KEGIATAN BELAJAR 1
PERTANIAN INDONESIA
Globalisasi memberikan sisi gelap dan terang, dimana globalisasi akan membawa pemenang
sekaligus pecundang. Sisi gelap globalisasi tersebut adalah globalisasi sebagai sebuah kompetisi
yang menghancurkan, sebagai pembunuh pekerjaan, pembunuh kaum miskin, dan sebagai
individualisme yang berlebihan. Adapun sisi terang dari globalisasi adalah globalisasi
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan, dan mempercepat
terwujudnya pemerintahan yang demokratis.
Mencermati bahaya globalisasi atau sisi gelap globalisasi, maka perlu ditelaah bagaimana
kiranya strategi pembangunan yang kondusif dalam era globalisasi. Tetapi, sebelumnya sebagai
perbandingan perlu dikemukakan kesalahan pembangunan ekonomi pada masa lalu, sehingga
untuk kedepannya tidak melakukakan kesalahan kembali.
Kesimpulan
1. Sektor pertanian mampu bertahan pada saat perekonomian Indonesia terjadi krisis
moneter, karena pada sektor pertanian terus mengalami pertumbuhan yang positif dan
bahkan pada sektor pertanian inilah yang mampu menyelamatkan perekonomian
Indonesia.
2. Sisi terang dari globalisasi adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pengentasan
kemiskinan, serta mempercepat terwujudnya pemerintahan yang demokratis.
3. Sisi gelap dari globalisasi dapat menghancurkan, dapat membunuh pekerjaan, dapat
membunuh kaum miskin, dapat menjadikan setiap individu memiliki sikap individualisme
yang berlebihan, dan itu semua dapat menyebabkan masalah untuk perekonomian
Indonesia.
4. Dengan strategi pembangunan pertanian melalui pemberdayaan manusia, bantuan dana
keuangan, pola kemitraan, dan perwilayahan komoditis akan menghasilkan perekonomian
Indonesia yang lebih baik.
KEGIATAN BELAJAR 2
INDUSTRIALISASI DI INDONESIA
Industrialisasi di Indonesia semakin menurun semenjak krisis ekonomi tahun 1998.
Kemunduran ini bukanlah berarti Indonesia tidak memiliki modal untuk
melakukaninvestasi pada industri dalam negeri, tetapi lebih kepada penyerapan barang hasil
produksi industri dalam negeri. Membuka pasar dalam negeri adalah kunci penting bagi
industri Indonesia untuk bisa bangkit lagi karena saat ini pasar Indonesia dikuasai oleh produk
produk asing.
Faktor-faktor pembangkit Industri Indonesia
1. Struktur organisasi
Dilakukan inovasi dalam jaringan institusi pemerintah dan swasta yang melakukan impor.
Sebagai pihak yang membawa,mengubah, mengembangkan dan menyebarluaskan
teknologi.
2. Ideologi
Perlu sikap dalam menentukan pilihan untuk mengembangkan suatu teknologi apakah
menganut tecno-nasionalism, techno-globalism, atau techno-hybrids negeri maupun luar
negeri.
Faktor penghambat Industri Indonesia
1. Keterbatasan teknologi
Kurangnya perluasan dan penelitian dalam bidang teknologi menghambat efektifitas dan
kemampuan produksi.
2. Kualitas sumber daya manusia
Terbatasnya tenaga profesional di Indonesia menjadi penghambat untuk mendapatkan dan
mengoperasikan alat alat dengan teknologi terbaru.
3. Keterbatasan dana pemerintah
Terbatasnya dana pengembangan teknologi oleh pemerintah untuk mengembangkan
infrastruktur dalam bidang riset dan teknologi
Dampak Industrialisasi di Indonesia
Teknologi memungkinkan negara tropis seperti Indonesia untuk memanfaatkan kekayaan
hutan untuk meningkatkan devisa negara dan pembangunan infrastruktur. Hilangnya hutan di
Indonesia berarti hilang juga tanaman-tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat dan
juga fauna langka yang hidup di ekosistem hutan tersebut.
Dibalik kesuksesan Indonesia dalam pembangunan sebenarnya ada kemerosotan dalam
cadangan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan. Pada kota kota yang
sedang berkembang seperti Gresik, Medan, Jakarta, Surabaya, Bandung, Lhoksumawe, bahkan
hampir seluruh kota kota di pulau Jawa sudah mengalami peningkatan suhu udara, Walaupun
daerah tersebut tidak pesat perkembangan industrinya.
Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk menurut pola
pengelompokannya. mengelompokkan pecemaran atas dasar [12]:
1. Bahan pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan
budaya.
2. Pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran udara, air,
tanah, makanan, dan sosial.
3. Pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam
bentukprimer dan sekunder.
Sebuah hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga internasional terhadap
prospek industri manufaktur di berbagai negara memperlihatkan hasil yang cukup
memprihatinkan. Dari 60 negara yang menjadi obyek penelitian, posisi industri manufaktur
Indonesia berada di posisi terbawah bersama beberapa negara Asia, seperti Vietnam. Riset yang
meneliti aspek daya saing produk industri manufaktur Indonesia di pasar global,
menempatkannya pada posisi yang sangat rendah. Industri manufaktur masa depan adalah
industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada
besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang wilayah, besarnya
jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan
atau daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme sumber daya manusia Indonesia
(competitive advantage).
Permasalahan Industrialisasi
Industrialisasi di negara berkembang pada umumnya dilakukan sebagai upaya mengganti
barang impor, dengan mencoba membuat sendiri komoditi-komoditi yang semula selalu
diimpor. Mengalihkan permintaan impor dengan melakukan pemberdayaan produksi dari
dalam negeri.
Strategi yang pertama dilakukan adalah pemberlakuan hambatan tarif terhadap impor produk-
produk tertentu. Selanjutnya disusul dengan membangun industri domestik untuk
memproduksi barang-barang yang biasa di impor tersebut. Ini biasanya dilaksanakan melalui
kerja sama dengan perusahaan-perusahaan asing yang terdorong untuk membangun industri di
kawasan tertentu dan unit-unit usahanya di negara yang bersangkutan, dengan dilindungi oleh
dinding proteksi berupa tarif. Selain itu, mereka juga diberi insentif-insentif seperti keringanan
pajak, serta berbagai fasilitas dan rangsangan investasi lainnya.
Untuk industri kecil yang baru tumbuh terutama di negara yang sedang berkembang. Industri
yang baru dibangun belum memiliki kemampuan yang memadai untuk berkompetisi secara
frontal dengan industri mapan dari negara-negara yang sudah maju. Industri negara maju sudah
berada di jalur bisnisnya dalam waktu yang sudah lama dan sudah mampu melakukan efisiensi
dalam proses-proses produksinya. Mereka mempunyai informasi dan pengetahuan yang cukup
tentang optimisasi proses produksi, situasi dan karateristik pasar, serta kondisi pasar tenaga
kerja sehingga mereka mampu menjual produk yang berharga murah di pasar internasional
tetapi masih tetap bisa menghasilkan keuntungan yang memadai.
Dibeberapa negara, para produsen domestik mereka tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan
pasar domestik tanpa tarif, akan tetapi juga untuk ekspor ke pasar internasional. Hal ini bisa
mereka lakukan karena mereka telah mampu menghasilkan produk tersebut dengan struktur
biaya yang murah sehingga harga yang ditawarkan sangat kompetitif dan mampu bersaing di
pasar luar negeri, maka banyak pemerintahan negara-negara dunia ketiga yang tertarik dan
menerapkan strategi industrialisasi substitusi impor tersebut.
Perekonomian nasional memiliki berbagai permasalahan dalam kaitannya dengan sektor
industri dan perdagangan:
1. Industri nasional selama ini lebih menekankan pada industri berskala luas dan industri
teknologi tinggi. Adanya strategi ini mengakibatkan berkembangnya industri yang berbasis
impor. Industri-industri tersebut sering terpukul oleh depresiasi mata uang rupiah yang
tajam.
2. Penyebaran industri belum merata karena masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Industri
yang hanya terkonsentrasi pada satu kawasan ini tentulah tidak sejalan dengan kondisi
geografis Indonesia yang menyebut dirinya sebagai negara kepulauan.
3. Lemahnya kegiatan ekspor Indonesia yang tergantung pada kandungan impor bahan baku
yang tinggi, juga masih tingginya tingkat suku bunga pinjaman bank di Indonesia, apalgi
belum sepenuhnya Indonesia diterima di pasar internasional.
4. Komposisi komoditi ekspor Indonesia pada umumnya bukan merupakan komoditi yang
berdaya saing, melainkan karena berkaitan dengan tersedianya sumber daya alam - seperti
hasil perikanan, kopi, karet, dan kayu. tersedianya tenaga kerja yang murah – seperti pada
industri tekstil, alas kaki, dan barang elektronik.
5. Komoditi primer yang merupakan andalan ekspor Indonesia pada umumnya dalam bentuk
bahan mentah sehingga nilai tambah yang diperoleh sangat kecil. Misalnya Indonesia
mengekspor kayu dalam bentuk gelondongan, yang kemudian diimpor lagi dalam bentuk
mebel karena terbatasnya penguasaan desain dan teknologi.
6. Masih relatif rendahnya kualitas sumber daya manusia. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
sistem pendidikan formal dan pola pelaksanaan pelatihan yang cebderung masih bersifat
umum dan kurang berorientasi pada perkembangan kebutuhan dunia usaha. Selain itu,
rendahnya kualitas sumber daya manusia akibat dari pola penyerapan tenaga kerja di masa
lalu yang masih mementingkan pada jumlah tenaga manusia yang terserap. ketimbang
kualitas tenaga manusianya.
Beberapa ahli menilai penyebab utama dari kegagalan Indonesia dalam berindustri adalah
karena industri Indonesia sangat tergantung pada impor sumber-sumber teknologi dari negara
lain, terutama negara-negara yang telah maju dalam berteknologi dan berindustri.
Ketergantungan yang tinggi terhadap impor teknologi ini merupakan salah satu faktor
tersembunyi yang menjadi penyebab kegagalan dari berbagai sistem industri dan sistem
ekonomi di Indonesia.
Sistem industri Indonesia tidak memiliki kemampuan pertanggungjawaban dan penyesuaian
yang mandiri. Karenanya sangat lemah dalam mengantisipasi perubahan dan tak mampu
melakukan tindakan-tindakan pencegahan untuk menghadapi terjadinya perubahan tersebut.
Tuntutan perubahan pasar dan persaingan antar industri secara global tidak hanya mencakup
perubahan di dalam corak, sifat, kualitas, dan harga dari komoditas yang diperdagangkan, tetapi
juga tuntutan lain yang muncul karena berkembangnya idealisme masyarakat dunia terhadap
hak azasi manusia, pelestarian lingkungan, liberalisasi perdagangan, dan sebagainya.
Gerak ekonomi Indonesia sangat tergantung pada arus modal asing yang masuk atau keluar
Indonesia serta besarnya cadangan devisa yang terhimpun melalui perdagangan dan hutang
luar negeri.
Kebijakan yang telah secara berkelanjutan ditempuh tersebut, teramati tidak mampu membawa
ekonomi Indonesia menjadi makin mandiri, bahkan menjadi tergantung pada:
1. Ketergantungan kepada pendapatan ekspor,
2. Ketergantungan pada pinjaman luar negeri,
3. Ketergantungan kepada adanya investasi asing,
4. Ketergantungan akan impor teknologi dari negara-negara industri.
Unsur-Unsur Industrialisasi
1. Masyarakat yang melakukan proses produksi dengan menggunakan mesin
2. Berskala besar
3. Pembagian kerja teknis yang relatif kompleks
4. Menggunakan tenaga kerja yang keterampilannya bermacam-macam