Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN ANTARA INKONTINENSIA URIN DENGAN

DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDA


DHARMA BAKTI PAJANG SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

ANEESAH CHESOR
J 210.112.012

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
Hubungan Antara Inkontinensia Urin Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda 1
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Aneesah Chesor)

PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA INKONTINENSIA URIN DENGAN


DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDA
DHARMA BAKTI PAJANG SURAKARTA
Aneesah Chesor*
Supratman SKM., M.Kes.,Ph D.**
Kartinah S. Kep **

Abstrak

Inkontinensia urin adalah masalah umum pada lanjut usia. Inkontenensia


pada lansia berdampak pada timbulnya penurunan kualitas hidup lansia salah
satunya adalah penampilan diri (body image) lansia. Kondisi kualitas hidup dan
harga diri yang rendah menyebabkan timbulnya kekhawatiran lansia terhadap
kondisi kehidupannya dan pada akhirnya dapat membawa lansia pada kondisi
depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
Inkontinensia urin dengan depresi pada lanjut usia di Panti Wreda Dharma Bakti
Pajang Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Populasi
penelitian adalah semua lanjut usia usia 60-95 tahun yang mengalami
inkontinensia urin di Panti Wreda Dharma Bakti Pajang Surakarta sejumlah 85
lansia. Sampel penelitian sebanyak 43 lansia dengan teknik simple random
sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Sandvix Severity Index
(SSI) dan Geriatric Depression Scale (GDS). Teknik analisis data menggunakan
uji Chi Square. Penelitian menyimpulkan bahwa (1) tingkat Inkontinensia urin
pada lansia sebagian besar adalah Inkontinensia sedang, (2) tingkat depresi
lansia sebagian besar adalah tidak ada gejala depresi (normal), dan (3) terdapat
hubungan antara inkontinensia urin dengan depresi pada lansia di Panti Wredha
Dharma Bhakti Surakarta dan inkontinensia urin merupakan faktor risiko
timbulnya depresi pada lansia.

Kata kunci: lansia, inkontinensia urine, depresi.


Hubungan Antara Inkontinensia Urin Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda 2
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Aneesah Chesor)

RELATIONSHIP BETWEEN URINARY INCONTINENCE AND


DEPRESSION IN ELDERLY PEOPLE AT PANTI WREDHA DHARMA
BAKTI PAJANG OF SURAKARTA
By:
Aneesha Chesor

Urinary incontinence is a common problem of the older people. Inkontenence in


the elderly may result in a decrease in the quality of life of the elderly which is the
personal appearance (body image) elderly. Conditions of quality of life and low self-
esteem causing concern to the elderly living conditions and ultimately can bring on the
condition of elderly depression. This study aims was to determine investigate the
relationship between urinary incontinence and depression at Panti Wredha Dharma Bakti
Pajang Surakarta. The research design was a cross sectional. The target population was
the elderly aged 60-95 years who experience urinary incontinence at the Panti Wredha
Dharma Bakti Pajang Surakarta. Sample siz of study were 43 elderly take by simple
random sampling. Collecting data used questionnaires Sandvix Severity Index (SSI) and
Geriatric Depression Scale (GDS). Data were analyzed using Chi Square test. The study
concluded that (1) the level of urinary incontinence in the elderly is largely moderate
incontinence, (2) the level of the majority of elderly depression is no depressive
symptoms (normal), and (3) there is a relationship between urinary incontinence and
depression in the elderly in Panti Wredha Dharma Bhakti Pajang Surakarta and urinary
incontinence is a risk factor for the onset of depression in the elderly.

Keywords: elderly, urinary incontinence, depression.


.

.
Hubungan Antara Inkontinensia Urin Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda 3
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Aneesah Chesor)

PENDAHULUAN malu, isolasi dan menarik diri dari


Indonesia termasuk negara pergaulan sosial (Teunissen, 2005;
yang memasuki era penduduk Kozier, 2010).
berstruktur lanjut usia (aging Inkontinensia urin adalah
structured population) karena jumlah masalah umum pada pria maupun
penduduk berusia 60 tahun ke atas wanita lanjut usia merupakan
sekitar 7, 18%. Jumlah penduduk pengeluaran urin yang tidak
lanjut usia (lansia) di Indonesia pada terkendali kaadaan ini dapat
tahun 2006 sebesar kurang dari 19 menyebab masalah fisik, emosional,
juta, dengan usia harapan hidup 66, sosial, dan hyginis pada penderita
2 tahun. Pada tahun 2010 (Cameron, 2013).
mengalami peningkatan menjadi Menurut data dari WHO 200
23,9 jiwa (9, 77%) dan pada tahun juta penduduk di dunia yang
2020 diperkirakan sebesar 28, 8 juta mengalami inkontinensia urin. Di
(11, 34%), dengan usia harapan Amerika Serikat, jumlah penderita
hidup 71, 1 tahun (Depkes, 2012). inkontinensia mencapai 13 juta
Proses penuaan menimbulkan dengan 85 persen diantara
masalah kesehatan yaitu kurang perempuan dan lelaki. Jumlah ini
bergerak (immobility), infeksi sebenarnya masih sangat sedikit
(infection), berdiri dan berjalan tidak dari kondisi sebenarnya, sebab
stabil (instability), gangguan masih banyak kasus yang tidak
intelektual/dementia (intellectual dilaporkan.
impairment), sulit buang air besar Di Indonesia jumlah penderita
(impaction), depresi (isolation), Inkontinensia urin sangat signifikan.
menderita penyakit dari obat-obat Pada tahun 2000 diperkirakan
(iatrogenesis), daya tahan tubuh sekitar 5, 8% dari jumlah penduduk
menurun (immune deficiency), mengalami Inkontinensia urin, tetapi
gangguan tidur (insomnia) dan besar penanganannya masih sangat
buang air kecil (urinary kurang. Hal ini di sebabkan karena
incontinence). Salah satu pada masyarakat belum tahu tempat yang
masalah prosess menuaan adalah tepat untuk berobat disertai
Inkontinensia urin (Bustan, 2007; kurangnya pemahaman tenaga
Tamher, 2009). kesehatan tentang inkontinensia
Inkontinensia urin didefinisikan urin.
sebagai semua jenis gangguan di Menurut studi epidemiologi
mana urin hilang secara tidak dilaporkan bahwa Inkontinensia urin
terkontrol. Inkontinensia urin adalah dua sampai lima kali lebih sering
masalah dan gangguan umum di pada wanita dibandingkan pria.
antara pasien geriatri. Diperkirakan Inkontinensia urin menyebabkan
bahwa 25-35% dari seluruh orang gangguan dari fungsi kandung
tua akan mengalami inkontinensia kemih, yang menbrikan maslah
urina selama kejadian seumur hidup gangguan tidur, masalah pada kulit,
(Onat, 2014). Inkontinensia urin masalah fisik, isolasi sosial dan
merupakan sebuah gejala, bukan masalah psikologis. Sejumlah studi
sebuah penyakit. Kondisi tersebut telah meneliti efek dari Inkontinensia
dapat memberi dampak bermakna urin pada lansia. Populasi juga
dalam kehidupan klien, menciptakan menemukan efek negatif pada
masalah fisik seperti kerusakan kulit pasien fisik, status depresi,
dan kemungkinan menyebabkan emosional, dan sosial kehidupan. Di
masalah psikososial seperti rasa komunitas wanita dan pria lanjut usia
Hubungan Antara Inkontinensia Urin Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda 4
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Aneesah Chesor)

masalah Inkontinensia urin ini Inkontinensia urin merupakan


berhubungan dengan depresi, masalah kesehatan pada usia lanjut
menurun aktivitas fisik, menjauh dari yang dapat diselesaikan (Setiati dan
pergaulan sosial dan kualitas hidup Pramantara, 2007). Inkontinensia
(Onat, et al 2014). urin berkepanjangan yang tidak
tertangani dengan baik secara tidak
Inkontinensia urin ada langsung maka akan mempengaruhi
hubungan salah satu dengan kehidupan seseorang, menimbulkan
depresi. Depresi didefinisikan masalah kehidupan baik dari segi
sebagai terganggu fungsi manusia medis, sosial, ekonomi maupun
yang berkaitan dengan perasaan psikologis. Hal ini adalah yang
atau mood disertai komponen menjadi dasar bagi penulis untuk
psikologi berupakan sedih, tidak ada melakukan penelitian hubugan
harapan dan putus asa (Kaplan, antara Inkontinensia urin dengan
2010). Brown (2006) menyatakan tingkat depresi pada lanjut usia.
bahwa kemungkinan pada lanjut
usia bertambah berat Inkontinensia LANDASAN TEORI
urinnya 20-30% saat berumur 65-74
tahun. Pada lanjut usia, masalah Lanjut Usia
Inkontinensia urin merupakan Lanjut usia merupakan
masalah yang sering terjadi. Hasil kelompok penduduk berumur tua.
penelitian Teunissen (2005) Golongan penduduk yang mendapat
menyebutkan prevalensi perhatian atau pengelompokan
Inkontinensia urin dalam komunitas tersendiri ini adalah populasi
orang yang berumur lebih dari 60 penduduk berumur 60 tahun atau
tahun berkisar 25 %, inkontinensia lebih (Bustan, 2007).
urin ini dapat terjadi pada usia lanjut Lanjut usia adalah fase
wanita maupun pria. Sedangkan menurunnya kemampuan akal dan
menurut hasil penelitian Onat (2014) fisik, di mulai dengan adanya
prevalensi pasien inkontinensia urin beberapa yang perubahan dalam
dengan kualitas hidup dan depresi hidup. Sebagai mana di ketahui,
bersekitar 18, 2% pada lanjut usia. ketika manusia mencapai usia
Pada penelitian yang dewasa, ia mempunyai kemampuan
dilakukan di Poli kariadi RS Dr. reproduksi dan melahirkan anak.
Sardjito didapatkan prevalensi Ketika kondisi hidup berubah,
Inkontinensia urin bersekitar14. 47 seseorang akan kehilangan fungsi
% (Setiati dan Pramantara, 2007). dan tugas ini, dan selanjutnya, yaitu
Inkontinensia urin seringkali usia lanjut, kemudian mati. Bagi
yang tidak dilaporkan oleh pasien manusia yang normal, siapa, tentu
ataupun keluarganya, hal ini telah siap menerima keadaan baru
mungkin dikarenakan adanya dalam setiap fase hidupnya dan
anggapan bahwa masalah tersebut mencoba menyesuaikan diri dalam
merupakan hal yang memalukan kondisi lingkunganya (Darmojo,
atau tabu untuk diceritakan. Pihak 2004).
kesehatan, baik dokter maupun Tanda dan gejala menuann
tenaga medis yang lain juga menurut Patricia Gonce Morton
terkadang tidak memahami (2011) yaitu:
penatalaksanaan pasien dengan
Inkontinensia urin dengan baik. 1) Perubahan Organik
Padahal sesungguhnya Menurunkan jumlah kolagen,
unsur seluler pada sistem saraf,
Hubungan Antara Inkontinensia Urin Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda 5
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Aneesah Chesor)

otot, dan organ vital lainnya kerucut menurunt, penumpukan,


menghilang. Menurun jumlah sel penurunan kecepatan gerakan
yang berfungsi normal, menurun mata, ukuran lensa dan
jumlah lemah meningkat, jumlah penguningan lensa peningkat,
darah yang dipompakan penurunan sekresi air mata,
menurun, Jumlah udara yang penurunan ketajaman
diekspirasi paru lebih sedikit, penglihatan, lapang penglihatan,
menurun ekskresi hormon , dan adaptasi, kepekaan
aktivitas sensorik dan persepsi terhadap cahaya yang
menurun, penyerapan lemak, menyilaukan meningkat,
protein, dan karbohidrat peningkatan insiden glaucoma,
menurun, umen arteri menebal gangguan persepsi kedalaman
2) Sistem Persarafan dan peningkatan kejadian jatuh,
Penurunan jumlah neuron kurang dapat membedakan
dan peningkatan ukuran, jumlah warna biru, violet dan hijau,
sel neuroglial, penurunan syaraf peningkatan kekeringandan
dan serabut syaraf, penebalan iritasi mata.
leptomeninges di medulla 5) Sistem Muskuloskletal
spinalis, peningkatan masalah Penurunan massa otot, aktivitas
resiko neurologis, cedera myosin adenosine tripospat
serebrovaskuler, parkinsonisme, menurun, perburukan dan
konduksi serabut saraf melintasi kekeringan pada kartilago sendi,
sinaps makin lambat, penurunan penurunan kekuatan otot,
ingatan jangka-pendek derajat densitas tulang menurun,
sedang, gangguan pola gaya penurunan tinggi badan, nyeri
berjalan; kaki dilebarkan, jalan dan kekakuan pada sendi,
langkah pendek, dan menekuk peningkatan risiko fraktur.
ke depan, risiko hemoragi 6) Sistem Perkemihan
sebelum muncul gejala Masa ginjal menurun, tidak
meningkat. ada glomerulus, jumlah nefron
yang berfungsi menurun,
3) Sistem Pendengaran perubahan dinding pembuluh
darah kecil penurunan tonus otot
Hilangya neuron auditoriu, kandung kemih, penurunan
kehilangan pendengaran dari GFR, kemampuan penghematan
frekuensi yang tinggi ke natrium menurun, peningkatan
frekuensi rendah, serumen BUN, aliran darah ginjal
meninkat, angiosklerosis telinga, menurun, penurunan
Penurunan ketajaman penngkatan urgensi, kapasitas
pendengaran dan isolasi sosial kandung kemih dan peningkatan
(khususnya, kemampuan untuk urin residual.
mendengar konsonan). Sulit 7) Sistem Endokrin
mendengar menurun, khususnya Penurunan testosterone,
bila ada suara latar belakang hormone pertumbuhan, insulin,
yang mengganggu, atau bila androgen, aldosteron, hormone
percakapan cepat, Impaksi tiroid, termoregulasi menurun,
serumen dapat menyebabkan penurunan respons demam,
kehilangan pendengaran nodularitas dan fibrosis pada
4) Sistem Penglihatan tiroid menurun, penurunan laju
Fungsi sel batang dan sel metabolic basal, kemampuan
Hubungan Antara Inkontinensia Urin Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda 6
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Aneesah Chesor)

untuk menoleransi stressor menimbulkan masalah fisik dan


seperti pembedahan menurun, psikososial, seperti dekubitus, jatuh,
penurunan berkeringat dan depresi dan isolasi dari lingkungan
menggigil dan pengaturan suhu, sosial Inkontinensia urin terdapat
Respons insulin menurun, bersifat akut atau persisten,
toleransi glukosa, penurunan Inkontinensia urin yang bersifat akut
kepekaan tubulus ginjal terhadap dapat diobati bila penyakit atau
hormone antidiuretic , insiden masalah yang mendasar diatasi
penyakit tiroid meninkat. masalahnya infeksi saluran kemih,
8) Sistem Reproduksi obat–obatan, gangguan kesadaran,
Atrofi dan fibrosis dinding vaginitis atrofik dan masalah
serviks dan uterus, elastisitas psikologik Inkontinensia urin yang
vagina dan lubrikasi menurun, persisten biasanya dapat dikurangi
penurunan hormone dan oosit , dengan berbagai terapi modalitas
involusi jaringan kelenjar (Martin dan Frey, 2005).
mamae, poliferasi jaringan Inkontinensia urin dapat di
stroma dan glandular, klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
kekeringan vagina dan rasa 1) Inkontinensia urine akut
terbakar dan nyeri pada saat (Transient incontinence):
koitus, penurunan volume cairan Inkontinensia urin ini merupakan
semina dan ejakulasi, elevasi terjadi secara mendadak, terjadi
testis menurun , hipertrofi prostat kurang dari 6 bulan dan
jaringan ikat payudara digantikan biasanya berkaitan dengan
dengan jaringan lemak, sehingga kondisi sakit akut atau masalah
pemeriksaan payudara lebih iatrogenik menghilang jika
mudah dilakukan. kondisi akut teratasi.
9) Sistem Gastrointestina. 2) Inkontinensia urin kronik
Ukuran hati menurun, tonus (persisten)
otot pada usus menurun, Inkontinensia urin tidak
penurunan sekresi asam berkaitan dengan kondisi akut
lambung, Atrofi lapisan mukosa, dan berlangsung dengan lama
perubahan asupan akibat (lebih dari 6 bulan) ada 2
penurunan nafsu makan, penyebab Inkontinensia urin
ketidaknyamanan setelah makan kronik (persisten) yaitu:
karena jalannya makanan menurunnya kapasitas kandung
melambat, penurunan kemih akibat hiperaktif dan
penyerapan kalsium dan besi, karena kegagalan pengosongan
peningkatan resiko konstipasi, kandung kemih akibat lemahnya
spasme esophagus, dan kontraksi otot detrusor.
penyakit divertikuler. Inkontinensia urin kronik ini
dikelompokkan lagi menjadi 4
tipe (stress, urge, overflow ,
fungsional).
Inkontinensia Urin
Inkontinensia urin merupakan Depresi
keluarnya urin yang tidak terkendali Depresi adalah salah satu
sehingga menimbulkan masalah ganguan mental yang umum serta
higienis dan sosial Inkontinensia urin sering di jumpai. Di dalam DSM-IV
adalah masalah yang sering (diagnostic and sta Statistical
dijumpai pada orang lanjut usia dan Manual of Mental Disorder, fourt
Hubungan Antara Inkontinensia Urin Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda 7
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Aneesah Chesor)

edition), depresi ini tergolong ke mental yang sering dijumpai pada


dalam ganguan perasan. Depresi lansia. Prevalensi yang terbesar
sering mengenai pada wanita terjadi pada lansia diatas 60 tahun.
dibandingan dengan pria (Idrus, Beberapa faktor sebagai: faktor
2007). Menurut Zauszniewski & psikologis, biologis, sosial, penyakit
Wykle (2006) sebagai sekumpulan fisik, gangguan neurologis yang
sindrom yang di manifestasikan menurun dan kehilangan pasangan
pada perubahna efektif dan somatik. hidup dapat menjadikan lansia itu
Depresi menrupakan perpanjangan rentan mengalami gangguan
kesedihan dan duka yang abnormal depresi. Gangguan kesehatan yang
(Stuart & Laraia 2005). Menutur berlanjutan dan terus-menerus dapat
Reborn, 2008 Mengatakan depresi memperberat depresi bagi sendiri.
dapat diartikan sebagai gangguan Inkontenensia pada lansia
perasaan (afek) yang ditandai berdampak pada timbulnya
sebagai afek disforik (kehilangan penurunan kualitas hidup lansia
kegembiraan / gairah) disertai salah satunya adalah penampilan
sebgai gejala-gejala yang lain diri (body image) lansia. Teunissen
seperti gangguan tidur dan (2005) mengungkapkan bahwa
menurunnya selera makan. salah satu dampak dari
Penderita yang mungkin tampil inkontenensia urin adalah timbulnya
dengan kecemasan yang mencolok masalah fisik pada pasien misalnya
sehingga gejala-gejala depresi lebih kerusakan kulit, dan menyebabkan
ringan seperti kehilangan gangguan masalah psikolsosial seperti rasa
tidur, selera makan, dan kelelahan malu, isolasi, dan menarik diri dari
seringkali terlewatkan. Pada pergaulan.
umumnya mood secara dominan Inkontinesia urin yang
muncul adalah perasaan yang tidak berkepanjangan dengan dampak
berdaya dan kehilangan harapan yang dibawanya menyebabkan
(Riesza, 2008 ). kualitas hidup dan harga diri lansia
menurun. Kondisi kualitas hidup dan
Hubungan Inkontinensia Urine harga diri yang rendah
dengan Depresi menyebabkan timbulnya
Pada lansia muncul kekhawatiran lansia terhadap kondisi
gangguan kesehatan berupa kehidupannya dan pada akhirnya
penurunan fungsi tubuh dan kognitif. dapat membawa lansia pada kondisi
Salah satu dalam gangguan depresi (Setiati, 2007 ; Reborn,
kesehatan yang sering dijumpai 2008; Jakson, 2005).
pada lansia adalah Inkontinensia
urin. Pandangan salah yang
berpendapat bahwa Inkontinensia
urin sebagai bagian normal dari
proses menua menyebabkan
dengan masalah ini lepas dari
perhatian kalangan masyarakat atau
tenaga medis. Dengan keadaan ini
menjadikan masalah Inkontinensia
urin berkembang menjadi lebih
buruk dan akhir pada komplikasi
medis yang lainnya.
Depresi merupakan penyakit
Hubungan Antara Inkontinensia Urin Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda 8
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Aneesah Chesor)

Kerangka Konsep Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini
adalah semua lanjut usia yang
Wanita dan pria mengalami inkontinensia urin di
lanjut usia Panti Wreda Dharma Bakti Pajang
Surakarta. Jumlah lanjut usia
dengan rentang usia antara 60-95
Inkontinensia urin tahun di Panti Wreda Dharma Bakti
Klasifikasi Pajang Surakarta sebanyak 85
inkontinensia urin
- Tidak mengalami Depresi lansia.
inkontinensia - Tidak depresi Sampel penelitian adalah 43
- Inkontenensia ringan - Depresi ringan
- Depresi sedang
dengan teknik penentuan sample
- Inkontenensia
sedang - Deprei berat random sampling.
- Inkontenensia parah
- Inkontenensia
sangat parah
Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan alat


Gambar 1.Kerangka Konsep ukur berupa kuesioner.

Hipotesis Analisis Data


Analisa data pada penelitian ini
H0 : tidak ada hubungan antara adalah bivariat. Untuk dapat menguji
inkontinensia urine dengan dan menganalisa data digunakan
depresi pada lansia. tehnik Chi Square.
Ha : ada hubungan antara
inkontinensia urine dengan
depresi pada lansia.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
METODELOGI PENELITIAN
Analisis Univariate
Rancangan Penelitian
Distribusi Frekuensi Tingkat
Penelitian ini merupakan
Inkontinensia Urine
penelitian kuantitatif, jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tingkat
analitik, yaitu menggambarkan dan
Inkontinensia Urine
menganalisis hubungan kejadian Inkontinensia urine Frek %
inkontinensia urin dengan tingkat Tidak mengalami 11 25,6
depresi pada lansia di Panti Wredha Inkontinensia ringan 2 4,7
Inkontinensia sedang 15 34,9
Dharma Bhakti Surakarta. Inkontinensia parah 10 23,3
Sedangkan pendekatan atau Inkontinensia sangat parah 5 11,6
rangcangan dalam penelitian ini Total 43 100,0
adalah cross sectional. Dimana
menurut Arikunto (2010), yaitu
rancangan penelitian dengan
melakukan pengukuran atau
pengamatan pada saat yang
bersamaan (sekali waktu).
Hubungan Antara Inkontinensia Urin Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda 9
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Aneesah Chesor)

Distribusi Frekuensi Tingkat adalah 3,953 dengan nilai


Depresi Confidence Interval (CI) 1,108 –
14,107. Karena nilai rasio
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat prevanlensi (PR) lebih besar dari 1,
Depresi maka disimpulkan bahwa variabel
Inkontinensia urine Frek % inkontinensia urin merupakan faktor
Tidak ada gejala depresi 16 41,9 risiko timbulnya depresi pada lansia.
Depresi ringan 10 23,3
Depresi sedang 7 16,3
Depresi berat 8 18,6 Pembahasan
Total 43 100,0

Distribusi Frekuensi Tingkat


Hubungan antara Inkontinensia Inkontinensia Urine
Urine dengan Depresi Distribusi frekuensi tingkat
inkontinensia urin responden
Tabel 3. Hubungan antara menunjukkan sebagian besar adalah
Inkontinensia Urine dengan inkontinensia sedang yaitu sebanyak
Depresi 15 responden (34,9%).
Tingkat Depresi Inkontinensia urin
Tdk didefinisikan sebagai semua jenis
Inkontinen Depr
depre Total
sia urine esi
si gangguan di mana urin hilang
F % F % F % secara tidak terkontrol. Inkontinensia
Mengalami 23 71,9 9 28,1 32 100 P = 0,002 urin adalah masalah dan gangguan
Tidak 2 18,2 9 81,8 11 100 PR = 3,953
Mengalami umum di antara pasien geriatri.
Total 25 58,1 18 41,9 43 100 Diperkirakan bahwa 25-35% dari
seluruh orang tua akan mengalami
Tabulasi silang hubungan inkontinensia urin selama kejadian
kejadian inkontinensia dengan seumur hidup (Onat, 2014).
tingkat depresi lansia menunjukkan Inkontinensia urin merupakan
bahwa pada responden yang sebuah gejala, bukan sebuah
mengalami inkontinensia sebagian penyakit. Kondisi tersebut dapat
besar mengalami depresi yaitu memberi dampak bermakna dalam
sebanyak 23 responden (71,9%), kehidupan klien, menciptakan
sedangkan pada responden yang masalah fisik seperti kerusakan kulit
mengalami tidak inkontinensia dan kemungkinan menyebabkan
sebagian besar tidak mengalami masalah psikososial seperti rasa
depresi yaitu sebanyak 9 responden malu, isolasi dan menarik diri dari
(81,8%). pergaulan sosial (Teunissen, 2005;
Hasil analisis Chi Square Kozier, 2010).
hubungan kejadian inkontinensia Inkontinensia urin adalah
dengan tingkat depresi lansia masalah umum pada pria maupun
diperoleh nilai p = 0,002 lebih kecil wanita lanjut usia merupakan
dari 0,05 sehingga keputusan uji pengeluaran urin yang tidak
adalah H0 ditolak dan Ha diterima, terkendali kaadaan ini dapat
maka disimpulkan terdapat menyebab masalah fisik, emosional,
hubungan yang signifikan sosial, dan hyginis pada penderita
inkontinensia urine dengan tingkat (Cameron, 2013). Menurut data dari
depresi pada lansia di Panti Wredha WHO 200 juta penduduk di dunia
Dharma Bhakti Pajang Surakarta. yang mengalami inkontinensia urin.
Nilai rasio prevalensi atau for Di Amerika Serikat, jumlah penderita
cohort depresi = tidak depresi inkontinensia mencapai 13 juta
Hubungan Antara Inkontinensia Urin Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda 10
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Aneesah Chesor)

dengan 85 persen diantara Menurut Kaplan (2009) faktor


perempuan dan lelaki. Jumlah ini psikososial lainnya meliputi
sebenarnya masih sangat sedikit hilangnya peranan sosial,
dari kondisi sebenarnya, sebab peningkatan isolasi diri,
masih banyak kasus yang tidak keterbatasan finansial dan
dilaporkan. penurunan fungsi kognitif. Selain itu,
Timbulnya inkontinensia urin faktor demografi seperti usia, jenis
pada lansia merupakan penurunan kelamin, tingkat pendidikan, status
fungsi organ perkemihan lansia. perkawinan, dikaitkan dengan gejala
Seiring pertambahan usia, maka depresi (Gao et al, 2009).
masa ginjal menurun, tidak
berfungsinya glomerulus, jumlah Hubungan Antara Inkontinensia
nefron yang berfungsi menurun, Urin Dengan Depresi Pada Lansia
perubahan dinding pembuluh darah Di Panti Wredha Dharma Bhakti
kecil tonus otot penurunan kandung Surakarta
kemih, penurunan GFR,
Penelitian ini bertujuan untuk
kemampuan penghematan natrium
menganalisis hubungan kejadian
menurun, peningkatan BUN, aliran
inkontinensia urin dengan tingkat
darah ginjal menurun, penurunan
depresi pada lansia di Panti Wredha
penngkatan urgensi, kapasitas
Dharma Bhakti Pajang Surakarta.
kandung kemih dan peningkatan urin
Hasil tabulasi silang hubungan
residual (Morton, 2011).
kejadian inkontinensia dengan
tingkat depresi lansia menunjukkan
Distribusi Frekuensi Tingkat
bahwa pada responden yang
Depresi
mengalami inkontinensia sebagian
Distribusi frekuensi tingkat
besar mengalami depresi yaitu
depresi responden menunjukkan
sebanyak 23 responden (71,9%),
sebagian besar responden tidak
sedangkan pada responden yang
memiliki gejala depresi yaitu
tidak mengalami inkontinensia
sebanyak 16 responden (41,9%) dan
sebagian besar tidak mengalami
distribusi terendah adalah depresi
depresi yaitu sebanyak 9 responden
sedang sebanyak 7 responden
(81,8%), sehingga menunjukkan
(16,3%).
lansia yang mengalami inkontinensia
Depresi pada lanjut usia
urine memiliki kecenderungan
merupakan interaksi antara aspek
mengalami depresi dibandingkan
biologis dan psikososial.
lansia yang mengalami
Berdasarkan aspek biologis, lansia
inkontinensia.
mengalami ketidakseimbangan zat –
Pada lansia muncul gangguan
zat kimia di otak yang menyebabkan
kesehatan berupa penurunan fungsi
sel – sel di otak tidak berfungsi
tubuh dan kognitif. Salah satu dalam
dengan baik. Selain itu, pada lansia
gangguan kesehatan yang sering
yang mengalami masalah gangguan
dijumpai pada lansia adalah
fisik menahun, misalnya hipertensi,
Inkontinensia urin (Vigod et al,
DM, rematik dan lain – lain.
2006). Pandangan salah yang
Berdasarkan aspek psikososial yang
berpendapat bahwa Inkontinensia
berperan dalam timbulnya depresi
urin sebagai bagian normal dari
adalah perubahan status ekonomi,
proses menua menyebabkan
cenderung kehilangan dukungan
dengan masalah ini lepas dari
anak, menantu dan teman –
perhatian kalangan masyarakat atau
temannya (Santoso & Ismail, 2009).
tenaga medis. Dengan keadaan ini
Hubungan Antara Inkontinensia Urin Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda 11
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Aneesah Chesor)

menjadikan masalah Inkontinensia kandung kemih melemah, sehingga


urin berkembang menjadi lebih kapasitasnya menurun hingga 200
buruk dan akhir pada komplikasi ml yang menyebabkan frekuensi
medis yang lainnya. berkemih meningkat (Maryam, dkk
Pada lanjut usia terjadi 2008).
kemunduran fisik pada semua Depresi merupakan penyakit
sistem, termasuk sistem renal dan mental yang sering dijumpai pada
sistem urinaria. Proses penuaan lansia. Prevalensi yang terbesar
mempengaruhi sistem renal dan terjadi pada lansia diatas 60 tahun.
sistem urunaria dalam berbagai Beberapa faktor sebagai: faktor
cara. Proses penuaan secara tidak psikologis, biologis, sosial, penyakit
langsung menyebabkan masalah fisik, gangguan neurologis yang
inkontinensia (Stanley & Beare, menurun dan kehilangan pasangan
2007). Setiati, dkk (2007) dan juga hidup dapat menjadikan lansia itu
menyatakan bahwa inkontinensia rentan mengalami gangguan
lebih sering dijumpai pada lanjut depresi. Gangguan kesehatan yang
usia, khususnya perempuan. Faktor berlanjutan dan terus-menerus dapat
resiko yang menyebabkan kejadian memperberat depresi bagi sendiri.
inkontinensia lebih sering dialami Inkontenensia pada lansia
wanita adalah usia, jenis kelamin, berdampak pada timbulnya
dan persalinan per vaginam penurunan kualitas hidup lansia
(Smeltzer & Bare, 2006). salah satunya adalah penampilan
Perubahan anatomi sistem diri (body image) lansia. Teunissen
berkemih pada lanjut usia (2005) mengungkapkan bahwa
berhubungan dengan inkontinensia salah satu dampak dari
urin pada lanjut usia dapat berkaitan inkontenensia urin adalah timbulnya
dengan perubahan struktur anatomi masalah fisik pada pasien misalnya
pada sistem urinaria, yaitu : 1) Ginjal kerusakan kulit, dan menyebabkan
(Ren) merupakan unit fungsional masalah psikolsosial seperti rasa
dari ginjal adalah nefron. Pada masa malu, isolasi, dan menarik diri dari
dewasa lanjut, jumlah nefron telah pergaulan.
berkurang setengahnya dari jumlah Inkontinesia urin yang
nefron dewasa muda. Selain itu berkepanjangan dengan dampak
nefron yang tersisa memiliki lebih yang dibawanya menyebabkan
banyak ketidaknormalan (Stanley & kualitas hidup dan harga diri lansia
Beare, 2007). Menurut Maryam, dkk menurun. Kondisi kualitas hidup dan
(2008) pada lanjut usia ginjal harga diri yang rendah
mengalami pengecilan dan nefron menyebabkan timbulnya
menjadi atrofi. Aliran ginjal menurun kekhawatiran lansia terhadap kondisi
hingga 50%, fungsi tubulus kehidupannya dan pada akhirnya
berkurang mengakibatkan BUN dapat membawa lansia pada kondisi
meningkat hingga 21 mg%, berat depresi (Setiati, 2007 ; Reborn,
jenis urine menurun, serta nilai 2008; Jakson, 2005).
ambang ginjal terhadap glukosa Hasil analisis Chi Square
meningkat. 2) Kandung kemih menunjukkan hubungan kejadian
(Vesica Urinaria) terjadi perubahan inkontinensia dengan tingkat depresi
yang pada umumnya menyertai lansia diperoleh nilai p = 0,004 lebih
penuaan, termasuk kapasitas kecil dari 0,05 sehingga keputusan
kandung kemih yang lebih kecil uji adalah H0 ditolak dan Ha diterima,
(Stanley & Beare, 2007). Otot-otot maka disimpulkan terdapat
Hubungan Antara Inkontinensia Urin Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda 12
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Aneesah Chesor)

hubungan yang signifikan antara merupakan faktor risiko


inkontinensia urine dengan tingkat timbulnya depresi pada lansia.
depresi pada lansia di Panti Wredha
Dharma Bhakti Pajang Surakarta. Saran
Nilai rasio prevalensi atau for cohort
depresi = tidak depresi adalah 1. Tenaga Medis/Pengurus Panti
3,953. karena nilai rasio prevanlensi Wredha
(PR) lebih besar dari 1, maka Hasil penelitian ini diharapkan
disimpulkan bahwa variabel menjadi acuan pengurus panti
inkontinensia urin merupakan faktor dalam upaya untuk menekan
risiko timbulnya depresi pada lansia. tingkat depresi pada lansia
Hasil penelitian ini yaitu tentang dipanti. Pengurus panti
adanya hubungan inkontinensia hendaknya melakukan upaya-
urine dengan tingkat depresi pada upaya untuk menekan tingkat
lansia, ternyata didukung oleh hasil depresi lansia seperti melakukan
penelitian terdahulu, yaitu penelitian kegiatan-kegiatan kerohanian,
Devrisa (2010) tentang hubungan olah raga, dan rekreasi.
antara inkontinensia urine dengan 2. Lansia
derajat depresi pada wanita lansia. Lansia hendaknya menyadari
Penelitian ini menyimpulkan bahwa bahwa semakin tua mereka,
terdapat hubungan inkontinensia maka tingkat kemampuan
urine dengan derajat depresi pada fisiknya juga semakin menurun
wanita lansia. termasuk mengendalikan
Penelitian lain dilakukan oleh perkemihan. Lansia tidak perlu
Onat at.all (2014) tentang malu ketika mengalami
Relationship between urinary inkontinensia urine karena hal
incontinence and quality of tersebut sudah alamiah. Dengan
life/depression in elderly patients. menyadari hal tersebut, maka
Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat stressor lansia karena
terdapat hubungan yang kuat antara adanya inkontinensia urine
inkontinensia urine dengan tingkat menjadi lebih ringan dan dapat
depresi pasien lansia. menurunkan tingkat depresinya.
3. Peneliti Selanjutnya
KESIMPULAN DAN SARAN Peneliti selanjutnya perlu
Kesimpulan melakukan penelitian dengan
obyek yang lebih banyak,
1. Tingkat Inkontinensia urin pada menggunakan metode ukur yang
lansia di Panti Wredha Dharma lebih baik, dan menambahkan
Bhakti Surakarta sebagian besar variable-variabel lain yang
adalah Inkontinensia sedang. berhubungan dengan tingkat
2. Tingkat depresi lansia di Panti depresi pada lansia.
Wredha Dharma Bhakti
Surakarta sebagian besar adalah
tidak ada gejala depresi DAFTAR PUSTAKA
(normal).
3. Terdapat hubungan antara Arikunto, S. (2010). Prosedur
inkontinensia urin dengan Penelitian : Suatu
depresi pada lansia di Panti Penodekatan Praktik. (Edisi
Wredha Dharma Bhakti Revisi). Jakarta : Rineka Cipta
Surakarta dan inkontinensia urin
Hubungan Antara Inkontinensia Urin Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda 13
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Aneesah Chesor)

Brown JS. 2006. Proceedings of the Diabetes in Post Menopause


National Institute of Diabetes Woman.
and Kidney Diseases
Kaplan H.I., Sadock B.J. and Grebb
international symposium on
J.A. (2010). Sinopsis Psikiatri :
epidemiologic issues in
Ilmu Pengetahuan Perilaku
urinary incontinence in
Psikiatri Klinis. Edisi 2:.Dr. I.
women. Am J Obstet
Made Wiguna S. Jakarta : Bina
Gynecol 188:S77^88. Bump
Rupa Aksara.
RC, Mattiasson a,
Kapplan, H.I dan Saddock, B.J..
Bustan M.N. (2007). Epidemiologi
(2007). Synopsis of Psychiatry
Penyakit Tidak Menular.
Behavioral Sciences and
Edisi2. Jakarta: Renika
Clinical Psychiatry. Philadelphia:
Cipta p 213.
Lippincot Williams and Willkins.
Cameron A, Joel J, Heidelbaugh &
Kozier, Erb, Berman dan Snyder.
Masahito Jimbo. (2013).
(2010). Fundamental
Diagnosis and office-based
Keperawatan. Konsep, Proses
treatoment of urinary
& Praktek, Edisi 7.
incontinence in adults.
Jakarta:EGC.
Therapeutic Advances in
Urology,181. Martin P.F. dan Frey R. J. (2005).
Urinary Incontinence for Olderly
Darmojo R.B. & Mariono H. (2004).
http://www.healthline.com. ( 30
Geriatri Ilmu Kesehatan Usia
Januari 2009).
Lanjut. Edisi3. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. Morton, P. G. (2011). Keperawatan
Kritis: Pendekatan Asuhan
Departemen Kesehatan Republik
Holistik (ed. 8). Jakarta: Buku
Indonesia. 2012. Riset
Kedokteran EGC.
Kesehatan Dasar Tahun 2012.
Jakarta: Depkes RI. Onat S, Unsal, S.D, Guzel, O &
Ucar, D. (2014). Relationship
Devrisa , N.F. 2010. Hubungan
Between Urinary Incontinence
Antara Inkontinensia Urin
and Quality of Life/Depression
dengan Derajat Depresi pada
in Elderly Patients. Clinical
Wanita Usia Lanjut. Publikasi
Gerontology & Geriatrics.86.
Penelitian. Surakarta: Fakultas
Kedokteran Universita Sebelas Reborn. (2008). Depresi , Diagnosis
Maret. Pasien Rawat Jalan Ketujuh
Tertinggi.
Gao, S., Jin, Y., Unversagt, F. W.,
http://www.forumsains.com (21
Liang, C., Hall, K., Ma, F., et al.
februari 2009 ).
(2009). Correlates of
Depressive Symptoms in Rural Riesza. (2008). Apakah Depresi itu
Elderly in Chinese. Int J Geriatry http://www.blogdokter.net. (30
Psychiatry. 24(12): 1358–1366. januari 2009 ).
Idrus M.F. (2007). Depresi Pada Santoso, H & Ismail, A. 2009.
Penyakit Pakison. Cermin Memahami Krisis Lanjut Usia:
Dunia Kedokteran No 156. Uraian Medisdan Pedagogis-
Pastoral. Jakarta: BPK Gunung
Jackson S.R, Delia S,Edward J.B,
Mulia.
Linn A & Stephan D. (2005).
Urinary Incontinence and
Hubungan Antara Inkontinensia Urin Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda 14
Dharma Bakti Pajang Surakarta (Aneesah Chesor)

Setiati S dan Pramantara I.D.P.


(2007). Inkontinensia Urin dan
Kandung Kemih Hiperaktif.
Dalam : Aru W. Sudoyo,
Bambang S., Idrus Alwi,
Marcellus S.K., Siti setiati. Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. Edisi 4.
Jakarta : FK UI. pp: 1392.
Stanley & Berae (2007). Buku Ajar
Keperawatan Gerontik. Edisi 2.
Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran. EGC
Stanley, Blair & Beare, 2005.
Gerontological Nursing:
Promoting Succesful Aging with
Older Adults. Philadelphia. F.A.
Davis Company.
Tamher S & Noorkasiani. (2009),
Kesehatan Usia Lanjut dengan
Pendeka-tan Asuhan
Keperawatan, Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.
Teunissen,D, Charis van Well &
Toine largo – Janssen. (2005).
Urinary Incontinence in Older
People Living in the Community.
British Journal of General
Practice. 776.
Zauszniewski, Jaclence A Wykle dan
May L.( 2006). Depression in
older adults New York: Springer
publishing company.

*Aneesah Chesor: Mahasiswa S1


Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
Tromol Post 1 Kartasura

**Supratman. SKM., M.Keps., Ph D.:


Dosen Kepera-watan FIK UMS. Jln
A Yani Tromol Post 1 Kartasura.
***Kartinah, S. Kep: Dosen
Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
Tromol Post 1 Kartasura

Anda mungkin juga menyukai