Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP LANSIA
Seiring dengan bertambahnya usia, seseorang akan mengalami
kemunduran fisik, mental dan social. Semakin tua, sel dalam tubuh akan
menjadi lebih sedikit jumlahnya, mekanisme perbaikan sel menurun sehingga
menimbulkan kemunduran fungsi semua organ tubuh
Perubahan Anatomik Sistem Pernafasan
Yang mengalami perubahan adalah :
1. Dinding dada : tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang-tulang
rawan mengalami osifikasi, terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada.
Sudut epigastrik relatif mengecil dan volume rongga dada mengecil.
2. Otot-otot pernafasan : mengalami kelemahan akibat atrofi.
3. Saluran nafas : akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastis
cincin bronkus dan alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil.
Cincin-cincin tulang rawan bronkus mengalami perkapuran
(Widjayakusumah, 1992; Bahar, 1990).
4. Struktur jaringan parenkim paru : bronkiolus, duktus alveolaris dan
alveolus membesar secara progresif, terjadi emfisema senilis (Bahar,
1992). Struktur kolagen dan elastin dinding saluran nafas perifer
kualitasnya mengurang sehingga menyebabkan elastisitas jaringan
parenkim paru mengurang. Penurunan elastisitas jaringan parenkim paru
pada usia lanjut dapat karena menurunnya tegangan permukaan akibat
pengurangan daerah permukaan alveolus (Taylor et al, 1989; Levinzky,
1995; Bahar, 1990).
Perubahan-perubahan fisiologik sistem pulmonal
Perubahan fisiologik fungsi) pada sistem pernafasan yang terjadi antara lain :
1. Gerak pernafasan : adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun
volume rongga dada akan merubah mekanika pernafasan, amplitudo
pernafasan menjadi dangkal, timbul keluhan sesak nafas. Kelemahan otot
pernafasan menimbulkan menimbulkan penurunan kekuatan gerak nafas,
lebih–lebih apabila terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan
(Bahar, 1990)
2. Distribusi gas. Perubahan strukturanatomik salurannafas akan
menimbulkan penumpukan udara dalam alveolus (air trapping) ataupun
gangguan pendistribusian udara nafas dalam cabang-cabang bronkus.
3. Volume dan kapasitas paru menurun. Hal ini disebabkan karena beberapa
faktor: (1) kelemahan otot nafas, (2) elastisitas jaringan parenkim paru
menurun, (3) resistensi saluran nafas (menurun sedikit). Secara umum
dikatakan bahwa pada usia lanjut terjadi pengurangan ventilasi paru
(Bahar, 1990; Widjajahkusumah, 1992).
4. Gangguan transport gas.
Pada usia lanjut terjadi penurunan PaO2 secara bertahap, yang
penyebabnya terutama disebabkan oleh ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
(Mangunegoro, 1992). Selain itu diketahui bahwa pengambilan O2 oleh darah
dari alveoli (difusi) dan transport O2 ke oleh jaringan-jaringan berkurang,
terutama terjadi pada saat melakukan olah raga. Penurunan pengambilan O2
maksimal disebabkan antara lain karena : (1) berbagai perubahan pada
jaringan paru yang menghambat difusi gas, dan (2) karena berkurangnya
aliran darah ke paru akibat turunnya curah jantung (Widyakusumah, 1992).
Teori Penuaan Sistem Imun
Sistem imunitas tubuh memiliki fungsi yaitu membantu perbaikan DNA
manusia; mencegah infeksi yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan
organism lain; serta menghasilkan antibodi (sejenis protein yang disebut
imunoglobulin) untuk memerangi serangan bakteri dan virus asing ke dalam
tubuh. Tugas system imun adalah mencari dan merusak invader (penyerbu)
yang membahayakan tubuh manusia. Fungsi sistem imunitas tubuh
(immunocompetence) menurun sesuai umur. Kemampuan imunitas tubuh
melawan infeksi menurun termasuk kecepatan respons imun dengan
peningkatan usia. Hal ini bukan berarti manusia lebih sering terserang
penyakit, tetapi saat menginjak usia tua maka resiko kesakitan meningkat
seperti penyakit infeksi, kanker, kelainan autoimun, atau penyakit kronik. Hal
ini disebabkan oleh perjalanan alamiah penyakit yang berkembang secara
lambat dan gejala-gejalanya tidak terlihat sampai beberapa tahun kemudian.
Di samping itu, produksi imunoglobulin yang dihasilkan oleh tubuh
orang tua juga berkurang jumlahnya sehingga vaksinasi yang diberikan pada
kelompok lansia kurang efektif melawan penyakit. Masalah lain yang muncul
adalah tubuh orang tua kehilangan kemampuan untuk membedakan benda
asing yang masuk ke dalam tubuh atau memang benda itu bagian dari dalam
tubuhnya sendiri. Salah satu perubahan besar yang terjadi seiring
pertambahan usia adalah proses thymic involution 3. Thymus yang terletak di
atas jantung di belakang tulang dada adalah organ tempat sel T menjadi
matang. Sel T sangat penting sebagai limfosit untuk membunuh bakteri dan
membantu tipe sel lain dalam sistem imun. Seiring perjalanan usia, maka
banyak sel T atau limfosit T kehilangan fungsi dan kemampuannya melawan
penyakit. Volume jaringan timus kurang dari 5% daripada saat lahir. Saat itu
tubuh mengandung jumlah sel T yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya
(saat usia muda), dan juga tubuh kurang mampu mengontrol penyakit
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Jika hal ini terjadi, maka dapat
mengarah pada penyakit autoimun yaitu sistem imun tidak dapat
mengidentifikasi dan melawan kanker atau sel-sel jahat. Inilah alasan
mengapa resiko penyakit kanker meningkat sejalan dengan usia. Salah satu
komponen utama sistem kekebalan tubuh adalah sel T, suatu bentuk sel darah
putih (limfosit) yang berfungsi mencari jenis penyakit pathogen lalu
merusaknya. Limfosit dihasilkan oleh kelenjar limfe yang penting bagi tubuh
untuk menghasilkan antibody melawan infeksi. Secara umum, limfosit tidak
berubah banyak pada usia tua, tetapi konfigurasi limfosit dan reaksinya
melawan infeksi berkurang.
Manusia memiliki jumlah T sel yang banyak dalam tubuhnya, namun
seiring peningkatan usia maka jumlahnya akan berkurang yang ditunjukkan
dengan rentannya tubuh terhadap serangan penyakit. Kelompok lansia kurang
mampu menghasilkan limfosit untuk sistem imun. Sel perlawanan infeksi
yang dihasilkan kurang cepat bereaksi dan kurang efektif daripada sel yang
ditemukan pada kelompok dewasa muda. Ketika antibodi dihasilkan, durasi
respons kelompok lansia lebih singkat dan lebih sedikit sel yang dihasilkan.
Sistem imun kelompok dewasa muda termasuk limfosit dan sel lain bereaksi
lebih kuat dan cepat terhadap infeksi daripada kelompok dewasa tua. Di
samping itu, kelompok dewasa tua khususnya berusia di atas 70 tahun
cenderung menghasilkan autoantibodi yaitu antibodi yang melawan
antigennya sendiri dan mengarah pada penyakit autoimmune. Autoantibodi
adalah faktor penyebab rheumatoid arthritis dan atherosklerosis. Hilangnya
efektivitas sistem imun pada orang tua biasanya disebabkan oleh perubahan
kompartemen sel T yang terjadi sebagai hasil involusi timus untuk
menghasilkan interleukin 10 (IL-10). Perubahan substansial pada fungsional
dan fenotip profil sel T dilaporkan sesuai dengan peningkatan usia.

B. KONSEP MEDIS TUBERCULOSIS PADA LANSIA


1. Defenisi
TBC adalah penyakit yang menyebabkan kerusakan jaringan paru
sebagai akibat adanya reaksi terhadap bakteri micobakterium TBC
2. Etiologi
Etiologi penyakit ini adalah dari jenis mycobacterium tuberculosis.
Pada lansia ditemukan beberapa factor resiko infeksi bakteri tersebut,
diantaranya adalah:
a. Perubahan respirasi
b. Peningkatan complain dinding dada
c. Hilangnya recoil elastic alveoli
d. Hilangnya massa otot kelenjar
e. Degenerasi epitel dan kelenjar bronchi
f. Osteoporosis toraks, costae dan vertebra
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik TB yang biasanya ditemukan pada lansia berbeda
pada orang dewasa, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Demam, namun ini biasanya tidak selalu ditemukan yang
disebabkan oleh penurunan respon imun.
b. Batuk yang ditemukan kurang menonjol kadang-kadang yang
ditemukan adalah gejala sesak napas.
c. Maleise ( gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia (tidak
ada nafsu makan) badan makin kurus/BB menurun, sakit kepla,
meriang, nyeri otot, keringat malam, cepat lelah, panas pada sore
dan malam hari. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
4. Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi
terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli tempat
mereka berkumpul dan memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan
melalui system limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya
seperti, ginjal, tulang dan korteks serebri serta area paru lainnya.
System imun tubuh berespon dengan melakukan inflamasi. Fagosit
(neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit spesifik
tuberculosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal.
Reaksi dari ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli,
menyebabkan bronkopneumoni. Infeksi awal biasanya terjadi 2 – 10
minggu setelah pemajanan.
Massa jaringan baru, yang disebut granuloma yang merupakan
gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi
oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granuloma
diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa
fibrosa ini, disebut tuberkel ghon. Bahan (bakteri dan makrofag)
menjadi nekrotik, membentuk massa jaringan keju. Massa ini dapat
mengalami kalsifikasi, membentuk skarkolagenosa. Bakteri menjadi
dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami
penyakit aktif karena gangguan atau respon inadekuat dari respon
system imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang
dan aktifasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel ghon
memecah, melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronchi, bakteri
kemudian menjadi tersebar di udara mengakibatkan penyebaran
penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh,
membentuk jaringan parut. Paru yang infeksi menjadi lebuh
membengkak, mengakibatkan terjadinya bronchopneumonia lebih
lanjut. Pembentukan tuberkel dan selanjutnya. Kecuali proses
tersebut penyebarannya mengarah ke bawah ke hilung paru-paru dan
kemudian meluas ke lobus yang berdekatan. Proses mungkin
berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama ketika penyakit
dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktifitas
yangdiperbaharui. Hanya sekitr 10% individu yang awalnya
terinfeksi mengalami penyakit aktif.
5. Penularan TBC
Penularan TBC ditularkan melalui :
a. Aerogen
1. Langsung (bicara, bernyanyi, tertawa dan lain-lain)
2. Tidak langsung ( inhalasi droplet melalui udara kuman
TBC dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei
dalam udara lalu dihisap oleh orang yang rentan. (penularan cara
ini paling banyak)
b. Enteral ( anak minum susu sapi atau ASI ) yang terkontaminasi basil
TBC
c. Perkutan / mukosa
Faktor – faktor predisposisi penularan TBC
d. Mereka yang kontak dengan penderita TBC aktif
e. Individu imunosupresif ( lansia, pasien denmgan kanker, penderita
dengan terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi HIV )
f. Petugas kesehatan
g. Individu yang tinggal di daerah perumahan kumuh
h. Individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (DM,
GGK, malnutrisi, by pass gastrektomi)
6. Diagnostik test
Diagnostik TBC ditegakkan dengan :
a. Pemeriksaan laboratorium : BTA (+)
b. Kultur sputum (+) (sputum pagi hari selama 3 hari berturut-turut)
c. Rontgen dada : biasanya menimbulkan lesi pada lobus atau paru
d. Tes kulit tuberkulin (+) (tes mantoux)
e. Darah lengkap (LED meningkat, limfosit meningkat)
7. Pengobatan
a. Jangka panjang ( 12 bulan )
1) Tahap intensif ( selama 1 bulan tiap hari ) Yaitu :
Streptomisin 0,75 gr / hari
INH 400 mg / hari
Vit B6 10 mg / hari
2) Tahap intermitten ( 11 bulan 2 x seminggu ) Yaitu :
Streptomisin 0,75 gr / hari
INH 700 mg / hari
Vit B6 10 mg / hari
b. Jangka pendek ( 6 bulan )
1) Tahap intensif ( selama 2 bulan tiap hari )
Rifampiccin 450 mg
INH 400 mg
Ethambutol 1000 mg
Vit B6 10 mg
2) Tahap intermiten ( selama 4 bulan 2 x seminggu )
Rifampiccin 600 mg
INH 700 mg
Vit B6 10 mg
a. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan dan \Intervensi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai