Anda di halaman 1dari 4

PROPOSAL PENELITIAN

PERENCANAAN PANGAN DAN GIZI

ANALISIS SITUASI KONDISI GIZI PADA ANAK KOTA DAN DESA

OLEH :

SRI RATIA DEWI

D1C1 14 131

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017
I. ANALISIS SITUASI

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya


manuasia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM
dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan
sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan
dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih
sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif. Kekurangan gizi dapat
merusak bangsa.

II. PENETAPAN MASALAH

Masalah yang di hadapi yaitu :

Faktor yang Berpengaruh pada Status Gizi

1. Status gizi pada anak baru masuk sekolah

Akibat dari tingginya BBLR dan gizi kurang pada balita, berdampak juga pada
gangguan pertumbuhan pada anak usia baru masuk sekolah. Indonesia telah melaksanakan
pengukuran tinggi badan pada kelompok anak ini secara nasional pada tahun 1994 dan
1999. Tidak terlihat perubahan perbaikan gizi yang bermakna dari hasil pengukuran
tersebut. Pada tahun 1994, prevalensi gizi kurang menurut tinggi badan anak usia 6-9 tahun
(anak pendek) adalah 39,8% (lihat tabel 5). Pengukuran yang sama dilakukan pada tahun
1999, prevalensi ini hanya berkurang 3,7%, yaitu menjadi 36,1%. Terlihat juga prevalensi
pendek ini semakin meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, baik pada anak laki-laki
maupun perempuan.

2. Gizi Buruk

Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan
kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar
rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk
adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Gizi buruk
merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein
(KEP) dalam makanan sehari-hari. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah
salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.

3. Indikasi Gizi Buruk

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak adalah
berupa kondisi badan yang tampak kurus. Sedangkan gejalaklinis KEP berat/gizi buruk
secara garis besar bisa dibedakan menjadi tiga tipe: marasmus, kwashiorkor dan marasmic-
kwashiorkor.

III. ANALISIS PENYEBAB MASALAH

Analisis berikut menguraikan faktor yang erat kaitannya dengan perubahan status
gizi masyarkat, yaitu mulai dari ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, pola asuh,
penyakit infeksi/non-infeksi, kesehatan lingkungan, pendidikan, dan kemiskinan. Kerangka
konsep UNICEF seperti pada bagan 2 digunakan untuk mengkaji faktor penyebab masalah
gizi maupun kesehatan. Data yang digunakan pada umumnya dari data Kor Susenas 1995,
2000, 2002 dan 2003 dengan aggregat tingkat kabupaten, dan juga data HKI.
1. Ketahanan pangan tingkat rumah tangga
2. Morbiditas
3. Kebiasaan makan dan perilaku hidup sehat
4. Pola Asuh
5. Pendidikan
6. Kemiskinan

IV. PEMBUATAN TUJUAN

Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak


dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi
disamping merupakan sindrom kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan
pangan di tingkat rumah tangga dan juga menyangkut aspek pengetahuan serta perilaku
yang kurang mendukung pola hidup sehat. Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi
tingkat kesehatan dan umur harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam
penentuan keberhasilan pembangunan negara yang dikenal dengan istilah Human
Development Index (HDI).

Tujuan dari analisis adalah untuk mengetahui kecenderungan masalah gizi anak
anak serta determinan yang mempengaruhi masalah ini.

V. IMPLEMENTASI PROGRAM

Kondisi anak Kota-Desa berdasarkan survei ini berbeda. Anak di kota lebih baik
dibanding anak di desa. Figure 7 menunjukkan distribusi z-score tinggi badan menurut umur
pada anak usia 6-9 tahun baik di kota maupun di desa dan perubahannya dari tahun 1994
ke tahun 1999. Dapat disimpulkan bahwa anak Indonesia yang baru masuk sekolah
keadaan gizinya masih jauh dibandingkan dengan rujukan. Masih sekitar 30-40% anak
dikategorikan pendek. Jika dibandingkan antara tahun 1994 dan 1999, hanya sedikit sekali
peningkatan status gizi yang terjadi. Selain itu masih dijumpai sekitar 9-10% anak yang
dikategorikan sangat pendek.

VI. MONITORING DAN EVALUASI

Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro
dan kurang gizi mikro. Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein. Masalah gizi makro adalah
masalah gizi yang utamanya disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan
energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat
gizi mikro.

Data Susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang menurun dari 37,5 %
(1989) menjadi 24,6 % (2000). Namun kondisi tersebut tidak diikuti dengan penurunan
prevalensi gizi buruk bahkan prevalensi gizi buruk cenderung meningkat.

Berdasarkan data statistik kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun 2005 dari


241.973.879 penduduk Indonesia, enam persen atau sekira 14,5 juta orang menderita gizi
buruk. Penderita gizi buruk pada umumnya anak-anak di bawah usia lima tahun (balita).
VII. FISHBONE

Anda mungkin juga menyukai