Yogyakarta, 28 Maret 2018


Yang membuat pernyataan,

Stefanus Dimasias Aditya

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Stefanus Dimasias Aditya

NIM : 132114073

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “EVALUASI
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BERDASARKAN ASAS
TRANSPARAN, AKUNTABEL, PARTISIPATIF, TERTIB DAN DISIPLIN
ANGGARAN” Studi Kasus di Desa Sambirejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten
Gunungkidul.

Dengan demikian, saya memberika kepada Perpustakaan Universitas Sanata


Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 28 Maret 2018

Stefanus Dimasias Aditya

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan berkat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan,


dukungan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. J. Eka Priyatma, M.Sc.., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata


Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan berkembang
di Universitas Sanata Dharma.
2. A. Yudi Yuniarto., S.E., MBA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA., CA., selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma
4. Dr.FA. Joko Siswanto, MM., Akt., QIA, CA., selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah sepenuh hati membantu dan membimbing penulis agar
terselesaikannya skripsi ini.
5. Ilsa Haruti Suryandari, SE., SIP., M.Sc., AK., CA, selaku dosen
pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama empat tahun
menjalani studi di Universitas Sanata Dharma
6. Ibu Yuliasih selaku Kepala Desa Sambirejo beserta jajarannya yang telah
mau meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran agar terselenggaranya
penelitian ini dengan baik.
7. Papa, Mama, Adik, serta keluarga besar tercinta atas doa dan harapannya
agar skripsi ini dapat segera terselesaikan
8. Sahabat sejak tkku Yogi, Adit, Iyus, Moty, Aji, Emerald, Damar, Chrisna
yang sudah memberikan dukungan baik secara moral dan materi.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9. Teman-teman seperjuanganku Tere, Nia, Selvi, Galuh, Wisnu, Lukas,


Acong, Age, Budi, Ristyo, Raka, Juve, Karlen, Cyril, Dhea, Desti,
Karina,Gandhi, Dita, dan teman-teman Akuntansi angkatan 13.
10. Crew dan owner Pothz Burger Ibu, mas Dery, Echa, Okta, Raras, mbak
Laras, Kevin, mas Indra, dan Beno yang memberikan dukungan saat
menyelesaikan skripsi ini
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dari skripsi


ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 28 Maret 2018

Stefanus Dimasias Aditya

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ......................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA TULIS .........vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ...................................................................vii
HALAMAN DAFTAR ISI .................................................................................ix
HALAMAN DAFTAR TABEL .....................................................................xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ....................................................................xii
HALAMAN DAFTAR LAMIRAN ..................................................................xiii
ABSTRAK .......................................................................................................xiv
ABSTRACT ........................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................6
C. Tujuan Penelitan ..................................................................................6
D. Manfaat Penelitan ..................................................................................6
E. Sistematika Penulisan ......................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI ..........................................................9
A. Desa ..............................................................................................9
1. Pengertian Desa ......................................................................9
2. Perubahan Bentuk Desa ........................................................11
3. Badan Permusyawaratan Desa ............................................12
4. Kelembagaan Desa ....................................................................14
5. Pengelolaan Keuangan Desa ........................................................17
B. Asas Pengelolaan Keuangan Desa ............................................35
1. Transparansi ................................................................................36
2. Akuntabel ................................................................................39
3. Partisipatif ................................................................................42
4. Tertib dan Disiplin Anggaran ........................................................44
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................51
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................51
B. Jenis Penelitian ................................................................................51
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................52
D. Keabsahan Data ................................................................................53
E. Teknik Analisis Data ....................................................................54

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA SAMBIREJO ....................60


A. Deskripsi Tempat Penelitian ........................................................60
B. Deskripsi Pemerintahan Desa Sambirejo ............................................64
C. Deskripsi Tugas dan Wewenang Aparatur Desa ................................66
BAB V PEMBAHASAN ....................................................................69
A. Gambaran Umum Pengelolaan Keuangan Desa Sambirejo ........73
B. Evaluasi Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan Asas Transparan,
Akuntabel, Partisipatif, Tertib dan Disiplin Anggaran
........................................................................................................72
C. Perbandingan Hasil Analisis Wawancara, Hasil Analisis Observasi, dan
Hasil Analisis Dokumentasi ......................................................102
BAB VI PENUTUP ..............................................................................108
A. Kesimpulan ..............................................................................108
B. Keterbatasan ..............................................................................109
C. Saran ..........................................................................................109
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................111
LAMPIRAN ......................................................................................................113

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Contoh Perbandingan Hasil Temuan Berdasarkan Asas


Transparansi, Akuntabel, Partisipatif, Tertib dan Disiplin
Anggaran........................................................................................59
Tabel 4.1 Pekerjaan Masyarakat Desa Sambirejo Tahun 2016 .....................61
Tabel 4.2 Data Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sambirejo
Tahun 2016 ....................................................................................62
Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana Pendidikan Desa Sambirejo
Tahun 2016 ....................................................................................62
Tabel 4.4 Data Sarana dan Prasarana Kesehatan Desa Sambirejo
Tahun 2016 ....................................................................................63
Tabel 4.5 Data Sarana dan Prasarana Umum Desa Sambirejo
Tahun 2016 ....................................................................................63
Tabel 4.6 Data Sarana dan Prasarana Ibadah Desa Sambirejo
Tahun 2016 ....................................................................................64
Tabel 5.1 Perbandingan Hasil Temuan Berdasarkan Asas Transparansi .....102
Tabel 5.2 Perbandingan Hasil Temuan Berdasarkan Asas Akuntabel .........105
Tabel 5.3 Perbandingan Hasil Temuan Berdasarkan Asas Partisipatif ........106
Tabel 5.4 Perbandingan Hasil Temuan Berdasarkan Asas Tertib dan Disiplin
Anggaran .....................................................................................107

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kelembagaan desa ....................................................................15


Gambar 4.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa Sambirejo .......65

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ..................................................................114


Lampiran 2 Daftar Pertanyaan Wawancara ......................................................115

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
EVALUASI PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BERDASARKAN ASAS
TRANSPARAN, AKUNTABEL, PARTISIPATIF, TERTIB DAN DISIPLIN
ANGGARAN
Studi Kasus di Desa Sambirejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten
Gunungkidul

Stefanus Dimasias Aditya


NIM: 132114073
Universitas Sanata Dharma
Yogyakata
2018

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengelolaan keuangan desa


berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif, tertib dan disiplin anggaran di
pemerintahan Desa Sambirejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan analisis deskriptif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri dari wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
kualitatif. Data dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi tersebut
dibandingkan dengan menggunakan indikator-indikator untuk mencari apakah
indikator tersebut telah dipenuhi atau belum.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pengelolaan keuangan
pemerintah desa Sambirejo telah sesuai dengan asas transparan, akuntabel,
partisipatif, tertib dan disiplin anggaran dengan terpenuhinya semua indikator.
Meskipun begitu, masih terdapat beberapa kekurangan dan hambatan yang dihadapi
pemerintah desa seperti kurangnya SDM yang berkompeten, kurangnya
kedisiplinan dalam mengisi dokumen, cuaca dan bencana alam yang dapat
mengganggu kegiatan pembangunan, serta peraturan dari pemerintah pusat yang
dapat secara tiba-tiba berubah.

Kata Kunci: Transparan, Akuntabel, Partisipatif, Tertib dan disiplin anggaran,


pengelolaan keuangan desa

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

EVALUATION OF GOVERNMENTAL FINANCIAL MANAGEMENT


BASED ON TRANSPARENT, ACCOUNTABLE, PARTICIPATIVE,
ORDER AND DISCIPLINE BUDGETING PRINCIPLES
A Case Study at Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen, Kabupaten
Gungungkidul

Stefanus Dimasias Aditya


Student Number: 132114073
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2018

This research aimed to evaluate governmental financial management based


on transparent, accountable, participative, order and dicipline budgetting principles
at Desa Sambirejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul.
This reserach was a case study with descriptive analytical approach, The
data collection techniques were interview, observation, and documentation. The
analysis technique was derscriptive qualitative analysis. Data collected from
interview, observation, and documentation compared with indicators to find
whether the indicators has been fullfiled or not.
The result indicated that the financial management on Desa Sambirejo is
compatible with transparent, accountable, participative, order and discipline
budgetting principle with the fulfillment of all indicators. Although, there were still
some obstales and shortage such as lack of human resources, lack of dicipline in
filling document, weather and natural disasters that could interfere development
activities, and change of regulation from central government.

Keywords: Transparent, Accountable, Participative, Order and Discipline,


Governmental Financial Managemen

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum menganut sistem desentralisasi, Indonesia pernah berada dalam

pemerintahan yang sentralistik pada rezim Soeharto (1967-1998). Ini berarti

masyarakat Indonesia pernah berada di dalam sistem pemerintahan yang

sentralistik selama kurang lebih 32 tahun. Menurut Waris (2012: 38), sebelum

tumbangnya rezim Orde Baru, dalam kurun waktu yang cukup lama Indonesia

menjadikan paradigma pembangunan sebagai ladasan nilai yang menjadi acuan

dari seluruh kebijakan pemerintahan. Agar memudahkan pelaksanaan paradigma

yang berorientasi pembangunan ini, pemerintah Orde Baru menerapkan sistem

pemerintahan yang sentralistik, paternalistik, dan sangat birokratik. Meskipun

tidak ada yang salah dengan paradigma tersebut, namun pemerintahan Orde

Baru memiliki asumsi bahwa pembangunan hanya dapat terlaksana jika tercipta

stabilitas politik dan keamanan. Dalam perkembangannya pelaksanaan menjadi

terpusat, partisipasi rakyat diabaikan, rakyat hanya menjadi objek pembangunan,

dan pemerintah daerah menjadi pelengkap saja dari sistem pemerintahan

nasional tanpa perlu berbuat apa-apa terutama dalam hal perencanaan.

Runtuhnya rezim Orde Baru dipicu oleh peristiwa krisis moneter pada

tahun 1998. Krisis moneter tersebut membawa masyarakat Indonesia kedalam

hidup yang serba kekurangan dikarenakan harga-harga kebutuhan pokok yang

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

melonjak tinggi. Akibatnya, munculah pergolakan dari masyarakat terutama dari

golongan mahasiswa untuk mengakhiri masa kepemimpinan presiden Soeharto

yang dinilai tidak dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada.

Setelah rezim Orde Baru berakhir dan digantikan dengan era reformasi,

maka berakhir pula sistem pemerintahan yang sentralistik. Berdasarkan Undang-

undang No.22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan Undang-undang

No.25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, paradigma

sentralisasi digantikan dengan desentralisasi pada tahun 2001. Desentralisasi

sendiri menurut Undang-undang No.23 Tahun 2014 adalah penyerahan urusan

pemerintah oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas

otonomi. Tujuan dari diberlakukannya pemerintahan daerah menurut Undang-

undang No.23 Tahun 2014 adalah “Bahwa penyelenggaraan pemerintahan

daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat,

serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,

pemerataan, keadilan, dan kekahsan suatu daerah dalam sisem Negara Kesatuan

Republik Indonesia”.

Menurut Mardiasmo (2004: 5), desentralisasi tidak hanya berarti

pelimpahan wewenang dari pemeritah pusat ke pemerintah yang lebih rendah,

tetapi juga pelimpahan beberapa wewenang pemerintah ke pihak swasta dalam

bentuk privatisasi. Desentralisasi diharapkan juga akan menghasilkan dua

manfaat nyata yaitu pertama, mendorong peningkatan partisipasi prakarsa dan

kreativitas masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

hasil pembangunan di seluruh daerah dengan memanfaakan sumber daya dan

potensi yang ada. Kedua, memperbaiki alokasi sumber daya produksi melalui

pergeseran peran pengambil keputusan publik ke tingkat pemerintah yang paling

rendah yang memiliki informasi paling lengkap.

Menurut Basri (2009: 519), dari segi gagasannya, otonomi daerah tetap

lebih baik daripada sentralisme dan karenanya tetap layak diteruskan dan di

perjuangkan. Kendati demikian beliau juga berpendapat bahwa meskipun

otonomi daerah dinilai cepat, terdapat beberapa kekurangan didalamnya. Salah

satu kekurangannya adalah kesulitan yang dihadapi oleh pemerintah daerah

sendiri dalam mengelola pemakaian dananya sehingga menimbulkan dampak

serius berupa lonjakan kasus korupsi di daerah-daerah.

Seperti yang dikutip Asril dalam http://nasional.kompas.com pada tahun

2015 Mentri Dalam Negri Thajo Kumolo mengatakan, tercatat terdapat 343

kasus kepala daerah yang tersandung masalah korupsi. Beliau mengunggkapkan

bahwa sebagian besar korupsi dilakukan dalam pengelolaan keuangan daerah

yang besumber pada penyusunan anggaran, pajak, retribusi daerah, serta

pengadaan barang dan jasa. Sementara itu pada tahun 2017, menurut Mentri

Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) yang dikutip

dari Sigrianus dalam http://regional.kompas.com menyebutkan terdapat 600

laporan yang masuk terkait penyelewengan dana desa. Meskipun 300 laporan

diantaranya diduga terjadi karena aparatur kurang memahami prosedur

penggunaan dana desa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dalam rangka mencegah penyalahgunaan dalam proses pengelolaan

keuangan yang dalam hal ini adalah desa, maka Kementrian Dalam Negri

membuat peraturan No.113 Pasal 2 Tahun 2014. Isi dari peraturan tersebut

adalah “keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel,

partisipatif, serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran”. Tujuan dari

penerapan peraturan ini agar setiap aparatur desa dapat memiliki landasan dalam

mengelola keuangan desa. Hal senada juga ditemukan di dalam Peraturan Bupati

Gunungkidul No.49 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.

Desa Sambirejo terletak di Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul.

Karena posisinya yang terletak diutara, maka desa Sambirejo dijadikan sebagai

“pintu masuk” Kabupaten Gunungkidul dengan wilayah lain di utara

Gunungkidul. Desa Sambirejo berbatasan langsung dengan dua Kabupaten

sekaligus yaitu Klaten dan Sukoharjo. Selain itu akses menuju kota-kota besar

seperti Solo dan Yogyakarta sudah memadai dengan adanya infrastruktur jalan

yang baik. Hal tersebut bisa menjadi salah satu kelebihan tersendiri bagi Desa

Sambirejo.

Selain daerahnya yang strategis, Desa Sambirejo juga memiliki beragam

potensi. Mulai dari bermacam-macamnya industri rumahan seperti industri

genting, industri anyaman, usaha pembuatan tahu, usaha pembuatan makanan

ringan berbahan dasar buah, peternakan burung puyuh, peternakan ayam jawa

super, dan beberapa umkm lainnya. Disamping itu, kekayaan alam yang dimiliki

Desa Sambirejo juga melimpah. Pertanian, perkebunan, bahkan pertambangan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dapat berkembang di daerah tersebut. Meskipun masih jarang ditemukan adanya

koperasi maupun kelompok-kelompok umkm yang menaungi satu jenis usaha.

Pada tahun 2016 Kabupaten Gunungkidul memperoleh dana desa sebesar

103,5 miliar. Dana desa yang tersalur ke Kecamatan Ngawen pun tercatat

sebesar 4,5 miliar. Sementara itu untuk Desa Sambirejo mendapatkan dana

sekitar 780 juta rupiah (www.keuangandesa.com, Juni 2016). Jumlah tersebut

diprediksi akan meningkat di tahun-tahun yang akan datang. Hal tersebut juga

dapat menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Desa Sambirejo untuk dapat

pula meningkatkan kinerjanya di tahun mendatang. Fakta yang terjadi pada

tahun 2016 adalah beberapa desa di Kabupaten Gunungkidul masih belum dapat

memaksimalkan penggunaan dana desa karena terdapat keraguan dalam

mengolahnya.

Dalam penelitian ini penulis melihat bahwa Desa Sambirejo memiliki

potensi yang cukup besar. Ditambah lagi pemerintah pusat sudah memberikan

kewenangan penuh kepada pemerintah daerah untuk mengelola sendiri

pemerintahannya, maka seharusnya potensi ini dapat digali lebih jauh lagi.

Pemerintah mulai tahun 2015 juga memberikan dana desa yang jumlahnya

cukup banyak. Dana desa tersebut sebaiknya dapat dikelola dengan baik oleh

pemerintah desa. Pengelolaan keuangan yang baik berlandaskan asas transparan,

akuntabel, partisipatif, tertib dan disiplin anggaran seperti yang tercantum dalam

Peraturan Mentri Dalam Negri No.113 Pasal 2 Tahun 2014. Bahkan asas-asas

tersebut juga tercantum dalam Peraturan Bupati Gunungkidul No.49 Tahun

2015. Jika kesempatan yang diberikan oleh pemerintah pusat (desentralisasi)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dibarengi dengan pengelolaan keuangan yang baik, dan didukung oleh potensi

yang menjanjikan dari daerah tersebut, bukan suatu hal yang mustahil jika desa

Sambirejo akan merubah statusnya dari desa berkembang menjadi desa maju.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan


judul “Evaluasi Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan Asas
Transparan, Akuntabel, Partisipatif, Tertib dan Disiplin Anggaran”.

B. Rumusan Masalah

Apakah pengelolaan keuangan desa Sambirejo telah sesuai dengan asas

transparan, akuntabel, partisipatif, tertib dan disiplin anggaran?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah pengelolaan keuangan desa Sambirejo telah

sesuai dengan asas transparan, akuntabel, partisipatif, tertib dan disiplin

anggaran.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Desa Sambirejo

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah evaluasi

berkaitan dengan prosedur pengelolaan keuangan desa di Desa Sambirejo.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharpakan mampu menjadi referensi untuk penelitian

yang akan datang. Selain itu diharapkan penelitian ini menambah

kepustakaan mengenai pengelolaan keuangan khususnya desa.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan menjadi sarana penyaluran teori yang

sudah diajarkan selama ini di dalam perkuliahan.

E. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan mengani latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Bab ini menjelaskan teori-teori yang mendukung dalam

penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian,

jenis penelitian, teknik pengumpulan, pengujian keabsahan

data, dan teknik analisis data


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV Gambaran Umum Objek Penelitian

Bab ini menjelaskan secara garis besar mengenai objek yang

diteliti mulai dari sejarah hingga struktur organisasinya.

BAB V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan tentang deskripsi data beserta analisis

dan hasil penelitiannya.

BAB VI Penutup

Bab ini menjelaskan bagian kesimpulan, keterbatasan

penelitian dan saran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Desa

1. Pengertian Desa

Menurut UU No.6 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 1, desa dan desa adat

atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat bedasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,

dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sementara itu

menurut Hoesada (2016: 32) menambahkan bahwa sebuah desa adalah

sebuah yuridiksi hukum berkegiatan utama pertanian, ekstraktif, dan

pengelolaan sumber daya alam lain, sebuah kawasan yang digunakan

sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan desa,

pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Desa di Indonesia berjumlah cukup banyak. Beberapa diantaranya

bahkan sudah berdiri sejak berpuluh-puluh tahun lamanya. Bahkan

beberapa desa sudah terbentuk ratusan tahun yang lalu. Karenanya,

penyebutan “Desa” dibeberapa tempat amatlah berbeda.Selain itu terdapat

desa yang berada di daerah terpencil di pelosok daerah. Desa tersebutlah

yang dapat dikatakan dengan Desa Adat karena keseharian masyarakatnya

masih lebih sering menggunakan adat yang berlaku dan bukan dengan

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

peraturan daerah. Menurut UU No.6 Tahun 2014 Pasal 6 Ayat 1

mengatakan, Desa dapat juga disebut Desa Adat. Penyebutan Desa atau

Desa Adat sebagaimana dimaksud pada ayat 1, disesuaikan dengan

penyebutan yang berlaku di daerah setempat.

Selanjutnya Menurut UU No.6 Tahun 2014 Pasal 97 menyebutkan

bahwa penetapan Desa Adat memiliki beberapa syarat yaitu pertama,

kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya secara nyata

masih hidup, baik yang bersifat teritorial, genealogis, maupun yang

bersifat fungsional. Kedua, kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak

tradisionalnya dipandang sesuai dengan perkembangan masyarakat.

Ketiga, kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya ssuai

dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kesatuan

masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya dipandang sesuai

dengan perkembangan masyarakat apabila pertama, keberadaannya telah

diakui berdasarkan undang-undang yang berlaku sebagai pencerminan

perkembangan nilai yang dianggap ideal dalam masyarakat dewasa ini,

baik undang-undang yang bersifat umum maupun sektoral. Kedua,

Substansi hak tradisional tersebut diakui dan dihormati oleh warga

kesatuan masyarakat yang bersangkutan dan masyarakat yang lebih luas

serta tidak bertentangan dengan hak asasi manusia.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

2. Perubahan Bentuk Desa

Menurut UU No.6 Tahun 2014 Pasal 100, status Desa dapat diubah

menjadi Desa Adat, kelurahan dapat diubah menjadi Desa Adat, Desa Adat

dapat diubah menjadi Desa, dan Desa Adat dapat diubah menjadi

kelurahan berdasarkan prakarsa masyarakat yang bersangkutan melalui

musyawarah Desa dan disetujui oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Menurut Permendagri No.1 Tahun 2017 Pasal 46, Perubahan status

Desa menjadi Kelurahan harus memenuhi persyaratan. Beberapa

persyaratan diantaranya adalah:

a. Luas wilayah tidak berubah

b. Penduduk paling sedikit delapan ribu jiwa atau seribu enam ratus

kepala keluarga

c. Meningatnya kuantitas dan kualitas pelayanan

d. Kondisi infrastruktur bercirikan perkotaan

e. Batas usia desa paling sedikit lima tahun semenjak pembentukan.

Sementara itu Menurut Permendagri No.1 Tahun 2017 Pasal 49

menjelaskan bahwa Kelurahan dapat menjadi Desa jika kehidupan

masyarakatnya masih bersifat perdesaan, meskipun perubahan dari

Kelurahan ke Desa terjadi diseluruh wilayah maupun hanya sebagian.

Kondisi masyarakat yang homogen, mata pencaharian masyarakat

sebagian besar di bidang agraris atau nelayan, dan akses transportasi dan

komunikasi masih terbatas dapat menjadi sebab Kelurahan diubah lagi

statusnya menjadi Desa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Selanjutnya perubahan status Desa Adat menjadi Desa diubah

berdasarkan saran dan pendapat dari masyarakat. Begitu pula seperti yang

disebutkan pada Pasal 61 perubahan status Desa menjadi Desa Adat

dilakukan berdasarkan hasil musyawarah masyarakat. Setelah

musyawarah tersebut dilakukan barulah Bupati/Wali Kota menugaskan

tim untuk melakukan verifikasi hal tersebut. Setelah itu berdasarkan hasil

kajian tersebut, Bupati/Wali Kota berhak menyetujui atau menolak

perubahan status baik dari Desa menjadi Desa Adat maupun Desa Adat

menjadi Desa. Hal tersebut juga berlaku bagi perubahan Status Kelurahan

menjadi Desa Adat maupun Status Desa Adat menjadi Kelurahan.

3. Badan Permusyawaratan Desa

Berdasarkan Permendagri No.1 Tahun 2017 Pasal 1 Tentang

Penataan Desa menyebutkan bahwa Badan Permusyawaratan Desa adalah

lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya

merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah

dan ditetapkan secara demokratis. Secara garis besar, Badan

Permusyawaratan Desa adalah badan yang terdiri dari beberapa orang

perwakilan dari desa untuk melaksanakan tugas kepemerintahan dengan

tujuan agar komunikasi antara aparatur desa dengan masyarakat dapat

terjalin. Sehingga aspirasi-aspirasi masyarakatpun dapat tersalurkan

dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Sementara itu Hoesada (2016: 33) menjelaskan,

“Sebagai sebuah yuridiksi hukum seolah-olah miniatur


mandiri pemerintahan NKRI, sebuah desa membentuk
Badan Permusyawaratan Desa, membangaun Peraturan
Desa sebagai peraturan peundang-undangan desa tersebut
yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah
dimusyawarahkan bersama Badan Permusyawaratan Desa
(BPD), di dalamnya termaktub peraturan desa tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM
Desa) dan diturunkan menjadi rencana pembangunan
tahunan desa yang disebut Rencana KERJA Pemerintah
Desa (RKP Desa) terintegrasi ke atas dengan program-
program pemerintah pusah dan pemerintah daerah yang
masuk ke desa tersebut”

Masyarakat di pedesaan pada umumnya masih mengedepankan

prinsip musyawarah dalam memutuskan sebuah keputusan. Musyawarah

sering digunakan oleh aparatur desa beserta Badan Permusyawarahan

Desa dan juga elemen-elemen lainnya disekitar desa untuk memecahkan

suatu masalah. Berdasarkan permendagri No.1 Tahun 2017 Pasal 1 sendiri

dijelaskan bahwa “Musyawarah Desa atau disebut dengan nama lain

adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah

Desa dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan

Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis”.

Menurut UU No.4 Tahun 2016 Pasal 55 dijelaskan bahwa Badan

Permusyawaratan Desa memiliki tiga fungsi utama yaitu:

a. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama

Kepala Desa

b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa

c. Melakukan pengawasan Kepala Desa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Berdasarkan fungsi utamanya, Badan Permusyawaratan Desa

memiliki peranan yang cukup besar bagi keberlangsungan kegiatan

pemerintahan di desa tersebut. Karena selain menampun dan menyalurkan

aspirasi dari masyarakat, Badan Permusyawaratan Desa juga memiliki

fungsi menyepakati rancangan peraturan dan juga ikut serta melakukan

pengawasan kepada Kepala Desa.

4. Kelembagaan Desa

Menurut (Yuliansyah & Rusmianto, 2016) lembaga adat desa

merupakan mitra pemerintah desa dan lembaga desa lainnya dalam

memberdayakan masyarakat desa. Lembaga adat desa sebenarnya sudah

terbentuk sebelum adanya pemerintahan desa itu sendiri. Lembaga adat

desa bertindak sebagai penegak keamanan dan sebagai pihak mediator jika

terjadi konflik di dalam desa. Seiring berkembangnya waktu,

pemerintahan desa mulai dibangun sebagai sarana pelayanan masyarakat

yang lebih luas cakupannya.

Berikut adalah garis besar kelembagaan desa menurut penjabaran

Yuliansyah dan Rusmianto (2016: 13) pada UU No.6 Tahun 2014.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Gambar 2.1 Kelembagaan Desa


Sumber: (Yuliansyah & Rusmianto, 2016: 13)

Dapat dilihat bahwa awal mula dari bagan tersebut adalah, Kepala

Desa selalu berkonsultasi mengenai setiap kebijakanya yang dibuatnya

kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Badan Permusyawaratan

Desa juga bertindak sebagai pihak yang ikut bermusyawarah dalam

menyepakati keputusan Kepala Desa, menyalurkan aspirasi masyarakat,

dan juga pengawas kinerja masyarakat desa. Selanjutnya, pemerintah

memiliki mitra yang dinamai LKMD/LPM (Lembaga Ketahanan

Masyarakat Desa/Lembaga Pemberdayaan Masyarakat). Menurut Kepres

No.49 Tahun 2001 Pasal 1 menyebutkan bahwa “Lembaga Ketahanan

Masyarakat atau yang selanjutnya disingkat LKMD atau sebutan lain

adalah wadah yang dibentuk atas prkarsa masyarakat sebagai mitra


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Pemerintah Desa dan Pemerintah Kelurahan dalam menampung dan

mewujudkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dibidang

pembanganunan”. LKMD menurut Kepres No.49 Tahun 2001 Pasal 3

memiliki tugas:

a. Menyusun rencana pembangunan yang partisipatif

b. Menggerakan swadaya gotong royong masyarakat

c. Melaksanakan dan mengendalikan pembangunan.

Selain itu, Dalam Kepres No.49 Tahun 2001 Pasal 11 juga

disebutkan bahwa hubungan LKMD dengan organisasi masyarakat

lainnya maupun RT dan RW bersifat konsultatif dan kerja sama yang

saling menguntungkan.

Selanjutnya, Kepala Desa dapat memberikan perintah kepada Kasi

(Kepala Seksi), Serkertaris Desa, dan juga kepada Kepala Dusun.

Perintah-perintah tersebut berkaitan dengan hasil dari musyawarah antara

Kepala Desa dengan BPD dan juga masukan-masukan ysang diberikan

oleh LPM/LKMD. Barulah setiap bagian mengerjakan apa yang sudah

dirumuskan Kepala Desa dengan organisasi-organisasi atau kelembagaan

tersebut agar tujuan yang sudah dimusyawarahkan dapat terwujud.

Keputusan-keputusan tersebut diharpkan berdampak hingga ke lembaga

yang paling kecil yaitu RT bahkan hingga ke masing-masing keluarga

bahkan tiap-tiap individunya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

5. Pengelolaan Keuangan Desa

Menurut UU No.6 Tahun 2014, “Keuangan Desa adalah semua hak

dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu

berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan

kewajiban Desa”. Selanjutnya, hak dan kewajiban yang dimaksud

menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan

Keuangan Desa. Sementara itu Menurut Permendagri No.113 Tahun 2014

dijelaskan bahwa “Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan

kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, dan pertangungjawaban keuangan desa.

Menurut Permendagri No.113 Tahun 2014 Kepala Desa adalah

pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili

Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang

dipisahkan. Kepala Desa dalam mengelola keuangan desa dibantu oleh

PTPKD (Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa) yang dipilih

secara langsung oleh beliau. PTPKD berasal dari Serkertaris Desa, Kepala

Seksi, dan Bendahara.

Serkertaris Desa bertindak selaku koordinator pelaksana teknis

pengelolaan keuangan dengan tugas menyusun dan melaksanakan

APBDEsa, melakukan pengendalian terhadap kegiatan yang dibiayai

APBDEsa, menyuusn laporan tanggungjawab dan melakukan verifikasi

bukt-bukti penerimaan dan pengeluaran APBDEsa. Sementara itu Kepala


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

Seksi bertindak sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan bidangnya.

Masing- masing kepala seksi memiliki tugas menyusun rencana kegiatan,

melaksanakan kegiatan tersebut bersama lembaga masyarakat desa,

melakukan pengeluaran, mengendalikan pelaksanaan kegiatan,

melaporkan pekembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa, dan

menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan

kegiatan. Bendahara sendiri memiliki tugas untuk menerima, menyimpan,

menyetorkan/membayar, metausahakan, dan mempertanggungjawabkan

penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam

rangka pelaksanaan APBDesa.

Siklus pengelolaan keuangan desa hampir sama dengan siklus

pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara terdiri dari

perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan/perbendaharaan, akuntansi,

pemeriksaan, dan pertanggungjawaban. Sementara itu pengelolaan

keuangan desa terdiri dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban. Siklus keuangan

desa sendiri menurut Widodo, dkk (2015: 39) dalam petunjuk pelaksanaan

bimbingan dan konsultasi pengelolaan keuangan desa, dapat dijabarkan

sebagai berikut:

a. Perencanaan Keuangan Desa

Perencanaan keuangan desa mengacu pada perencanaan

pembangunan kabupaten/kota. Perencanaan pembangunan desa

dibagi menjadi RPJM dan RKP. RPJM Desa (Rencana


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Pembangunan Jangka Menengah Desa) adalah perencanaan yang

dilakukan untuk rencana enam tahun. RPJM Desa dalam

penyusunannya wajib melibatkan Musrenbangdes (Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Desa) secara partisipatif.

Musrenbangdes sendiri diikuti oleh pemerintah desa, BPD (Badan

Permusyawaratan Desa) dan unsur masyarakat desa, yang terdiri atas

tokoh adat, tokoh agama, toko masyarakat dan/atau tokoh

pendidikan. RPJM sendiri paling lama ditetapkan paling lama tiga

bulan setelah pelantikan kepala desa.

Sementara itu untuk RKP sendiri dibuat untuk jangka waktu lebih

sedikit yaitu satu tahun. RKP desa disusun oleh pemerintah desa

sesuai dengan informasi dari pemerintah kabupaten/kota berkaitan

dengan pagu indikatif desa dan rencana kegiatan pemerintah,

pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. RKP

Desa berisi uraian tentang:

1) Evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;

2) Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola

oleh desa;

3) Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola

melalui kerja sama antar-desa dan pihak ketiga;

4) Rencana program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola

oleh desa sebagai kewenangan penugasan dari pemerintah,

pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota;


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

5) Pelaksana kegiatan desa, yang terdiri atas unsur perangkat desa

dan/atau unsur masyarakat desa.

Rancangan RKP Desa dilampiri Rencana Kegiatan dan

Rencana Anggaran Biaya (RAB), yang telah diverifikasi oleh tim

verifikasi. Selanjutnya, Kepala Desa menyelenggarakan

Musrenbanges yang diadakan untuk membahas dan menyepakati

rancangan RKP Desa. RKP Desa sendiri menjadi dasar dalam

penyusunan rancangan APB Desa (RAPBDesa).

b. Proses Penganggaran (APB Desa)

Setelah RKP Desa ditetapkan maka dilanjutkan proses

penyusunan APB Desa. Rencana Kegiatan dan Rencana Anggara

Biaya yang telah ditetapkan dalam RKP Desa dijadikan pedoman

dalam proses penganggarannya. APBDes merupakan rencana

anggaran keuangan tahunan pemerintah desa yang ditetapkan untuk

menyelenggarakan program dan kegiatan yang menjadi kewenangan

desa. Penyusunan APBDesa dapat dijabarkan pada proses berikut:

1) Pelaksana kegiatan menyampaikan usulan anggaran kegiatan

kepada Serkertaris Desa berdasarakan RKP Desa yang telah

ditetapkan;

2) Serkertaris Desa menyusun rancangan peraturan Desa tentang

APBDes dan menyampaikan kepada Kepala Desa;

3) Kepala Desa selanjutnya menyampaikan kepada BPD untuk

dibahas dan disepakati bersama. Rancangan Peraturan Desa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

tentang APBDes disepakati bersama paling lambat bulan

Oktober tahun berjalan antara Kepala Desa dan BPD;

4) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes yang telah

disepakati bersama sebagaimana selanjutnya disampaikan

oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat atau

sebutan lain paling lambat tiga hari sejak disepakati untuk

dievaluasi;

5) Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan

APBDes paling lama dua puluh hari kerja sejak diterimanya

Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes. Dalam hal

Bupati/Walikota tidak memberikan hasi evaluasi dalam batas

waktu maka Peraturan Desa tersebut berlaku dengan

sendirinya. Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil

evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes tidak

sesuai dengan kepentingan umum dan perundang-undangan

yang lebih tinggi, Kepala Desa melakukan penyempurnaan

paling lama tujuh hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil

evaluasi. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh

Kepala Desa dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan

Peraturan Desa tentang APBDes menjadi Peraturan Desa,

Bupati/Walikota melibatkan Peraturan Desa dengan keputusan

Bupati/Walikota yang sekaligus menyatakan berlakunya pagu

APBDes tahun anggaran sebelumnya;


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

6) Peraturan Desa tentang APBDes ditetapkan paling lambat

tanggal 31 Desember tahun anggaran berjalan.

c. Pelaksanaan APBDes

1) Prinsip Pelaksanaan Keuangan Desa

Terdapat beberapa prinsip umum yang harus ditaati yang

mencakup penerimaan dan pengeluaran. Prinsip itu

diantaranya bahwa seluruh penerimaan dan pengeluaran desa

dilaksanakan melalui Rekening Kas Desa. Pencairan dana

dalam Rekening Kas Desa ditandatangani oleh Kepala Desa

dan Bendahara Desa. Khusus bagi desa yang memilik

pelayanan perbankan diwilayahnya maka pengaturannya lebih

lanjut akan ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota.

Dengan pngaturan tersebut, maka pembayaran kepada pihak

ketiga secara normatif dilakukan melalui transfer ke rekening

bank pihak ketiga.

Dalam pelaksanaannya, Bendahara Desa dapat

menyimpan uang dalam kas desa pada jumlah tertentu untuk

memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa. Batasan

jumlah uang tunai yang disimpan dalam kas desa ditetapkan

dengan peraturan bupati/walikota.

Selain itu, agar operasional kegiatan berjalan lancar,

dimungkinkan juga pembayaran kepada pihak ketiga

dilakukan dengan menggunakan kas tunai melalui pelaksana


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

kegiatan (panjar kegiatan). Pemberian panjar kepada

pelaksana dilakukan dengan persetujuan terlebih dahulu dari

Kepala Desa melalui verifikasi Serkertaris Desa. Semua

penerimaan dan pengeluaran desa didukung oleh bukti yang

lengkap da sah serta ditandatangani oleh Kepala Desa dan

Bendahara Desa.

2) Pelaksanaan Penerimaan Pendapatan

Pelaksanaan penerimaan pendapatan yaitu proses

menerima dan mencatat pendapatan desa. Pendapatan desa

yang bersifat Pendapatan Asli Desa berasal dari masyarakat

dan lingkungan desa, sedangkan pendapatan transfer berasal

dari pemerintah supra desa. Pihak yang terkait dalam proses

penerimaan pendapatan adalah pemberi dana (Pemerintah

Pusat/Prov/Kab/Kota, Masyarakat, Pihak ketiga), Penerima

Dana (Bendahara Desa/Pelaksana Kegiatan/Kepala Dusun)

dan bank.

3) Pelaksanaan Pengeluaran/Belanja

Belanja Desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan

pembanguan yang disepakati dalam Musyawarah Desa dan

sesuai dengan prioritas Pemerintah baik pemerintah pusat

maupun pemerintah provinsi/kabupaten/kota. Hal tersebut

seluruhnya tertuang dalam RKP Desa yang pelaksanaannya

akan diwujudkan melalui APBDesa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Setelah APBDesa ditetapkan dalam bentuk Peraturan

Desa, program dan kegiatan sebagaimana yang telah

direncanakan baru dapat dilaksanakan. Hal ini dikecualikan

untuk Belanja Pegawai yang bersifat mengikat dan operasional

perkantoran yang diatur dalam Keputusan Kepala Desa.

Dengan adanya ketentuan dari kepala desa tersebut, maka

belanja pegawai dan operasional dapat dilakukan tanpa perlu

menunggu penetapan APBDes. Pelaksanaan APBDes

dilakukan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh desa

berdasarkan ketentuan yang berlaku.

4) Pelaksanaan Pembiayaan

Pelaksanaan Pembiayaan mencakup penerimaan

pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan

pembiayaan mencakup SiLPA tahun sebelumnya, pencairan

dana cadangan dan hasil penjualan kekayaan desa yang

dipisahkan. Pencairan dana cadangan merupakan kegiatan

pencairan dana dari rekening dana cadangan ke rekening desa

yang dilakukan sesuai peraturan desa yang mengatur hal

tersebut. Sedangkan penerimaan pembiayaan yang berasal dari

hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan diperoleh dari

realisasi penjualan aset/kekayaan desa kepada pihak ketiga.

Pengeluaran pembiayaan diantaranya adalah

pembentukan dana cadangan dan penyertaan modal desa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Pembentukan dana cadangan dilakukan setelah adanya

penetapan persetujuan melalui peraturan desa. Pembentukan

dana cadangan ditempatkan pada rekening tersebdiri dan

penganggarannya tidak melebihi tahun akhir masa jabatan

kepala desa. Begitu juga halnya dengan penyertaan modal

desa, pelaksanaannya dilakukan setelah mendapat persetujuan

dari BPD.

d. Penatausahaan Keuangan Desa

Penatausahaan keuangan desa adalah kegiatan pencatatan

yang khususnya dilakukan oleh bendahara desa. Bendahara desa

wajib melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi yang ada

berupa penerimaan dan pengeluaran. Bendahara desa melakukan

pencatatan secara sistematis dan kronologis atas transaksi-transaksi

keuangan yang terjadi. Penatausahaan keuangan desa yang

dilakukan oleh bendahara desa dilakukan cara sederhana yaitu

berupa pembukuan belum menggunakan jurnal akuntansi.

Penatausahaan baik penerimaan kas maupun pengeluaran kas,

bendahara desa menggunakan buku kas umum, buku kas pembantu

pajak, dan buku bank.

Bendahara desa melakukan pencatatan atas seluruh

penerimaan dan pengeluaran dalam buku kas umum untuk yang

bersifat tunai. Sedangkan transaksi penerimaan dan pengeluaran

yang melalui bank/transfer dicatat dalam buku bank. Buku kas


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

pembantu pajak digunakan oleh beahara desa untuk mencatat

penerimaan uang yang berasal dari pungutan pajak dan mencatat

pengeluaran berupa penyetoran pajak ke kas negara. Khusus untuk

pendapatan dan pembiayaan, terdapat buku pembantu berupa buku

rincian pendapatan dan buku rincian pembiayaan.

1) Penatausahaan Penerimaan Desa.

Penerimaan yang bersifat tunai yang diterima oleh

bendahara desa dibuatkan bukti kuitansi tanda terima dan

dicatat oleh bendahara desa pada buku kas umum. Sedangkan

untuk penerimaan bersifat transfer, bendahara desa akan

mendapat informasi dari bank berupa nota kredit atas dana-

dana yang masuk ke dalam rekening kas desa. Berdasarkan

nota kredit ini selanjutnya bendahara desa melakukan

pencatatan ke dalam buku bank. Pencatatan penerimaan baik

kas maupun transfer harus disertai dengan bukti yang lengkap

dan sah serta dicatat secara benar dan tertib.

Selain pencatatan pada buku kas umum atau buku bank,

bendahara desa juga membukukan realisasi pedapatan ke

dalam buku rincian pendapatan. Pencatatan dalam buu rincian

pendapatan berguna untuk mengklasifikasi rincian dan

realisasi pendapatan yang diterima agar dapat dilaporkan ke

dalam laporan realisasi APBDes. Pencatatan seluruh

penerimaan tersebut dilakukan secara benar dan tertib.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

2) Penatausahaan Belanja Desa.

Penatausahaan kegiatan yang bersifat tunai yang

dikeluarkan oleh bendahara desa dibutkan bukti kuitansi

pengeluaran dan dicatat oleh bendahara desa pada buku kas

umum. Sedangkan untuk belanja yang bersifat transfer

langsung ke pihak ketiga, bendahara desa melakukan

pencatatan ke dalam buku bank (tidak dicatat di BKU, karena

BKU untuk transaksi tunai). Pencatatan penerimaan baik kasu

maupun transfer harus disertai dengan bukti yang lengkap dan

sah serta dicatat secara benar dan tertib.

Selain pencatatan transaksi pada buku kas umum atau

buku bank, bendahara desa juga mencatat kewajiban

perpajakan yang dipotong/dipungut atas transaksi belanja yang

dilakukan. Atas pemotongan/pungutan pajak yang dilakukan,

bendahara desa mencatat dalam buku pajak pada kolom

penerimaan. Ketika bendahara desa melakukan penyetoran ke

kas negara dengan batasan waktu yang diatur dalam ketentuan

perpajakan melalui surat setoran pajak (SSP) maka bendahara

desa mencatat dalam buku pembantu pajak pada kolom

pengeluaran.

Khusus untuk pungutan pajak daerah disesuaikan

dengan kondisi daerah masing-masing, dan jika memang

diberlakukan kepada desa maka dalam peraturan kepala daerah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

tersebut harus terdapat pemberian kewenangan pemungutan

pajak daerah kepada bendahara desa. Jika hal tersebut tidak

disebutkan maka bendahara desa tidak noleh melakukan

pemungutan karena tidak ada wewenang.

3) Penatausahaan Pembiayaan Desa.

Seperti halnya pencatatan pendapatan pada BUK/buku

bank, untuk membukukan realisasi pembiayaan, baik

penerimaan pembiayaan maupun pengeluaran pembiayaan

dicatat dalam buku rincian pembiayaan. Pencatatan dalam

buku rincian pembiayaan berguna untuk mengklasifikasi

rincian dari realisasi pembiayaan. Pencatatan ini diperlukan

agar dapat dilaporkan ke dalam laporan realisasi APBDes.

Pencatatan seluruh penerimaan pembiayaan maupun

pengeluaran pembiayaan tersebut dilakukan secara benar dan

tertib.

4) Dokumen Penatausahaan Oleh Bendahara Desa.

Bendahara desa tidak menggunakan buku pembantu lain

berupa buku pembantu panjar dan buku pembantu rincian

objek belanja, karena telah dilaksanakan oleh fungsi yang lain.

Buku pembantu panjar secara sederhana telah digantikan

dengan buku pembantu kegiatan yang dikelola pelaksana

kegiatan. Buku pembantu rincian objek belanja yang

menggambarkan akumulasi realisasi belanja dapat dilihat pada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

dokumen SPP terakhir yang juga didokumentasikan oleh

pelaksana kegiatan. Buku pemantu kas tunai tidak ada karena

telah digantikan dengan buku kas umum.

5) Laporan Bendahara Desa.

Sesuai pasal 35 Permendagri 113 Tahun 2014,

bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan uang

melalui laporan pertanggungjawaban. Laporan

pertanggungjawaban ini disampaikan setiap bulan kepada

kepala desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Sebelumnya, bendahara desa melakukan tutup buku setiap

akhir bulan secara tertib, meliputi buku kas umum, buku bank,

buku pajak dan buku rincian pendapatan. Penutupan buku ini

dilakukan bersama dengan kepala desa.

Berdasarkan buku yang dikelola, maka seharusnya

laporan pertanggungjawaban bendahara desa menggambarkan

arus uang masuk yang diterima dari pendapatan dan arus uang

yang keluar untuk belanja, panjar dan lain-lain arus uang

tersebut tercatat dari buku kas umum dan buku bank.

6) Penatausahaan oleh pelaksana kegiatan

Penatausahaan yang dilakukan oleh pelaksana kegiatan

berupa pencatatan dalam buku kas pembantu kegiatan dan

laporan kegiatan ketika kegiatan telah selesai. Buku kas

pembantu kegiatan mencatat penerimaan yang diperoleh dari


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

bendahara desa (panjar) atau dari masyarakat (swadaya) yang

telah dirupiahkan.

Pengeluaran dicatat oleh pelaksana kegiatan atas

belanja-belanja yang telah dilakukan baik berupa belanja

barang/jasa maupun belanja modal. Atas saldo yang masih

tersisa dan berada di pelaksana kegiatan, maka dilakukan

penyetoran kepada bendahara desa. Hal yang perlu menjadi

catatan adalh semua penerimaan dan pengeluaran tersebut

didukung dengan bukti yang sah dan lengkap, tidak hanya

pengeluaran tetapi termasuk juga penerimaan.

7) Kode Rekening

Pengelolaan keuangan yang baik memerlukan adanya

suatu klasifikasi dalam sistem yang dijabarkan dalam kode

rekening. Kode rekening tersebut terdiri dari kumpulan akun

secara lengkap yang digunakan di dalam pembuatan proses

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan hingga pelaporan.

Diharapkan dengan adanya kode rekening, kebutuhan akan

pelaporan yang konsisten dari sejak teradinya proses

perencanaan dan penganggaran akan dapat terpenuhi.

Mengingat pentingnya peran kode rekening tersebut

maka diperlukan standarisasi kode rekening sehingga akan

dicapai keseragaman dalam pemakaiannya khusus diwilaya

suatu kabupaten/kota. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

kode rekening disusun sedemikian rupa sehingga dapat

berfungsi secara efektif. Tujuan pembakuan kode rekening

adalah mengakomodasi proses manajemen keuangan dengan

anggaran berbasis kinerja sedimikian rupa agar diperoleh:

a. Perencanaan anggaran pendapatan, belanja dan

pembiayaan dilakukan secara proporsional, transparan

dan profesional;

b. Pelaksanaan anggaran berbasis kinerja dilakukan secara

lebih akuntabel; dan

c. Laporan keuangan mengakomodasi secara baik

pengendalian anggaran, pengukuran kinerja dan

pelapoan kinerja keuangan dalam laporan keuangan.

e. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa

Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan

kewajibannya dalam pengelolaan keuangan desa, kepala desa

memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan. Laporan tersebut

bersifat periodik semesteran dan tahunan, yang disampaikan ke

Bupati/Walikota dan ada juga yang disampaikan ke BPD. Laporan

kepada bupati/walikota (melalui camat) adalah laporan semesteran

realisasi pelaksanaan APBDes, laporan pertanggungjawaban

realisasi pelaksanaan APBDes kepada bupati/walikota setiap akhir

tahun anggaran, dan laporan realisasi penggunaan dana desa.

Sementara itu laporan kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

adalah laporan keterangan pertanggungjawaban realisasi

pelaksanaan APBDes terdiri dari pendapatan, belanja, dan

pembiayaan.

1) Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDes.

Laporan realisasi pelaksanaan APBDes disampaikan

kepada bupati/walikota melalui camat, terdiri dari:

a. Laporan semseter pertama, disampaikan paling lambat

pada akhir bulan Juli tahun berjalan;

b. Laporan semester akhir tahun, disampaikan paling

lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

Laporan realisasi pelaksaaan APBDes semseter pertama

menggambarkan realisasi pendapatan, belanja dan

pembiayaan selama semester I dibandingkan dengan target

dan anggarannya, sedangkan laporan realisasi pelaksanaan

APBDes semester akhir tahun menggambarkan realisasi

pendapatan, belanja dan pembiayaan sampai dengan akhir

tahun, jadi bersifat akumulasi hingga akhir tahun anggaran.

2) Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes.

Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APBDes setiap akhir tahun anggaran disampaikan kepada

bupati/walikota melalui camat terdiri dari pendapatan, belanja,

dan pembiayaan yang telah ditetapkan dengan peraturan desa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Setelah pemerintah desa dan BPD telah sepakat terhadap

laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes

dalam bentuk peraturan desa, maka perdes ini disampaikan

kepada bupati/walikota sebagai bagian tidak terpisahkan dari

laporan penyelenggaraan pemerintahan desa. Laporan

pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes

disampaikan paling lambat satu bulan setelah tahun anggaran.

3) Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa.

Laporan realisasi penggunaan dana desa disampaikan

kepada bupati/walikota setiap semester. Penyampaian laporan

realisasi penggunaan dana desa dilakukan:

a. Untuk semester I paling lambat minggu keempat bulan

Juli tahun anggaran berjalan

b. Untuk semester II paling lambat minggu keempat bulan

Januari tahun anggaran berikutnya.

Berdasarkan laporan dana desa dari desa-desa yang ada

di wilayah kabupaten/kota, bupati/walikota menyampaikan

laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi penggunaan dana

desa kepada mentri keuangan dengan tembusan mentri yang

menangani desa, mentri teknis/pimpinan lembaga pemerintah

nonkementrian terkait, dan gubernur paling lambat minggu

bulan maret tahun anggaran berikutnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

4) Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes.

Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APBDes merupakan laporan yang disampaikan secara

periodik kepada BPD terhadap pelaksaan APBDes yang telah

disepakati di awal tahun dalam bentuk peraturan desa. Laporan

pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes dilampiri:

a. Format laporan pertanggungjawaban realsiasi

pelaksanaan APBDes tahun anggaran berkenaan;

b. Format laporan kekayaan milik desa per 31 Desember

tahun anggaran berkenaan; dan

c. Format laporan program pemerintah dan pemerintah

daerah yang masuk ke desa.

Rancangan peraturan desa tentang pertanggungjawaban

realisasi pelaksanaan APBDes tidak dilakukan evaluasi

sebagaimana proses peraturan desa untuk penetapan APBDes.

Hal ini didasarkan pada Permendagri No.111 Tahun 2014

tentang pedoman teknis peraturan di desa pada pasa 14 dimana

dinyatakan hanya empat jenis rancangan peraturan desa yang

telah dibahas dan disepakati oleh kepala desa dan BPD yang

dilakukan evaluasi oleh bupati/walikota melalui camat yaitu

tentang APBDes, pungutan, tata ruang, dan organisasi

pemerintaha desa. Laporan ini disampaikan kepada BPD


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

secara tertulis paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya

tahun anggaran.

5) Informasi Kepada Masyarakat.

Pelaksanaan pembangunan yang dilaksaan oleh

pemerintah daerah harus diinformasikan termasuk

keuangannya kepada masyarakat. hal itu sebagai wujud

transparansi yang merupakan asas dari pengelolaan keuangan

desa. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

ABPDes sesuai ketentuan dan keterbukaan publik

diinformasukan kepada masyarakat secara tertulis dengan

media informasi yang mudah diakses oleh masyarakat, antara

lain papan pengumuman, radio komunitas, dan media

informasi lainnya.

B. Asas Pengelolaan Keuangan Desa

Menurut Permendagri No.113 Tahun 2014 Pasal 2 menyebutkan bahwa

keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif

serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Dengan adanya asas-asas

tersebut, maka pemerintah desa dalam pengelolaan keuangannya diharapkan

akan transparan dalam pelaporan anggaran, bertanggung jawab dengan laporan

keuangannya, melibatkan masyarakat dalam pembentukan laporan keuangan,

serta tertib dan disiplin dalam penggunaan anggaran. Rangkaian dan asas

pengelolaan keuangan desa harus dilaksanakan dan dipenuhi oleh setiap desa

agar penyelenggaran pemerintah,pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

masyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat desa dapat berjalan sesuai

dengan rencana, sehingga visi desa dan masyarakat yang sejahtera dapat

diwujudkan (Yuliansyah & Rusmianto, 2016: 47)

1. Transparansi

Menurut Anwar dan Jatmiko (2012: 393), Transparasi artinya dalam

menjalankan pemerintahan, pemerintah mengungkapkan hal-hal yang

sifatnya material secara berkala kepada pihak-pihak yang memiliki

kepentingan untuk itu, dalam hal ini yaitu masyarakat luas. Sementara itu

menurut Tanjung (2014: 9), Transparansi berarti memberikan informasi

keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan

pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara

terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam

pengelolaan sumber daya yang dipercyakan kepadanya dan ketaatannya

pada peraturan perundangundangan.

Hal yang hampir sama disebutkan oleh Widodo (2015: 35)

Transparansi yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat

untuk mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang

keuangan desa. Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan pemerintah desa dengan tetap memperhatikan ketentuan

peraturan perundang-undangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Menurut UNDP seperti yang dikutip oleh Mardiasmo (2004: 24),

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi.

Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung

dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.

Menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan arti kata

transparansi atau keterbukaan di dalam organisasi sektor publik khususnya

pemerintahan adalah bagaimana pemerintah bersifat terbuka tentang

segala informasi yang ada di dalam pemerintahan itu sendiri. Karena

sejatinya, masyarakat memiliki hak untuk mengetahui informasi tersebut.

Seperti yang dijelaskan pada UU No.14 Tahun 2008 bahwa hak

memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan

informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis

yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan

penyelenggaraan negara yang baik. Badan publik wajib mengumumkan

informasi publik secara berkala. Informasi tersebut meliputi:

a. Informasi yang berkaitan dengan Badan Publik

b. Informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait

c. Informasi mengenai laporan keuangan

d. Informasi lain yang diatur dalam perundang-undangan.

Badan publik atau yang dalam hal ini adalah pemerintah desa,

memiliki kewajiban untuk memberikan informasi-informasi yang

berkaitan dengan pemerintahan desa itu sendiri. Salah satunya adalah

informasi mengenai laporan keuangan. Laporan keuangan yang tebuka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

dapat menjadi sebuah indikator bahwa memang laporan keuangan tersebut

benar-benar dibuat secara jujur tanpa ada peubahan-perubahan yang

berarti. Meskipun demikian, tetapi memang tidak semua informasi dapat

diberikan kepada publik seperti misalnya informasi yang dapat

menganggu keamanan dari organisasi itu sendiri.

Bastian (2014: 157) Menjelaskan bahwa para pemimpin organisasi

sektor publik perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara

mendpatkan informasi. Kebijakan ini akan memperjelas bentuk informasi

yang dapat diakses atau tidak dapat diakses masyarakat, dan juga

mengenai cara mendapatkan informasi dan prosedur pengaduan apabila

informasi tidak dapat diperoleh secara keseluruhan. Untuk mendukung

prinsip tersebut maka diperlukan upaya sebagai berikut.

a. Menumbuhkan iklim yang kondusif bagi terlaksananya asas

desentralisasi dan transparansi

b. Menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, seperti hak untuk hidup

layak, hak akan rasa aman dan nyaman, persamaan kedudukan

dalam hukum, dan lain-lain

c. Memberikan informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif

Pemerintah daerah selaku pengelola dana publik harus

mmenyediakan informasi keuangan yang diperlukan secara akurat,

relevan, tepat waktu, dan dapat dipercaya. Untuk itu, pemerintah daerah

diuntut untuk memiliki sistem informasi akuntansi yang handal. Jika


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

sistem informasi yang dimiliki masih lemah, maka kualitas informasi yang

dihasilkan dari sistem tersebut juga kurang handal (Mardiasmo, 2004: 31)

2. Akuntabel

Terdapat beberapa pengertian mengenai akuntabilitas atau biasa

disebut dengan akuntabel. Mahsun (2014: 84) membandingkan antara

akuntabilitas dengan responsibilitas. Ia berpendapat bahwa istilah

akuntabilitas dan responsibilitas sering didefinisikan dengan

tanggungjawab. Akuntabilitas lebih menekankan pada pada

catatan/laporan, sedangkan responsibilitas lebih didasarkan atas

kebijaksanaan. Responsibilitas lebih bersifat internal sebagai

pertanggungjawaban antara bawahan kepada atasan. Sedangkan

akuntabilitas lebih bersifat eksternal sebagai tuntutan pertanggungjawaban

dari masyarakat terhadap apa saja yang telah dilakukan oleh para pejabat

atau aparat.

Akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya

dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan. Asas akuntabel yang menentukan bahwa

setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintah desa

harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Widodo, 2015: 35).

Sementara itu menurut Tanjung (2006: 9) akuntabilitas berarti

mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. Pendapat yang hampir sama

juga dikemukakan oleh UNDP (United Nation Development Program)

yang dikutip oleh Mardiasmo (2004: 24), bahwa akuntabilitas adalah

petanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan.

Bastian (2014: 158) menjelaskan bahwa seluruh pembuat kebijakan

pada semua tingkatan harus memahami bahwa mereka bertanggungjawab

mengenai hasil kerja mereka kepada masyarakat. Untuk

mempertanggungjawabkannya, maka perlu adanya prosedur pemeriksaan

atau audit dan jika terjadi kesalahan dapat diproses secara hukum. Untuk

mewujudkan upaya tersebut maka diupayakan hal-hal sebagai berikut.

a. Prosedur dan mekanisme yang jelas, tepat, dan benar yang diatur

dalam peraturan perundang-undangan, dengan mengutamakan

pelayanan kepada masyarakat.

b. Mampu mempertanggungjawabkan hasil kerja, terutama yang

berkaitan dengan kepentingan masyarkat umum.

c. Memberikan sanksi yang tegas bagi aparat yang melanggar hukum

Menrut Ellwood (1993) yang dikutip oleh Mahsun (2014: 86),

terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuli oleh organisasi

sektor publik. Empat dimensi tersebut adalah.

a. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum

Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran

penyalahgunaan jabatan, sedangkan akuntabilitas hukum terkait


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan

lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.

b. Akuntabilitas proses

Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang

digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal

kecakupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen,

dan prosedur administrasi. Akuntabilitas proses termanifestasi

melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan

murah biaya.

c. Akuntabilitas program

Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah

tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah

mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang

optimal dengan biaya yang minimal.

d. Akuntabilitas kebijakan

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban

pemerintah, baik pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan

yang diambil pemerintah terhadap DPR/DPRD dan masyarakat

luas.

Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi

sektor publik. Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-

lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pada pertanggungjawaban

horizontal bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (Mahsun, 2014: 86).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

Menurut Goverenmental Accounting Standards Board (GASB)

dalam Concepts Statement No.1 seperti yang dikutip oleh Mardiasmo

(2004: 31) menjelaskan keterkaitan akuntabilitas dengan laporan keuangan

sebagai berikut:

“Accountability requires governments to answer to the citizenry


to justify the raising of public resources and the purposes for
which they are used. Goverenmental accountability is based on
the belief that citizenry has a “right to know”, a right to recieve
openly declared facts that may lead to public debate by the
citizens and their elected representatives. Financial reporting
plays a major rule in fulfilling government’s duty to be publicy
accountable in a democratic society. (Par.56)”

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama,

akuntabilitas membutuhkan pemerintahan yang dapat menjawab

pertanyaan masyarakat mengenai untuk apakah sumber daya yang ada

digunakan dan apa tujuannya. Kedua, akuntabilitas pemerintah berdasar

kepada kepercayaan bahwa masyarakat memiliki hak untuk tau mengenai

fakta-fakta yang ada. Ketiga, laporan keuangan memegang peranan utama

dalam mewujudkan pemerintahan yang akuntabel pada masyarakat yang

demokratis.

3. Partisipatif

Dalam pengelolaan keuangan desa, tentu perlu adanya partisipasi

masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat ikut berperan aktif

dalam pengelolaan keuangan dan karena masyarakatlah yang paling

mengerti mengenai permasalahan yang terjadi di linkungannya. Dalam

pengelolaan keuangan desa, memang tidak melibatkan seluruh masyarakat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

desa. Karena tidak semua masyarakat desa mengerti dengan pengelolaan

keuangan dan juga jumlahnya yang cukup banyak. Setiap desa memiliki

Badan Permusyawaratan Desa sebagai lembaga yang menyalurkan

aspirasi masyarakat dan ikut berperan dalam pengelolaan keuangan desa.

Menurut peraturan bupati Gunungkidul No.49 Tahun 2015 menyebutkan

partisipatif yaitu dalam pengelolaan keuangan desa harus melibatkan

masyarakat dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pelaksanaan keuangan desa.

Menurut UNDP (United Nation Development Program) yang

dikutip oleh Mardiasmo (2004: 24), partisipasi adalah keterlibatan

masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun

tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan

aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi

dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif

Sementara itu menurut UU No.28 Tahun 1999 Pasal 8, Peran serta

masyarakat dalam penyelenggaraan negara merupakan hak dan tanggung

jawab masyarakat untuk ikut mewujudkan penyelenggaraan negara yang

bersih. Hal tersebut juga berarti masyarakat diminta untuk aktif

mengawasi pengelolaan keuangan agar dapat meminimalisir tindakan

KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme).

Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang

diambil oleh para pimpinan organsiasi publik, mencerminkan aspirasi

masyarakat. dalam rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada, para


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

pimpinan organisasi sektor publik menyediakan mekanisme saluran

komunikasi, agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya (Bastian,

2014: 160),

4. Tertib dan Disiplin Anggaran

Menurut Peremendagri No.113 Tahun 2014 Pasal 2, pengelolaan

keuangan desa dikelola dalam masa satu tahun anggaran yakni tanggal satu

Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Pemerintah desa menulis

rencana anggaran keuangan desa pada APBDes (Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa). APBDes tersebut berisi tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan juga Rencana Pembangunan

Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa

(RKPDes). Rencana tersebut berisi tentang pembangunan desa secara

berkelanjutan dan juga pengembangan para penduduk desa. Dalam

pembentukannya, RPJMDes dan RKPDes dibentuk dengan cara mengikut

sertakan masyarakat untuk bermusyawarah dan mengutarakan aspirasinya.

Setelah rencana tersebut terbentuk, serkertaris desa dibantu oleh

kepala desa membentuk APBDes selambat-lambatnya bulan oktober tahun

tersebut. Barulah rencana anggaran tersebut disampaikan oleh bupati atau

walikota. Setelah melakukan evaluasi, maka bupati atau walikota akan

mengesahkan APBDes tersebut.

Menurut Yuliansyah dan Rusmianto (2016: 27), APBDes

merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara pemerintah desa dan

badan permusyawaratan desa yang berisi tentang belanja yang ditetapkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

untuk melaksanakan kegiatan pemrintah desa selama satu tahun dan

sumber biaya pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan

belanja tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila diperkirakan akan

terjadi defisit atau surplus. APBDes merupakan instrumen yang sangat

penting bagi kemajuan desa. Apabila APBDes yang dibuat kurang baik,

dan aparatur desa tidak mengetahui tahapan dan pengelolaan dari APBDes

itu sendiri, maka akan membuat APBDes menjadi sia-sia. Selain itu,

cerminan pemerintahan desa yang baik dapat dilihat dari proses

perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan dari APBDes.

Menurut Permendagri No.113 Tahun 2014, APBDes terdiri dari

pendapatan desa, belanja desa, dan pembiayaan desa.

a. Pendapatan Desa

Pendapatan desa meliputi semua penerimaan uang melalui

rekening desa yang merupakan hak desa dalam satu tahun anggaran

yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa. Pendapatan desa terdiri

dari kelompok pendapatan asli desa, transfer, dan pendapatan lain-

lain.

1) Kelompok Pendapatan

Dalam kelompok pendapatan, terdapat hasil usaha.

Contoh dari hasil usaha adalah hasim bumdes dan tanah kas

desa. Kedua, adalah hasil aset yang terdiri dari tambatan

perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, dan jaringan

irigasi. Ketiga, adalah pendapatan swadaya yaitu berupa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

tenaga, barang, atau uang yang diberikan oleh masyarakat desa

secara sukarela. Terakhir adalah pendaptan lain-lain yang

contohnya adalah hasil pungutan desa.

2) Kelompok Transfer

Kelompok transfer terdiri dari dana desa, bagian dari

hasil pajak daerah kabupaten/kota dan retribusi daerah, alokasi

dana desa, bantuan keuangan dari APBD provinsi dan bantuan

keuangan APBD kabupaten/kota.

Dana desa adalah dana yang bersumber dari

Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara yang di transfer

kedalam APBD. Tujuan dari dana desa menurut PP No.60

Tahun 2014 sendiri adalah untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan

kemasyarakatn dengan prioritas utamanya adalah

pembangunan desa.

Bagian dari hasil pajak daerah kabupaten/kota dan

retribusi menurut PP No.43 Tahun 2014 adalah pemerintah

kabupaten/kota mengalokasikan paling sedikit sepuluh persen

dari realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi daerah

kabupaten/kota.

Alokasi Dana Desa menurut Permendagri No 113

Tahun 2014 adalah dana perimbangan yang diterima

kabupaten/kota dalam APBD kabupaten/kota dikurangi Dana


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Alokasi Khusus. Selanjutnya, bantuan keuangan dari APBD

provinsi dan kabupaten/kota adalah bantuan keuangan yang

diberikan oleh provinsi dan kabupaten/kota kepada pemerintah

desa. Bantuan tersebut terdiri dari bantuan umum dan khusus.

Bantuan umum biasanya digunakan untuk hal-hal yang

bersifat umum dan biasanya diterima langsung oleh kepala

desa. Sementara itu bantuan khusus lebih kepada bantuan

keuangan yang diperuntukan untuk percepatan pembangunan

desa.

3) Kelompok Pendapatan Lain-lain

Pendapatan lain-lain adalah pendapatan yang bersumber

dari hal-hal yang tidak terduga dan tidak selalu ada. Misalnya

adalah pendapatan sebagai hasil kerjasama dengan pihak

ketiga maupun bantuan dari perusahaan yang berlokasi di desa.

b. Belanja Desa

Belanja desa seperti yang tercantum pada Permendagri No.113

Tahun 2014 meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang

merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak

akan diperoleh pembayaran kembali oleh desa. Terdapat lima

klasifikasi belanja desa menurut Permendagri No.113 Tahun 2014.

Kelima klasifikasi tersebut adalah penyelenggaraan pemerintahan

desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan

desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan belanja tak terduga.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

c. Pembiayaan Desa

Pembiayaan desa menurut Permendagri No.113 Tahun 2014

adalah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali

dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun

anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran

berikutnya. Pembiyaan desa sendiri meliputi penerimaan

pembiayaan, dan pengeluaran pembiayaan.

Dalam penyusunannya, APBDes dapat dirubah apabila terjadi

peristiwa-peristiwa tertentu seperti contohnya bencana alam, krisis

ekonomi, terjadi penambahan atau pengurangan dalam pendapatan

desa pada tahun berjalan, dan adanya perubahan kebijakan

pemerintah. Kendati demikian, perubahan tersebut hanya bisa

dilakukan satu kali dalam satu tahun berjalan.

Setelah mengetahui isi dari anggaran keuangan desa atau yang

biasa disebut dengan APBDes, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya

penganggaran keuangan desa tidaklah terlalu rumit apabila

dibandingkan dengan APBN ataupun dengan APBD. Meskipun

sebenarnya, proses penganggaran keuangan desa memang harus

dilakukan dengan tertib mengikuti dengan prosedur yang ada dan

juga penyerahan dari APBDes harus dilakukan secara disiplin yaitu

paling lambat pada bulan Oktober tahun sebelumnya. Seperti yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

dikatakan oleh Kemendagri sendiri bahwa tertib dan disiplin

anggaran berarti konsisten, tepat waktu, tepat jumlah dan taat asas.

Menurut Bastian (2006: 66) terdapat beberapa prinsip disiplin

anggaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

a. Prinsip Kemandirian

Mengupayakan peningkatan sumber-sumber pendapatan

sesuai dengan potensi dalam rangka mengurangi ketergantungan

kepada orang lain (contohnya ketergantungan pemerintah daerah

kepada pemerintah pusat).

b. Prinsip Prioritas

Pelaksanaan anggaran hendaknya tetap mengacu kepada

prioritas utama pembangunan daerah.

c. Prinsip efisiensi dan efektivitas anggaran

Menyediakan pendanaan dan penghematan yang mengarah

kepada skala prioritas.

Penyusunan anggaran dapat dikatakan baik apabila memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. Berdasarkan pogram.

b. Berdasarkan pusat pertanggungjawaban, pusat biaya, pusat laba, dan

pusat investasi.

c. Sebagai alat perencanaan dan pengendalian.

d. Sebagai alat motivasi kinerja pegawai.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Menurut peraturan bupati Gunungkidul No.49 Tahun 2015 membagi

antara tertib dan disiplin anggaran. Tertib yaitu keuangan desa

dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan

bukti-nukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Disiplin anggaran yaitu penggunaan dana harus sesuai dengan

kegiatan dan pagu anggaran yang ditetapkan dalam dokumen

pelaksanaan APBDesa atau RAB.

Selanjutnya menurut Widodo (2015: 35) menjelaskan ada

beberapa disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam

pengelolaan keuangan desa yaitu:

a. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang

terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber

pendapatan, sedangka belanja yang dianggarkan merupakan

batas tertinggi pengeluaran belanja.

b. Pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian

tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak

dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau

tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APBDes/Perubahan

APBDes.

c. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggara

yang bersangkutan harus dimasukan dalam APBDes dan

dilakukan melalui rekening kas desa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Kantor Kelurahan Sambirejo,

Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul yang beralamatkan di Jl. Ngawen,

Sambirejo, Ngawen, Gunungkidul. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan

Agustus 2017 hingga November 2017.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan pendekatan

kualitatif deskriptif. Menurut Sugiyono (2014: 1) Metode penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generalisasi. Penelitian dengan menggunakan studi kasus sendiri adalah

penelitian secara integrative dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang

mendalam tentang individu berserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan

masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik

(Rahardjo, 2011: 2

51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2014: 72)

adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur dipilih agar

memberikan keleluasaan kepada narasumber untuk menceritakan secara

jelas tentang permasalahan yang terjadi.Observasi

Observasi adalah metode yang digunakan dengan cara ikut didalam

kegiatan suatu objek penelitian. Observasi ditempuh agar permasalahan

yang terjadi dapat terlihat secara langsung. Observasi dilakukan dengan

mengamati kegiatan yang berlangsung di wilayah kelurahan Desa

Sambirejo. Kegiatan yang diamati berhubungan dengan pengelolaan

keuangan desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, hingga pertanggungjawaban.

2. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Bungin (2007: 121), adalah metode yang

digunakan untuk menelurusi data historis. Data-data historis pada

penelitian ini dapat diperoleh melalui laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja desa, serta beberapa

dokumen atau laporan pendukung lainnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

D. Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data pada penelitian ini, digunakanlah metode

triangulasi sumber data. Menurut Sugiyono (2014: 127), triangulasi sumber

untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber menurut Paton (1987)

dalam Bungin (2007: 257) dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai

berikut:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menegah atau tinggi, orang berada dan orang pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Menurut Moleong (2006: 35) dalam Bungin (2007: 257), triangulasi

sumber data juga memberi kesempatan untuk dilakukannya hal-hal sebagai

berikut:

1. Penilaian hasil penelitian dilakukan oleh responden.

2. Mengoreksi kekeliruan oleh sumber data.

3. Menyediakan tambahan informasi secara sukarela.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

4. Memasukan informan dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan

untuk mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data.

5. Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode

deskriptif kualitatif sendiri seperti yang dikemukakan oleh Leksono (2013: 181),

adalah sebuah pendekatan terhadap sesuatu perilaku, fenomena, peristiwa,

masalah atau keadaan tertentu yang menjadi object penyelidikan; yang hasil

temuannya berupa uraian-uraian kalimat bermakna yang menjelaskan

pemahaman tertentu. Format deskriptif kualitatif pada umumnya dilakukan pada

penelitian dalam bentuk studi kasus. Format deskriptif kualitatif dalam studi

kasus tidak memiliki ciri seperti air (menyebar dipermukaan) melainkan

berpusat pada fenomena tertentu (Bungin, 2007: 68).

Tujuan dari penelitian kualitatif memang bukan semata-mata mencari

kebenaran, melainkan lebih menekankan kepada pemahaman subjek dengan

dunia sekitarnya. Dalam memahami hal tersebut, subjek berkemungkinan salah

karena tidak sesuai dengan teori maupun dengan hukum (Sugiyono, 2014: 85).

Untuk menjawab rumusan masalah “Apakah pengelolaan keuangan desa

Sambirejo telah sesuai dengan asas transparan, akuntabel, partisipatif, tertib dan

disiplin anggaran” peneliti akan melakukan beberapa tahapan sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

1. Mendeskripsikan gambaran umum pengelolaan keuangan desa Sambirejo.

Mula-mula peneliti akan melakukan pendeskripsian mengenai

gambaran umum pengelolaan keuangan desa Sambirejo meliputi proses

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan

pertanggungjawaban. Tujuannya adalah diperoleh gambaran mengenai

proses dan tahapan dari pengelolaan keuangan di desa Sambirejo.

2. Mendeskripsikan hasil wawancara yang telah dilakukan.

Pada tahap ini peneliti akan melakukan pendeskripsian hasil

wawancara yang dilakukan kepada kepala desa, serkertaris (urusan

keuangan, urusan umum, dan urusan perencanaan), bagian pemerintahan,

bagian kesejahteraan masyarakat, bagian pembangunan, kepala dukuh dari

sembilan padukuhan, dan beberapa anggota BPD.

3. Mendeskripsikan hasil observasi, dan dokumentasi.

Pada tahap ini peneliti akan mendeskripsikan tentang hasil observasi

yang dilakukan selama penelitian dilapangan dengan menggunakan

metode transkrip. Setelah itu barulah dilakukan pendeskripsian hasil telaah

dokumen-dokumen yang ada berkaitan dengan pengelolaan keuangan

desa.

4. Menganalisis hasil wawancara yang telah dideskripsikan.

Peneliti akan menganalisis jawaban wawancara yang dilakukan

kepada kepala desa, serkertaris, bagian keuangan, bagian umum, bagian

perencanaan, bagian pemerintahan, bagian kesejahteraan masyarakat,

bagian pembangunan, kepala dukuh dari sembilan padukuhan, dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

beberapa anggota BPD dengan menggunakan metode transkrip. Data yang

telah didapatkan telah terlebih dahulu direduksi agar mempermudah dalam

menganalisanya. Data jawaban wawancara tersebut dianalisis dengan

menggunakan beberapa indikator terhadap masing-masing asas

(akuntabel, transparan, partisipatif, tertib dan disiplin anggaran).

Indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut:

a. Transparansi

Indikator yang digunakan untuk menilai transparansi atau

keterbukaan menurut Bastian (2014: 158) adalah:

1) Bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat

terhadap penyelenggaraan organisasi sektor publik.

Sementara itu indikator transparansi menurut Zeyn (2011: 28) adalah

sebagai berikut:

1) Keterbukaan keuangan.

2) Keterbukaan operasional

3) Keterbukaan pengambilan keputusan.

b. Akuntabel

Indikator yang digunakan untuk menilai akuntabilitas menurut

Bastian (2014: 158) adalah:

1) Tumbuhnya kesadaran masyarakat.

2) Meningkatnya keterwakilan berdasarkan pilihan dan

kepentingan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Selanjutnya, indikator akuntabilitas menurut Zeyn (2011: 28)

adalah sebagai berikut:

1) Pemberian informasi keuangan kepada masyarakat dan

pemakai lainnya.

2) Menilai pertanggungjawaban.

3) Pelaporan.

c. Partisipasi

Indikator yang digunakan untuk menilai partisipasi menurut

Bastian (2014: 160) adalah:

1) Meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam

pembangunan lingkungannya.

2) Meningkatkan kuantitas dan kualitas masukan (kritik dan

saran) untuk pembangunan daerah.

3) Terjadinya perubahan sikap masyarakat menjadi lebih peduli

terhadap setiap langkah pembangunan.

Menurut Zeyn (2011: 28) indikator partisipasi adalah sebagai

berikut:

1) Pengambilan keputusan yang demokratis

2) Kebebasan berpendapat.

3) Keterlibatan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

d. Tertib dan Disiplin Anggaran

Indikator yang digunakan untuk menilai tertib dan disiplin

anggaran menurut Bastian (2006: 87) adalah:

1) Berdasarkan program.

2) Sebagai alat perencanaan dan pengendalian.

3) Sebagai alat motivasi kinerja pegawai.

Sementara itu menurut Zeyn (2011: 29), indikator dari

perumusan rencana keuangan yang akuntabel adalah sebagai

berikut:

1) Pengajuan anggaran sesuai dengan prinsip-prinsip

penganggaran dan peraturan-peraturan yang berlaku.

2) Pengajuan anggaran telah disertai dengan kelengkapan

dokumen dan bukti pendukung anggaran.

5. Menganalisis hasil observasi dan dokumentasi yang telah dideskripsikan.

Hasil data observasi dan telaah dokumen yang telah direduksi

selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan permasalahan yang sebenarnya

terjadi di lapangan. Dokumen-dokumen yang dianalisis antara lain adalah

Rencana Anggaran Biaya (RAB), SPP, SPTB, dan laporan

pertnggungjawaban pelaksanaan APBDes juga tidak luput dari analisa.

Sementara itu untuk observasi sendiri adalah observasi secara tidak

langsung yaitu mengamati kondisi yang ada di tempat penelitian seperti

mengamati kegiatan pembangunan, mengamati perilaku partisipan, dan

mengamati keseharian dari kantor kelurahan desa Sambirejo. Hasil


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

observasi dan dokumentasi tersebut di analisis menggunakan indikator

yang sama untuk menganalisis jawaban wawancara.

6. Membandingkan hasil analisis wawancara, hasil analisis observasi dan

hasil analisis dokumentasi.

Langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil analisis

wawancara, hasil analisis observasi dan hasil dokumentasi berdasarkan

keempat asas pengelolaan keuangan desa (transparansi, akuntabel,

partisipatif, tertib dan disiplin anggaran). Untuk memudahkan dalam

menbandingkannya maka dibuatlah tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Contoh Perbandingan Hasil Temuan Berdasarkan Asas

Transparansi, Akuntabel, Partisipatif, Tertib dan Disiplin Anggaran.

Teknik Temuan Hasil Indikator Yang


Pengumpulan Data Wawancara, Telah Dipenuhi
Observasi, dan
Dokumentasi
a. Wawancara
b. Observasi
c.Dokumentasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV
GAMBARAN UMUM DESA SAMBIREJO

A. Deskripsi Tempat Penelitian

Desa Sambirejo adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Ngawen Kabupaten Gunungkidul. Desa Sambirejo sendiri memiliki luas sekitar

832.6555 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Selatan : Desa Sumberejo, Desa Bendung

Sebelah Barat : Desa Jurangjero, Desa Tancep

Sebelah Timur : Desa Candirejo

Desa Sambirejo berjarak 3 km dari Kecamatan Ngawen, berjarak 30 km

dari Kabupaten Gunungkidul, dan juga berjarak 60 km dari Provinsi Yogyakarta.

Desa Sambirejo memiliki tipologi persawahan, perladangan, perkebunan,

peternakan, pertambangan/galian, kerajinan dan industri, industri sedang dan

besar, jasa dan perdagangan.

Berdasarkan data monografi desa Sambirejo pada tahun 2016, jumlah

penduduk desa berjumlah 7759 orang dimana laki-laki berjumlah 3824 dan

perempuan berjumlah 3935. Masyarakat berumur produktif mendominasi

setengah populasi dari penduduk disana. Sekitar 65% lebih populasi masyarakat

atau sekitar 5057 orang adalah masyarakat dengan umur 15-65. Sementara itu

masyarakat berusia 0-15 berjumlah 1615 orang dan masyarakat berusia 65 keatas

berjumlah 1097 orang.

60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Keseharian masyarakat Desa Sambirejo berprofesi sebagai petani. Banyak

juga masyarakat yang menggeluti usaha lainnya selain bertani. Berikut adalah

data pekerjaan masyarakat Desa Sambirejo berdasarkan data monografi 2016:

Tabel 4.1 Pekerjaan Masyarakat Desa Sambirejo Tahun 2016


Jenis Pekerjaan Jumlah
Pegawai Negri Sipil 118
TNI/Polri 6
Karyawan Swasta 424
Wiraswasta/Pedagang 212
Petani 1041
Tukang 32
Buruh Tani 222
Pensiunan 53
Nelayan 1
Peternak 6
Pekerja Seni 1
Lainnya 3887
Tidak Bekerja/Pengangguran 1482
Sumber: Data Monografi Desa Sambirejo 2016

Desa Sambirejo terletak cukup jauh dari pusat kota. Kendati demikian,

pendidikan tetap dianggap penting oleh sebagian besar masyarakatnya. Seiring

berjalannya waktu, masyarakat desa mulai menganggap bahwa pendidikan

adalah kunci dari kesejahteraan. Berikut adalah data tingkat pendidikan

masyarakat Desa Sambirejo berdasarkan data monografi tahun 2016:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Tabel 4.2 Data Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sambirejo Tahun 2016
Pendidikan Jumlah
Taman Kanak-kanak 1239
Sekolah Dasar/Sederajat 876
SMP 1189
SMA 1282
Akademi/D1-D3 129
Sarjana 183
Pasca Sarjana 8
Tidak Sekolah 2536
Sumber: Data Monografi Desa Sambirejo 2016

Pendidikan yang layak tentunya dapat dipengaruhi dengan sarana dan

prasarana pendidikan yang memadai pula. Desa Sambirejo memiliki beberapa

fasilitas pendidikan yang memang tidak begitu banyak namun sudah cukup

memadai bagi masyarakatnya. Berikut adalah jumlah sarana dan prasarana

pendidikan yang dimilik Desa Sambirejo pada tahun 2016:

Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana Pendidikan Desa Sambirejo Tahun 2016
Sarana dan Prasarana Jumlah
Perpustakaan Desa 1 Buah
Gedung Sekolah PAUD 1 Buah
Gedung Sekolah TK 3 Buah
Gedung Sekolah SD 6 Buah
Gedung Sekolah SMA 1 Buah
Gedung Perguruan Tinggi -
Sumber: Data Monografi Desa Sambirejo Tahun 2016

Ketiadaan gedung perguruaan tinggi tentunya dipengaruhi oleh tingkat

ekonomi masyarakat yang kebanyakan memang berasal dari kalangan

mengengah kebawah. Menurut Kepala Desa Sambirejo masyarakat yang

melanjutkan studinya keperguruan tinggi masih ada meskipun jumlahnya tidak

banyak. Masyarakat Desa Sambirejo yang ingin melanjutkan studinya di


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

perguruan tinggi biasanya memilih untuk melanjutkan di Wonosari, Klaten,

Solo, dan juga Yogyakarta.

Selain sarana dan prasarana pendidikan, masyarakat juga memerlukan

sarana dan prasarana lain untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Terdapat

sarana dan prasarana lain seperti sarana dan prasarana kesehatan, sarana dan

prasarana umum, serta sarana dan prasarana ibadah. Berikut adalah beberapa

data sarana dan prasarana tersebut berdasarkan data monografi Desa Sambirejo

2016 :

Tabel 4.4 Data Sarana dan Prasarana Kesehatan Desa Sambirejo Tahun 2016
Sarana dan Prasarana Kesehatan Jumlah
Puskesmas Ada
Puskesdes Ada
UKBM (Posyandu) 10 Buah
Sumber: Data Monografi Desa Sambirejo Tahun 2016

Tabel 4.5 Data Sarana dan Prasarana Umum Desa Sambirejo Tahun 2016
Sarana dan Prasarana Umum Jumlah
Sarana Olahraga 2 Buah
Kesenian/Budaya 4 Buah
Balai Pertemuan 8 Buah
Sumur Desa 8 Buah
Pasar Desa -
Lainnya -
Sumber: Data Monografi Desa Sambirejo Tahun 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Tabel 4.6 Data Sarana dan Prasarana Ibadah Desa Sambirejo Tahun 2016
Sarana dan Prasarana Ibadah Jumlah
Mesjid 13 Buah
Mushola 28 Buah
Gereja 6 Buah
Pura -
Wihara -
Klenteng -
Sumber: Data Monografi Desa Sambirejo Tahun 2016

B. Deskripsi Pemerintah Desa Sambirejo

Pemerintah Desa Sambirejo memiliki semboyan “dadiyo pamong projo

sing sembodo” yang jika diartikan kedalam bahasa Indonesia adalah “jadilah

pejabat yang punya martabat”. Selain itu pemerintah Desa Sambirejo memiliki

motto “maju bersama sejahtera bersama”. Tentunya semboyan dan moto tersebut

digunakan dalam keseharian para aparatur Desa Sambirejo untuk melayani

masyarakat dengan sepenuh hati.

Pemerintah Desa Sambirejo sendiri terdiri dari dua puluh orang aparatur

desa yang terdiri mulai dari kepala desa hingga jajaran staffnya. Setiap bagian

memiliki peranannya masing-masing namun tetap saling berkolaborasi agar

terwujudnya masyarakat desa yang sejahtera. Berikut adalah struktur organisasi

dan tata kerja pemerintah Desa Sambirejo:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Gambar 4.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa Sambirejo

Sumber: Data Monografi Desa Sambirejo Tahun 2016


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

C. Deskripsi Tugas dan Wewenang Aparatur Desa

Berdasarkan Peraturan Bupati Gunungkidul No.49 Tahun 2015, masing-

masing aparatur desa memiliki kekuasaan sebagai berikut:

1. Kepala Desa

Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan

Desa dan mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan milik

desa yang dipisahkan. Kepala Desa memiliki kewenangan untuk:

a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDes;

b. Menetapkan PTPKD;

c. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan

Desa;

d. Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang telah ditetapkan dalam

APBDes;

e. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban

APBDes; dan

f. Menetapkan Bendahara Desa

2. Serkertaris Desa

Serkertaris desa selaku koordinator pelaksana teknis pengelolaan

keuangan desa memiliki tugas:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan Pengelolaan APBDes;

b. Menyusun rancangan peraturan desa tentang APBDes, perubahan

APBDes, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes;


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

c. Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah

ditetapkan dalam APBDes;

d. Menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan

APBDes; dan;

e. Melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan dan

pengeluaran APBDes.

3. Kepala Seksi/Kepala Bagian dan Kepala Urusan

a. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang menjadi

tanggungjawabnya;

b. Melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan di dalam APBDes dan

dapat melibatkan lembaga kemasyrakatan desa;

c. Melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban

anggaran belanja kegiatan;

d. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala

Desa; dan

e. Menyiapkan dokumen anggaran atas bean pengeluaran pelaksanaan

kegiatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

4. Kepala Dusun

Berdasarkan temuan dari hasil wawancara dan obsevasi, tugas dari

kepala dusun adalah menjaring aspirasi dari masyarakat di padukuhannya

dan menyampaikan aspirasi tersebut kepada pemerintah desa. Begitupula

sebaliknya, kepala dusun bertugas menjelaskan kebijakan-kebijakan desa

kepada masyarakat. Dalam kondisi tertentu, kepala dusun dapat dijadikan

ketua pelaksana jika di padukuhannya dilakukan kegiatan pembangunan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pengelolaan Keuangan Desa Sambirejo

Setiap kepala desa memiliki visi dan misi dalam membangun desa. Visi dan

misi tersebut selanjutnya dituangkan menjadi Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJMDes) untuk jangka waktu enam tahun. RPJMDes harus

ditetapkan didalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa

(Musrembangdes) bersama-sama dengan pemerinah desa, Badan

Permusyawaratan Desa, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan unsur

masyarakat lainnya paling lama tiga bulan setelah kepala desa dilantik.

Selanjutnya setelah RPJMDes terbentuk, barulah pemerintah desa membuat

Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes). RKPDes adalah rencana kerja

pemerintah desa selama satu tahun kedepan. RKPDes dibentuk bedasarkan

informasi dari pemeritah daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif

desa. RKPDes tersebut juga dilampirkan dengan Rencana Anggaran Biaya

(RAB), dan Rencana Kegiatan yang telah diverifikasi oleh tim verifikasi.

Pembentukan RKPDes ini dilakukan bersamaan dengan pembentukan RPJMDes

di awal masa kepemimpinan kepala desa.

Pembentukan RKPDes dan RAB dijadikan dasar penyusunan Rancangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (RAPBDes). Proses penganggaran

APBDes dilakukan dari tingkat padukuhan melalui musyawarah dusun. Setiap

dusun akan memaparkan kegiatan yang ingin direalisasikan beserta dengan

69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

anggarannya. Setelah itu barulah BPD akan menyelenggarakan musyawarah

desa. Dalam musyawarah desa akan dipaparkan mengenai rencana kegiatan dari

masing-masing dusun. Setelah itu pemerintah desa akan memilih kegiatan yang

ingin direalisasikan berdasarkan skala prioritas. Didalam musyawarah desa juga

dipaparkan mengenai RKPDes. Setelah musyarawah desa dilakukan, maka

selanjutnya diadakan musrembangdes yang diselenggarakan oleh aparatur desa.

Dalam musrembangdes, ditetapkanlah mengenai RKPDes dan RAB yang

selanjutnya di tetapkan menjadi RAPBDes.

Setelah ditetapkannya RAPBDes, maka pemerintah desa akan memberikan

RAPBDes tersebut kepada kecamatan sebagai perpanjangan tangan dari

kabupaten untuk melakukan evaluasi berkaitan dengan penetapan RAPBDes

tersebut. Untuk desa Sambirejo sendiri, hal yang biasanya dievaluasi berkaitan

dengan peraturan penggunaan dana desa. Karena tidak semua kegiatan yang

dianggarkan dapat dibiayai oleh dana desa. Hal tersebut dikarenakan ada kriteria

tertentu bagi sebuah kegiatan yang dapat dibiayai dan kriteria tersebut berubah-

ubah.

Selanjutnya ketika RAPBDes sudah dievaluasi kecamatan dan sudah

dibenahi oleh pihak desa, maka RAPBDes berubah menjadi APBDes. APBDes

selanjutnya akan menjadi pedoman dalam melaksanakan kegiatan yang sudah di

anggarkan sebelumnya. Kegiatan dapat dilaksanakan ketika dana yang telah

dianggarkan di dalam APBDes dan RAB cair ke rekening desa. Dana-dana

tersebut berasal dari tiga sumber yaitu pemerintah pusat (Kemenkeu,

Kemendagri, KDPDTT) yang berupa dana desa, provinsi (Bantuan keuangan),


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

dan kabupaten/kota (Alokasi Dana Daerah, dan Dana Bagi Hasil

Pajak/Retribusi).

Dana desa sendiri cair secara bertahap. Ada dua tahapan pencairan dana

desa yaitu diawal tahun dan di pertengahan tahun. Dana tersebut hanya bisa cair

saat laporan pertanggungjawaban tahap sebelumnya sudah diselesaikan. Dana

ini dahulu ditransfer ke kabupaten. Berbeda dengan sekarang yang dana tersebut

langsung di transfer ke rekening desa. Dana desa ini hanya diperuntukan untuk

pengembangan masyarakat. Ketika dana desa diberikan kepada desa

terbelakang, maka peruntukannya untuk membangun fasilitas kebutuhan pokok

seperti penyediaan air minum, dan MCK. Ketika dana desa diberikan kepada

desa berkembang, maka peruntukannya untuk pemberdayaan masyarakat dan

kebudayaan. Selanjutnya jika dana desa diberikan kepada desa maju, maka

peruntukannya diperbolehkan untuk pembangunan tempat wisata komersil.

Karena desa Sambirejo adalah desa berkembang, maka dana desa ini digunakan

untuk pengembangan masyarakatnya seperti pemberdayaan UMKM.

Berbeda dengan dana desa, dana yang diperoleh dari Provinisi DIY

sangatlah terbatas atau bahkan jarang sekali ada. Hal tersebut dikarenakan untuk

mendapat dana bantuan dari provinsi, desa harus mengajukan proposal terlebih

dahulu dan biasanya untuk pengembangan kebudayaan. Menurut Kepala Desa

Sambirejo, dana dari Kabupaten Gunung Kidul lebih banyak disumbangkan

melalui hasil retribusi wisata alam daerah tersebut.

Belanja desa yang diperbolehkan dari ketiga sumber pendapatan tersebut

adalah 70% untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, sementara itu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

30% sisanya untuk penghasilan tetap atau operasional pemerintah desa.

Nantinya saat kegiatan yang sudah dianggarkan tersebut tidak dapat

dilaksanakan atau terdapat sisa dana, maka dana tersebut dimasukan kedalam

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA). SiLPA tersebut akan digunakan

untuk kegiatan selanjutnya, atau digunakan untuk anggaran di tahun berikutnya.

Setiap kegiatan memiliki RABnya masing-masing. Dahulu, setiap

kegiatannya hanya di tuliskan nama kegiatannya beserta jumlah anggarannya

saja. Berbeda dengan sekarang yang mana setiap kegiatan diberikan rincian

mengenai anggarannya. RAB tersebut dijadikan pedoman bagi tim pelaksana

kegiatan untuk melakukan pengadaan barang. Saat pelaksana kegiatan ingin

melakukan pencairan dana untuk membeli keperluan pembangunan kegiatan

tersebut, maka pelaksana kegiatan akan membuat Surat Permintaan Pembayaran

(SPP), dan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja yang selanjutnya

diverifikasi oleh serkertaris desa. Pemerintah desa Sambirejo sendiri membuat

tiga rangkap lampiran dokumen yaitu SPP, SPTB, dan lampiran buku kas

pembantu. Lampiran buku kas pembantu ini nantinya digunakan untuk

memudahkan bendahara desa mengarsip setiap dana yang keluar. Setelah

lampiran-lampiran tersebut disetujui oleh serkertaris desa, maka selanjutnya

lampiran tersebut diberikan kepada bendahara desa untuk mencairkan dananya.

Setelah dana cair dan kegiatan sudah dilaksanakan, tim pelaksana harus

membuat laporan pertanggungjawaban kepada kepala desa. Laporan tersebut

nantinya akan digabungkan dengan laporan lainnya menjadi Laporan

Pertanggungjawaban (LPJ). Laporan tersebut akan dibahas bersama dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

BPD dan tanpa dievaluasi oleh kecamatan. Barulah setelah LPJ disepakati, maka

akan diberikan kepada kecamatan dan menjadi peraturan desa tentang

pertanggungjawaban APBDes.

B. Evaluasi Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan Asas Transparan,

Akuntabel, Partisipatif, Tertib dan Disiplin Anggaran

Evaluasi pengelolaan keuangan desa dilakukan dengan cara yaitu

wawancara, obsevasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan

melibatkan orang-orang yang berkaitan erat dengan siklus pengelolaan

keuangan. Partisipan tersebut terdiri dari sembilan belas perangkat desa dan dua

orang dari Badan Permusyawaratan Desa yang merupakan perwakilan dari

masyarakat. Wawancara ini terdiri dari beberapa pertanyaan umum dan juga

pertanyaan yang terdiri dari masing-masing asas.

Pertanyaan umum pertama adalah untuk mengetahui apakah para

partisipan mengetahui tentang adanya pengelolaan keuangan desa. Dari

sembilan belas partisipan yang diberikan pertanyaan tersebut, lima diantaranya

menjawab mengetahui gambaran umumnya saja. Kelima partisipan tersebut

berasal dari kepala dukuh.

Selanjutnya adalah mengenai peran para partisipan di dalam pengelolaan

keuangan desa. Masing-masing perangkat memiliki peran yang berbeda satu

dengan yang lain. Ada juga beberapa perangkat yang dipercayai untuk menjadi

tim pengelola maupun tim pelaksana di luar peran utamanya. Kepala desa

bertugas sebagai penanggungjawab semua kegiatan yang ada di desa dan

memiliki kuasa membawa pengelolaan keuangan desa berdasarkan visi dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

misinya. Serkertaris desa bertugas sebagai koordinator tim pengelola dan

verifikasi segala kegiatan keuangan, urusan umum bertugas sebagai

inventarisasi aset desa, urusan perencanaan memiliki peran sebagai bendahara

dua yang membantu membuat laporan-laporan, dan urusan keuangan bertugas

sebagai bendahara.

Selanjutnya, bagian pemerintahan ditugaskan sebagai tim pelaksana yang

bertugas untuk melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan

pemerintahan, bagian kesejahteraan masyarakat memiliki peran menganggarkan

pekerjaan yang memang sudah tupoksinya (tugas pokok dan fungsi), dan bagian

pembangunan memiliki tugas memantau pembangunan di desa mulai dari

infraskturktu hingga ikut juga memantau perkembangan warga.

Sementara itu setiap dukuh bertugas sebagai penyampai aspirasi warga ke

desa, dan juga penyampaian kebijakan desa kepada masyarakat. Hal yang

berbeda dapat terjadi jika di padukuhannya sedang diselenggarakan kegiatan

pembangunan, biasanya dukuh akan diangkat menjadi tim pelaksana yang

memantau pekerjaan yang sedang dilakukan di padukuhannya. Selanjutnya,

BPD memiliki peran sebagai pengawas kinerja dari aparatur desa itu sendiri.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah setiap partisipan mengetahui asas

pengelolaan keuangan yang transparan, akuntabel, partisipatif, tertib dan disiplin

anggaran. Hasilnya adalah semua partisipan menjawab mengetahui hal tersebut.

Setelah itu saat ditanya mengenai apakah pemerintah desa Sambirejo sudah

menerapkan asas-asas tersebut, semua partisipan menjawab sudah. Para


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

partisipan pun masing-masing berpendapat bahwa asas-asas tersebut penting

bagi sebuah pengelolaan keuangan desa.

Para pegawai pemerintahan desa Sambirejo sebenarnya telah mengetahui

tentang pengelolaan keuangan desa. Meskipun beberapa diantara mereka

menjawab hanya mengetahui gambaran umumnya saja. Setelah ditelaah

partisipan yang menjawab dengan jawaban tersebut adalah kepala dukuh. Dari

sembilan kepala dukuh, lima diantaranya menjawab hanya mengetahui

pengelolaan keuangan secara garis besarnya saja. Hal tersebut bisa saja

disebabkan karena peran dukuh yang hanya sebagai perantara antara pemerintah

desa dengan masyarakat. Kepala dukuh yang sejatinya lebih banyak berperan

sebagai masyarakat ketimbang menjadi perangkat bisa menjadi salah satu

sebabnya. Hal tersebut didukung dengan jarang hadirnya para kepala dukuh di

kantor kelurahan. Kepala dukuh hanya diwajibkan datang ke kantor kelurahan

untuk menyampaikan laporan dua kali seminggu yaitu senin dan kamis. Selain

itu, tidak setiap tahun kepala dukuh menjadi tim pelaksana baik ketua maupun

anggotanya. Hal tersebut dikarenakan tim pelaksana dipilih berdasarkan tempat

dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Misalnya kegiatan perbaikan talud

dilaksanakan di padukuhan Sambeng V, maka tim pelaksana yang dipilih adalah

kepala dukuh beserta masyarakat dari Sambeng V. Kegiatan prioritas setiap

tahunpun terbatas. Kemungkinan hanya dua atau tiga kegiatan besar saja yang

akan dilakukan pertahunnya. Tentunya hal ini akan berpengaruh pada peluang

kepala dukuh untuk ikut berperan dalam pengelolaan keuangan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Selain hal-hal yang disebutkan diatas, masalah lain yang timbul adalah ada

beberapa kepala dukuh yang sudah berusia purna. Akibatnya, sulit bagi kepala

dukuh yang sudah purna untuk mengetahui dan memahami sistem yang berjalan

saat ini. Perlu adanya pelatihan dan juga regenerasi dari kepala dukuh agar

pengelolaan keuangan dapat berjalan dengan maksimal.

1. Transparan

Selanjutnya partisipan mulai diberikan pertanyaan berkaitan dengan

asas transparansi. Pertanyaan pertama adalah bagaimana pemerintah desa

Sambirejo menerapkan asas transparansinya pada pengelolaan keuangan.

Jawaban yang diberikan oleh partisipan cukup beragam. Pertama,

pemerintah desa Sambirejo sudah mulai menerapkan sistem informasi

desa atau yang disingkat dengan SID dengan diangkatnya staff yang

berkompeten dalam bidang sistem informasi. Nantinya, SID diharapkan

menjadi wadah penyampaian informasi yang lebih mudah kepada

masyarakat. Selanjutnya, pemerintah desa Sambirejo sudah memasang

baliho di depan balai desa mengenai rencana penggunaan APBDes

sehingga masyarakat bisa langsung melihat rencana penggunaan APBDes

tersebut. Masyarakat juga dilibatkan didalam setiap musyawarah. Mulai

dari musyawarah RT-RW, musyawarah dusun, musyawarah desa, hingga

ke musyawarah rencana pembangunan masyarakat dilibatkan. Pemerintah

desa Sambirejo juga memasang papan pengumuman yang diletakan di

dekat kegiatan yang akan dilakukan dan kegiatan tersebut didanai dari

APBDes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Masyarakat desa Sambirejo berhak memperoleh informasi yang ada.

Hal itu tercermin dari jawaban partisipan berikut ini:

“Setiap masyarakat memiliki hak untuk mengakses informasi sehingga


jika masyarakat melihat ada yang tidak benar, masyarakat bisa
mengevaluasinya.”
(Hasil wawancara dengan Bagian Pemerintahan pada tanggal 9 Oktober
2017)
Pendapat tersebut didukung pula oleh pernyataan partisipan lain

sebagai berikut:

“Untuk masalah akses informasi itu sudah jelas sekali. Masyarakat


memiliki hak untuk bertanya dan menyampaikan pendapat, begitu juga
kami wajib sampaikan apa yang menjadi kewajiban masyarakat. maka
dari itu masyarakat tidak menuntut hak saja tapi juga melaksanakan
kewajiban”
(Hasil wawancara dengan Bagian Kesejahteraan Masyarakat pada tanggal
27 September 2017)
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah masyarakat dapat

memperoleh informasi mulai dari perencanaan hingga pelaporannya dan

apakah minat masyarakat untuk memperoleh informasi sudah cukup besar.

Mayoritas jawaban partisipan adalah, masyarakat dapat memperoleh

informasi di setiap tahapan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pertanggungjawaban, dan pelaporan. Kendati demikian

hanya yang merupakan ranah dari masyarakat saja yang dapat diperoleh

informasinya. Jika sudah berkaitan dengan ranahnya pemerintah seperti

pembuatan dokumen-dokumen dan pembuatan laporan

pertanggungjawaban, itu bukan menjadi hak publik lagi.

Terdapat salah satu partisipan yang berasal dari BPD menjelaskan

untuk tahun ini terdapat permasalahan dimana masyarakat sebagai tim

pelaksana tidak diberikan salinan RAB. Sehingga masyarakat tidak dapat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

mengetahui secara pasti berapa jumlah barang yang masuk saat

pengiriman barang. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan

beliau:

“Untuk memperoleh informasi memang diperbolehkan, namun kami harus


jujur bahwa desa memang belum sepenuhnya dapat dikatakan transparan.
Terutama pada kegiatan-kegiatan fisik. Harusnya dalam pengadaan
barang, masyarakat ada yang diambil sebagai checker, sehingga
masyarakatpun tau kualitas dan volume barang yang dikirmkan. Karena
memang RAB tidak disosialisasikan kepaada tim pelaksana kegiatan. Jadi
masyarakat hanya tau mengenai mengerjakan proyek saja.”
(Hasil wawancara dengan Ketua BPD pada tanggal 23 Oktober 2017)

Minat dari masyarakat sendiri dalam memperoleh informasi cukup

besar. Hanya saja belum semua masyarakat mau mengetahui suatu

informasi tertentu. Masyarakat juga disebut sudah sangat kritis karena desa

Sambirejo berbatasan dengan kabupaten lain dimana masyarakat

diperbatasan biasanya memiliki tolak ukur dari orang di wilayah lainnya.

Hal ini didukung oleh beberapa pernyataan berikut:

“Hanya beberapa saja masyarakat yang ingin mengetahui suatu


informasi, namun jika kami melakukan turba (turun kebawah) dimana
kami mendatangi mereka di padukuhannya masing-masing, barulah
masyarakat cukup antusias. Tapi jika kami hanya duduk dikantor, hanya
beberapa saja yang datang untuk bertanya informasi”
(Hasil wawancara dengan Kepala Desa pada tanggal 11 September 2017)

“Untuk daerah desa Sambirejo pada umummnya karena disini adalah


darah perbatasan dengan kabupaten lain, maka tingkat kritisnya lebih
tinggi dari daerah lain yang jauh dari perbatasan. Karena tolak ukur
dari orang perbatasan adalah kabupaten disebelahnya. Misalnya
membandingkan oembangunan di desa dengan daerah lainnya. Namun
ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah desa”
(Hasil wawancara dengan Bagian Kesejahteraan Masyarakat pada tanggal
27 September 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Penyebab dari belum semua masyarakat dapat berpikiran kritis

dikarenakan masyarakat desa Sambirejo mayoritas masih memiliki

kebiasaan untuk menghormati pemberian dari orang lain. Pemberian

dalam hal ini berupa bantuan sosial yang kerap kali diberikan oleh

pemerintah pusat, maupun lembaga lain kepada masyarakat desa.

Sehingga masyarakat beranggapan bahwa sudah sangat beruntung mereka

dibantu, dan tidak mungkin bagi masyarakat untuk merepotkan orang yang

sudah membantu tersebut dengan mengkritisi suatu hal. Pernyataan ini

terkandung dalam jawaban dari salah satu partisipan sebagai berikut:

“Sebagian besar masyarakat masih menggunakan prinsip “sudah banyak


dibantu kok masih protes lagi?”. Dimana prinsip ini memang sudah lama
tertanam didalam masyarakat kami. Jadi prinsip itu menjelaskan bahwa
memang masyarakat sudah banyak dibantu pemerintah dan tidak ingin
banyak protes yang lainnya lagi.”
(Hasil wawancara dengan Ketua BPD, pada tanggal 23 Oktober 2017)

Informasi yang paling banyak dicari adalah berkaitan dengan

kegiatan pembangunan yang sedang dilakukan berupa pembangunan fisik

misalnya pembangunan talud dan corabat. Berkaitan dengan keuangan

sendiri, masyarakat hanya bertanya mengenai dana desa digunakan untuk

apa saja dan terkadang juga masyarakat meminta RAB saat ada

pelaksanaan pembangunan di daerahnya. Selain itu, masyarakat juga

sering bertanya mengenai bantuan-bantuan sosial yang akan diberikan

pemerintah dan juga informasi pengurusan dokumen-dokumen berharga.

Dalam memperoleh informasi tersebut tidak dilakukan melalui prosedur

yang rumit. Prosedur yang ditempuh oleh masyarakat untuk mendapatkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

informasi hanya datang saja ke kantor kelurahan untuk selanjutnya

ditindaklanjuti perangkat. Para perangkatpun tidak keberatan untuk

memberikan informasi melalui media elektronik seperti sms, dan

whatsapp. Selain itu, masyarakat dapat bertanya melalui anggota BPD

yang memang sudah ada di masing-masing padukuhan.

Selanjutnya saat para partisipan diberikan pertanyaan mengenai

apakah semakin hari semakin banyak masyarakat yang percaya terhadap

kinerja pemerintah desa Sambirejo, hampir semua partisipan menjawab

masyarkat sudah cukup percaya. Dari sembilan belas partisipan, enam

belas diantara menjawab semakin banyak, dan tiga diantaranya menjawab

stabil. Hal ini terjadi karena pemerintah desa tidak mungkin dapat

memberikan kepuasan terhadap seluruh masyarakat desa. Selain itu

pemikiran dan keadaan masing-masing masyarakat juga berbeda.

Masyarakat memang bukan begitu saja percaya seratus persen terhadap

kinerja dari pemerintah desa, namun kepercayaan mereka itu digunakan

sebagai wadah untuk ikut mengawasi kinerja dari tiap perangkat.

Pemerintah desa Sambirejo juga setiap ingin menentukan peraturan yang

baru, selalu membicarakannya terlebih dahulu kepada masyarakat melalui

BPD. BPD, dianggap sebagai perwakilan dari masyarakat dan memang

memiliki kewenangan untuk mendampingi desa.

Selama kurang lebih tiga bulan melakukan observasi, peneliti

menemukan beberapa hal. Saat dilakukan wawancara, pemerintah desa

memberikan pernyataan bahwa setiap APBDes beserta rincian kegiatan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

akan di jabarkan dalam sebuah banner. Media tersebut di letakan di depan

balai desa agar baik masyarakat desa Sambirejo maupun pihak lain diluar

desa, dapat mengetahui dan ikut memantau jalannya APBDes. Pernyataan

tersebut nyatanya benar dan memang ada banner besar berisikan APBDes

beserta kegiatannya yang di letakan di depan balai desa. Hal yang amat

disayangkan adalah banner tersebut sempat rubuh karena di terpa cuaca

buruk dan tidak dipasang kembali. Kendati demikian, hal tersebut sudah

termasuk kedalam indikator Transparansi menurut Bastian (2014: 158)

yaitu bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap

penyelenggaraan organisasi sektor publik.

Selain memasang banner, pemerintah desa juga memberikan

pernyataan mengenai adanya pemberitahuan tertulis berupa papan

keterangan kecil setiap diadakannya kegiatan pembangunan. Papan

tersebut berisikan informasi mengenai kegiatan tersebut mulai dari nama

kegiatan, besar biaya, sumber dana, tahun anggaran, jangka waktu, dan

pelaksana kegiatan. Misalnya saja pembangunan drainase dan talud yang

terletak di sekitar balai desa.

Peneliti menemukan mudahnya akses masyarakat untuk

memperoleh informasi secara langsung di kantor kelurahan. Hal tersebut

terbukti dengan mdahnya proses mendapatkan informasi tersebut.

Masyarakat hanya datang ke kantor kelurahan dan dilayani oleh aparatur

desa. Saat observasi, peneliti menemukan masyarakat yang ingin membuat

KTP, dan mengurus urusan surat-menyurat lainnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Pemerintah desa juga terbuka dengan masyarakat yang ingin

mengetahui laporan keuangan desa. Bahkan bukan hanya dengan

masyarakatnya saja, namun juga pihak eksternal seperti penelitian ini. Hal

tersebut terbukti dengan diperbolehkannya peneliti meminjam beberapa

dokumen untuk dibawa maupun di copy untuk keperluan penelitian.

Prosedur yang harus ditempuh peneliti untuk mendapatkan dokumen

tersebut juga cukup mudah yaitu membuat surat pernyataan yang berisi

jens dokumen yang akan dipinjam, tanggal meminjam dan tanggal

kembali, tujuan peminjaman, instansi, dan nomor telepon aktif. Tujuannya

agar dokumen tersebut dapat dilacak keberadaanya dan mudah dalam

pengarsipannya.

Indikator untuk menilai transparansi menurut Bastian (2014: 158)

adalah bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap

penyelenggaraan organisasi sektor publik. Pemerintah desa Sambirejo

sudah mencoba berbagai macam cara agar masyarakat mengetahui secara

penuh penyelenggaraan organisasi pemerintaahan desa. Cara-cara yang

ditempuh antara lain dengan melibatkan masyarakat di hampir setiap

siklus pengelolaan keuangan desa, memasang baliho yang berisi mengenai

informasi APBDes, memasang papan keterangan di setiap kegiatan yang

dilakukan, memperbolehkan masyarakat maupun pihak eksternal lainnya

untuk memperoleh laporan keuangan desa, dan yang terakhir ada sistem

informasi desa atau SID.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Pemerintah desa Sambirejo mengungkapkan bahwa sekarang ini

hampir seluruh desa di Kecamatan Ngawen sedang mencoba

menggunakan SID. Dengan adanya SID di masing-masing desa,

masyarakat dapat dengan mudah mencari informasi apapun. Desa

Sambirejo baru saja menerapkan SID belum lama ini. Dengan mengangkat

sejumlah staff baru yang berkompeten dalam bidang sistem informasi,

diharapkan SID akan dapat berjalan dalam waktu dekat. Saat ditelusuri ke

dalam situs desa Sambirejo yaitu http://sambirejo-ngawen.desa.id,

memang nampak situs ini masih dalam tahap pengembangan. Hal tersebut

dapat dilihat dari User Interface yang masih sederhana, dan belum banyak

konten yang dapat disediakan. Percepatan pembuatan SID ini sangat

penting, agar masyarakat dapat mengetahui informasi dengan mudah

kapanpun dan dimanapun. Masyarakat desa Sambirejo pun sekarang sudah

mulai mengenal internet dan mulai mahir dalam pengoprasiannya

meskipun belum merata. Tentunya, pemerintah desa juga wajib

memfasilitasi dan mengedukasi masyarakat agar dapat menggunakan

internet demi kemajuan bersama. Harapannya dengan beroperasinya SID

tersebut, maka pemerintah desa Sambirejo sudah memenuhi indikator

transparansi menurut Zeyn (2011: 28)yaitu keterbukaan keuangan, dan

keterbukaan operasional.

Terdapat satu fenomena sosial yang ditemukan dalam penelitian

ini. Fenomena sosial tersebut adalah masih ada beberapa masyarakat yang

memiliki pemikiran tidak ingin merepotkan pemerintah desa. Hal ini


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

diungkapkan oleh kepala BPD Sambirejo. Beliau mengatakan, fenomena

ini bermula saat masyarakat desa sering diberikan bantuan oleh berbagai

pihak melalui perangkat desa. Karena merasa sangat terbantu, maka

masyarakat desa sudah tidak ingin mengkritisi kembali pemerintah desa.

Jika masyarakat terus menerus bermental seperti itu, maka bisa saja hal

tersebut dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk berbuat curang.

Perlunya revolusi mental seperti yang sedang digadang-gadangkan oleh

Presiden Joko Widodo agar masyarakat dapat bersikap kritis dalam

menanggapi suatu hal. Tentunya perlu ada campur tangan dari pemerintah

desa untuk mengajak masyarakatnya lebih kritis lagi.

Terdapat indikator transparansi lain menurut Zeyn (2011: 28),

yaitu keterbukaan pengambilan keputusan. Pemerintah desa sudah terbuka

di dalam pengambilan keputusan. Hal ini terjadi karena masyarakat

pedesaan pada umumnya lebih mengutamakan musyawarah. Dengan kata

lain lebih mengutamakan pendapat bersama dibandingkan pendapat

pribadi. Setiap ingin melakukan sesuatu, pemerintah desa selalu

membicarakannya terlebih dahulu kepada masyarakat. Misalnya saja

dalam pembentukan APBDes, maka diadakanlah musdes. Maupun saat

akan mengganti sebuah peraturan, desa akan membicarakannya terlebih

dahulu kepada BPD selaku perwakilan dari masyarakat. Tentunya di

dalam musyawarah pemerintah akan selalu mengedepankan pendapat dari

masyarakat karena masyarakatlah yang tau mengenai kondisi

dilingkunganya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

2. Akuntabel

Pertanyaan selanjutnya yang diberikan kepada partisipan adalah

pertanyaan berkaitan dengan akuntabel. Pertanyaan pertama adalah

bagaimana pemerintah desa Sambirejo menerapkan asas akuntabilitas

pada pengelolaan keuangaan desa. Pemerintah desa Sambirejo telah

berusaha untuk menerapkan akuntabilitas di dalam pengelolaan keuangan

desa. Memang akuntabilitas tidak dapat dibangun melalui perangkat desa

saja namun juga datang dari evaluasi yang dilakukan oleh pihak diluar

pemerintah desa yaitu kecamatan dan BPD. Akuntabilitas juga

diperlihatkan oleh pemerintah desa dengan cara memberikan laporan

pertanggungjawaban setiap akhir tahun kepada kecamatan.Selain itu setiap

kegiatan baik yang belum, sedang dikerjakan, maupun yang telah di

selesaikan selalu dilaporkan. Pemerintah desa Sambirejo juga setiap ingin

melakukan pengadaan barang berpedoman kepada SHBJ yang sudah

ditentukan kabupaten. Begitu pula jika ingin melakukan sesuatu,

pemerintah desa Sambirejo melakukannya dengan berhati-hati dan

mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan oleh kabupaten.

Pemerintah desa Sambirejo juga memiliki jenjang sendiri berkaitan

dengan pemberian laporan pertanggungjawaban. Setiap kasi dan setiap

padukuhan, memiliki program masing-masing yang harus

dipertanggungjawabkan kepada kepala desa. Nantinya kepala desa juga

akan memberikan laporan pertanggungjawabannya kepada bupati melalui

kecamatan. Setiap padukuhan juga memiliki tanggungjawab melaporkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

hasil dari musyawarah dusun beserta kegiatan yang sedang terjadi di

padukuhannya masing-masing kepada kepala desa. Berkaitan dengan dana

desa, tim penyusun dan tim pelaksana juga memberikan laporannya

kepada kepala desa.

Pemerintah desa memang tidak menerbitkan laporan tertentu kepada

masyarakat, melainkan hanya melakukan serah terima pekerjaan yang

telah selesai oleh tim pelaksana kepada kepala desa. Barulah setelah itu

kepala desa akan menyerahkan hasilnya kepada masyarakat. Hal tersebut

diperkuat dengan pernyataan beberapa partisipan sebagai berikut:

“Setelah laporan selesai ada serah terima dari tim pelaksana kepada
kepala desa. Tim pelaksana itu ada dari masyarakat dan pemerintah desa.
Setelah pekerjaan selesai, maka saya bersama dengan BPD dan tim
pendamping desa akan membicarakan kepada masyarakat apakah
pekerjaan tersebut dapat diterima dan apakah sudah sesuai dengan apa
yang direncanakan”
(Hasil wawancara kepada Kepala Desa pada tanggal 11 September 2017)

Pernyataan kepala desa tersebut senada dengan pernyataan dari

bagian pemerintahaan sebagai berikut:

“Setelah suatu kegiatan yang sudah selesai, maka akan dilakukan


serah terima kepada masyarakat. nanti masyarakatlah yang akan menilai
kembali apakah pekerjaan tersebut sudah layak atau belum.”
(Hasil wawancara dengan Bagian Pemerintahan pada tanggal 9 Oktober

2017)

Pemerintah desa Sambirejo sudah bertanggungjawab dalam

melaporkan laporan keuangannya. Hal tersebut dikarenakan pemerintah

desa selalu diawasi oleh pihak-pihak lain seperti masyarakat, BPD,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

kecamatan dan lembaga-lembaga lainnya. Jika pemerintah desa Sambirejo

tidak bertanggungjawab, tentunya akan berakibat tidak optimalnya

pengelolaan keuangan desa. Pemerintah desa berujar, saat sebelum adanya

dana desa mereka tidak terlalu memikirkan tentang pertanggungjawaban.

Barulah saat dimulainya era dana desa, pemerintah desa mulai berbenah

diri dan bertanggungjawab melaporkan laporan keuangannya.

Dalam menerapkan asas akuntabilitas pemerintah desa berusaha

untuk selalu mencatat setiap pemasukan maupun pengeluaran secara rinci

agar nantinya dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya saja Rencana

Anggaran Biaya (RAB) yang dibuat sebagai dasar dala melaksanakan

sebuah kegiatan. Dalam RAB tersebut dengan jelas disebutkan mengenai

nama kegiatan yang dibiayai, waktu pelaksanaan, sumber biaya, dan

tujuan dari kegiatan tersebut. Selanjutnya, RAB berisi kode akun, uraian,

volume, harga satuan, dan jumlah. Sebelum adanaya dana desa, RAB

hanya dituliskan besaran jumlah biaya yang keluar saja setiap kegiatannya.

Barulah saat adanya dana desa yang menuntut pertanggungjawaban yang

tinggi, maka RAB bukan lagi ditulis jumlahnya saja melainkan dijabarkan

satu persatu dana yang keluar untuk apa saja. Selain RAB, terdapat juga

dokumen SPP dan SPTB yang dilampirkan dengan buku kas pembantu.

SPP ini bertujuan sebagai form permintaan pembayaran dari desa kepada

tim pelaksana kegiatan. Nantinya setelah disetujui, pelaksana kegiatan

akan memberikan dana tersebut kepada pihak yang jasanya sudah

digunakan untuk menyelesaikan kegiatan tertentu. Di dalam SPP terdapat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

dana yang di anggarkan untuk kegiatan tersebut, jumlah permintaan

pencairan dana, dan juga sisa anggaran. Setelah dana diberikan, barulah

dimunculkan SPTB yang berisi nama pihak yang menerima balas jasa

berupa dana yang sudah dimohonkan dalam SPP. Setelah itu untuk

memudahkan dalam pencatatan ke dalam buku kas, maka barulah

pengeluaran tersebut di catat di dalam buku kas pembantu yang memang

sudah menjadi satu bundle dengan SPP dan SPTB. Kendati demikian

menurut serkertaris desa, buku kas pembantu tersebut jarang diisi. Benar

saja saat dilakukan pengecekan ke dokumennya, buku kas pembantu

tersebut masih kosong.

Pemerintah desa Sambirejo setelah menyelesaikan sebuah kegiatan

pembangunan maka akan melaporkan kegiatan tersebut kepada

masyarakat. Akan ada serah terima pembangunan dari kepala desa kepada

masyarakat. Masyarakat nantinya dapat memberika penilaian terhadap

hasil dai kegiatan tersebut dan berhak mengajukan protes apabila kegiatan

yang telah dikerjakan tidak sesuai yang dharapkan. Hal tersebut sesuai

dengan asas akuntabilitas menurut Zeyn (2011: 28) yaitu menilai

pelaporan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

3. Partisipatif

Masyarakat desa Sambirejo, sudah memiliki kesadaran untuk dapat

ikut berpartisipasi didalam siklus pengelolaan keuangan. Masyarakat

sudah ikut berpartisipasi dimulai dari siklus pengelolaan keuangan yang

pertama yaitu perencanaan. Masyarakat aktif menyampaikan pendapatnya

disaat musyawarah yang diselenggarakan baik di tingkat dusun maupun di

tingkat desa. Biasanya mereka masing-masing memiliki keinginan untuk

membenahi daerahnya. Hal tersebut didukung oleh beberapa pernyataan

berikut ini:

“Masyarakat aktif mengutarakan pendapatnya saat musyawarah, karena


masing-masing dari mereka ingin daerahnya dibenahi”
(Hasil wawancara dengan Dukuh Sambeng V pada tanggal 5 Oktober

2017)

“Masyarakat dilbatkan pada saat musyawarah dusun untuk menarik


usulan dari masyarakat. baru nanti saat pelaksanaannya juga ikut
melibatkan sebagian dari masyarakat itu sendiri.”
(Hasil wawancara dengan Serkertaris Desa pada taggal 14 September

2017)

Masyarakat desa dikenal dengan prinsip gotong royongnya, hal

tersebut juga masih nampak di masyarakat desa Sambirejo. Masyarakat

desa jika melihat ada warga lain yang sedang mengalami kesulitan maka

masyarakat akan datang dan membantu. Begitu pula yang dilakukan

masyarakat desa Sambirejo di dalam pelaksanaan kegiatan yang telah

dimusyawarahkan sebelumnya. Mereka akan saling tolong-menolong


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

mengerjakan kegiatan tersebut. Berikut adalah pernyataan beberapa

partisipan mengenai hal tersebut:

“Partisipasi masyarakat baik, karena memang saat ada masalah sosial


masyarakat langsung cepat membantu sesamanya. Selain itu, masyarakat
juga tidak segan untuk melakukan swadaya dalam upaya mendukung
pembangunan.”
(Hasil wawancara dengan Serkertaris BPD pada tanggal 23 Oktober 2017)

“Setiap ada kegiatan, masyarakat akan turun langsung untuk memantau


atau bahkan untuk ikut membantu melaksanakan kegiatan tersebut.”
(Hasil wawancara dengan Dukuh Sambeng III pada tanggal 23 Oktober

2017)

Selama observasi ditemukan bahwa pemerintah desa Sambirejo

lebih mengutamakan masyarakatnya dalam pembangunan dibandingkan

dengan mengambil tenaga dari luar desa. Saat dilakukan

pembangunanpun, masyarakat yang berada disekitar kegiatan

pembangunan tersebut juga ikut ambil bagian. Hal-hal sederhana seperti

memberikan makanan dan minuman seadanya dilakukan masyarakat

untuk mendukung kegiatan pembangunan. Kegiatan tersebut sudah dapat

dikatakan memenuhi indikator partisipasi menurut Bastian (2014: 160)

yaitu meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam

pembangunan lingkungannya.

Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa masyarakat desa

Sambirejo dapat turut berpartisipasi hampir di setiap siklus pengelolaan

keuangan (perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan

pertanggungjawaban). Masyarakat dapat ikut berpartisipasi di dalam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban. Pada tahap

perencanaan jelas terjadi saat masyarakat diajak bermusyawarah untuk

menentukan rencana kerja selama tahun. Setelah itu masyarakat juga turut

membantu melaksanakan pekerjaan yang telah direncanakan tersebut.

Setelah pekerjaan selesai, di tahap terakhir adalah pertanggungjawaban

dimana masyarakat lain juga ikut menilai apakah pekerjaan tersebut sudah

layak atau belum. Sementara itu untuk penatausahaan dan pelaporan

merupakan pekerjaan dari aparatur desa sendiri. Masyarakat desa

Sambirejo memiliki hak untuk berpartisipasi di dalam pengelolaan

keuangan desa. Pemerintah desa Sambirejo pun telah memberikan hak

tersebut kepada masyarakatnya. Hal tersebut sesuai dengan indikator yang

digunakan untuk menilai partisipasi menurut Bastian (2014: 160) yaitu

meningkatnya kuantitas dan kualitas masukan (kritik dan saran) untuk

pembangunan daerah, dan terjadinya perubahan sikap masyarakat menjadi

lebih peduli terhadap setiap langkah pembangunan.

Agar dapat ikut berpartisipasi, tidak ada prosedur khusus yang harus

di tempuh masyarakat. Masyarakat bisa saja mengajukan diri atau

terkadang para bapak dukuh yang akan memanggil orang-orang yang

dirasa kompeten dibidangnya untuk membantu pemerintah desa. Minat

masyarakat sendiri untuk berpartisipasi sudah dapat dikatakan besar.

Karena masyarakat merasa perduli dengan pembangunan desanya.

Meskipun tidak semua masyarakat dapat berpartisipasi aktif mengingat

keterbatasan kemampuan masing-masing individu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

Masyarakat desa Sambirejo mengutarakan pendapat dan kritiknya di

dalam musyawarah baik musyawarah dusun maupun musyawarah desa.

Pemerintah desa pun tidak segan untuk menanggapi pendapat dan kritik

tersebut. Pemerintah desa juga selektif dalam menanggapi pendapat dan

kritik masyarakat. Karena tidak jarang pendapat dan kritik tersebut tidak

berdasar dan terkesan memojokan pemerintah desa. Pemerintah desa

hanya menanggapi pendapat dan kritik yang bersifat membangun demi

kebaikan bersama. Semua perangkat desapun menyadari bahwa pendapat

dan kritik masyarakat sangat penting bagi kemajuan desa Sambirejo.

Dalam menjalankan setiap kegiatannya, pemerintah desa Sambirejo

sebisa mungkin memberdayakan masyarakatnya terlebih dahulu

dibandingkan menggunakan tenaga dari luar desa selama masyarakat desa

setuju dan sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Selama

observasi peneliti sempat melihat proses pembangunan talud yang ada

tepat di sebrang balai desa. Talud tersebut dibangun kembali karena

sempat rusak diterjang banjir beberapa bulan yang lalu. Pengerjaan talud

tersebut dikerjakan oleh masyarakat sekitar secara bergotong-royong.

Bukan hanya masyarakat yang mengerjakan talud saja yang ikut

berpartisipasi , namun juga masyarakat lain yang memiliki rumah di

sekitar talud tersebut ikut membantu dengan memberikan panganan dan

minuman seadanya. Selain talud, ada juga pengerjaan saluran drainase di

lingkungan balai desa dan pembagunan gedung perpustakaan di lokasi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

yang sama. Pengerjaan kegiatan tersebut dilaksanakan secara gotong

royong oleh masyarkat sekitar.

Nampaknya masyarakat desa Sambirejo sangat peduli terhadap

pembangunan daerahnya. Penyebabnya dapat dikarenakan oleh pemberian

dana desa yang jumlahnya cukup besar oleh pemerintah pusat. Bukan

hanya ikut di dalam mengerjakan kegiatan pembangunannya saja, namun

juga ikut di dalam memberikan kritik dan saran untuk pembagunan.

Bahkan saran dan kritik masyarakat disadari oleh setiap pemerintah desa

Sambirejo sebagai hal yang penting bagi kemajuan desa. Tentunya ini

sesuai dengan indikator partisipasi menurut Zeyn (2011: 28) yaitu

kebebasan berpendapat dan keterlibatan masyarakat.

Meskipun tidak dapat dinilai apakah kuantitas dan kualitas masukan

berupa kritik dan saran meningkat, tapi paling tidak masyarakat desa

Sambirejo sudah diberikan akses penuh oleh pemerintah untuk

memberikan pendapatnya. Saran dan kritik setiap masyarakat tentunya

berbeda sesuai dengan potensinya masing-masing. Penyebabnya bisa saja

dikarenakan oleh tingkat pendidikan masyarakat yang berbeda-beda.

Menurut data monografi desa Sambirejo tahun 2016 dari sekitar 7759

penduduk, hanya sekitar 1282 orang atau 16,5% masyarakat yang dapat

menempuh jenjang pendidikan hingga SMA. Sementara itu hanya sekitar

320 orang atau sekitar 4% masyarakat yang dapat menempuh jenjang

pendidikan hingga perguruan tinggi dan pasca sarjana. Jika dijumlah,

angka tersebut hanya menghasilkan 20,5%. Sementara itu, terdapat 2536


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

orang atau sekitar 32,7% masyarakat yang tidak sekolah. Itu berarti

terdapat 46% masyarakat desa yang berpendidikan dari taman kanak-

kanak hingga SMP.

Masyarakat desa Sambirejo yang memiliki pendidikan tinggi,

otomatis akan diangkat menjadi tokoh masyarakat oleh warga sekitarnya.

Para tokoh masyarakat inilah yang berperan sebagai penyambung aspirasi

dari masyarakat kepada pemerintah desa. Biasanya para tokoh masyarakat

ini akan diangkat menjadi anggota organisasi-organiasi yang ada di desa

seperti BPD dan LPMD. Pihak yang lebih kritis dari masyarakat dalam

menilai pemerintah desa berasal dari tokoh masyarakat. Fenomena

tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah desa, pemerintah

daerah, dan pemerintah pusat dalam rangka memajukan pendidikan di

desa.Tentunya dengan semakin majunya pendidikan di desa Sambirejo,

diharapkan akan ikut juga meningkatkan kualitas dan kuantitas kritik dan

saran dari masyarakat. Sehingga desa Sambirejo dapat terus berkembang

dan maju.

4. Tertib dan Disiplin Anggaran

Selanjutnya para partisipan diberikan pertanyaan berkaitan dengan

asas tertib dan disiplin anggaran. Pemerintah desa Sambirejo di dalam

penyusunan anggarannya melibatkan setiap aspek yang ada baik didalam

maupun diluar pemerintahan. Bahkan masyarakatpun ikut untuk

menganggarkan kegiatan bersama dengan pemerintah desa. Selain itu,

masing-masing aparatur juga menganggarkan keperluannya masing-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

masing karena tentunya setiap aparatur desa memiliki program kegiatan

yang dananya juga berasal dari APBDes. Waktu yang diperlukan untuk

pembuatan anggaran sendiri berkisar antara dua hingga tiga bulan.

Terkadang penyusunan anggaran tersebut terkendala beberapa hal.

Misalnya saja saat akan dilaksanakannya musyawarah, ternyata ada warga

yang melakukan hajatan atau ada warga yang meninggal sehingga

musyawarah bisa ditunda satu hari. Kendala lain yang ditemukan adalah

tidak adanya aparatur desa yang memiliki latar belakang penganggaran,

sehingga membutuhkan waktu lagi untuk mencari literasi ataupun melalui

internet.

Pembentukan anggaran desa sendiri setelah semua kegiatan selesai

dianggarkan, maka akan dibawa ke kecamatan untuk selanjutnya diteliti

oleh pihak kecamatan. Ketika saat diteliti oleh pihak kecamatan ditemukan

hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan dan prosedur yang ada, maka

pihak kecamatan akan mengembalikan anggaran tersebut kepada

kelurahan untuk dibenahi. Jika sudah dibenahi atau tidak ditemukan hal-

hal yang tidak sesuai peraturan dan prosedur, selanjutnya barulah anggaran

tersebut disetujui oleh kecamatan dan anggaran tersebut dapat segera

dilaksanakan oleh kelurahan. Tidak ada sanksi khusus jika saat

pemeriksaan ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan dan

prosedur yang ada. Sanksi yang diberikan jika terjadinya hal tersebut

adalah dana yang dianggarkan tidak cair dan tentunya akan berpengaruh

terhadap penyelesaian kegiatan yang sudah dianggarkan. Selain itu, jika


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

memang ditemukan pelanggaran berat terhadap anggaran tersebut bisa

dikenakan hukum pidana dengan ancaman kurungan penjara.

Anggaran yang dibuat oleh pemerintah desa Sambirejo bersama

dengan masyarakat, sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang

paling mendesak atau biasa disebut dengan skala prioritas. Kegiatan yang

sekiranya paling mungkin dikerjakan terlebih dahulu dan paling

dibutuhkan masyarakat maka akan diprioritaskan. Presentase penyelesaian

kegiatan yang dianggarkan tahun 2016 sendiri sudah seratus persen

selesai. Sedangkan untuk kegiatan yang dianggarkan tahun 2017 sudah

selesai sekitar 80%-85%. Anggaran tahun 2017 sendiri belum

terselesaikan karena masih menunggu anggaran perubahan berkaitan

dengan renovasi gedung di depan balai desa.

Pemerintah desa Sambirejo menurutrkan bahwa anggaran yang baik

adalah anggaran yang sesuai dengan prioritas utama desa dan juga

masyarakat. Selain itu, anggaran yang baik juga berpedoman pada

peraturan dan prosedur yang ada (misalnya SHBJ), serta alokasinyapun

jelas untuk apa saja. Selanjutnya, anggaran yang baik juga dapat

dipertanggungjawabkan di akhir. Pemerintah desa Sambirejo sepakat

bahwa anggaran yang ada di desa Sambirejo sudah baik meskipun belum

seratus persen dikarenakan masih adanya keterbatasan-keterbatasan.

Dalam pelaporan anggaran, pemerintah desa Sambirejo mengakui

masih terkendala beberapa hal yang menyebabkan sedikit terlambatnya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

penyampaian laporan tersebut. Kendala yang ada misalnya dana yang

turun ke desa terlambat sehingga pengerjaan kegiatanpun juga terlambat.

Tentunya hal tersebut akan berdampak kepada pelaporannya. Terkadang

juga ada regulasi yang mendadak berubah misalnya kegiatan yang tadinya

dapat didanai, setelah adanya regulasi mendadak kegiatan tersebut tidak

dapat didanai. Sehingga pemerintah harus merumuskan kembali

anggarannya. Tak jarang juga terjadi kejadian yang tidak terduga seperti

bencana alam yang dapat mengganggu proses pelaksanaan kegiatan.

Pemerintah desa Sambirejo berusaha untuk tertib dan disiplin dalam

pembuatan anggarannya. Hal tersebut tercermin dari Laporan

Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

Tahun Anggaran 2016. Dalam pembuatan laporan pertanggungjawaban

tersebut, pemerintah desa menggunakan dasar dari beberapa peraturan

yang sudah ditentukan baik oleh pemeritah daerah maupun pemerintah

pusat. Salah satu peraturan yang dijadikan dasar adalah Peraturan Bupati

Gunungkidul Nomor 49 Tahun 2015. Dalam laporan tersebut, setiap akun

pendapatan dan biaya sudah dibuat berdasarkan pedoman yang ada.

Misalnya saja akun pendapatan yang diberikan kode rekening berawalan

1, dan akun biaya diberikan kode rekening berawalan 2. Selain pasal

tersebut, terdapat dua puluh satu peraturan lainnya yang menjadi pedoman

pemerintah desa Sambirejo dalam membuat laporan pertanggungjawaban

tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Hal lain yang dapat di temukan didalam laporan

pertanggungjawaban adalah dalam kolom pendapatan, ada beberapa poin

yang menunjukkan angka realisasi yang lebih kecil dibandingkan dengan

yang sudah dianggarkan. Sementara itu berbeda dengan pendapatan,

dalam kolom biaya semua poin menunjukkan bahwa realisasi selalu lebih

sedikit dari apa yang sudah dianggarkan sebelumnya. Terdapat pula

laporan pertanggungjawaban oleh pelaksana kegiatan berkaitan dengan

program yang telah selesai dikerjakan.

Laporan pertanggungjawaban ini di tetapkan pada anggal 24

Februari 2017, yang mana berarti lewat dua bulan setelah tahun anggaran

berakhir. Dalam Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 49 Tahun 2015

Pasal 53 sendiri dijelaskan bahwa laporan pertanggungjawaban realisasi

APBDes disampaikan paling lambat satu bulan setelah tahun anggaran

berakhir. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah desa Sambirejo

mundur satu bulan dalam melaporkan realisai APBDesnya.

Pemerintah desa Sambirejo sudah menerapkan asas tertib dan

disiplin anggaran. Indikator yang digunakan untuk menilai tertib dan

disiplin anggaran menurut Bastian (2006: 87) yang pertama adalah

berdasarkan program. Pemerintah desa telah menjalankan anggaran sesuai

dengan program yang sudah di sepakati di dalam musyawarah. Kendati

demikian di tahun 2017 terjadi sedikit masalah yaitu pada akhir tahun, ada

beberapa kegiatan yang belum dapat dilaksanakan karena menunggu

anggaran perubahan. Anggaran perubahan tersebut terjadi karena


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

perubahan regulasi yang mendadak dari pemerintah kabupaten mengenai

kegiatan apa saja yang boleh didanai menggunakan dana desa. Kegiatan

yang tadinya dapat didanai, karena ada regulasi baru yang mendadak maka

kegiatan tersebut tidak dapat didanai. Akibatnya pemerintah desa harus

merancang ulang APBDes berkaitan dengan kegiatan tersebut. Hal

tersebut berarti pekerjaan yang seharusnya sudah dikerjakan menjadi

tertunda. Seharusnya pemerintah kabupaten maupun pemerintah pusat,

tidak mengganti regulasi yang ada secara mendadak. Jika tidak begitu

darurat, ada baiknya pergantian regulasi dilakukan diakhir tahun anggaran

untuk bisa di implementasikan di tahun anggaran berikutnya agar tidak

mengganggu kegiatan yang sudah di rencanakan sebelumnya.

Dalam pembuatan APBDes, pemerintah desa Sambirejo

berpedoman kepada visi dan misi kepala desa saat dilantik yang telah

dituangkan menjadi RPJMDes (Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Desa). RPJMDes tersebut adalah masterplan yang digunakan pemerintah

untuk melakukan kegiatan prioritas setiap tahunnya selama enam tahun.

Selanjutnya, setiap adanya APBDes selalu di lampirkan dengan RAB.

Pemerintah desa Sambirejo berujar bahwa pelampiran RAB ini dilakukan

belum lama. Sebelumnya, setiap kegiatan hanya dituliskan jumlah

biayanya saja tanpa rincian untuk apa dana tersebut digunakan. Pelampiran

RAB didalam APBDes bisa dikatakan sebagai alat pengendalian. Kegiatan

yang sedang berlangsung dapat dipantau pengeluarannya dengan

menggunakan RAB karena setiap pengeluaran di dalam sebuah kegiatan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

akan dirinci sedetail mungkin. Hal-hal diatas sudah dilakukan pemerintah

desa Sambirejo. Maka pemerintah desa sudah memenuhi indikator tertib

dan disiplin anggaran yang kedua menurut Bastian (2006: 87) yaitu

sebagai alat perencanaan dan pengendalian.

Pemerintah desapun sangat berhati-hati dalam menganggarkan

RAPBDes. SHBJ (Satuan Hitung Barang dan Jasa) yang diberikan oleh

kabupaten selalu digunakan untuk menganggarkan RAPBDes. SHBJ

berisi mengenai standar harga barang maupun jasa yang digunakan dalam

RAPBDes. Selain itu didalam menganggarkan RAPBDes, pemerintah

desa mengikuti peraturan-peraturan yang sudah berlaku. Karena jika

peraturan tersebut tidak diikuti dengan baik, maka RAPBDes pun tidak

dapat di setujui dan akibatnya pelaksanaan kegiatan akan terhambat. Hal

tersebut memenuhi indikator tertib dan disiplin anggaran menurut Zeyn

(2011: 29) yaitu pengajuan anggaran sesuai dengan prinsip-prinsip

penganggaran dan peraturan-peraturan yang berlaku dan juga pengajuan

anggaran telah disertai dengan kelengkapan dokumen dan bukti

pendukung anggaran.

Dalam pembentukan pelaporan pertanggungjawaban penggunaan

APBDes, pemerintah desa membicarakannya dengan para anggota BPD.

Hal tersebut nampak dari adanya daftar hadir di akhir dokumen laporan

pertanggungjawaban penggunan APBDes. BPD yang merupakan

perwakilan masyarakat ditunjuk sebagai mitra kerja pemerintah desa.

Karena anggota BPD berasal dari masyarakat, maka suara dari BPD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

tentunya merupakan suara dari masyarakat pula. Anggota BPD sendiri

dipilih oleh masyarkat karena dianggap kompeten di bidangnya masing-

masing.

Menurut Bastian (2006: 87), terdapat indikator lain untuk menilai

tertib dan disiplin anggaran yaitu sebagai alat motivasi kinerja pegawai.

Dalam APBDes sendiri, terdapat anggaran yang digunakan untuk

membiayai gaji para perangkat beserta kegiatannya. Semakin anggaran

yang diberikan tidak sesuai dengan peraturan yang ada ataupun pengajuan

anggaran tersebut mundur dari waktu yang sudah ditentukan, maka akan

berpengaruh kepada penghasilan para perangkat.. Dengan kata lain, jika

pemerintah desa tidak tertib dalam penyampaian laporannya, maka gaji

dari setiap perangkat akan diberikan sampai laporan yang belum

terselesaikan tersebut diselesaikan. Dalam APBDes tercantum pula

mengenai pembiayaan fasilitas yang diperuntukan bagi pemerintah desa.

Seperti yang terlihat dalam RAB tahun 2017, dimana pemerintah desa

mengajukan pengadaan belanja laptop dan komputer. Pengadaan barang

tersebut ditujukan untuk mendukung kegiatan operasional dari pemerintah

desa. Jika dalam pengadaan tersebut pemerintah desa mengikuti pedoman

yang ada dan akhirnya pengadaan barang tersebut disetujui sehingga

masuk kedalam anggaran, maka akan menjadi motivasi kinerja tersendiri

bagi perangkat agar dapat menjadi lebih produktif dengan fasilitas yang

baru tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

C. Perbandingan Hasil Analisis Wawancara, Hasil Analisis Observasi, dan

Hasil Analisis Dokumentasi

Tabel 5.1 Perbandingan Hasil Temuan Berdasarkan Asas Transparansi

Teknik Temuan Hasil Wawancara, Indikator Yang Telah


Pengumpulan Observasi, dan Dokumentasi Dipenuhi
Data
1.Wawancara a. Adanya pemasangan baliho 1)Bertambahnya wawasan
yang berisi informasi APBDes. dan pengetahuan
masyarakat terhadap
penyelenggaraan
organisasi sektor publik
(Bastian, 2014: 158)
2)Keterbukaan keuangan
3)Keterbukaan operasional
(Zeyn, 2011: 28)
b. Pemerintah desa melakukan 1)Bertambahnya wawasan
pemasangan papan keterangan di dan pengetahuan
setiap kegiatan yang sedang masyarakat terhadap
dilakukan. penyelenggaraan
organisasi sektor publik
(Bastian, 2014: 158)
2)Keterbukaan keuangan
3)Keterbukaan operasional
(Zeyn, 2011: 28)
c. Pemerintah Desa 1)Bertambahnya wawasan
memperbolehkan masyarakat dan pengetahuan
dan pihak eksternal lainnya masyarakat terhadap
memperoleh informasi keuangan penyelenggaraan
desa. organisasi sektor publik
(Bastian, 2014: 158)
2)Keterbukaan keuangan
3)Keterbukaan operasional
(Zeyn, 2011: 28)
d. Adanya Pembuatan Sistem 1)Bertambahnya wawasan
Informasi Desa dalam rangka dan pengetahuan
memudahkan penyampaian masyarakat terhadap
informasi penyelenggaraan
organisasi sektor publik
(Bastian, 2014: 158)
2)Keterbukaan keuangan
3)Keterbukaan operasional
(Zeyn, 2011: 28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Tabel 5.1 Perbandingan Hasil Temuan Berdasarkan Asas Transparansi (Lanjutan)

e.Pemberian akses kepada 1)Meningkatnya


masyarakat untuk ikut kepercayaan masyarakat
membangun desa terhadap organisasi sektor
publik.
2)Meningkatnya jumlah
masyarakat yang
berpartisipasi dalam
pembangunan
lingkungannya.
(Bastian, 2014: 158)
f.Adanya musyawarah saat ingin 1)Keterbukaan
merencanakan sesuatu pengambilan keputusan
(pembuatan APBDes, dan (Zeyn, 2011: 28)
pembuatan peraturan baru).
2.Observasi a.Adanya baliho yang berisi 1)Bertambahnya wawasan
informasi APBDes di depan dan pengetahuan
balai desa. masyarakat terhadap
penyelenggaraan
organisasi sektor publik
(Bastian, 2014: 158)
2)Keterbukaan keuangan
3)Keterbukaan operasional
(Zeyn, 2011: 28)
b.Pemerintah desa telah 1)Bertambahnya wawasan
melakukan pemasangan papan dan pengetahuan
keterangan di setiap kegiatan masyarakat terhadap
yang sedang dilakukan. penyelenggaraan
organisasi sektor publik
(Bastian, 2014: 158)
2)Keterbukaan keuangan
3)Keterbukaan operasional
(Zeyn, 2011: 28)
c.Kemudahan dalam meminjam 1)Bertambahnya wawasan
dokumen selama masa dan pengetahuan
penelitian. masyarakat terhadap
penyelenggaraan
organisasi sektor publik
(Bastian, 2014: 158)
2)Keterbukaan keuangan
3)Keterbukaan operasional
(Zeyn, 2011: 28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Tabel 5.1 Perbandingan Hasil Temuan Berdasarkan Asas Transparansi (Lanjutan)

d.Adanya website untuk program 1)Bertambahnya


SID desa, meskipun belum wawasan dan
sempurna. pengetahuan masyarakat
terhadap
penyelenggaraan
organisasi sektor publik
(Bastian, 2014: 158)
2)Keterbukaan keuangan
3)Keterbukaan
operasional
(Zeyn, 2011: 28)
e.Masyarakat desa yang secara 1)Meningkatnya jumlah
bahu membahu mengerjakan masyarakat yang
kegiatan pembangunan (talud berpartisipasi dalam
dan drainase) pembangunan
lingkungannya (Bastian,
2014: 160)
3.Dokumentasi a.Adanya daftar hadir BPD di 1)Keterbukaan keuangan
dalam rapat pembentukan 2)Keterbukaan
laporan pertanggungjawaban operasional
penggunaan APBDes. (Zeyn, 2011: 28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

Tabel 5.2 Perbandingan Hasil Temuan Berdasarkan Asas Akuntabel

Teknik Temuan Hasil Wawancara, Indikator Yang Telah


Pengumpulan Observasi, dan Dokumentasi Dipenuhi
Data
1.Wawancara a.Adanya musyawarah saat 1)Meningkatnya
ingin merencanakan sesuatu keterwakilan berdasarkan
(pembuatan APBDes, dan pilihan dan kepentingan
pembuatan peraturan baru). masyarakat
2)Tumbuhnya kesadaran
masyarakat
(Bastian, 2014: 158)
b.Adanya serah terima pekerjaan 1)Menilai
dari kepala desa kepada pertanggungjawaban
masyarakat disaat pengerjaan 2)Pelaporan
kegiatan telah diselesaikan. (Zeyn, 2011: 28)
c.Adanya pemberian laporan 1)Pemberian informasi
baik lisan maupun tertulis setiap keuangan kepada
periode tertentu kepada pihak masyarakat dan pemakai
yang memiliki hak untuk lainnya.
dilaporkan. 2)Pelaporan
(Zeyn, 2011: 28)
2.Observasi a.Kemudahan dalam meminjam 1)Pemberian informasi
dokumen selama masa keuangan kepada
penelitian. masyarakat dan pemakai
lainnya.
(Zeyn, 2011: 28)
3.Dokumentasi a.Adanya laporan 1)Pemberian informasi
pertanggungjawaban tahunan. keuangan kepada
masyarakat dan pemakai
lainnya, serta indikator
pelaporan
2)Pelaporan
(Zeyn, 2011: 28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Tabel 5.3 Perbandingan Hasil Temuan Berdasarkan Asas Partisipatif

Teknik Temuan Hasil Wawancara, Indikator Yang Telah


Pengumpulan Observasi, dan Dokumentasi Dipenuhi
Data
1.Wawancara a.Adanya musyawarah saat 1)Pegambilan keputusan
ingin merencanakan sesuatu yang demokratis
(pembuatan APBDes, dan 2)Kebebasan
pembuatan peraturan baru). berpendapat
3)Keterlibatan
masyarakat
(Zeyn, 2011: 28)
b.Adanya pemberian saran dan 1)Meningkatnya
kritik oleh masyarakat kepada kuantitas dan kualitas
pemerintah desa. masukan (kritik dan
saran) untuk
pembangunan daerah.
2)Terjadinya perubahan
sikap masyarakat
menjadi lebih peduli
terhadap setiap langkah
pembangunan.
(Bastian, 2014: 160)
3)Kebebasan
berpendapat dan
keterlibatan masyarakat
(Zeyn, 2011: 28)
2.Observasi a.Masyarakat desa yang secara 1)Terjadinya perubahan
bahu membahu mengerjakan sikap masyarakat
kegiatan pembangunan (talud menjadi lebih peduli
dan drainase) terhadap setiap langkah
pembangunan.
(Bastian, 2014: 160)

2)Keterlibatan
masyarakat
(Zeyn, 2011: 28)
3.Dokumentasi a.Adanya daftar hadir BPD di 1)Keterlibatan
dalam rapat pembentukan masyarakat
laporan pertanggungjawaban (Zeyn, 2011: 28)
penggunaan APBDes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Tabel 5.4 Perbandingan Hasil Temuan Berdasarkan Asas Tertib dan Disiplin

Anggaran

Teknik Temuan Hasil Wawancara, Indikator Yang Telah


Pengumpulan Observasi, dan Dokumentasi Dipenuhi
Data
1.Wawancara a.Pemerintah Desa telah 1)Berdasarkan program
menjalankan anggaran sesuai (Bastian, 2006: 87)
dengan program yang telah di
musyawarahkan sebelumnya.
c.Pemerintah Desa membuat 1)Sebagai alat
RAB yang diperuntukan untuk perencanaan dan
pengendalian dalam pengendalian
melaksanakan kegiatan. (Bastian, 2006: 87)
d. Pemerintah Desa telah 1)Pengajuan anggaran
memmbuat anggaran sesuai sesuai dengan prinsip-
peraturan dan SHBJ yang telah prinsip penganggaran
ditentukan. dan peraturan yang telah
berlaku
(Zeyn, 2011: 29)
2.Observasi - -
3.Dokumentasi a.Adanya pembuatan laporan 1)Pengajuan anggaran
pertanggungjawaban yang sesuai sesuai dengan prinsip-
dengan Perbup Gunungkiul prinsip penganggaran
No.49 Tahun 2015. dan peraturan-peraturan
yang berlaku.
(Zeyn, 2011: 29)
b.Penyampaian laporan 1)Alat motivasi pegawai
pertanggungjawaban sebagai (Bastian, 2006: 87)
memotivasi kinerja pegawai.
c.Pengajuan anggaran telah 1)Pengajuan anggaran
disertai oleh dokumen RAB telah disertai dengan
kelengkapan dokumen
dan bukti pendukung
anggaran
(Zeyn, 2011: 29)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat

disimpulkan bahwa pengelolaan keuangan desa Sambirjo telah sesuai dengan

asas transparan, akuntabel, partisipatif, tertib dan disiplin anggaran. Kesimpulan

tersebut diambil berdasarkan temuan berupa data wawancara, observasi, dan

dokumentasi yang telah sesuai dengan indikator dalam buku milik Indra Bastian

(2006), dan penelitian milik Zeyn (2011). Meskipun demikian, pemerintah desa

Sambirejo tetap memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

Pemerintah desa Sambirejo memiliki beberapa hal yang patut diapresiasi.

Pertama, pemerintah desa dengan senang hati mau menerima dan membantu

peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Kedua, pemerintah desa mau

mengakui segala kekurangan dan kelemahan yang berada di dalam pengelolaan

keuangan desanya. Ketiga, pemerintah desa senantiasa melayani masyarakat

dengan tulus hati. Keempat, pemerintah desa sudah mencoba berbagai macam

cara agar setiap kegiatan yang dilakukan sesuai dengan peraturan-peraturan yang

berlaku.

Dibalik kelebihannya, pemerintah desa tetap memiliki beberapa

kekurangan.Pertama, kurangnya aparatur yang memiliki keterampilan di bidang

sistem informasi sehingga perlunya penambahan aparatur yang kompeten di

bidang tersebut. Kedua, adanya paham di dalam masyarakat yang membuat

108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

mereka enggan untuk mengkritik kinerja pemerintah karena merasa telah banyak

dibantu oleh pemerintah. Ketiga, tidak diisinya buku kas pembantu saat aparatur

desa menyetujui pengeluaran kas. Keempat, adanya keterlambatan dalam

pelaporan realisasi anggaran. Sementara itu hambatan yang dihadapi oleh

pemerintah desa Sambirejo adalah cuaca yang berubah-ubah serta bencana alam

yang menghambat pelaksanaan kegiatan pembangunan serta adanya perubahan

kebijakan secara mendadak dari pemerintah pusat sehingga perlu adanya

penyesuaian anggaran kembali.

B. Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

5. Penelitian ini hanya mengevaluasi pengelolaan keuangan desa

berdasarkan asas transparan, akuntabel, partisipatif, tertib dan disiplin

anggaran dengan menggunakan indikator yang berada dalam buku

milik Indra Bastian (2006), dan penelitian milik Zeyn (2011).

6. Penelitian ini hanya mengambil unsur BPD sebagai representasi dari

suara masyarakat desa karena adanya keterbatasan waktu dan biaya.

C. Saran

Berdasarakan hasil penelitian, peneliti menyarankan bagi:

1. Pemerintah Desa Sambirejo peneliti menyarankan:

a. Perlu adanya pelatihan ataupun perekrutan aparatur dalam rangka

pengelolaan keuangan desa dan pengembangan SID.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

b. Perlu menanamkan kepada masyarakat dan generasi muda untuk

bersikap lebih kritis dalam rangka meningkatkan pembangunan

desa.

c. Pemberian RAB di setiap kegiatan kepada masyarakat selaku tim

pelaksana, agar masyarakat dapat ikut mematau setiap kegiatan

yang sedang dilakukan.

d. Saat diajukan pengeluaran, sebaiknya tim pelaksana dapat

mengisi pula buku kas pembantu kegiatan agar nantinya saat

dibutuhkan tim pelaksana memiliki bukti transkasi yang jelas.

e. Perlu adanya koordinasi kepada pemerintah di atas pemerintah

desa agar dalam membuat peraturan yang baru dapat dilakukan di

awal tahun anggaran. Sehingga pekerjaan yang telah dikerjakan

dapat terselesaikan dengan baik.

2. Peneliti selanjutnya:

a. Peneliti menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menambah

indikator masing-masing asas dari buku maupun penelitian yang

lain.

b. Peneliti selanjutnya dapat mengambil pendapat dari masyarakat

secara langsung maupun kelembagaan atau kelompok desa

lainnya seperti LPMD, karang taruna, PKK, dan kelompok tani.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

DAFTAR PUSTAKA

Admin KeuDesa. (2016, Juni 21). www.keuangandesa.com:


http://www.keuangandesa.com/2016/06/gunungkidul-peroleh-dana-desa-
rp-103-5-miliar/. (Diakses pada tanggal 25 Juni 2017)
Anwar, M dan B Jatmiko. (2012). Kontribusi Dan Peran Pengelolaan Keuangan
Desa Untuk Mewujudan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa Yang
Transparan Dan Akuntabel (Survey Pada Perangkat Desa Di Kecamatan
Nganglik, Sleman, Yogyakarta). Jurnal Universitas Muhamadiyah
Yogyakarta.
Asril, S. (2015, Februari 02). nasional.kompas.com:
http://nasional.kompas.com/read/2015/02/04/21114211/Mendagri.343.Kep
ala.Daerah.Tersangkut.Kasus.Hukum. (diakses pada tanggal 20 Juni 2017)
Basri,F dan, H Munandar (2009). Lanskap Ekonomi Indonesia: Kajian dan
Renungan Terhadap Masalah-masalah struktural, transformasi baru, dan
prospek perekonomian Indonesia. Jakarta: Kencana
Bastian, I. (2006). Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah Daerah di
Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Bastian, I. (2014). Sistem Pengendalian Manajmen Sektor Publik. Jakarta:
Salemba Empat.
Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Data Monografi Desa Sambirejo Tahun 2016
Hoesada, J. (2016). Bunga Rampai Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba
Empat.
Keputusan Presiden No.49 Tahun 2001 Tentang Penataan Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa
Leksono, S. (2013). Penelitian Kualitatif Ilmu Ekonomi; dari Metodologi ke
Metode. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Mahsun, M. (2014). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE.
Mardiasmo. (2004). Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:
Andi Offset.
Peraturan Bupati Gunungkidul No.49 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa
Peraturan Mentri Dalam Negri No.1 Tahun 2017 Tentang Penataan Desa
Peraturan Mentri Dalam Negri No.113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Keuangan Desa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

Rahardjo, Susilo, & Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes.
Kudus: Nora Media Enterprise.
Rusmana, O., Setyanigrum, D., Yuliansyah, & Maryani. (2017). Akuntansi
Pemerintah Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
Sigiranus, M. (2017, Maret 20). regional.kompas.com:
http://regional.kompas.com/read/2017/03/20/20332111/menteri.desa.ada.6
00.laporan.penyelewengan.dana.desa (diakses pada tanggal 20 Juni 2017)
Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tanjung, A. H. (2006). Akuntansi Pemerintah Daerah. Bandung: Alfabeta.
Undang-undang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa
Undang-undang No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
Undang-undang No.28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Waris, Irwan. (2012). Pergeseran Paradigma Sentralisasi Dalam Mewujudkan
Good Governence. Jurnal Kebijakan Publik, 1-55
Widodo, Bely, Musikal, Remon.(2015). Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan
Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa. Jakarta: Badan Pengawasan
Keuamgamn dan Pembangnan
Yuliansyah dan Rusmianto. (2016). Akuntansi Desa. Jakarta: Salemba Empat
Zeyn, E. (2011). Pengaruh good governance dan standar akuntansi pemerintah
terhadap akuntabilitas keuangan dengan komitmen organisasi sebagai
pemoderasi. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

Lampiran 1.SURAT IJIN PENELITIAN


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

Lampiran 2. DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

Narasumber : Kepala Desa, Serkertaris, Bagian Keuangan, Bagian Umum, Bagian


Perencanaan, Bagian Pemerintahan, Bagian Kesejahteraan Masyarakat, Bagian
Pembangunan, Kepala Dukuh, Ketua BPD, dan Serkertaris BPD.

PERTANYAAN UMUM
1. Apakah anda mengetahui tentang pengelolaan keuangan desa?
2. Apakah peran anda dalam pengelolaan keuangan desa?
3. Apakah anda mengetahui tentang adanya asas pengelolaan keuangan desa?
(Transparan, Akuntabel, Partisipatif, Tertib dan Disiplin Anggaran)?
4. Apakah menurut anda dalam pengelolaan keuangannya, pemerintah desa
Sambirejo selalu mempertimbangan mengenai asas tersebut?
5. Menurut anda apakah penting sebuah pengelolaan keuangan desa
menerapkan asas-asas tersebut?
A. Transparansi
1. Bagaimana pemerintah desa Sambirejo menerapkan asas transparansi pada
pengelolaan keuangan desa?
2. Apakah masyarakat desa memiliki hak untuk mengakses informasi-
informasi yang ada?
3. Apakah dalam pengelolaan keuangan mulai dari perencanaan hingga
pelaporannya masyarakat diperbolehkan untuk mengetahui informasi yang
ada?
4. Apakah minat masyarakat untuk mengetahui informasi tertentu
(misal:informasi kependudukan) cukup besar?
5. Informasi apa saja yang paling banyak di cari oleh masyarakat?
6. Apakah ada tahapan atau prosedur khusus bagi masyarakat untuk
memperoleh informasi tertentu?
7. Menurut anda, apakah semakin hari semakin banyak masyarakat yang
percaya terhadap kinerja pemerintah desa Sambirejo?
8. Apakah jika pemerintah desa sambirejo ingin membuat peraturan baru di
konsultasikan terlebih dahulu kepada masyarakat?
B. Akuntabel
1. Bagaimana pemerintah desa Sambirejo menerapkan asas akuntabilitas
pada pengelolaan keuangan desa?
2. Laporan pertanggungjawaban apa sajakah yang wajib disediakan
pemerintah sambirejo bagi para pemakai laporan keuangan?
3. Apakah pemerintah desa Sambirejo menerbitkan laporan tertentu berkaitan
dengan laporan keuangan (baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, maupun pertanggungjawaban) yang ditujukan
bagi masyarakat?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

4. Menurut anda, apakah pemerintah desa sambirejo sudah bertanggungjawab


dalam melaporkan laporan keuangannya?
5. Bagaimana pemerintah desa sambirejo mewujudkan
pertanggungjawabannya di dalam pengelolaan keuangan desa?

C. Partisipasi
1. Bagaimana partisipasi masyarakat sambirejo dalam pengelolaan keuangan
desa?
2. Dalam siklus pengelolaan keuangan desa (tahap perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban), pada tahap apa saja
masyarakat dapat turut berpartisipasi?
3. Bagaimana prosedur agar masyarakat bisa berpartisipasi dalam
pengelolaan keuangan tersebut?
4. Apakah animo dan inisiatif masyarakat sangat besar untuk dapat
berpartisipasi dalam pengelolan keuangan desa?
5. Apakah masyarakat juga mengutarakan pendapat maupun kritik saat
berpartisipasi pada pengelolaan keuangan desa?
6. Apakah pendapat dan kritik masyarakat tersebut langsung di follow up
oleh pemerintah?
7. Apakah kritik dan pendapat tersebut sangat penting bagi kemajuan desa
Sambirejo?
D. Tertib dan Disiplin Anggaran
1. Bagaimana anggaran keuangan di desa sambirejo dirumuskan?
2. Siapa saja yang terlibat dalam penganggaran desa dan berapa lama proses
penganggaran tersebut?
3. Apakah pembuatan anggaran tersebut selalu dikonsultasikan kepada
pemerintah diatas pemerintah desa?
4. Apakah ada sanksi tertentu ketika dalam pembentukan anggaran tidak
mengikuti prosedur yang ada?
5. Apakah anggaran tersebut dibuat berdasarkan kebutuhan utama
masyarakat?
6. Menurut anda, berapa prosentase penyelesaian proyek yang sudah
dianggarkan pada desa sambirejo?
7. Menurut anda anggaran yang baik itu seperti apa?
8. Menurut sepengelihatan anda selama ini, apakah anggaran keuangan di
desa sambirejo sudah baik?
9. Apakah pelaporan anggaran desa sambirejo selalu dilaksanakan tepat
waktu?

Anda mungkin juga menyukai