Anda di halaman 1dari 24

TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT BENCANA DAN MEDIS

A. Pengertian Trend
Trend adalah hak yanag sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa,
trend juga dapat didefenisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi
pada saat ini yang biasanya sedang populer dimasyarakat.
B. Pengertian Isu
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi terjadi
atau tidak terjadi pada masa mendatang. Isu adalah sesuatu yang sedang
dibicarakan oleh banyak orang namun masih belum jelas faktanya atau buktinya.
C. Pengertian Trend dan Isu dalam Keperawatan Kegawatdaruratan
Trend dan isu keperawatan adalah sesuatu yang sedang di bicarakan banyak
orang tentang praktek / mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta maupun
tidak.
Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di
berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik
kedaruratan sering di gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian
filosofi tentang keperawatan gawat darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun
yang di alami pasien atau keluarga harus di pertimbangkan sebagai kedaruratan
Pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikan pelayanan untuk
mengatasi kondisi kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan asuhan
keperawatan untuk mengatasi kecemasan pasien dan keluarga. Sistem pelayanan
bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis lainnya harus memiliki
kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan yang tinggi dalam
memberikan pertolongan kedaruratan kepeda pesien.

D. Pengertian Bencana Alam


Kejadian / peristiwa bencana yang diakibatkan oleh alam atau ulah manusia,
baik yang terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan,dapat menyebabkan
hilangnya jiwa manusia, trauma fisik dan psikis, kerusakan harta benda dan
lingkungan, yang mampu melampaui kemampuan sumberdaya masy.untuk
mengatasinya.
E. Klasifikasi Bencana Alam
Klasifikasi bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu:
1. Bencana alam geologis
Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam
bumi (gaya endogen). Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah
gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.
2. Bencana alam klimatologis
Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang disebabkan
oleh faktor angin dan hujan. Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir,
badai, banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami
hutan (bukan oleh manusia).
Gerakan tanah (longsor) termasuk juga bencana alam, walaupun
pemicu utamanya adalah faktor klimatologis (hujan), tetapi gejala awalnya
dimulai dari kondisi geologis (jenis dan karakteristik tanah serta batuan dan
sebagainya).
3. Bencana alam ekstra-terestrial
Bencana alam Ekstra-Terestrial adalah bencana alam yang terjadi di
luar angkasa, contoh: hantaman/impact meteor. Bila hantaman benda-benda
langit mengenai permukaan bumi maka akan menimbulkan bencana alam yang
dahsyat bagi penduduk bumi.

F. Macam-Macam Bencana Alam Di Sekitar Kita


1. Gempa Bumi
a. Pengertian
Gempa bumi adalah goncangan yang mengguncang suatu daerah mulai
dari yang tingkat rendah sampai tingkat tinggi yang membahayakan. Gempa
dengan skala tinggi dapat membuat luluhlantak apa-apa yang ada di permukaan
bumi. Rumah, gedung, menara, jalan, jembatan, taman, landmark, dan lain
sebagainya bisa hancur rata dengan tanah jika terkena gempa bumi yang besar.
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang
dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin
lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana
tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat
itulah gempa bumi akǍan terjadi.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan
tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan
lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam
kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam
mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma
di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan
terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga
terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti
Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi
karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa
pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir,
gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat
para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah.
Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga
seismisitas terinduksi
b. Mengantisipasi Gempa Bumi
Antisipasi yang harus dilakukan bagi masyarakat luas adalah apa dan
bagaimana cara menghadapi kejadian gempa, pada saat dan sesudah gempa
terjadi. Beberapa saran dalam menghadapi kejadian gempa adalah sebagai
berikut:
1) Sebelum terjadi gempa
- Mengetahui secara teliti jalan-jalan keluar masuk dalam keadaan
darurat di mana pun kita berada. Ingat gempa dapat terjadi sewaktu-
waktu.
- Meletakkan barang-barang yang berat di tempat yang stabil dan
tidak tergantung.
- Matikan segera lampu, kompor minyak atau gas serta listrik agar
terhindar dari bahaya kebakaran.
2) Saat terjadi gempa
 Jika berada di dalam ruangan: diamlah sejenak, jangan panik dan
segeralah keluar dari bangunan. Secepatnya mencari perlindungan di
bawah meja atau di dekat pintu. Jauhi tempat-tempat yang mungkin
mengakibatkan luka seperti kaca, pipa gas atau benda-benda
tergantung yang mungkin akan jatuh menimpa.
 Jika berada di luar rumah: tinggallah atau carilah tempat yang bebas
dari bangunan-bangunan, pohon atau dinding. Jangan memasuki
bangunan meskipun getaran gempa sudah berhenti karena tidak
mustahil runtuhan bangunan masih dapat terjadi.
 Jika berada di tengah keramaian: janganlah turut berdesak-desakan
mencari jalan keluar, meskipun orang-orang yang panik mempunyai
keinginan yang sama. Carilah tempat yang tidak akan kejatuhan
runtuhan.
 Jika berada dalam bangunan tinggi: secepatnya mencari
perlindungan di bawah meja dan jauhilah jendela atau dinding luar
bangunan. Tetaplah berada di lantai di mana kamu berada ketika
gempa terjadi, dan jangan gunakan elevator atau lift yang ada.
 Jika sedang mengendarai kendaraan: hentikan kendaraan kamu dan
tetaplah berada di dalam mobil dan pinggirkanlah mobil kamu.
Jangan berhenti di atas jembatan, atau di bawah jalan layang. Jika
gempa sudah berhenti, janganlah langsung melintasi jalan layang
atau jembatan yang membentang, sebelum dipastikan kondisinya
aman.
3) Setelah terjadi gempa
 Tetap menggunakan alas kaki untuk menghindari pecahan-pecahan
kaca atau bahan-bahan yang merusak kaki.
 Periksalah apakah kamu mendapat luka yang memerlukan perawatan
segera.
 Periksalah aliran/pipa gas yang ada apakah terjadi kebocoran. Jika
tercium bau gas usahakan segera menutup sumbernya dan jangan
sekali-kali menyalakan api dan merokok.
 Periksalah kerusakan yang mungkin terjadi pada bangunan kamu.
 Dengarkan informasi melalui televisi, radio, telepon yang biasanya
disiarkan oleh pemerintah, bila hal ini memungkinkan.
 Bersiaplah menghadapi kemungkinan terjadinya gempa-gempa
susulan. Dan berdoa agar terhindar dari bencana yang lebih parah.
2. Tsunami
a. Pengertian
Tsunami adalah ombak yang sangat besar yang menyapu daratan
akibat adanya gempa bumi di laut, tumbukan benda besar/cepat di laut,
angin ribut, dan lain sebagainya. Sunami sangat berbahaya karena bisa
menyapu bersih pemukiman warga dan menyeret segala isinya ke laut lepas
yang dalam. Tsunami yang besar bisa membunuh banyak manusia dan
makhluk hidup yang terkena dampak tsunami.
b. Penyebab terjadinya tsunami
 Skema terjadinya tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa
bumi,longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90%
tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah
beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika
meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar
laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan
terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi
gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut
di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai
ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya
akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak
daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami
hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai
pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi
penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap
masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai
beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.Gerakan vertikal
ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga
banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera
menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung
api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat
menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus
lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga
keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula
halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika
ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami
yang tingginya mencapai ratusan meter.
 Gempa yang menyebabkan tsunami :
 Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 – 30 km)
 Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala
Richter
 Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
c. Cara Mengantisipasi Tsunami :
Beberapa langkah dalam antisipasi dari bencana tsunami:
 Jika kamu sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera
berlari sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi. Jika
memungkinkan, berlarilah menuju bukit yang terdekat.
 Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah
ditentukan.
 Jika situasi tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan No.2,
carilah bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete
building), gunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling
atas (sedikitnya sampai ke lantai 3).
 Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan
kamu bebas dan tidak membawa apa-apa.
3. Kekeringan
a. Pengertian
Perlu dibedakan antara kekeringan (drought) dan kondisi kering
(aridity). Kekeringan adalah kesenjangan antara air yang tersedia dengan air
yang diperlukan, sedangkan ariditas (kondisi kering) diartikan sebagai
keadaan jumlah curah hujan sedikit.
Kekeringan (kemarau) dapat timbul karena gejala alam yang terjadi
di bumi ini. Kekeringan terjadi karena adanya pergantian musim. Pergantian
musim merupakan dampak dari iklim. Pergantian musim dibedakan oleh
banyaknya curah hujan. Pengetahuan tentang musim bermanfaat bagi para
petani untuk menentukan waktu tanam dan panen dari hasil pertanian. Pada
musim kemarau, sungai akan mengalami kekeringan. Pada saat
kekeringan,sungai dan waduk tidak dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya
sawah-sawah yang menggunakan sistem pengairan dari air hujan juga
mengalami kekeringan. Sawah yang kering tidak dapat menghasilkan panen.
Selain itu, pasokan air bersih juga berkurang. Air yang dibutuhkan sehari-
hari menjadi langka keberadaannya.Kekeringan pada suatu kawasan
merupakan suatu kondisi yang umumnya mengganggu keseimbangan
makhluk hidup.
Kondisi kekeringan dapat ditinjau dari berbagai segi, diantaranya:

 Kekeringan meteorologis (meteorological drought)


 Kekeringan pertanian (agricultural drought)
 Kekeringan hidrologis (hydrological drought)
 Kekeringan sosial – ekonomi (socio – economic drought)
 Beberapa cara untuk mengantisipasi kekeringan, diantaranya:
 Membuat waduk (dam) yang berfungsi sebagai
persediaan air di musim kemarau. Selain itu waduk
dapat mencegah terjadinya banjir pada musim hujan,
 Membuat hujan buatan untuk daerah-daerah yang sangat
kering,
 Reboisasi atau penghijauan kembali daerah-daerah yang
sudah gundul agar tanah lebih mudah menyerap air pada
musim penghujan dan sebagai penyimpanan cadangan
air pada musim kemarau,

G. Dampak Bencana Alam


Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah
atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan
dengan pernyataan: “bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan
ketidakberdayaan”. Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan
menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa
bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah “alam” juga
ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa
keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk
bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual,
sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban
umat manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard)
serta memiliki kerentanan/kerawanan(vulnerability) yang juga tinggi tidak akan
memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki
ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana
merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk
mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir.
Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah
penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang
cukup.
Bencana berarti juga terhambatnya laju pembangunan. Berbagai hasil
pembangunan ikut menjadi korban sehingga perlu adanya proses membangun
ulang. Kehidupan sehari-hari juga menjadi tersendat-sendat. Siswa yang hampir
menempuh ujian terpaksa berhenti bersekolah. Kenyataan seperti ini berarti pula
muncul kemungkinan kegagalan di masa mendatang. Pemenuhan kebutuhan
seharihari juga menjadi sulit padahal penggantinya juga tidak bisa diharapkan
segera ada.

H. Penanganan Bencana
Penyelenggaraan penanganan bencana sendiri terbagi menjadi tiga.
Ketiganya dibedakana karena membutuhkan penangana yang berbeda.
1) Prabencana
Penanggulangan bencana prabencana meliputi situasi tidak terjadi
bencana dan situasi terdapat potensi bencana. Dalam hal tidak terjadi
bencana pemerintah dapat melakukan perencanaan penanggulangan
bencana. Pemerintah secara geografis dapat menentukan wilayah rawan
bencana. Pemetaan terhadap wilayah yang rawan dan berpotensi
menimbulkan bencana ditujukan apabila terjadi bencana pemerintah dapat
mengambil tindakan sesuai prediksi. Kegiatan pencegahan juga dapat
dilakukan dengan mempersiapkan sarana atau teknologi tepat guna yang
dapat meminimalkan atau mencegah bencana. Pemerintah juga dapat
melakukan pendidikan seperti simulasi keadaan tsunami dahulu di Aceh
pascabencana.
Penanggulangan bencana dalam hal terdapat potensi bencana meliputi:
a. Kesiap siagaan
Dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian dan melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Upaya siap siaga dengan
mempersiapkan sarana dan prasarana untuk menghadapi bencana.
Uji coba dan simulasi keadaan bencana harus dilakukan agar
memberikan pengetahuan bagi warga mengenai proses evakuasi
serta tempat evakuasi. Alat teknologi canggih yang dapat
mendeteksi adanya bencana harus disiapkan. Contohnya mercusuar
yang dapat mendeteksi gelombang dan getaran pada permukaan
bumi di bawah laut.
b. Peringatan dini
Upaya pemberian peringatan sesegera mungkin kepada
masyarkat tentang potensi dan kemungkinan terjadinya bencana
pada suatu lokasi oleh badan yang berwenang. Upaya peringatan
dini diawali dengan kegiatan pemantauan bencana sevara intensif
oleh petugas atau badan yang telah ditunjuk pemerintah. Nantinya
hasil pengamatan tersebut akan dianalisis oleh para ahli dan
diputuskan mengenai penetapan status bencana. Nantinya informasi
tersebut akan disebarluaskan kepada khalayak ramai dan dijadikan
dasar dalam pengambilan tindakan oleh masyarakat.
c. Mitigasi bencana
Merupakan upaya mengurangi resiko bencana dengan
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi bencana. Kegiatan mitigasi dilakukan
dengan pelaksanaan tata ruang serta pembangunan infrastruktur.
Kegiatan pendidikan, penyuluhan, serta pelatihan juga merupakan
bagian dari upaya mitigasi.
2) Tanggap darurat
Keadan tanggap darurat merupakan keadaan dimana bencana benar-
benar terjadi pada saat itu. Ketika bencana terjadi segera dilakukan analisa
untuk mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan
bangunan, gangguan terhadap pelayanan umum dan pemerintahan, serta
kemampuan sumberdaya alam maupun sumber daya buatan.
Hal yang paling penting ketika terjadi bencana dalah proses
evakuasi atau penanganan bencana. Pada bencana alam kegiatan evakuasi
harus dilakukan agar menghindarkan jumlah korban jiwa yang banyak. Pada
bencana nonalam kesigapan badan khusus yang telah dibentuk harus
dioptimalkan.

3) Pasca bencana
Pasca bencana menjadi penting karena ini merupakan titik tolak
setelah terjadi bencana. Fungsi pemerintah pada dasarnya untuk
mengembalikan pada keadaan semula dan melakukan normalisasi fungsi
pemerintahan. Acap kali setelah terjadi bencana muncul berbagai kerugian
baik harta maupun jiwa. Korban bencana pun sering mengalami trauma
yang berkepanjangn akibat terjadinya suatu bencana. Kegiatan penanganan
pasca bencana meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi.
 Rehabilitasi
Kegiatan perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pasca bencana.
 Rekonstruksi
Pembangunan kembali semua sarana dan prasarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkatan
pemerintah maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial, budaya, tegaknya
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan di wilayah pasca bencana.

I. Evakuasi Korban Bencana


a. Pengertian
Pemindahan korban dari tempat kejadian ke tempat yang lebih aman
untuk mendapat penanganan lebih lanjut dimana sebelumnya pertolongan
pertama telah dilakukan
b. Prinsip dasar evakuasi
Dalam melakukan proses evakuasi terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan agar proses ini dapat berjalan dengan lancar dan tidak
menimbulkan masalah yang lebih jauh lagi. Prinsip – prinsip itu antara lain :
 Lokasi kejadian :
Tempat kejadian tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan lebih
lanjut sehingga tindakan evakuasi diperlukan agar korban dapat
diselamatkan dan tidak mengalami cidera yang lebih jauh lagi.
 Kondisi Korban
Dalam melakukan evakuasi, evaluasi terhadap kondisi korban yang
ditemukan harus diperhatikan agar proses evakuasi dapat berjalan dengan
lancar. Kondisi yang perlu untuk diperhatikan antara lain :
 Kondisi korban dapat bertambah parah ataupun dapat menyebabkan
kematian
 Kontrol ABC
 Tidak terdapat trauma tulang belakang ataupun cedera leher
 Jika terdapat patah tulang pada daerah yang lain maka hendaknya
dilakukan immobilisasi pada daerah tadi
 Angkat Tubuh korban bukan tangan/kaki (alat gerak)
 Jangan menambah parah kondisi korban
 Peralatan
Seyogyanya dalam melakukan suatu proses evakuasi penggunaan
peralatan yang memadai perlu diperhatikan. Hal ini penting karena dengan
adanya peralat yang memadai ini proses evakuasi dapat lebih dipermudah
dan cidera lebih lanjut yang mungkin terjadi pada korban dapat lebih
diperkecil kemungkinanannya. Penggunaan peralatan ini juga harus
disesuaikan dengan kondisi medan tempat korban ditemukan.
 Pengetahuan dan Keterampilan perorangan
Pengetahuan yang dimiliki dan kemampuan dari orang yang akan
melakukan proses evakuasi juga menjadi faktor penting karena dengan
pengetahuan dan keterampilan ini semua masalah yang dapat timbul selama
proses evakuasi dapat ditekan. Sebagai contoh, dengan keterampilan yang
ada seseorang dapat melakukan evakuasi dengan alat seadanya. Dalam
melakukan evakuasi, keselamatan penolong haruslah diutamakan.
c. Tahap – Tahap Evakuasi
Evakuasi adalah suatu proses dimana terdapat tahapan – tahapan di
dalamnya. Tahapan itu antara lain :
 Aktualisasi
 Telah Melalui tahapan initial assesment
 Penanganan awal korban saat ditemukan
 Mobilisasi
 Penggunaan teknik evakuasi yang sesuai
 Pemilihan jalur evakuasi
 Tempat tujuan evakusi
d. Teknik Evakuasi
Terdapat berbagai macam teknik dalam melakukan evakuasi dimana
tekniknya disesuaikan dan dikembangan menurut kondisi yang ada. Secara
umum, teknik dalam melakukan evakuasi dibagi sebagai berikut :
 Dengan alat
Dalam mengangkut korban dengan menggunakan tandu, biasanya 1
regu penolong terdiri dari enam sampai tujuh orang, dengan tugas masing-
masing:
 Pimpinan/ Komandan Regu : memberi komando, mengatur pembagian
kerja pada saat mengangkat berhadapan dengan wakil dan anggotanya,
tempat waktu mengusung : kanan depan tandu
 Wakil pimpinan regu : membantu pimpinan dan mengobati pasien,
waktu mengangkat : bagian bawah kaki, tempat mengusung : kiri depan
tandu.
 Anggota A : Mengobati dan membalut, waktu mengangkat : bagian
badan dan punggung, tempat waktu mengusung : kanan belakang
tandu.
 Anggota B : Membantu anggota C mengatur tandu dan membalut,
waktu mengangkat : bagian kepala dan dada, tempat waktu mengusung
: kiri belakang tandu.
 Anggota C : Mengatur tandu dan menyiapkan obat dan alat yang
digunakan, waktu mengangkat : mengumpulkan alat-alat P3K dan
barang milik pasien, memantau kondisi pasien selama proses evakuasi.
 Angggota D : Menjadi Pemandu atau pembuka jalur dan memeriksa
situasi dan kondisi jalur yang akan atau sedang dilewati, mencatat hal-
hal penting.
 Tanpa alat
 1 orang penolong
o Korban anak-anak
 Cradle (membopong)
Penolong jongkok atau melutut disamping anak/korban . Satu
lengan ditempatkan di bawah paha korban dan lengan lainnya
melingkari punggung. Korban dipegang dengan mantap dan
didekapkan ke tubuh, penolong berdiri dengan meluruskan
lutut dan pinggul. Tangan penolong harus kuat dalam
melakukan teknik ini.
 Pick a back (menggendong)
Digunakan untuk korban sadar .Penolong pertama
jongkok atau melutut perintahkan anak/korban untuk
meletakkan lengannya dengan longgar di atas pundak
penolong. Genggam masing-masing tungkai korban.
Berdiri dengan meluruskan lutut dan pinggul.

o Korban Dewasa
 Pick a back (menggendong)
Korban digendong dan berada dibelakang penolong dan igunakan
untuk korban sadar. Teknik ini sama seperti yang dilakukan pada
anak.
 Memapah (one rescuer assist)
Tindakan yang aman untuk korban yang adar dan dapat dengan
jalan memapahnya. Caranya dengan berdiri disampingnya pada
bagian yang sakit ( kecuali pada cederaekstremitas atas) dengan
melingkarkan tangan pada pinggang korban dan memegang
pakaiannya pada bagian pinggul dan lingkarkan tangan korban di
leher penolong dan memegangnya dengan tangan yang lain.
 Menyeret (One Rescuer Drags)

Dapat digunakan untuk korban yang sadar maupun tidak sadar, pada
jalan yang licin (aman dari benda yang membahayakan) seperti lantai
rumah, semak padang rumput, dlla. Caranya dengan mengangkangi
korban dengan wajah menghadap ke wajah korban dan tautkan
(ikatkan bila korban tidak sadar) kedua pergelangan korban dan
lingkarkan di leher. Merangkak secara perlahan-lahan.
Kontraindaksinya adalah patah atau cedera ekstemitas atas dan
pundak (scapula).
 Fireman Lift
Merupakan tindakan yang aman bagi korban baik dalam keadaan sadar
ataupun tidak sadar tetapi tidak terjadi fraktur pada ekstremitas atas atau
vertebra. Biasanya digunakan pada korban dengan berat badan ringan.

 Lebih dari 1 orang penolong


 Membopong
Teknik pengangkutan yang teraman dari semua teknik
yang ada baik bagi korban maupun penolong. Teknik ini
tidak dapat digunakan untuk korban yang tidak dapat
membengkokkan tulang belakang (cedera cervical) dan
cedera dinding dada. Caranya : penolong jongkok/melutut
di kedua sisi korban dengan pinggul menghadap korban.
Korban diangkat dalam posisi duduk dalam rangkain
tangan penolong dan instruksikan untuk meletakkan lengan-lengannya di
atas pundak para penolong, para penolong menggenggam tangan kuat-
kuat di bawah paha korban sedangkan tangan yang bebas digunakan
untuk menopang tubuh korban dan diletakkan di punggung korban.

 Memapah
Korban berada ditengah-tengah penolong dan cocok untuk
korban sadar maupun tidak sadar dan tidak mengalami cedera
leher

 Mengangkat
Cara paling aman untuk melakukan evakuasi pada korban yang tidak
sadar dan mengalami cidera multipel. Penolong lebih dari 2 orang
dimana tiga/dua penolong mengangkat badan dan salah seorang dari
anggota tim memfiksasi kepala korban. Pengangkatan ini dilakukan
secara sistematis dan terkoordinir untuk menghindari cidera yang
lainnya.
Evakuasi tanpa menggunakan tandu dilakukan untuk memindahkan
korban dalam jarak dekat atau menghindarkan korban dari bahaya yang
mengancam. Untuk evakuasi dengan jarak jauh seringan apapun cedera
korban usahakan untuk mengangkutnya dengan menggunakan tandu.
o Korban lebih dari satu
o On Stage Triage
Dalam keadaan ini korban dikelompokkan berdasarkan berat/ringannya
trauma yang diderita
Penggolongan korban trauma didasarkan pada kondisi ABC (airway,
breating, circulation)
o Penggolongan korban dibagi kedalam :
Merah : pasien dengan kondisi airway terganggu
Kuning : pasien dengan kondisi sirkulasi darah dan pernapasan
terganggu
Hijau : pasien yang mengalami luka ringan dan mampu untuk berjalan
Hitam : korban meninggal dunia
o Dalam keadaan darurat korban dengan kemungkinan hidup lebih tinggi
harus didahulukan
o Korban dengan luka lebih parah dan paling memungkinkan untuk
ditolong terlebih dahulu harus didahulukan
o Perhatikan adanya keadaan yang dapat memperparah keadaan korban

J. Sistem Pengelolaan ∕ Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (Spgdt)


SPGDT adalah suatu metode yang digunakan untuk penanganan korban
yang mengalami kegawatan dengan melibatkan semua unsur yang ada
a. Fase Pra RS
1) Komunikasi
 Dalam komunikasi hubungan yang sangat diperlukan adalah:
 Pusat komunikasi ambulan gawat darurat (119)
 Pusat komunikasi ke RS
 Pusat komunikasi polisi (110)
 Pusat komunikasi pemadam kebakaran (113)
 Untuk komunikasi fasilitas pager, radio, telepon, Hp
 Tugas pusat komunikasi adalah :
 Menerima permintaan tolong
 Mengirim ambulan terdekat
 Mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat darurat
 Memonitor kesiapan RS terutama unit gawat darurat dan ICU
2) Pendidikan
 Pada orang awam
Mereka adalah anggota pramuka, PMR, guru, IRT,
pengemudi, hansip, petugas hotel dan restaurant. Kemampuan yang
harus dimiliki orang awam adalah :
 Mengetahui cara minta tolong misalnya menghubungi EMS
(119)
 Mengetahui cara RJP (Resusitasi Jantung Paru)
 Mengetahui cara menghentikan perdarahan
 Mengetahui cara memasang balut atau bidai
 Mengetahui cara transportasi yang baik
 Pada orang awam khusus
Orang awam yang telah mendapatkan pengetahuan cara-cara
penanggulangan kasus gawat darurat sebelum korban dibawa ke RS ∕
ambulan datang.
Kemampuan yang harus dimiliki orang awam khusus adalah
paling sedikit seperti kemampuan orang awam dan ditambah
dengan:
 Mengetahui tanda-tanda persalinan
 Mengetahui penyakit pernafasan
 Mengetahui penyakit jantung
 Mengetahui penyakit persarafan
 Mengetahui penyakit anak
 Pada perawat
Harus mampu menanggulangi penderita gawat darurat dengan
gangguan :
 Sistem pernafasan
 Mengatasi obstruksi jalan nafas
 Membuka jalan nafas
 Memberi nafas buatan
 Melakukan RJP (CAB)
 Sistem sirkulasi
 Mengenal aritmia dan infark jantung
 Pertolongan pertama pada henti jantung
 Melakukan EKG
 Mengenal syok dan memberi pertolongan pertama
 Sistem vaskuler
 Menghentikan perdarahan
 Memasang infus atau transfuse
 Merawat infus
 Sistem saraf
 Mengenal koma dan memberikan pertolongan pertama
 Memberikan pertolongan pertama pada trauma kepala
 Sistem pencernaan
 Pertolongan pertama pada trauma abdomen dan pengenalan
tanda perdarahan intraabdomen
 Persiapan operasi segera (cito)
 Kumbah lambung pada pasien keracunan
 Sistem perkemihan
 Pertolongan pertama pada payah ginjal akut
 Pemasangan kateter
 Sistem integument atau toksikologi
 Pertolongan pertama pada luka bakar
 Pertolongan pertama pada gigitan binatang
 Sistem endokrin
 Pertolongan pertama pasien hipo atau hiperglikemia
 Pertolongan pertama pasien krisis tiroid
 Sistem musculoskeletal
 Mengenal patah tulang dan dislokasi
 Memasang bidai
 Mentransportasikan pasien ke RS
 Sistem penginderaan
 Pertolongan pertama pada pasien trauma mata atau telinga
 Melakukan irigasi mata dan telinga
 Pada anak
 Pertolongan pertama anak dengan kejang
 Pertolongan pertama anak dengan astma
 Pertolongan pertama anak dengan diare atau konstipasi
3) Transportasi
 Syarat transportasi penderita
 Penderita gawat darurat siap ditransportasikan bila
 Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah
ditanggulangi
 Perdarahan harus dihentikan
 Luka harus ditutup
 Patah tulang apakah memerlukan fiksasi
 Selama transportasi harus dimonitor
 Kesadaran
 Pernafasan
 Tekanan darah dan denyut nadi
 Daerah perlukaan
 Syarat kendaraan
 Penderita dapat terlentang
 Cukup luas untuk lebih dari 2 pasien dan petugas dapat
bergerak
 Cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri dan infus
lancer
 Dapat melakukan komunikasi ke sentral komunikasi dan
RS
 Identitas yang jelas sehingga mudah dibedaan dari
ambulan lain
 Syarat alat yang harus ada
 Resusitasi
 Oksigen
 Alat hisap
 Obat-obatan
 Infus
 Balut dan bidai
 Tandu
 EKG transmitter
 Inkubator
 Alat-alat persalinan
 Syarat personal
 Dua orang perawat yang dapat mengemudi
 Telah mendapat pendidikan tambahan gawat darurat
 Sebaiknya diasramakan agar mudah dihubungi
 Cara transportasi
o Tujuan memindahkan penderita dengan cepat tetapi
selamat
o Kendaraan penderita gawat darurat harus berjalan
hati-hati dan menaati peraturan lalu lintas
b. Fase RS
 Puskesmas
Ada puskesmas yang buka 24 jam dengan kemampuan :
o Resusitasi
o Menanggulangi fase gawat darurat baik medis maupun
pembedahan minor
o Dilengkapi dengan laboratorium untukk menunjang diagnostik
seperti pemeriksaan Hb, leukosit, gula darah
o Personal yang dibutuhkan 1 dokter umum dan 2-3 perawat dalam 1
shift
 IGD atau UGD
Berhasil atau gagalnya suatu IGD atau UGD tergantung pada :
o Keadaan penderita waktu tiba di IGD
 Mutu penanggulangan pra RS
 IGD harus aktif meningkatkan mutu penanggulangan pra RS
o Keadaan gedung IGD sebaiknya dirancang sedemikian rupa
sehingga
 Masyarakat mudah mencapainya
 Kegiatan mudah dikontrol
 Jarak jalan kaki didalam ruangan tidak jauh
 Tidak ada infeksi silang
 Dapat menanggulangi keadaan bencana
o Kualitas dan kuantitas alat-alat serta obat-obatan
 Untuk resusitasi
- Suction manual atau otomatis
- Oksigen
- Respirator manual atau otomatis
- Laringoskop
- Pipa endotracheal
- Pipa nasotracheal
- Oropharingeal tube
- Spuit dan jarum
- Cuff set
- EKG-monitor jantung (portable) dan defibrillator
- Infus atau transfuse set serta cairan dan darah
- Cairan Dextrose 50% ampul
- Morphin-Pethidin-Adrenalin
- Tandu dapat posisi trendelenburg atau anti trendelenburg,
terdapat gantungan infus dan pengikat
- Cricothyrotomy dan tracheaostomy set
- Gunting
- Jarum intra cardiac dll
 Untuk menstabilisasi penderita
- WSD set atau jarum fungsi
- Bidai segala ukuran
- Perban segala ukuran
- Sonde lambung
- Foley kateter segala ukuran
- Venaseksi set
- X-ray
- Perban untuk luka bakar
- Perikardiosentesis set
 Untuk diagnosa dan terapi
- Alat-alat periksa pengobatan mata
- Slit lamp
- THT set
- Traction kit
- Gips
- Obstetri ginekologi set
- Lab mini
- Bone set
- Pembedahan minor set
- Benang dan jarum segala ukuran
 Pembiayaan
- Asuransi Jasa Raharja
- ASKES pegawai negeri
- Jamsostek
- JKN
- JAMKESMAS
- Dana sehat
- Subsidi Pemerintah (Gakin)
DAFTAR PUSTAKA

Andrew H. Travers, Thomas D. Rea, Bentley J. Bobrow, Dana P. Edelson, Robert


A.Berg, Michael R. Sayre, Marc D. Berg, Leon Chameides, Robert E.
O'Connor and Robert A. Swor. 2010. CPR Overview. American Heart
Association. Volume 4

David Markenson, Jeffrey D. Ferguson, Leon Chameides, Pascal Cassan, Kin-Lai


Chung, Jonathan Epstein, Louis Gonzales, Rita Ann Herrington, Jeffrey L.
Pellegrino, Norda Ratcliff and Adam Singer. 2010. First Aid. American Heart
Association. Volume 17
Anonim. 2011. Keperawatan Gawat Darurat.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28926/4/Chapter%20II.pdf

Azzam, rohman. 2008. Keperawatan Gawat Darurat.


http://kegawatdaruratan.blogspot.co.id/

Isna, Wati. Tren dan Isu Keperawatan Gawat Darurat.


http://isna2464.blogspot.co.id/2014/05/trend-dan-isu-keperawatan-gawat-
darurat.html

Anda mungkin juga menyukai