Anda di halaman 1dari 64

Askep Leukemia

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah diberi
nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan medikal bedah dengan
judul leukemia. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring salam kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW karena atas berkat dari beliaulah kita dapat merasakan alam yang penuh
dengan pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yusran
Hasymi atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.

Bengkulu, 29 November 2011

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang
leukemia, kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika
terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga
kelompok sel darah. Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah putih,
dan keping-keping darah.

Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi atau serangan
penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-
paru ke seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh kembali ke
paru-paru. Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan
darah. Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang abnormal dan dalam
jumlah yang besar. Pada leukemia, sel darah yang abnormal tersebut adalah kelompok sel darah
putih. Sel-sel darah yang terkena leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan
tidak mampu berfungsi seperti layaknya sel darah normal.

Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna untuk
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar keperawatan dan kode etik dalam
menangani pasien dengan diagnosa leukemia.

Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui. Namun banyak penelitian yang dilakukan untuk
memecahkan masalah ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa leukemia lebih sering
menyerang kaum pria dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit putih
dibandingkan dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat ini belum diketahui mengapa hal
tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai penulis akan menerangkan asuhan
keperawatan pada konsep teori penyakit leukemia dengan asuhan keperawatan pada kasus
penyakit leukemia tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan leukemia
1.2.2 Tujuan khusus
a) Mampu menjelaskan konsep teori penyakit leukemia
b) Mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami penyakit leukemia
c) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami leukemia
d) Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
penyakit leukemia
e) Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang mengalami penyakit
leukemia
f) Mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori dengan aplikasi asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami penyakit leukemia
g) Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
penyakit leukemia

1.3 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini yaitu pembaca dan penulis bisa
lebih memahami materi mengenai penyakit leukemia dilihat dari perbandingan data di lahan dan
konsep teori yang sesungguhnya.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Teori Penyakit
2.1.1 Pengertian
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk
darah (Prof. Dr. Iman, 1997).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang
menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel
hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel
darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang
dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang
menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum adalah bahan yang
lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum menghasilkan sel darah yang disebut sel batang
dan ledakan. Sebagian besar sel darah matang di sumsum tulang dan kemudian pindah ke
pembuluh darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah
perifer. Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis memiliki fungsi khusus:
a) Sel darah putih membantu melawan infeksi
b) Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c) Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumusm
tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di llllllhati, limpa
dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus
gastrointesinal, ginjal dan kulit.
2.1.2 Jenis-jenis Leukemia
1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid:
monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena;
insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling
sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel
normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang
individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala
lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit
kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.

3. Leukemia Limfositik Akut (LLA)


LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih
banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang terjadi.
Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga
mengganggu perkembangan sel normal..
4. Leukemia Limfositik Kronis (LLC)
LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis
pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan
penyakit lain.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
a) Anatomi
Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini
berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksisebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid,
dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung
4x109 hingga 11x109sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar
7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-
rata 8000) sel darah putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel
per tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat
dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel
tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan
seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah
diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk darisel
punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit turunan meliputi: sel
NK, sel biang, eosinofil, basofil, dan fagosit termasukmakrofaga, neutrofil, dan sel
dendritik. Ada beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel polimorfonuklear
yaitu:
1. Basofil.
2. Eosinofil.
3. Neutrofil.
dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:
1. Limfosit
2. Monosit.
(skema pembelahan sel darah putih)

b) Fisiologi
Fisiologi sel darah manusia
1. Leukosit
Leukosit adalah sel darah berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal leukosit rata-rata
5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila
kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih
mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah
cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai
granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis
leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar mengandung
sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil
(eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan
asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan
pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam
sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat, tetapi tampak sebagai akibat
sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam berkembangnya proses peradangan.
(Effendi, 2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat
asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran lambat, leukosit mengalami marginasi,
yakni bergerak ke arah perifer sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel
dan melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit untuk
menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara
sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di daerah
intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik terarah
oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir
15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah
normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun
dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. (Effendi, 2003).
Fungsi sel Darah putih
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap
mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka
memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya
dapat dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu
menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat
bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian
tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap
organisme hidup danmenghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-
kotoran,serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai granulosit memiliki
enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup,
menghancurkan dan membuangnya.
Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya
dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan
sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah.
Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya
disebut sel nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan
ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan
disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.
2.1.3 Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya leukemia yaitu :
1. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell
leukemia-lymphoma virus/HTLV).
2. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti
neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
6. Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s),
TrisomiG (Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif,
Telangiektasis ataksia
Gejala penyakit leukemia biasanya ditandai dengan adanya anemia. Infeksi akan mudah atau
sering terjadi karena sel darah putih tidak dapat berfungsi dengan baik, rasa sakit atau nyeri pada
tulang, serta pendarahan yang sering terjadi karena darah sulit membeku. Jika tidak diobati,
maka akan mengakibatkan leukemia akut dan akhirnya dapat menyebabkan kematian.Penyebab
yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya leukemia, yaitu Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari
sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan
bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko
terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down
dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
2.1.4 Manisfestasi klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a. Pilek tidak sembuh-sembuh
b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c. Demam dan anorexia
d. Berat badan menurun
e. Ptechiae, memar tanpa sebab
f. Nyeri abdomen
g. Lumphedenopathy
h. Hepatosplenomegaly
Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan sebagai
penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel leukemia pada alat tubuh
seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukemia serebral (Iman, 1997).
2.1.5 Patofisiologi
Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya
proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia
dan trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan
sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi. Manifestasi akan tampak pada gambaran
gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan
metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit,
faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan
berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian (Iman, 1997).
Sel mesenkim, stem sel, sel retikular
Sumsum tulang
Jaringan mieloid
Sel blas, mioblast
Poliferasi SDP immatur
Mekanisme imun terganggu
Hematopoesis terganggu
akumulasi imun terganggu
Resiko infeksi
inflamasi
Hati
Tulang
SSP
Limpa
Hepatomegali
Nyeri tulang
Limfatomegali
Sist neorologis trganngu
Nyeri tekan
Gg. nutrisi
Sakit kepala, nausea, penglihatan kabur, diplopea,
Prod. SDM trganggu
trombositopenia
Anemia
Pembekuan trganggu
Suplai o2 menurun
Pucat, lesu, letargi, dispnea
Perdarahan spontan
Resiko syok hipovolemik

Risiko injuri
Gg pola nafas

(http://nursungscib.com/pathophysiology/pathofisiology-of-leukemia/)
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi cranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid
(prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang
dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk
mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien
leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi
jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan.
Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat
dikurangi.

4. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
- Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi
perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi
trombosit.
- Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada
kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
- Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasikanker sering disebut
sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-
sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi
gejala-gajala yang tampak.
- Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak diri
lagi.
- Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat sembuh
sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.

2.2 Konsep Dasar Askep


2.2.1 Pengkajian
a. Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia lebih dari 20
tahun khususnya pada orang dewasa.
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala,
anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
b) Riwayat penyakit
Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda anemiayaitu pucat,
kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya
infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran
mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali,
splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal,
inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
c)Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot.
d) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Perbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.

e) Riwayat psikososial
a. Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas terhadap penyakit yang diderita.
Klien sangat membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.
b. Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun dengan tetangga disekitar
rumahnya dengan adanya keluarga dan tetangga yang membesuk serta klien hidup dalam
keadaan ekonomi yang sederhana.
f) Data penunjang
Data laboratorium pada klien dengan leukemia :
- Anemi normokrom normositer
- Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)
- Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang pada kromosom 6, 11
- Hb : 7,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
- Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
- SDP : 60.000/cm (50.000)
- PT/PTT : memanjang
- Copper serum : meningkat
- Zink serum : menurun
g) Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :
- Transfusi bila perlu
- Klorambusil

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise,
mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia (Simon, 2003).
2.2.3 Intervensi dan Rasional
a) Dx. 1
Tujuan : pasien bebas dari infeksi
Kriteria hasil :
a. Normotermia
b. Hasil kultur negative
c. Peningkatan penyembuhan
Intervensi :
1. Pantau suhu dengan teliti (TTV)
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2. Tempatkan klien dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya klien dari sumber infeksi
3. Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci
tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
4. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
5. Evaluasi keadaan klien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
7. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
8. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9. Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus

b) Dx. 2
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Kriteria hasil : - klien tidak pusing
- Klien tidak lemah
- HB 12 gr/%
- Leukosit normal
- Tidak anemis
Intervensi :
1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas
sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi
4. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
5. Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah
Rasional : transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah klien.
c) Dx. 3
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Kriteria hasil : HB 12gr/%
Tidak anemis
Intervensi :
1. Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi dengan adanya anemia
2. Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
3. Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
4. Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
5. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan
pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
6. Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
7. Ajarkan orang tua dan klien yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan
d) Dx. 4
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan, pasien tidak mengalami mual dan muntah
Kriteria hasil : - klien tidak lemah dan anemis
- Turgor kulit baik
- Mukosa bibir lembab, tidak sianosis

Intervensi :
1. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3. Kaji respon klien terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
4. Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
e) Dx. 5
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Kriteria hasil : - kesehatan oral klien baik
Intervensi :
1. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
2. Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
4. Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan
bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
5. Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang
mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
7. Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi klien
8. Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9. Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat
penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
12. Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
f) Dx. 6
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : - klien tidak pucat
- Klien tidak anemis
- Mukosa bibir lembab
- Nafsu makan meningkat
- Bb meningkat

Intervensi :
1. Dorong klien untuk tetap rileks saat makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah
serta kemoterapi
2. Izinkan klien memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan klien meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen
yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4. Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar klien mau makan
5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6. Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan
produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori
dan protein yang adekuat
7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB
kurang dari normal
g) Dx. 7
Tujuan : klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima klien
Kriteria hasil : - skala nyeri 3
Intervensi :
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan
intervensi
2. Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses
vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
4. Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5. Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
h) Dx. 8
Tujuan : klien mampu mempertahankan integritas kulit
Kriteria hasil : - klien bersih
- Klien merasa nyaman
Intervensi :
1. Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2. Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit
3. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4. Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi
pada beberapa agen kemoterapi
5. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
6. Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
7. Anjurkan memilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
i) Dx. 9
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Kriteria hasil : - keluarga tidak cemas
- Klien memahami instruksi dari perawat
Intervensi :
1. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau
dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
2. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
3. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan klien dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru
4. Dorong hygiene dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi,
tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
j) Dx. 10
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi
Kriteria hasil : - klien dan keluarga bisa memahami prosedur yang disampaikan perawat
- Klien dan keluarga tidak cemas
Intervensi :
1. Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada klien
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2. Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
3. Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantuklien menjalani
kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan klien yang optimal
4. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupanklien sebelum
diagnosa dan prospek klien untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis
5. Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu klien tentang hasil tindakan
dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6. Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga(Doenges, 1999).
2.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat
untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan
keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat
tercapai.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
a. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan
peningkatan toleransi aktifitas.
c. Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d. Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g. Klien beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, klienmembantu
menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini
dan klien tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j. Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan
pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta
kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama klien.
k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga
danklien mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap
terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat(Wong. D.L, 2004).

BAB III
TINJAUAN KASUS
No. Reg : 111234
Tanggal masuk : 10-11-2010
Tanggal Dikaji : 10-11-2010
Ruangan : Melati
Diagnosa Medis : Leukemia

3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Tn. Z
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sukamerindu
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Anak ke :1
Penanggung Jawab
Nama : Ny.K
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sukamerindu
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub dengan klien : Ibu kandung
b.Keluhan Utama
Klien datang dengan keluhan utama demam, lemah, tidak bertenaga dan nafsu makan menurun
disertai mual dan muntah.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan sekarang
Klien Tn. Z masuk IGD Rumah sakit M. Yunus Bengkulu pada tanggal 10 Desember 2010
diantar keluarga pukul 12.45 WIB dengan keluhan utama demam, lemah disertai dengan nafsu
makan menurun dan rasa mual muntah.Keluhan tersebut dirasakan sejak 5 bulan
terakhir, dan akhir-akhir ini sering disertai dengan suka pingsan. Pada saat perawat melakukan
pengkajian tanggal 10 Desember 2010 pukul 13.30 Wib di ruangan Melati didapatkan
bahwa klien tampak pucat, lemah, pusing, berkunang saat berdiri dan nafsu makan menurun,
klien tampak gelisah.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang dialami klien saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam anggota keluarga klien, kakek klien pernah menderita penyakit yang sama dengan
penyakit yang sedang diderita klien saat ini dan tidak ada yang mengalami penyakit menular.
d. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : Lemah
b) Kesadara : Compos Mentis
c) TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 108x/menit
S : 38,50C
RR : 18x/menit
GCS, : E =4
M =6
V =5
JUMLAH : 15
d) Kepala :
Inspeksi : Warna rambut hitam, penyebaran merata, tidak terdapat ketombe/kotoran.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan.
e) Mata :
Inspeksi : Tidak terdapat sekret, konjungtiva anemis, penglihatan baik.
f) Hidung :
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat secret.
g) Mulut :
Inspeksi : Mukosa bibir kering, pucat, tidak terdapat lesi.
h) Telinga :
Inspeksi : Bersih tidak terdapat serumen, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak ada peradangan, pendengaran baik.
i) Leher :
Inspeksi : warna kulit merata, tidak terdapat lesi.
Palpasi : tidak terdapat pembesaran venajugolaris pada leher
j) Dada/Thorak :
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sama dengan sekitar.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, pengembangan paru kiri & kanan tidak sama.
Perkusi : Bunyi jantung mur mur, bunyi paru resonances.
Auskultasi : Pernapasan bronchovesiculer.
k) Abdomen :
Inspeksi : Tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi, warna sama dengan sekitar.
Palpasi : terdapat hepatomegali dan splenomegali.
Auskultasi : Bising usus 20x/menit.
Perkusi : Bunyi tympani.
l) Genetalia :
Inspeksi : Tidak terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat iritasi, bentuk simetris.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah perineal.
m) Extremitas :
Atas : Tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep & trisep baik.
Bawah : Pergerakan lemah, reflek patela baik, reflek bisep & trisep baik.
n) Kulit : pucat , turgor buruk, texture halus.

e. Riwayat Psikososial
1. Psikologi
Klien tampak cemas dengan keadaan penyakitnya. Hubungan klien dengan keluarga baik.
Terlihat keluarga ramai menjenguk klien di Rumah Sakit.
2. Sosial dan ekonomi
Klien bekerja sebagai wiraswasta, banyak kerabat klien mengunjungi klien ketika dirawat.
3. Data Spiritual
Kepercayaan dan keyakinan klien terhadap agama cukup, sebelum sakit klien sering beribadah.
f. Data Penunjang
Hb : 9,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
Leukosit : 24000 / mm3 (5000-10000/ mm3)
Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
SDP : 60.000/cm (50.000)
PT/PTT : memanjang
Copper serum : meningkat
Zink serum : menurun

asuhan keperawatan pada pasien leukemia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel
hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel
darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002). Penyakit ini
merupakan penyakit darah dan organ-organ yang disebabkan karna pertumbuhan yang subur atau
proliferasi sel-sel darah putih yang imatur sehingga mempengaruhi produksi sel-sel darah merah
lainnya.
Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada tempat produksi sel darah yaitu pada sum-
sum tulang, dimana sum-sum tulang bekerja aktif dalam memproduksi sel-sel darah tapi sel
darah yang diproduksi adalah sel-sel darah yang tidak normal sedangkan produksi sel-sel darah
normal terhambat.
Untuk itu, diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan-pelayanan kesehatan yang optimal
sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan pasien. Misalnya, memantau kondisi pasien
dan juga menjauhkan pasien dari hal-hal yang dapat membuat penyakit leukemia yang pasien
derita bertambah parah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan leukemia?
2. Apa saja manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia?
3. Apa patofisiologi dari leukemia?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan bagi pasien leukemia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan pemahaman tentang leukemia.
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis dan etiologi dari leukemia.
3. Untuk memahami patofisiologi dari leukemia.
4. Untuk memahami asuhan keperawatan bagi pasien leukemia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Organ


Darah merupakan jaringan tubuh yang berbentuk cairan yang terdapat dalam pembuluh darah,
dan termasuk dalam sistem hematologi. Jumlah darah setiap individu berbeda-beda tergantung
pada umur, pekerjaan, keadaan jantung dan pembuluh darah. Normalnya pada orang sehat 1/13
dari berat badan atau 4 sampai 5 Liter. Darah berfungsi sebagai alat pengangkut dan sebagai
pertahanan tubuh serta penyebar panas keseluruh tubuh.
Darah mengandung:
1. Air 91%
2. Protein 8% (Albumin, Globulin, Protombin dan Fibrinogen)
3. Mineral 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam, Posphatt, Magnesium dan
Asam Amino)
Darah itu sendiri terbagi atas :
· Eritrosit
Merupakan sel darah merah yang berbentuk cakram bikonkaf dan tidak berinti. Normalnya
5.000/mm3 darah. Eritrosit ini mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin (Hb). Hb normal
wanita 11,5 mg% dan Hb normal laki_laki 13 mg%. Eritrosit berfungsi sebagai pengikat oksigen
dari paru-paru lalu diedarkan keseluruh tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh lalu
dikeluarkan malalui paru-paru.
· Leukosit
Leukosit merupakan sel darah putih yang terbagi atas dua kategori : granolosit sebanyak 60% san
sel mononuklear (agranosit) sebanyak 40%. Leukosit memiliki inti dan bentuk yang berubah-
ubah. Leukosit berfungsi sebagai pertahan tubuh terhadap benda asing yang menyerang tubuh.
Contoh infasi bakteri
Normal leukosit : 5.000-10.000 mm3
· Trombosit
Trombosit merupakan partikel-partikel kecil yang bermacam-macam, ada bulat dan lonjong.
Trombosit berwarna putih. Jumlah normalnya 150.000 – 450.000/mm3. Leukosit berfungsi
sebagai pengontrol pendarahan. Contoh: dalam pembekuan darah

2.2 Landasan Teoritis Penyakit


A. Definisi
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah.
(Suriadi, & Rita yuliani, 2001).
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang
menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002).
Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel
hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel
darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel – sel pembentuk darah dalam sum – sum
tulang dan limfa nadi. (Reeves, 2001)
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum – sum tulang yang
ditandai oleh proliferasi sel – sel darah putih dengan manifestasi adanya sel – sel abnormal
dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam pengaturan sel leokosit. Leukosit dalam
darah berfloreferasi secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinya pun menjadi normal.
Oleh karena proses tersebut fungsi – fungsi lain dari sel darah merah normal terganggu hingga
menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik. (Bambang Permono, 2005)
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan yang sangat cepat (poliferasi) sel darah putih
yang abnormal pada jaringan pembentuk darah.

Klasifikasi Leukemia
Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel
limfoid, maka disebut leukemia limfositik.Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel mieloid
seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik.

1. Leukemia Mielogenosa Akut


AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid:
monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena;
insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling
sering terjadi.
2. Leukemia MielogenosaKronis
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak
sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.CML jarang menyerang
individu di bawah 20 tahun.Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala
lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit
kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Leukemia Limfositik Akut
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-
laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang
terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer,
sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
4. Leukemia Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi
klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan
penyakit lain.

B. Etiologi
Secara pasti penyebat dari penyakit leukemia belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor
prediosposisi yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia (Suriadi & Rita Yuliani, 2001), yaitu
:
a. Faktor genetik, dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar
monozigot.
b. Faktor lingkungan, berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai menifestasi leukemia
timbul bertahun – tahun kemudian.
c. Zat kimia, misalnya benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen anti
neoplastik.
d. Agen virus, HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya
leukemia.
e. Obat – obatan imunosupresif, obat anti kanker, obat – obatan kardiogenik seperti
diethylstilbestrol
f. Neoplasma
Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain, misalnya proliferasi sel yang
tidak terkendali, abnormalitas morfologi sel, dan infiltrasi organ. Selain dari itu kelainan sum –
sum kronis dapat berubah bentuk akhirnya menjadi leukemia akut, misalnya polisefemia vera,
mielosklerosis atau anemia plastik.
g. Kelainan kromosom, misalnya pada sindrom down.

C. Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala


Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia menurut Suriadi & Rita Yuliani
(2001) adalah sebagai berikut :
a. Pilek tidak sembuh – sembuh
b. Demam dan anorexia
c. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
d. Berat badan menurun
e. Ptechiae, memar tanpa sebab
f. Nyeri pada tulang dan persendian
g. Nyeri abdomen
h. Lumphedenopathy
i. Hepatosplenomegaly
j. Abnormal WBC
Manifestasi klinik lainnya, yaitu:
1. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum
tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin,
turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami
pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.

2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi


Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya
tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat
bekerja secara optimal.

3. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti
gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini
dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah,
perdarahan dapat terjadi secara spontan.

4. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan
berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.

5. Penurunan nafsu makan

6. Kelemahan dan kelelahan fisik

D. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


Menurut Ngastiyah, (1987) pemeriksaan yang dilakukan pada penderita leukemia adalah sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum – sum tulang yaitu
adanya pansitupenia, lifositosis yang terkadang menyebabkan gambaran darah tepi terdapat sel
blas yang merupakan gejala patonomenik untuk leukemia.
b. Kimia Darah
Dari hasil pemeriksaan kimia darah biasanya terdapat kolesterol rendah, asam urat dapat
meningkat dan hipogamaglobinemia.
c. Sum – sum Tulang
Dari pemeriksaan sum – sum tulang dapat ditemukan gambaran yang hanya terdiri dari sel
limfopeutik patologis. Pada LMA selain gambaran tersebut terdapat pula adanya liatus leukemia
yaitu keadaan yang diperlihatkan sel blas (mie blas), beberapa sel tua (segment) dan sangat
kurang bentuk pemotongan sel yang berada diantaranya (promielost, mielosil, metamielosit dan
sel batang).
2. Biopsi Limpa
Dari hasil pemeriksaan ini akan terlihat proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limpa yang terdesak seperti : limposit normal, RES, Granulosit, pulp cell.
3. Cairan Serebropinalis
Leukemia Meningeal terjadi jika terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein.
4. Sistogenik
Dari pemeriksaan sistogenik 70 – 90 % dari kasus leukemia menunjukkan adanya kelainan
kromosom yaitu pada kromosom 21.
Pemeriksaan pada penderita leukemia menurut Betz, Cecily L (2002), yaitu :
a. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari
50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung darah
lengkap biasanya juga menunjukkan normositik, anemia normositik.
b. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
c. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
d. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
e. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
f. PTT : memanjang
g. LDH : mungkin meningkat
h. Asam urat serum : mungkin meningkat
i. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
j. Copper serum : meningkat
k. Zink serum : menurun
l. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
m. Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
n. Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
o. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
p. Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
q. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
r. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.

E. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi cranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid
(prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang
dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk
mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien
leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan mengurangi
jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan.
Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat
dikurangi.
4. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
· Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila
terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan
transfusi trombosit.
· Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada
kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
· Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering
disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk
mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat
mengurangi gejala-gajala yang tampak.
· Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak
memperbanyak diri lagi.
· Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat sembuh
sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.

5. Penggunaan obat tradisional yaitu perpaduan antara buah mahkota dewa, sambiloto, daun
pegagan dan buah mengkudu.

F. Komplikasi
Penyakit leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:
1. Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah, maka
anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari kedaan anemia tersebut. Proses terapi
Leukemia juga dapat meyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.
2. Pendarahan (bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia) pada
keadaan Leukemia dapat mengganggu proses hemostasis. Keadaan ini dapat
menyebabkan pasien mengalami epistaksis, pendarahan dari gusi, ptechiae, dan
hematom.
3. Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada leukemia dapat timbul dari tulang atau sendi. Keadaan
ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan leukosit abnormal yang
berkembang pesat.
4. Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan
leukemia sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar,
bahkan beresiko untuk pecah.
5. Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien dengan kasus
leukemia memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak dikendalikan, kadar
trombosit yang berlebihan dalam darah (trombositosis) dapat menyebabkan clot yang
abnormal dan mengakibatkan stroke.
6. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan leukemia adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi lebih
rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan leukemia juga dapat menurunkan kadar
leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
7. Kematian.

G. WOC (terlampir)

2.3 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
a. Data biografi pasien

Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia lebih dari 20
tahun khususnya pada orang dewasa.

b. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Riwayat kesehatan sekarang pada penyakit leukemia klien biasanya lemah, lelah,wajah
terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pada riwayat kesehatan dahulu pada klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda
anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Adanya tanda-tanda leucopenia yaitu
demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopeniayaitu ptechiae, purpura,
perdarahan membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu
limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji
adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dari riwayat kesehatan keluarga, adanya keluarga yang mengalami gangguan
hematologis serta adanya faktor herediter misal kembar monozigot.

c. Pemerikasaan Fisik

1. Keadaan Umum
Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran bersifat composmentis
selama belum terjadi komplikasi.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg)
Nadi :
Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
RR : Dispneu, takhipneu
3. Pemeriksaan fisik head to toe
a. Pemeriksaan kepala
Bentuk : perhatikan bentuk kepala apakah simetris atau tidak. Biasanya pada penderita leukemia
betuk kepala simetris.
Rambut: perhatikan keadaan rambut mudah dicabut atau tidak,warna, hygiene
Nyeri tekan: palpasi nyeri tekan, ada atau tidak. Biasanya pada penderita tidak ada nyeri tekan.
b. Pemeriksaan mata
Palpebra: perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan
Konjungtiva : anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan ditemukan konjungtiva yang
anemis.
Sclera : ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan terlihat tidak ikterik.
c. Pemeriksaan hidung
Inskpeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, palpasi adanya polip. Penderita leukemia
memiliki pemeriksaan hidung yang normal.
d. Pemeriksaan mulut
Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri ), perdarahan gusi. Biasa
papa penderita leukemia, ditemukan bibir pucat, sudut – sudut bibir pecah – pecah.
e. Pemeriksaan telinga
Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen. Palpasi nyeri tekan. Periksa fungsi pendengaran dan
keseimbangan. Pada penderita leukemia biasanya tidak ditemukan kelainan dan bersifat normal.
f. Pemeriksaan leher
Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2.
Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran kelenjer tiroid.
g. Pemeriksaan thorak
Jantung
Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada penderita leukemia, iktus terlihat
Palpasi : raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.
Perkusi : tentukan batas jantung.
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal.
Paru – paru
Inspeksi : kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi, biasanya normal.
Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi :
Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler.
h. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas operasi, dsb.
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak. Biasaya terdapat nyeri tekan,
dan hepar akan teraba.
Perkusi : lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk semua daerah abdomen
i. Pemeriksaan Ekstremitas
inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada ekstremitas atas dan bawah. Biasanya
pada penderita leukemia akan mengalami nyeri pada tulang dan persendian.

d. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari
50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung darah
lengkap biasanya juga menunjukkan normositik, anemia normositik.
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
e. Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
- Mengkaji kesehatan klien secara umum.
- Menanyakan alasan klien datang ke RS dan harapannya.
- Mengkaji gambaran/pandangan klien terhadap sakit dan cara penangannya.
- Kepatuhan terhadap obat.
- Mengkaji riwayat kesehatan keluarga klien.
- Mengkaji tindakan dalam menjaga kesehatan.

2. Nutrisi dan Metabolik


- Mengkaji intake makanan dan cairan klien.
- Mengkaji gambaran komposisi makan.
- Mengkaji nafsu makan, dan factor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan.
- Mangkaji makanan kesukaan, pantangan atau alergi yang ada.
- Mengkaji apakah menggunakan suplemen makanan.
- Mengkaji apakah menggunakan obat diet tertentu.
- Mengkaji perubahan berat badan yang terjadi.
Biasanya klien dengan leukemia mengalami penurunan nafsu makan, sehingga berat badannya
juga menurun.

3. Eliminasi
- Mengkaji pola miksi yang meliputi: frekuensi, warna, dan bau.
- Apakah ada masalah dalam pengeluaran urine.
- Mengkaji apakah menggunakan alat bantu untuk berkemih.
- Mengkaji pola defekasi yang meliputi : frekuensi, warna,dan karakteristiknya.
- Apakah menggunakan alat bantu untuk defekasi.
- Mengkaji pengeluaran melalui IWL .

4. Aktivitas dan Latihan


- Mengkaji gambaran aktivitas sehari-hari klien sebelum dan sesudah merasakan sakit.
- Pola olahraga yang biasa dilakukan.
- Mengkaji aktivitas yang dilakukan waktu senggang.
Biasanya klien mengalami kelelahan, dan tidak dapat beraktivitas dengan baik.

5. Tidur dan Istirahat


- Mengkaji pola tidur klien yang meliputi lama waktu tidur, dan keefektifan.
- Mengkaji apakah mempunyai kebiasaan sebelum tidur.
- Menanyakan apakah mengalami kesulitan dalam tidur.
- Mengkaji kebiasaan jam berapa tidur dan bangun klien.
Biasanya tidur klien terganggu karena penyakit yang dideritanya.
6. Kognitif dan Persepsi
- Mengkaji kemampuan membaca, menulis dan mendengar klien.
- Menanyakan pada klien atau keluarga apakah mengalami kesulitan dalam mendengar.
- Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu lihat atau dengar.
- Mengkaji apakah ada keluhan pusing atau sebagainya.
Biasanya klien sering mengalami pusing.
7. Persepsi Diri- Konsep Diri
- Mengkaji bagaimana gambaran diri klien.
- Mengkaji apakah sakit yang ia alami mengubah gambaran diri klien.
- Hal-hal apa saja yang membebani pikiran klien.
- Mengkaji apakah klien sering merasa cemas, depresi, dan takut.
Biasanya klien merasa cemas dan takut jika penyakitnya tidak bisa disembuhkan.
8. Peran – Hubungan
- Mengkaji pekerjaan klien.
- Apakah hubungan yang dijalin klien dengan rekan kerja, keluarga dan lingkungan sekitar
berjalan dengan baik.
- Apa yang menjadi peran klien dalam keluarga.
- Mengkaji bagaimana penyelesaian konflik dalam keluarga.
- Mengkaji bagaimana keadaan ekomoni klien.
- Apakah dalam lingkungan klien mengikuti kegiatan social.

9. Seksualitas dan Reproduksi


- Mengkaji bagaimana hubungan klien dengan pasangan.
- Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu atau alat pelindung saat melakukan
hubungan seks.
- Mengkaji apakah terdapat kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan seks.
Biasanya pada wanita, siklus menstruasinya tidak teratur, karena terjadinya perdarahan.
10. Koping – Toleransi Stress
- Mengkaji apa yang menjadi visi klien kedepan.
- Mengkaji apakah klien biasa mendapatkan apa yang diinginkannya.
- Mengkaji sejauh mana klien harus berusaha untuk mendaptkan apa yang diinginkan.
- Mengkaji bagaimana penanganan klien tentang stress yang mungkin ia hadapi.

11. Nilai- Kepercayaan


- Mengkaji agama klien.
- Sejauh mana ia taat pada agama yang ia anut.
- Mengkaji sejauh mana agama/ nilai yang ia percayai mempengaruhi kehidupannya.
- Mengkaji apakah agama atau nilai kepercayaan merupakan hal yang penting dalam
kehidupan klien.
Perumusan NANDA, NOC, NIC
No. Diagnosa (NANDA) Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1. Resiko infeksi b.d Status imun Manajemen lingkungan
penurunan sistem
Klien diharapkan mampu: Intervensi yang dilakukan :
kekebalan tubuh
· Tidak adanya infeksi · Ciptakan lingkungan
berulang yang aman untuk pasien.
· Tidak adanya tumor · Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien, berdasarkan
· Status pencernaan
tingkat fisik, dan fungsi
dari skala yang diharapkan
kognitif dan pengalaman masa
· Status pernapasan dari lalu.
skala yang diharapkan
· Hindari lingkungan
· Berat badan dalam yang berbahaya (ex :
batas normal permadani lepas dan kecil,
perabotan rumah yang dapat
· Suhu tubuh normal dipindah-pindahkan).
· Tidak adanya · Hindari objek yang
kelelahan secara terus berbahaya dari lingkungan.
menerus · Usaha perlindungan
dengan pinggir jeruji/pinggir
· Jumlah sel darah putih
lapisan jeruji, dengan tepat.
dalam batas normal
· Dampingi pasien
Status nitrusi
selama aktivitas di luar
Klien diharapkan mampu bangsal.
menormalkan:
· Atur tinggi rendahnya
· Pemasukan nutrisi tempat tidur.

· Pemasukan makanan · Sediakan peralatan yang


dan cairan adaptif (ex : tangga yang dapat
disandarkan dan susuran
· Energi tangan), dengan tepat.
· Masa tubuh · Tempatkan furniture
· Berat badan dalam ruangan dengan
susunan yang tepat.
· Sediakan tabung
panjang untuk membuat
gerakan lebih leluasa.
· Tempatkan objek yang
digunakan dalam batas
jangkauan.
· Sediakan kamar untuk 1
orang.
· Sediakan tempat tidur
yang bersih dan nyaman.
· Sediakan tempat tidur
yang kokoh/kuat.
· Tempatkan perubahan
posisi tempat tidur dalam
kondisi yang mudah
dijangkau.
· Kurangi rangsangan
dari lingkungan.
· Hindari pencahayaan
yang tidak penting, sirkulasi
udara, keadaan yang terlalu
panas, ataupun dingin.
· Atur suhu lingkungan
sesuai kebutuhan pasien, jika
suhu tubuhnya berubah.
· Kontrol/cegah bising
yang berlebihan, bila
memungkinkan.
· Kontrol pencahayaan
untuk manfaat terapeutik.
· Batasi jumlah
pengunjung.
· Batasi kunjungan secara
personal kepada pasien,
keluarga, kebutuhan penting
lainnya.
· Lakukan rutinitas
sehari-hari sesuai kebutuhan
pasien.
Manajemen nutrisi
Intervensi yang dilakukan :
· Tanyakan apakah
pasien mempunyai alergi
terhadap makanan.
· Pastikan makanan
kesukaan pasien.
· Dorong kenaikan
pemasukan zat besi makanan,
dengan tepat.
· Dorong kenaikan
pemasukan protein, zat besi,
vitamin C, dengan tepat.
· Berikan pasien dengan
protein tinggi, kalori tinggi,
nutrisi makanan cemilan dan
minuman itu bisa dengan
mudah mengonsumsi denagn
tepat.
· Ajarkan pasien
bagaimana menafkahkan buku
harian makanan, sesuai
dengan kebutuhan.
· Kontrol catatan
pemasukan untuk kandungan
nutrisi dan kalori.

2. Resiko perdarahan b.d Pembekuan darah Pencegahan perdarahan


trombositopenia
Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan :
menormalkan :
· Monitor kemungkinan
· Gumpalan terjadinya perdarahan pada
pembentukan pasien
· Waktu protrombin · Catat kadar HB dan Ht
setelah pasien mengalami
· Hb
kehilangan banyak darah
· Perdarahan
· Pantau gejala dan tanda
· Memar timbulnya perdarahan yang
berkelanjutan 9cek sekresi
· Petechiae pasien baik yang terlihat
maupun yang tidak disadari
perawat)
· Pantau factor koagulasi,
termasuk protrombin (Pt),
waktu paruh tromboplastin
(PTT), fibrinogen, degradasi
fibrin, dan kadar platelet
dalam darah)
· Pantau tanda-tanda
vital, osmotic, termasuk TD
· Atur pasien agar pasien
tetap bed rest juka masih ada
indikasi pendarahan
· Atur kepatenan/ kualitas
produk / alat yang
berhubungan dengan
perdarahan
· Lindungai pasien dari
hal-hal yang menimbulkan
trauma dan bias menimbulkan
perdarahan
· Jangan lakukan injeksi
· Gunakan sikat gigi yang
lembut untuk perawatan oral
pasien
· Gunakan alat ukur
elektrik yang memiliki
pinggiran tepi saat pasien
mencukur
· Hindari tindakan
invasive
· Cegah memasukkan
sesuatu kedalam lubang
daerah yang mengalami
perdarahan
· Hindari pengukuran
suhu secar rectal
· Jauhkan alat-alat berat
disekitar pasien
· Instruksikan pasien
untuk menghindari/ menjauhi
aspirasi atau anti koagulan
yang lain
· Instruksikan pasien
untuk menghindar aspirin/
antikoagulan yang lain
· Instruksikan pasien
untuk emngkonsumsi
makanan yang mengandung
vit K
· Cegah terjadi konstipasi
· Ajarkan pasien dan
keluarga untuk mengenali
tanda-gejala terjadinya
perdarahan dan tindakan
pertama untuk penanganan
selama perdarahan
berlangsung

3. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Terapi aktivitas


b.d kelemahan umum
Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan:
(anemia)
untuk menormalkan:
· Kolaborasi dengan
· Saturasi oksigen terapis dalam merncanakan
ketika beraktivitas dan memonitor program
aktivitas
· Denyut nadi ketika
beraktivitas · Tingkatkan komitmen
pasien dalam beraktivitas
· Laju pernapasan
ketika beraktivitas · Bantu mengekplorasi
aktivitas yang bemanfaat bagi
· Tekanan darah
pasien
sistolik
· Bantu mengidentifikasi
· Tekanan darah
sumberdaya yang dimiliki
diastolic
dalam beraktivitas
· Pemeriksaan EKG
· Bantu pasien/keluarga
· Warna kulit dalam beradaptasi dengan
lingkungan
· Kekuatan tubuh atas
· Bantu menyusun
· Kekuatan tubuh aktivitas fisik
bawah
· Pastikan lingkungan
Daya tahan aman untuk pergerakan otot
Klien diharapkan mampu · Jelaskan aktivitas
untuk menormalkan: motorik untuk meningkatkan
· Kinerja dari rutinitas tonus otot

· Aktivitas · Berikan reinforcemen


positif selama beraktivitas
· Konsentrasi
· Monitor respon
· Kepulihan energy emosional, fisik, sosial dan
setelah beraktivitas spiritual
· Tingkat oksigen darah
Manajemen energy
Tingkat kegelisahan Intervensi yang dilakukan
Klien diharapkan mampu · Tentukan pembatasan
untuk menormalkan: aktivitas fisik pasien
· Nyeri · Jelaskan tanda yang
menyebabkan kelemahan
· Cemas
· Jelaskan penyebab
· Mengerang
kelemahan
· Stress
· Jelaskan apa dan
· Takut bagaimana aktivitas yang
dibutuhkan untuk membangun
· Kegelisahan energi
· Nyeri otot · Monitor intake nutrisi
· Meringis yang adekuat

· Sesak nafas · Monitor respon


kardiorespirasi selama
· Mual aktivitas
· Muntah · Monitor pola tidur
· Monitor lokasi
ketidaknyamanan/nyeri
· Batasi stimulus
lingkungan
· Anjurkan bedrest
· Lakukan ROM
aktif/pasif
· Bantu pasien membuat
jadwal istirahat
· Monitor efek obat
stimulan dan depresan
· Monitor respon
oksigenasi pasien
4. Nyeri b.d agen cedera Tingkat Kecemasan : Mengurangi rasa cemas:
biologis (efek
Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan:
fisiologis dari
untuk :
leukemia) · Tenangkan klien dan
· Menghindari perasaan melakukan pendekatan.
gelisah.
· Kaji perspektif situasi
· Menghindari serangan stress klien.
panik
· Berikan informasi
· Menghindari Rasa faktual mengenai diagnosis,
cemas yang berlebihan. terapi, dan prognosis.
· Mengontrol tekanan · Bantu pasien untuk
darah. untuk meminimalisir rasa
cemas yang timbul.
· Mengontrol
peningkatan denyut nadi. · Kaji tanda-tanda
kecemasan baik secara verbal
· Mengontrol
maupun non verbal.
peningkatan jumlah
pernafasan. Menajemen nyeri
· Menghindari hal-hal Intervensi yang dilakukan:
yang bisa mengganggu tidur.
· Ajarkan klien tentang
Tingkatan nyeri bagaimana cara mengontrol
rasa nyeri.
Klien diharapkan mampu
untuk: · Ajarkan klien teknik-
teknik relaksasi.
· Mengendalikan rasa
nyeri. · Ajarkan klien
bagaimana cara menghindari
· Mengontrol diri dari
diri dari rasa cemas.
kehilangan nafsu makan.
5. Ketidakseimbangan Status Nutrisi Mengontrol nafsu makan:
nutrisi kurang dari
Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukuan:
kebutuhan tubuh b.d
untuk menormalkan:
faktor biologi · Anjurkan asupan kalori
(anoreksia) · Pemasukan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan
dan gaya hidup.
· Pemasukan makanan
· Kontrol asupan nutrisi
· Pemasukan cairan
dan kalori.
· Energy · Anjurkan kepada klien
untuk mengkonsumsi nutrisi
· Berat badan
yang cukup.
· Tonus otot
Pengontrolan nutrisi
· Hidrasi
Intervensi yang dilakukuan:
· Tanyakan apakah
Nafsu makan pasien mempunyai alergi
terhadap makanan
Klien diharapkan mampu
untuk menormalkan: · Tentukan makanan
pilihan pasien
· Menyeimbangkan
nafsu makan · Tentukan jumlah kalori
dan jenis zat makanan yang
· Menyeimbangkan diperlukan untuk memenuhi
Pasokan cairan tubuh nutrisi, ketika berkolaborasi
· Menyeimbangkan dengan ahli makanan, jika
Pasokan nutrisi tubuh diperlukan

Weight gain behavior : · Tunjukkan intake kalori


yang tepat sesuai tipe tubuh
Klien diharapkan mampu : dan gaya hidup
· Mengidentifikasi · Timbang berat badan
penyebab kehilangan berat pasien pad jarak waktu yang
badan tepat
· Memilih sebuah target Terapi Nutrisi
sehat berat badan.
Intervensi yang dilakukan :
· Mengidentifikasi
pemasukan kalori · Monitor pemasukan
cairan dan makanan dan
· Memilihara suplai menghitung pemasukan kalori
nutrisi makanan dan sehari-hari
minuman yg adekuat
· Bantu pasien
· Meningkatkan nafsu membentuk posisi duduk yang
makan benar sebelum makan
· Ajarkan pasien dan
kelurga tentang memilih
makanan
6. Kerusakan integritas Intregitas jaringan : kulit dan Pengawasan kulit
kulit b.d zat kimia
(kemoterapi, membran mukosa Intervensi yang dilakukan:
radioterapi)
Klien diharapkan mampu · Amati warna kulit,
menormalkan : kehangatan (suhu), bengkak,
getaran, tekstur kulit, udem.
· Temperatur
· Pantau area yang tidak
· Sensasi
berwarna dan memar kulit
· Elastisitas serta membran mukosa.

· Pigmentasi · Pantau
kelainan kekeringan dan
· Warna kelembaban kulit.
· Ketebalan · Catat perubahan kulit
· Jaringan bebas lesi. atau membran mukosa.
· Periksa keketatan
pakaian.
· Pantau warna kulit.
· Pantau suhu kulit.
· Instruksikan anggota
keluarga / pemberi perawatan
tentang tanda – tanda dari
kerusakan kulit.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Ny. S datang ke rumah sakit M. Djamil Padang Tanggal 11 januari 2013 dengan keluhan sesak
nafas sejak 4 hari yang lalu dan badan terasa lemas. Klien pingsan setelah beberapa saat , sampai
ke tempat klien bekerja dan di bawa ke rumah sakit RSUD Payakumbuh. Setelah dilakukan
pemeriksaan laboratorium didapat Hb 8 gr/dl, trombosit 11.000 /mm3 , leukosit 8.000 / mm3.
Sehingga mendapatkan transfusi PRC 2 Kholf dan trombosit 3 Khloft. Namun hasil lab tidak
menunjukkan perubahan yang membaik, setelah 3 hari dirawat klien dirujuk ke RSUP M. Djamil
untuk dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi dan rawatan lebih lanjut.

3.1 Data Klinis


Nama : Ny. S
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : DIII radioteraphy
Pekerjaan : PNS diinstitusi kesehatan bagian radiologi
Alamat : Jln. Gajah V, No. 16 A, Padang
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Minang
Penanggung Jawab : TN. ab (suami)
TB : 160 cm
BB : 45kg
Datang ke RS : 11 januari 2013
Ruang : UGD
No. Registrasi : 804548

Alasan masuk rumah sakit :


Ny. S masuk rumah sakit M. Djamil Padang dengan keluhan sesak nafas sejak 4 hari yang lalu
dan badan terasa lemah, sebelumnya klien pingsan di temapt kerja.
3.2 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat kesehatan
· Riwayat kesehatan sekarang
Ny. S ( 25th ) datang ke UGD RS M Djamil Padang dengan keluhan badan terasa lemas, sering
pingsan dan sesak nafas sejak 4 hari yang lalu. Tanda – tanda vital Ny. S, RR= 26 x/menit, HR =
100 x/menit, suhu = 370 C, TD = 90/60 mmHg. Saat pengkajian klien mengaku, nafsu makannya
menurun, terkadang mual dan muntah. Selain itu klien juga mengaku ada merasakan nyeri
tulang. Klien tampak pucat.
· Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya, Ny. S pernah dirawat dengan diagnosa anemia. Klien sering merasa lemas dan lesu
disaat bekerja dan serta pernah pingsan saat bekerja. Klien juga mengatakan sebelumnya tidak
pernah menderita penyakit ginjal, DM, dan hipertensi.
· Riwayat kesehatan keluarga
Dari riwayat kesehatan sebelumnya, Keluarga Ny. S tidak ada yang menderita penyakit yang
sama dengan klien, namun klien memiliki kembaran dan sudah meninggal 5 tahun yang lalu
akibat kecelakaan.
b. Pemeriksaan Fisik
Vital sign
TB : 160 cm
BB : 45 kg
BMI : 17,6
RR : 26 x/menit
TD : 90/60 mmHg
HR : 100 x/menit
Suhu : 36,50 C

· Pemeriksaan kepala
Inspeksi :
Bentuk : simetris
Rambut: warna rambut hitam tetapi kasar, penyebaran merata, tidak terdapat ketombe
Palpasi: tidak terdapat benjolan, dan nyeri tekan
· Pemeriksaan mata
Inspeksi
Palpebra: simetrisan kiri dan kanan
Konjungtiva : anemis
Sclera : tidak ikterik.
· Pemeriksaan hidung
Inskpeksi: bentuk hidung simetris, tidak terdapat kelainan, tidak ada polip maupun peradangan,
tidak ada sekret.
Palpasi :ntidak terdapat nyeri tekan.
· Pemeriksaan mulut
Inspeksi : simetris, bibir pucat, sudut bibir pecah – pecah, gusi berdarah.
· Pemeriksaan telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, sirumen dalam batas normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Fungsi pendengaran normal.
· Pemeriksaan leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran getah bening
Palpasi : tidak ada pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2.
j. Pemeriksaan thorak
Jantung
Inspeksi : iktus terlihat
Palpasi : iktus teraba.
Perkusi : redup
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2 normal.
Paru – paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi
Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler.
k. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi.
Auskultasi : bising usus normal 15 x / menit.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba.
Perkusi : bunyi tympani untuk semua daerah abdomen
l. Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas: tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep dan trisep baik.
Terdapat memar dan bercak – bercak hitam kebiruan di tangan kiri
Ekstremitas bawah : pergerakan lemah, reflek patelanya baik.
Nyeri di persendian dan tulang.
c. Pemeriksaan Labor
· Hemoglobin : 8 gram / dl (rendah)
· Leukosit : 8.000 / mm3 (normal)
· Trombosit : 11.000 / mm3 (rendah)

2. Pola Fungsional Gordon

1. Persepsi dan Management Kesehatan


Ny. S datang ke Rsup. M. Djamil Padang dengan keluhan badan terasa lemas dan sesak nafas
sejak 4 hari yang lalu. Kilen juga mengaku sering pusing dan sakit kepala. Kilen berharap agar ia
bisa cepat sembuh dengan berbagai pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh rumah sakit.
Klien menduga penyakit yang dideritanya ada hubungan nya dengan anemia yang dideritanya
beberapa tahun lalu. Klien telah mendapat transfusi PRC 2 Kholf dan trombosit 3 kholf.
2. Nutrisi-Metabolik
Ny. S mengaku akhir - akhir ini nafsu makannya menurun dan sering mual serta muntah. Dalam
sehari, Ny. S mengaku hanya menghabiskan sepertiga dari porsi makan yang biasanya. Semenjak
sakit, klien mengalami penurunan berat badan 2 kg sejak satu bulan terakhir. Saat ini klien
mendapatkan asupan nutrisi berupa NaCl 0,9%.
3. Eliminasi
Ny. S memiliki kebiasaan buang air besar sehari-hari normal dan tidak merasakan keluhan nyeri.
BAK klien juga normal.
4. Aktivitas dan Latihan
Ny. S dalam kesehariannya merupakan PNS di salah satu institusi kesehatan. Klien mudah
merasa letih dan lemas. Pada saat bekerja klien mengaku kelelahan dan terkadang sesak nafas,
ini terjadi karena Hb klien rendah. Untuk mengurangi hal tersebut Ny. S berbaring dan
beristirahat total. Hal ini menyebabkan tingkat aktivitas klien menurun.

5. Istirahat dan tidur


Ny. S tidur rata-rata 7 jam setiap harinya. Namun semenjak sakit, jam tidur klien berkurang
karena klien sering merasakan sesak nafas disertai dengan mual dan muntah, sehingga klien
mengalami kesulitan untuk tidur.
6. Kognitif dan Persepsi Sensori
Kemampuan Ny. S untuk membaca dan menulis mulai terganggu sehingga klien menggunakan
kacamata (-) sebagai alat bantu, walaupun demikian klien tidak menagalami
gangguan pendengaran. Klien mengeluh mual, muntah dan nyeri pada persendian. Klien juga
sering mengalami pusing. Klien juga mengatakan mudah sekali memar dan berdarah jika
mengalami perdarahan.
7. Persepsi diri-Konsep diri
Ny. S mengaku mengalami penurunan nafsu makan sering mual dan muntah, badan terasa lemah
sehingga membuat klien merasa gelisah, cemas dan takut yang berlebihan, bahwa penyakitnya
tidak akan sembuh. Padahal klien berharap penyakitnya bisa sembuh, karena klien merupakan
seorang istri yang membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhan kerluarganya.
8. Peran dan Hubungan dengan Sesama
Ny. S adalah seorang ibu yang mempunyai 2 orang anak diantaranya 1 orang perempuan (5th)
dan 1 orang anak laki-laki (3th). Klien bekerja sebagai PNS di salah satu institusi kesehatan
dibagian radiologi. Klien adalah seorang ibu yang di sayangi oleh keluarganya, hal ini dibuktikan
dengan keluarga yang setia menemaninya selama di rumah sakit.

9. Reproduksi dan Seks


Ny. S mengaku menstruasinya tidak teratur.

10. Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap stress


Ny. S stress karena harus memikirkan penyakit yang dideritanya dan juga ia juga memikirkan
keadaan kedua anaknya yang masih kecil. Klien hanya bisa bercerita keluhannya pada suaminya.
Suaminya memberikan dukungan dan semangat kepada klien agar bisa semangat, rajin berobat
dan mengontrol makanan.
11. Nilai dan Kepercayaan
Ny. S adalah seorang muslim. Setiap harinya klien sangat rajin shalat, tidak pernah
meninggalkan shalat meskipun klien sedang sakit sekarang. Walupun klien cemas penyakitnya
tidak sembuh, akan tetapi klien yakin bahwa kilen semakin rajin shalat dan memohon
kesembuhan pada Allah SWT.
3.3 Analisis Data Senjang
Dari kasus yang ada tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang diderita pasien.
Analisis Data
No. Data Diagnosa

1. DS : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan


umum (anemia)
· Klien mengeluh badannya terasa lemah
· Klien mengaku nafasnya sesak.
· Klien mengaku aktivitasnya menurun
· Klien mengaku nyeri di persendiaan dan
abdomen.
· Klien mengaku tidak nyam saat beraktivitas
· Klien mengeluh cepat merasa lelah saat
beraktivitas
· Klien mengaku sering pusing
· Klien merasa cemas dengan keadaannya.
DO
· Hb : 8 gr/dl
· Trombosit : 11.000/mm3
· RR : 26 x / menit
· TD : 90/60 mmHg
· Suhu : 37 0C
· Bibir klien tampak pucat
· Wajah klien tampak pucat
· Konjungtiva anemis

2. DS : Resiko perdarahan b.d


trombositopenia
· Klien mengatakan menstruasinya tidak
teratur
· Klien mengaku mudah memar saat trauma
DO :
· Trombosit : 11.000/mm3
· Hb : 8 gr/dl
· Gusi tampak berdarah
· Terdapat memar dan bercak – bercak hitam
di tangan kiri.
3. DS: Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d faktor
· Klien mengaku mengalami penurunan
biologis (anoreksia)
nafsu makan
· Klien mengaku berat badannya turun 2 kg
semenjak sejak 1 bulan yang lalu.
· Klien mengaku adanya nyeri tekan di
daerah abdomen
· Klien mengaku hanya menghabiskan
sepertiga dari porsi makanan yabg tersedia.
· Klien mengaku sering mual dan muntah.
· Klien mengaku sering pusing.
DO :
· TD : 90/60 mmHg
· Nadi : 100x/menit
· Suhu : 37 0C
· RR : 26 x / menit
· BB : 45 Kg
· TB : 160 cm
· BMI : 17,6
· Hb : 8 gr/dl
· Klien kelihatan kurus
· Rambut klien terasa kasar
· Konjungtiva anemis
· Wajah klien tampak pucat

Perumusan NANDA,NOC,NIC sesuai kasus


No. NANDA NOC NIC
1. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Terapi aktivitas
b.d kelemahan
Klien diharapkan Intervensi yang dilakukan:
umum (anemia)
mampu untuk
· Kolaborasi dengan terapis
menormalkan:
dalam merncanakan dan memonitor
· Denyut nadi program aktivitas
ketika beraktivitas
· Tingkatkan komitmen pasien
· Laju pernapasan dalam beraktivitas
ketika beraktivitas
· Bantu mengekplorasi aktivitas
· Tekanan darah yang bemanfaat bagi pasien
sistolik
· Bantu mengidentifikasi
· Tekanan darah sumberdaya yang dimiliki dalam
diastolic beraktivitas
· Kekuatan tubuh · Bantu pasien/keluarga dalam
atas beradaptasi dengan lingkungan
· Kekuatan tubuh · Bantu menyusun aktivitas fisik
bawah
· Pastikan lingkungan aman
Daya tahan untuk pergerakan otot
Klien diharapkan · Jelaskan aktivitas motorik
mampu untuk untuk meningkatkan tonus otot
menormalkan: · Berikan reinforcemen positif
selama beraktivitas
· Kinerja dari
rutinitas · Monitor respon emosional,
fisik, sosial dan spiritual
· Aktivitas
· Konsentrasi
Manajemen energy
· Kepulihan energy
setelah beraktivitas Intervensi yang dilakukan
· Tingkat oksigen · Tentukan pembatasan aktivitas
darah fisik pasien
· Jelaskan tanda yang
menyebabkan kelemahan
Tingkat kegelisahan
· Jelaskan penyebab kelemahan
Klien diharapkan
mampu untuk · Jelaskan apa dan bagaimana
menormalkan: aktivitas yang dibutuhkan untuk
membangun energi
· Nyeri
· Monitor intake nutrisi yang
· Cemas
adekuat
· Mengerang
· Monitor respon kardiorespirasi
· Stress selama aktivitas

· Takut · Monitor pola tidur

· Kegelisahan · Monitor lokasi


ketidaknyamanan/nyeri
· Nyeri otot
· Batasi stimulus lingkungan
· Meringis
· Anjurkan bedrest
· Sesak nafas
· Lakukan ROM aktif/pasif
· Mual
· Bantu pasien membuat jadwal
· Muntah istirahat
· Monitor efek obat stimulan dan
depresan
· Monitor respon oksigenasi
pasien
2. Resiko perdarahan Pembekuan darah Pencegahan perdarahan
b.d
Klien diharapkan Intervensi yang dilakukan :
trombositopenia
mampu menormalkan :
· Monitor kemungkinan
· Gumpalan terjadinya perdarahan pada pasien
pembentukan
· Catat kadar HB dan Ht setelah
· Waktu protrombin pasien mengalami kehilangan banyak
darah
· Hb
· Pantau gejala dan tanda
· Perdarahan
timbulnya perdarahan yang
· Memar berkelanjutan 9cek sekresi pasien
baik yang terlihat maupun yang tidak
· Petechiae disadari perawat)
· Pantau factor koagulasi,
termasuk protrombin (Pt), waktu
paruh tromboplastin (PTT),
fibrinogen, degradasi fibrin, dan
kadar platelet dalam darah)
· Pantau tanda-tanda vital,
osmotic, termasuk TD
· Atur pasien agar pasien tetap
bed rest juka masih ada indikasi
pendarahan
· Atur kepatenan/ kualitas
produk / alat yang berhubungan
dengan perdarahan
· Lindungai pasien dari hal-hal
yang menimbulkan trauma dan bias
menimbulkan perdarahan
· Jangan lakukan injeksi
· Gunakan sikat gigi yang
lembut untuk perawatan oral pasien
· Gunakan alat ukur elektrik
yang memiliki pinggiran tepi saat
pasien mencukur
· Hindari tindakan invasive
· Cegah memasukkan sesuatu
kedalam lubang daerah yang
mengalami perdarahan
· Hindari pengukuran suhu secar
rectal
· Jauhkan alat-alat berat disekitar
pasien
· Instruksikan pasien untuk
menghindari/ menjauhi aspirasi atau
anti koagulan yang lain
· Instruksikan pasien untuk
menghindar aspirin/ antikoagulan
yang lain
· Instruksikan pasien untuk
emngkonsumsi makanan yang
mengandung vit K
· Cegah terjadi konstipasi
· Ajarkan pasien dan keluarga
untuk mengenali tanda-gejala
terjadinya perdarahan dan tindakan
pertama untuk penanganan selama
perdarahan berlangsung

3. Ketidakseimbangan Status Nutrisi Mengontrol nafsu makan:


nutrisi kurang dari
Klien diharapkan Intervensi yang dilakukuan:
kebutuhan tubuh
mampu untuk
b.d faktor biologis · Anjurkan asupan kalori yang
menormalkan:
(anoreksia) sesuai dengan kebutuhan dan gaya
· Pemasukan nutrisi hidup.
· Pemasukan · Kontrol asupan nutrisi dan
makanan kalori.
· Pemasukan cairan · Anjurkan kepada klien untuk
mengkonsumsi nutrisi yang cukup.
· Energy
Pengontrolan nutrisi
· Berat badan
Intervensi yang dilakukuan:
· Tonus otot
· Hidrasi · Tanyakan apakah pasien
mempunyai alergi terhadap makanan
· Tentukan makanan pilihan
Nafsu makan
pasien
Klien diharapkan
· Tentukan jumlah kalori dan
mampu untuk
jenis zat makanan yang diperlukan
menormalkan:
untuk memenuhi nutrisi, ketika
· Menyeimbangkan berkolaborasi dengan ahli makanan,
nafsu makan jika diperlukan

· Menyeimbangkan · Tunjukkan intake kalori yang


Pasokan cairan tubuh tepat sesuai tipe tubuh dan gaya hidup

· Menyeimbangkan · Timbang berat badan pasien


Pasokan nutrisi tubuh pad jarak waktu yang tepat

Weight gain behavior : Terapi Nutrisi


Klien diharapkan Intervensi yang dilakukan :
mampu :
· Monitor pemasukan cairan dan
· Mengidentifikasi makanan dan menghitung pemasukan
penyebab kehilangan kalori sehari-hari
berat badan
· Bantu pasien membentuk
· Memilih sebuah posisi duduk yang benar sebelum
target sehat berat badan. makan.

· Mengidentifikasi · Ajarkan pasien dan kelurga


pemasukan kalori tentang memilih makanan

· Memilihara suplai
nutrisi makanan dan
minuman yg adekuat
· Meningkatkan
nafsu makan
BAB IV
PEMBAHASAN

Ny. S (35 tahun) masuk RSUP M.Djamil Padang pada tanggal 11 Januari 2013 dengan
keluhan sesak nafas dan badan terasa lemas. Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh nafsu
makannya menurun, pernah pingsan. Setelah dilakukan pemeriksaan lab, ternyata Hb klien 8
gr/dl, leukosit 8.000/mm3 dan trombosit 11.000/mm3. Klien telah mendapat transfusi PRC 2
kholf dan trambosit 3 kholt. Dengan Hb yang rendah itu, klien menderita anemia sehingga untuk
mengatasi anemia tersebut, klien diberi transfusi PRC. Trombosit klien juga rendah atau dikenal
dengan trombositopenia, yang mudah menyebabkan terjadinya perdarahan. Untuk meningkatkan
jumlah trambositnya, klien mendapat tranfusi trombosit. Jumlah leukosit klien dalam batas
normal, yaitu 8.000/mm3. Dari ketiga gejala tersebut klien dapat dikatakan menderita leukemia
mieogenus. Secara teori pada penyakit ini, hitungan sel darah menunjukkan penurunan eritrosit
dan trombosit. Meskipun jumlah jumlah leukosit total bisa rendah, normal ataupun tinggi.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yang
pertama untuk klien adalah intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, karena klien mengalami
anemia. Diagnosa ini didukung oleh data sumjektif dan objektif diantaranya, kionjungtiva klien
anemis, bibir dan wajah pucat, klien pun mengatakan bahwa dia sering merasa lelah, lemas,
pusing dan mual serta muntah.
Diagnosa kedua untuk klien adalah resiko perdarahan b.d trombokinase, kerena jumlah
trombosit klien sangatlah rendah, jauh dari batas norma (150.000 – 450.000/mm3). Trombosit
berfungsi sebagai proses pembekuan darah. Jika trombosit rendah, maka darah akan sulit
membeku, sehingga akan mudah mengalami perdarahan.
Adapun diagnosa ketiga untuk klien adalah kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
faktor biologi (anoreksia). Klien mengalami penurunan nafsu makan, BMI klien juga rendah
yaitu 17,6 dan klien terlihat kurus. Klien juga mengalami penurunan berat badan 2 kg selama 1
bulan. Ini menunjukkan nutrisi klien tidak adekuat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Leukimia adalah keganasan pada organ pembuat sel darah, berupa proliferasi patologis sel
hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel
darah normal dan disertai infiltrasi ke organ-organ lain.
Etiologi dari leukemia belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa factor predisposisi
penyabab dari leukemia, diantaranya : sel darah putih yang kemungkinan berproliferasi secara
tidak terkendali sebagai penyebab tersering, kemudian karena radiasi, zat kimia, gangguan
imunologik, virus dan factor genetik.
Sampai saat ini, leukemia merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang tinggi.
Adanya mediastinal massa dan infiltrasi ke CNS merupakan faktor yang memperburuk
perjalanan penyakit ini.
Diagnosa yang dapat ditegakkan pada Ny. S adalah:
1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum (anemia)
2. Resiko perdarahan b.d trombositopenia
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis (anoreksia)

5.2 Saran
Perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien agar semangat menjalani hidup dan
memberikan usaha maksimal untuk mempertahankan hidup pasien, dan menganjurkan pasien
maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk yang akan terjadi, serta
menganjurkan pasien untuk selalu mengikuti terapi yang dianjurkan. Perawat juga harus
memperhatikan personal hygiene pasien untuk mengurangi dampak bertambah parahnya
penyakit leukemia pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 ed.8. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008.Nursing
Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Elizabeth J. Corwin. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Geissler Doenges moorhouse, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses penyakit. Jakarta: EGC
Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United Kingdom :
Markono Print Media.
http://penyakitleukemia.com/obat-tradisional-leukimia/ akses tanggal 20 Januari 2013.
http://detikautik.blogspot.com/2012/11/askep-leukimia-limfosit-kronis.html akses tanggal 20
januari 2013
www.news-medical.net/health/What-is-Leukemia-(Indonesian).aspx akses tanggal 20 Januari
2013

Anda mungkin juga menyukai