Anda di halaman 1dari 8

MODUL 2

KEGIATAN BELAJAR 1
PERTANIAN INDONESIA
Globalisasi memberikan sisi gelap dan terang, dimana globalisasi akan membawa pemenang
sekaligus pecundang. Sisi gelap globalisasi tersebut adalah globalisasi sebagai sebuah kompetisi
yang menghancurkan, sebagai pembunuh pekerjaan, pembunuh kaum miskin, dan sebagai
individualisme yang berlebihan. Adapun sisi terang dari globalisasi adalah globalisasi
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan, dan mempercepat
terwujudnya pemerintahan yang demokratis.
Mencermati bahaya globalisasi atau sisi gelap globalisasi, maka perlu ditelaah bagaimana
kiranya strategi pembangunan yang kondusif dalam era globalisasi. Tetapi, sebelumnya sebagai
perbandingan perlu dikemukakan kesalahan pembangunan ekonomi pada masa lalu, sehingga
untuk kedepannya tidak melakukakan kesalahan kembali.

Kesalahan Pembangunan Ekonomi Pada Masa Orde Baru


Strategi pembangunan pada masa orde baru bertumpu pada Trilogi Pembangunan, pemerataan
dan stabilitas. Secara konsepsional, strategi ini sangat baik, tetapi dalam implementasinya
banyak terjadi kesalahan. Stabilitas nasional pada masa orde baru bersifat semu, yang berarti
sebenarnya kita semua dibuat merasa takut dan tunduk kepada perintah petinggi negara, maka
akibatnya muncul euphoria anarkisme. Selain itu, pertumbuhan sektoral yang tinggi pada sektor
industri ternyata tidak mampu menyerap tenaga kerja secara berarti, karena tenaga kerja
kebanyakan masih berada pada sektor pertanian. Dengan demikian, sektor industri yang
dikembangkan bersifat pada modal dan tidak cocok diterapkan di Indonesia.

Perubahan Dalam Pola Pembangunan


Strategi pembangunan melalui trickle down effect akan membawa kenaikan pendapatan pada
masyarakat lapisan bawah. Akan tetapi karena kurangnya pembangunan kelembagaan yang
benar akan berakibat pada bencana krisis. Melihat ketidakberhasilan strategi pembangunan
yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi melalui indtustrialisasi yang berbasis impor, padat
modal, berteknologi tinggi dan penuh nuansa kolusi dan korupsi, maka perlu dilakukan koreksi
terhadap strategi pembangunan.
Untuk merealisasikan hal tersebut, tentunya kita harus melihat kepada sebutan negara kita
sejak dulu, yaitu negara agraris, maka titik tolak pembangunan harus bertumpu pada pertanian.
Dengan kata lain, perlu diwujudkan strategi pembangunan yang terdiri dari sub sektor penyedia
input, sub sektor produksi, dan sub sektor output.

Strategi Pembangunan Pertanian


1. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kondisi sumber daya manusia dalam bidang pertanian sungguh sangat memprihatinkan.
Melihat kondisi tersebut, perlu adanya usaha yang dilakukan oleh penyuluh dan litbang
pertanian. Penyuluhan harus menyeluruh dan terpadu serta berjalan serasi yang
menyangkut semua aspek agribisnis seperti aspek teknis, pemasaran, pembukuan,
permodalan, asuransi, dan berbagai aspek lainnya.
2. Bantuan Dana Keuangan
Langkah yang perlu diambil untuk mencapai ketangguhan perekonomian Indonesia adalah
dengan merealisasikan pembangunan agribisnis, dimana pembangunan kepada subsektor –
subsektor yang saling terkait dan terintegrasi, baik sektor input, produksi, dan output.
Bantuan dana diperlukan untuk menggairahkan pengembangan agribisnis di Indonesia,
dimana diarahkan kepada penggunaan sumber daya (bahan baku) dari dalam negeri.
3. Pola Kemitraan
Pola kemitraan hendaknya dapat saling menguntungkan kepada pihak – pihak yang terkait,
dan jangan dilaksanakan karena hanya untuk memenuhi himbauan. Peran koperasi sangat
diperlukan dalam rangka mengembangkan ketahanan sektor pertanian. Koperasi juga
memperkuat posisi petani dalam menjual hasil produk pertanian ke pihak lainnya.
4. Perwilayahan Komoditis
Menurut (Rangkuti, 1992) penentuan satu kawasan perwilayahan komoditas harus
didasarkan pada penelitian dan pengkajian yang cermat antara lain segi :
a. Kesesuaian daya dukung sumber daya alam (kondisi tanah secara keseluruhan, sumber air
dan iklim) untuk komoditi pertanian bersangkutan
b. Potensi sumber daya manusia baik dari jumlah maupun kualitas yang ada dan perlu
dikembangkan
c. Potensi sumber daya buatan yang ada dan yang dapat dikembangkan

Kondisi Pembangunan Pertanian Saat Ini


Dalam sejarah perekonomian Indonesia sejak Pelita I hingga akhir pemerintahan Reformasi,
pentingnya pembangunan pertanian seringkali hanya didengung-dengungkan, namun dalam
kenyataannya tetap saja pemberdayaan petani kurang diperhatikan. Kondisi pertanian saat ini
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pendapatan petani masih rendah baik secara nominal maupun secara relatif dibandingkan
dengan sektor lain
2. Usaha pertanian yang ada didominasi oleh ciri-ciri:
a. Skala kecil
b. Modal terbatas
c. Tekonologi sederhana
d. Sangat dipengaruhi musim
e. Wilayah pasarnya lokal
f. Umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya
involusi pertanian (pengangguran tersembunyi)
g. Akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah
h. Pasar komoditi pertanian sifatnya mono/oligopsoni sehingga terjadi eksploitasi harga
pada petani.
3. Pendekatan parsial yang yang bertumpu pada peningkatan produktifitas usaha tani yang
tidak terkait dengan agroindustri. Hal ini menunjukkan fondasi dasar agribisnis belum
terbentuk dengan kokoh sehingga sistem dan usaha agribisnis belum berkembang seperti
yang diharapkan, yang terjadi kegiatan agribisnis masih bertumpu pada kegiatan usaha tani.
4. Pembangunan pertanian yang ada kurang terkait dengan pembangunan pedesaan.
5. Kurang memperhatikan aspek keunggulan komparatif yang dimiliki wilayah. Pembangunan
agribisnis yang ada masih belum didasarkan kepada kawasan unggulan.
6. Kurang mampu bersaing di pasaran, sehingga membanjirnya impor khususnya komoditas
hortikultura.
7. Terdapat senjang produktivitas dan mutu yang cukup besar sehingga daya saing produk
pertanian Indonesia masih mempunyai peluang yang sangat besar untuk ditingkatkan.
8. Pangsa pasar ekspor produk pertanian Indonesia masih kecil dan sementara kapasitas dan
potensi yang dimilikinya lebih besar.
9. Kegiatan agroindustri masih belum berkembang. Produk perkebunan semenjak zaman
Belanda masih berorentasi pada ekspor komoditas primer (mentah)
10. Terjadinya degradasi kualitas sumberdaya pertanian akibat pemanfaatan yang tidak
mengikuti pola-pola pemanfaatan yang berkelanjutan.
11. Masih lemahnya kelembagaan usaha dan kelembagaan petani. Usaha agribisnis skala
rumahtangga, skala kecil dan agribisnis skala besar belum terikat dalam kerjasama yang
saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Yang terjadi adalah
penguasaan pasar oleh kelompok usaha yang kuat sehingga terjadi distribusi margin
keuntungan yang timpang (skewed) yang merugikan petani.
12. Lemahnya peran lembaga penelitian, sehingga temuan atau inovasi benih/ bibit unggul
sangat terbatas.
13. Lemahnya peran lembaga penyuluhan sebagai lembaga transfer teknologi kepada petani,
setelah era otonomi daerah.Kurangnya pemerintah memberdayakan stakeholder seperti
perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, dalam pembangunan pertanian.
14. Lemahnya dukungan kebijakan makro ekonomi baik fiskal maupun moneter seperti
kemudahan kredit bagi petani, pembangunan irigasi maupun pasar, dan hal lainnya.

Kesimpulan

1. Sektor pertanian mampu bertahan pada saat perekonomian Indonesia terjadi krisis
moneter, karena pada sektor pertanian terus mengalami pertumbuhan yang positif dan
bahkan pada sektor pertanian inilah yang mampu menyelamatkan perekonomian
Indonesia.
2. Sisi terang dari globalisasi adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pengentasan
kemiskinan, serta mempercepat terwujudnya pemerintahan yang demokratis.
3. Sisi gelap dari globalisasi dapat menghancurkan, dapat membunuh pekerjaan, dapat
membunuh kaum miskin, dapat menjadikan setiap individu memiliki sikap individualisme
yang berlebihan, dan itu semua dapat menyebabkan masalah untuk perekonomian
Indonesia.
4. Dengan strategi pembangunan pertanian melalui pemberdayaan manusia, bantuan dana
keuangan, pola kemitraan, dan perwilayahan komoditis akan menghasilkan perekonomian
Indonesia yang lebih baik.
KEGIATAN BELAJAR 2
INDUSTRIALISASI DI INDONESIA
Industrialisasi di Indonesia semakin menurun semenjak krisis ekonomi tahun 1998.
Kemunduran ini bukanlah berarti Indonesia tidak memiliki modal untuk
melakukaninvestasi pada industri dalam negeri, tetapi lebih kepada penyerapan barang hasil
produksi industri dalam negeri. Membuka pasar dalam negeri adalah kunci penting bagi
industri Indonesia untuk bisa bangkit lagi karena saat ini pasar Indonesia dikuasai oleh produk
produk asing.
Faktor-faktor pembangkit Industri Indonesia
1. Struktur organisasi
Dilakukan inovasi dalam jaringan institusi pemerintah dan swasta yang melakukan impor.
Sebagai pihak yang membawa,mengubah, mengembangkan dan menyebarluaskan
teknologi.
2. Ideologi
Perlu sikap dalam menentukan pilihan untuk mengembangkan suatu teknologi apakah
menganut tecno-nasionalism, techno-globalism, atau techno-hybrids negeri maupun luar
negeri.
Faktor penghambat Industri Indonesia
1. Keterbatasan teknologi
Kurangnya perluasan dan penelitian dalam bidang teknologi menghambat efektifitas dan
kemampuan produksi.
2. Kualitas sumber daya manusia
Terbatasnya tenaga profesional di Indonesia menjadi penghambat untuk mendapatkan dan
mengoperasikan alat alat dengan teknologi terbaru.
3. Keterbatasan dana pemerintah
Terbatasnya dana pengembangan teknologi oleh pemerintah untuk mengembangkan
infrastruktur dalam bidang riset dan teknologi
Dampak Industrialisasi di Indonesia
Teknologi memungkinkan negara tropis seperti Indonesia untuk memanfaatkan kekayaan
hutan untuk meningkatkan devisa negara dan pembangunan infrastruktur. Hilangnya hutan di
Indonesia berarti hilang juga tanaman-tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat dan
juga fauna langka yang hidup di ekosistem hutan tersebut.
Dibalik kesuksesan Indonesia dalam pembangunan sebenarnya ada kemerosotan dalam
cadangan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan. Pada kota kota yang
sedang berkembang seperti Gresik, Medan, Jakarta, Surabaya, Bandung, Lhoksumawe, bahkan
hampir seluruh kota kota di pulau Jawa sudah mengalami peningkatan suhu udara, Walaupun
daerah tersebut tidak pesat perkembangan industrinya.
Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk menurut pola
pengelompokannya. mengelompokkan pecemaran atas dasar [12]:
1. Bahan pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan
budaya.
2. Pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran udara, air,
tanah, makanan, dan sosial.
3. Pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam
bentukprimer dan sekunder.

Konsep dan Tujuan Industrialisasi


Awal konsep industrialisasiè Revolusi industri abad 18 di Inggris Penemuan metode baru dlm
pemintalan dan penemuan kapas yg menciptakan spesialisasi produksi dan peningkatan
produktivitas factor produksi. Industrialisasi adalah sistem produksi yang muncul dari
pengembangan yang mantap penelitian dan penggunaan pengetahuan ilmiah. Ia dilandasi oleh
pembagian tenaga kerja dan spesialisasi, menggunakan alat-alat bantu mekanik, kimiawi, mesin,
dan organisasi serta intelektual dalam produksi.
Industrialisasi dalam arti sempit menggambarkan penggunaan secara luas sumber-sumber
tenaga non-hayati, dalam rangka produksi barang atau jasa. Meskipun definisi ini terasa sangat
membatasi industrialisasi tidak hanya terdapat pada pabrik atau manufaktur, tapi juga bisa
meliputi pertanian karena pertanian tidak bisa lepas dari mekanisasi (pemakaian sumber
tenaga non-hayati) demikian pula halnya dengan transportasi dan komunikasi. Industrialisasi
merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya
beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam melimpah yang ingin mencapai
pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang
ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk
mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu :
1. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri.
2. Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri.
3. Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian.
4. Mendukung perkembangan sektor infrastruktur.
5. Meningkatkan kemampuan teknologi.
6. Meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk.
7. Meningkatkan penyebaran industri.

Faktor-faktor Pendorong Industrialisasi


1. Kemampuan teknologi dan inovasi.
2. Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita.
3. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri
dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat
produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat.
4. Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk.
Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi.
5. Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis
industri unggulan dan insentif yang diberikan.
6. Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam
industrialisasi.
7. Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri
orientasi ekspor.

Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional


Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara.
Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat
perkembangan industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari
aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Sejak
krisis ekonomi dunia yang terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi perekonomian
nasional, perkembangan industri di Indonesia secara nasional belum memperlihatkan
perkembangan yang menggembirakan. Bahkan perkembangan industri nasional, khususnya
industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot ketimbang grafik peningkatannya.

Sebuah hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga internasional terhadap
prospek industri manufaktur di berbagai negara memperlihatkan hasil yang cukup
memprihatinkan. Dari 60 negara yang menjadi obyek penelitian, posisi industri manufaktur
Indonesia berada di posisi terbawah bersama beberapa negara Asia, seperti Vietnam. Riset yang
meneliti aspek daya saing produk industri manufaktur Indonesia di pasar global,
menempatkannya pada posisi yang sangat rendah. Industri manufaktur masa depan adalah
industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada
besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang wilayah, besarnya
jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan
atau daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme sumber daya manusia Indonesia
(competitive advantage).

Permasalahan Industrialisasi
Industrialisasi di negara berkembang pada umumnya dilakukan sebagai upaya mengganti
barang impor, dengan mencoba membuat sendiri komoditi-komoditi yang semula selalu
diimpor. Mengalihkan permintaan impor dengan melakukan pemberdayaan produksi dari
dalam negeri.
Strategi yang pertama dilakukan adalah pemberlakuan hambatan tarif terhadap impor produk-
produk tertentu. Selanjutnya disusul dengan membangun industri domestik untuk
memproduksi barang-barang yang biasa di impor tersebut. Ini biasanya dilaksanakan melalui
kerja sama dengan perusahaan-perusahaan asing yang terdorong untuk membangun industri di
kawasan tertentu dan unit-unit usahanya di negara yang bersangkutan, dengan dilindungi oleh
dinding proteksi berupa tarif. Selain itu, mereka juga diberi insentif-insentif seperti keringanan
pajak, serta berbagai fasilitas dan rangsangan investasi lainnya.
Untuk industri kecil yang baru tumbuh terutama di negara yang sedang berkembang. Industri
yang baru dibangun belum memiliki kemampuan yang memadai untuk berkompetisi secara
frontal dengan industri mapan dari negara-negara yang sudah maju. Industri negara maju sudah
berada di jalur bisnisnya dalam waktu yang sudah lama dan sudah mampu melakukan efisiensi
dalam proses-proses produksinya. Mereka mempunyai informasi dan pengetahuan yang cukup
tentang optimisasi proses produksi, situasi dan karateristik pasar, serta kondisi pasar tenaga
kerja sehingga mereka mampu menjual produk yang berharga murah di pasar internasional
tetapi masih tetap bisa menghasilkan keuntungan yang memadai.
Dibeberapa negara, para produsen domestik mereka tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan
pasar domestik tanpa tarif, akan tetapi juga untuk ekspor ke pasar internasional. Hal ini bisa
mereka lakukan karena mereka telah mampu menghasilkan produk tersebut dengan struktur
biaya yang murah sehingga harga yang ditawarkan sangat kompetitif dan mampu bersaing di
pasar luar negeri, maka banyak pemerintahan negara-negara dunia ketiga yang tertarik dan
menerapkan strategi industrialisasi substitusi impor tersebut.
Perekonomian nasional memiliki berbagai permasalahan dalam kaitannya dengan sektor
industri dan perdagangan:
1. Industri nasional selama ini lebih menekankan pada industri berskala luas dan industri
teknologi tinggi. Adanya strategi ini mengakibatkan berkembangnya industri yang berbasis
impor. Industri-industri tersebut sering terpukul oleh depresiasi mata uang rupiah yang
tajam.
2. Penyebaran industri belum merata karena masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Industri
yang hanya terkonsentrasi pada satu kawasan ini tentulah tidak sejalan dengan kondisi
geografis Indonesia yang menyebut dirinya sebagai negara kepulauan.
3. Lemahnya kegiatan ekspor Indonesia yang tergantung pada kandungan impor bahan baku
yang tinggi, juga masih tingginya tingkat suku bunga pinjaman bank di Indonesia, apalgi
belum sepenuhnya Indonesia diterima di pasar internasional.
4. Komposisi komoditi ekspor Indonesia pada umumnya bukan merupakan komoditi yang
berdaya saing, melainkan karena berkaitan dengan tersedianya sumber daya alam - seperti
hasil perikanan, kopi, karet, dan kayu. tersedianya tenaga kerja yang murah – seperti pada
industri tekstil, alas kaki, dan barang elektronik.
5. Komoditi primer yang merupakan andalan ekspor Indonesia pada umumnya dalam bentuk
bahan mentah sehingga nilai tambah yang diperoleh sangat kecil. Misalnya Indonesia
mengekspor kayu dalam bentuk gelondongan, yang kemudian diimpor lagi dalam bentuk
mebel karena terbatasnya penguasaan desain dan teknologi.
6. Masih relatif rendahnya kualitas sumber daya manusia. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
sistem pendidikan formal dan pola pelaksanaan pelatihan yang cebderung masih bersifat
umum dan kurang berorientasi pada perkembangan kebutuhan dunia usaha. Selain itu,
rendahnya kualitas sumber daya manusia akibat dari pola penyerapan tenaga kerja di masa
lalu yang masih mementingkan pada jumlah tenaga manusia yang terserap. ketimbang
kualitas tenaga manusianya.

Beberapa ahli menilai penyebab utama dari kegagalan Indonesia dalam berindustri adalah
karena industri Indonesia sangat tergantung pada impor sumber-sumber teknologi dari negara
lain, terutama negara-negara yang telah maju dalam berteknologi dan berindustri.
Ketergantungan yang tinggi terhadap impor teknologi ini merupakan salah satu faktor
tersembunyi yang menjadi penyebab kegagalan dari berbagai sistem industri dan sistem
ekonomi di Indonesia.
Sistem industri Indonesia tidak memiliki kemampuan pertanggungjawaban dan penyesuaian
yang mandiri. Karenanya sangat lemah dalam mengantisipasi perubahan dan tak mampu
melakukan tindakan-tindakan pencegahan untuk menghadapi terjadinya perubahan tersebut.
Tuntutan perubahan pasar dan persaingan antar industri secara global tidak hanya mencakup
perubahan di dalam corak, sifat, kualitas, dan harga dari komoditas yang diperdagangkan, tetapi
juga tuntutan lain yang muncul karena berkembangnya idealisme masyarakat dunia terhadap
hak azasi manusia, pelestarian lingkungan, liberalisasi perdagangan, dan sebagainya.
Gerak ekonomi Indonesia sangat tergantung pada arus modal asing yang masuk atau keluar
Indonesia serta besarnya cadangan devisa yang terhimpun melalui perdagangan dan hutang
luar negeri.
Kebijakan yang telah secara berkelanjutan ditempuh tersebut, teramati tidak mampu membawa
ekonomi Indonesia menjadi makin mandiri, bahkan menjadi tergantung pada:
1. Ketergantungan kepada pendapatan ekspor,
2. Ketergantungan pada pinjaman luar negeri,
3. Ketergantungan kepada adanya investasi asing,
4. Ketergantungan akan impor teknologi dari negara-negara industri.

Strategi Pembangunan Sektor Industri


Strategi substitusi impor (Inward Looking)
Bertujuan mengembangkan industri berorientasi domestic yang dapat menggantikan produk
impor. Negara yang menggunakan strategi ini adalah Korea & Taiwan. Pertimbangan
menggunakan strategi ini :
1. Sumber daya alam & Faktor produksi cukup tersedia
2. Potensi permintaan dalam negeri memadai
3. Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri
4. Kesempatan kerja menjadi luas
5. Pengurangan ketergantungan impor, sehingga defisit berkurang

Strategi promosi ekspor (outward Looking)


Beorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri dalam negeri yang
memiliki keunggulan bersaing. Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
1. Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan kelangkaan barang
yang bisa baik pasar input maupun output.
2. Tingkat proteksi impor harus rendah.
3. Nilai tukar harus realistis.
4. Ada insentif untuk peningkatan ekspor.

Unsur-Unsur Industrialisasi
1. Masyarakat yang melakukan proses produksi dengan menggunakan mesin
2. Berskala besar
3. Pembagian kerja teknis yang relatif kompleks
4. Menggunakan tenaga kerja yang keterampilannya bermacam-macam

Anda mungkin juga menyukai