Apakah Intoleransi Laktosa Itu2
Apakah Intoleransi Laktosa Itu2
Pendahuluan
Sejak dari masa bayi hingga dewasa dan usia lanjut, orang terbiasa
mengkonsumsi susu atau produk susu. Saat usia bayi sampai usia balita
adalah saat dimana konsumsi susu biasanya sangat diperlukan karena nilai gizi
yang dikandung susu.[2]Sebelum kita membahas lebih jauh tentang Intoleransi
Laktosa, alangkah baiknya jika kita memahami dulu komposisi susu dengan
cermat.
1
Komposisi Susu
1. Air
Susu mengandung air sebesar 87.90 %. Fungsinya sebagai pelarut
bahan kering.
2. Lemak
Besar kecilnya butiran lemak ditentukan oleh kadar air di dalamnya.
Makin banyak air makin besar globuler (butiran lemak dalam susu)
dan keadaan ini dikhawatirkan akan menjadi pecah. Bila globuler
pecah maka susu juga akan pecah. Dan susu yang pecah tidak dapat
dipisahkan lagi oleh krimnya, tidak dapat lagi dijadikan sebagai bahan
makanan. Dan akibatnya, susu akan menyerap bau di sekitar.Kadar
lemak dalam susu sangatlah berarti dalam penentuan nilai gizi susu
itu sendiri. Buckle et al., (1987) menyatakan kerusakan pada lemak
dapat terjadi merupakan sebab dari perkembangan cita rasa yang
menyimpang dalam produk-produk susu, seperti.[6]
a. Ketengikan, disebabkan karena hidrolisa dari gliserida dan
pelepasan asam lemak seperti butirat dan kaproat, yang punya bau
keras, khas dan tidak menyenangkan.
b. Tallowness yang disebabkan karena oksidasi asam lemak tak
jenuh.
c. Flavor teroksidasi yang disebabkan karena oksidasi fosfolipid.
d. Amis/bau seperti ikan yang disebabkan karena oksidasi dan
reaksi hidrolisa.
3. Protein
Protein rata-rata dalam susu sebesar 3.20%, terdiri dari 2.70% casein
(bahan keju), dan 0.50% albumen. Beberapa hari setelah induk sapi
melahirkan, kandungan albumin sangat tinggi pada susu dan akan
normal kembali setelah 7 hari.[5]
4. Laktosa
2
Kadar laktosa dalam susu dapat dirusak oleh beberapa jenis kuman
pembentuk asam susu. Pemberian laktosa pada susu dapat
menyebabkan mencret atau gangguan perut bagi orang yang tidak
tahan terhadap laktosa.[5]
5. Vitamin dan enzim
Bila susu dipanaskan, dipasteurisasi atau disterilisasi maka 10-30%
vitamin B1 akan hilang, dan vitamin C akan hilang sebesar 20-60%. [5]
Dalam komposisi susu dapat kita lihat adanya laktosa. Laktosa
merupakan karbohidrat jenis disakarida yang hanya dapat ditemukan dalam
susu.[6]
Manfaat Laktosa
Intoleransi Laktosa
3
ini bisa disebabkan oleh kurangnya atau tidak mampunya tubuh memproduksi
laktase, yaitu salah satu enzim pencernaan yang diproduksi oleh sel-sel di usus
kecil yang bertugas memecah gula susu menjadi bentuk yang lebih mudah
untuk diserap ke dalam tubuh. Kondisi ini disebut juga Defisiensi Laktase
(Lactase Deficiency).[4]
Defisiensi Laktase
4
Defisiensi Laktase Primer, merupakan kelainan kronis dan dapat
berkembang setelah masa penyapihan. Derajad intoleransi laktosa bergantung
pada beberapa faktor, antara lain keseimbangan dari level aktivitas laktosa
yang tersisa, jumlah laktosa yang dikonsumsi, adaptasi dari flora usus halus,
dan iritasi yang terjadi pada kolon.[6]
5
Manifestasi Klinis[1]
Enzim lain yang terdapat dalam brush border adalah sukrase, maltase,
dan glukoamilase. Laktase dijumpai pada bagian luar brush border dan di
antara semua disakaridase, lactase yang paling sedikit. Bila ada kerusakan
mukosa (serangan gastroenteritis), enzim lactase yang selalu mendapat
gangguan (defisiensi lactase sekunder) dan hal ini yang paling sering dijumpai.
Laktase akan kembali normal kalau mukosa usus mengalami penyembuhan,
tetapi memerlukan waktu lama.
Aktivitas lactase ini menurun secara nyata sejak umu 2-5 tahun (late
onset lactase deficiency) walau laktosa terus diberikan.Ini menandakan lactase
bukan enzim adaptif. Pada beberapa ras, terutama orang kulit putih di Eropa
Utara, beberapa suku nomaden di Afrika, aktivitas lactase pada manusia
dewasa tetap tinggi (persistence of lactase activity).
Bila ada defisiensi lactase, laktosa tidak akan didigesti akibatnya tidak
ada penyerapan oleh mukosa usus halus. Disakarida ini merupakan bahan
osmotic yang akan menarik air ke lumen. Jumlah air yang keluar sebanding
dengan jumlah laktosa yang tinggal di lumen usus. Penambahan volume lumen
usus akan menyebabkan rasa mual, muntah, dan peningkatan peristaltic.
6
Peristaltik usus yang meninggi menyebabkan waktu transit usus makin pendek
sehingga mengurangi kesempatan untuk digesti dan absorbsi. Laktosa dan
air/elektrolit yang tidak diserap meninggalkan usus halus sampai di kolon. Di
kolon laktosa ini akan difermentasi oleh flora normal menjadi gas (CO 2, H2, dan
CH4), asam lemak rantai pendek (butirat, propional, dan asetat) dan asam
laktat.
Lebih kurang 70% dari nutrisi kolon berasal dari intraluminal. Karena itu
secara fisiologis, dalam keadaan normal dijumpai malabsorbsi
laktosa/karbohidrat. Sedangkan penyerapan asam laktat oleh kolonosit
menyebabkan asidosis metabolic.
Air/eletrolit yang sampai di kolon dan hasil fermentasi tadi diserap oleh
kolonosit (colonic salvage). Bila colonic salvage dilewati, maka asam laktat
banyak dijumpai di tinja. Demikian juga bila air/elektrolit dan laktosa yang
sampai ke kolon melewati colonic salvage, maka akan menyebabkan kadar air
tinja meningkat (diare osmotik) dan bahan-bahan reduksi (laktosa) dijumpai
dalam tinja. Hal ini ditunjukkan pada gambar di bawah.
7
Gambar 1. Patogenesa Intoleransi Laktosa
8
Jumlah laktosa yang dimakan (dose dependent).
Gejala
9
laktosa. Penderita IBS cenderung mengalami kesulitan dalam mentoleransi
lemak. [2]
Sekitar dua pertiga bayi yang diberi air susu ibu (ASI) maupun susu
formula bayi, akan mengalami defisiensi lactase pada bulan-bulan awal
kelahirannya, tetapi hal ini tidak berbahaya. ASI mengandung sekitar 7%
laktosa. Jumlah laktosa dalam ASI tidak dipengaruhi oleh asupan makanan ibu
menyusui, artinya ibu menyusui tidak dapat mempengaruhi jumlah laktosa
dalam air susunya dengan mengurangi atau meniadakan makanan produk
olahan susu. Kelainan seperti gastroenteritis dapat menguraikan enzim lactase
pada usus halus sehingga bayi membutuhkan susu formula yang bebas laktosa
selama beberapa minggu sampai kadar enzim laktase mereka mengalami
pemulihan kembali. Sediaan enzim laktase dalam bentuk drop (obat tetes)
merupakan salah satu pilihan untuk mengatasi masalah ini, walaupun hal ini
tidak selalu dapat menolong. Pada sejumlah bayi yang dilahirkan tanpa enzim
lactase sama sekali, formula susu bayi bebas laktosa merupakan pilihan utama
untuk mengatasi keadaan yang terjadi. Intoleransi laktosa tidak atau jarang
10
sekali menyebabkan muntah pada bayi, kalaupun terjadi muntah, maka
kemungkinan lebih merupakan gejala alergi terhadap susu sapi. [2]
Metode Diagnosis
Menurut hasil tes dari Breath Hydrogen Analysist, bayi yang baru lahir
tidak dapat sepenuhnya menghidrolisis laktosa dalam ASI. Namun demikian,
perkembangan bayi tergantung pada ASI dan susu formula, yang keduanya
mengandung lactose.[6]
11
memetabolisme laktosa dan mengurangi keparahan gejala. Secara bertahap
meningkatkan asupan laktosa secara signifikan meningkatkan kemampuan
bakteri usus untuk mencerna laktosa. [9] Jelas terbukti bahwa usus besar (kolon)
manusia beradaptasi dengan paparan laktosa terus menerus, yang akhirnya
dapat mengurangi gejala.[6,9-12]
12
Bagi penderita intoleransi laktosa agar terhindar dari hal – hal yang tidak
diinginkan, penting untuk membaca label pangan dengan seksama pada
bagian daftar bahan pangan (ingredient) . Produk pangan perlu
dihindari / dibatasi jumlah yang dikonsumsi, jika mengandung bahan-
bahan seperti berikut ini misalnya padatan susu, padatan susu bebas
lemak, whey, gula susu.
b. Mengkonsumsi produk susu fermentasi
Seperti keju matang (mature atau ripened cheeses), mentega atau
yoghurt, karena umumnya jenis makanan ini ditoleransi lebih baik
dibanding susu.
c. Minum susu yang mengandung banyak lemak susu
Karena lemak dapat memperlambat transportasi susu dalam saluran
perncernakan sehingga dapat menyediakan waktu yang cukup untuk
enzim lactase memecah gula susu.
d. Hindari mengkonsumi susu rendah atau bebas lemak
Oleh karena akan susu lebih cepat ditransportasi dalam usus besar dan
cenderung menimbulkan gejala pada penderita intoleransi laktosa.
Disamping itu, beberapa produk susu rendah lemak juga mengandung
serbuk susu skim yang mengandung laktosa dalam dosis tinggi.
e. Jangan menghindari semua produk susu
Oleh karena nilai gizi susu pada dasarnya sangat dibutuhkan tubuh.
f. Mengkonsumsi susu dengan laktosa yang telah diuraikan (susu
bebas laktosa).
g. Minum susu dalam jumlah yang tidak terlalu banyak
Banyak penderita intoleransi laktosa dapat meminum 240 ml susu per
hari, tetapi perlu untuk mengamati/ seberapa besar tingkatan toleransi
tubuh sendiri terhadap laktosa. Banyak penderita toleran terhadap
sejumlah laktosa yang terdapat dalam setengah cangkir susu full cream,
tiga perempat cangkir es krim, tiga perempat cangkir yoghurt, dan tiga
perempat cangkir keju mentah (unripened cheeses).
h. Konsumsi produk susu yang diolah dengan proses pemanasan
(seperti susu bubuk)
13
Karena pada pemanasan, laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan
galaktosa, sehingga produk seperti ini akan ditoleransi lebih baik.
i. Konsumsi produk kedelai
Karena produk kedelai bebas laktosa dan merupakan sumber kalsium
yang bagus dan baik untuk menggantikan susu dan produk susu lainnya.
Selain dari susu dan olahannya (seperti keju dan mentega), laktosa juga
sering ditambahkan ke dalam berbagai produk jadi. Penderita intoleransi
laktosa sebaiknya mengetahui produk-produk makanan apa saja yang mungkin
mengandung laktosa, walaupun dalam jumlah yang sangat kecil. [4] Sebaiknya
penderita menghindari makanan-makanan yang mengandung laktosa
tersembunyi (hidden lactose) antara lain biskuit dan kue (yang mengandung
susu atau padatan susu), sereal olahan, saus keju, sop krim, puding, coklat
susu, pancakes dan pikelets, scrambled eggs, roti dan margarine (mengandung
susu).[2] Sup instant, minuman sarapan, dressing salad, permen, sediaan
suplemen, creamer untuk kopi dan whipped cream, dan bahan olahan instant
(mix), juga merupakan bahan makanan yang mengandung susu. [4]
Pembeli yang cermat hendaknya memperhatikan label makanan yang
dibeli dengan seksama, bukan hanya untuk kandungan 'susu' dan 'laktosa', tapi
juga untuk kandungan turunan susu seperti 'whey', 'curds', 'hasil sampingan
susu', 'serbuk susu', dan 'serbuk susu nonfat'. Jika di dalam label tercantum
kandungan-kandungan di atas, bisa dipastikan produk tersebut mengandung
laktosa. Sebagai informasi tambahan, saat ini laktosa juga masih digunakan
sebagai bahan pengisi obat.[4]
Jumlah kalsium dan laktosa dalam produk susu umum adalah sebagai
berikut.[13]
14
Seluruh susu (whole milk), 1 291 13,56
cangkir
Hal ini akan berbeda, bila intoleransi laktosa yang disebabkan oleh
defisiensi lactase sekunder (kerusakan mukosa misalnya oleh karena
gastroenteritis). Pada keadaan ini ASI tetap diberikan walau kadar laktosanya
lebih tinggi dari susu sapi. Sebab pastinya kenapa dapat ditoleransi belum
15
diketahui, walau banyak kemungkinan-kemungkinan yang menjelaskan. Karena
itu, ASI harus tetap diteruskan pada anak/bayi dengan diare.
Apa bedanya alergi susu sapi dan intoleransi laktosa, mengingat ciri
keduanya hampir sama, yakni diare bila mengonsumsi susu sapi. Menurut
penjelasan Prof.Dr.dr. Hananto W.Dipohadiningrat, Sp.A (k), penyebab alergi
susu sapi adalah protein dari susu sapi, sementara intoleransi laktosa karena
masalah enzim laktase manusianya.
Kejadian alergi susu sapi tidak langsung tampak setelah anak minum
susu. Setelah berkali-kali mengonsumsi susu sapi tak ada masalah, hingga
pada suatu waktu susu sapi membuat anak mengalami diare. Ciri lain alergi
susu muncul kemerahan atau rasa gatal di tubuh setelah minum susu sapi.
17
paling sering dialami balita terutama anak-anak di bawah usia satu tahun. Pada
dewasa juga ada ditemui namun sangat jarang karena alergi susu sapi
biasanya akan hilang sendiri seiring bertambahnya usia.
Bila pemberian susu yang sudah dihidrolisa ini tetap memicu alergi anak,
alternatifnya adalah susu extensive hydrolyzed (susu dimana proteinnya
dipecah lagi menjadi partikel yang lebih kecil lagi).
Jika masih alergi, mau tak mau anak harus mengonsumsi susu asam
amino (protein dibuat menjadi bagian yang paling kecil yang disebut asam
amino) yang harganya relatif mahal. Biasanya setelah anak diberi konsumsi
susu amino lama-lama dia bisa tahan terhadap susu sapi dan bisa
mengonsumsinya. Nah, untuk mengetahui lebih pasti apakah anak memang
benar-benar alergi susu sapi tentu saja harus dilakukan tes alergi.
Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
Laktosa adalah gula susu yang dipecah oleh enzim laktase, suatu enzim
pencernaan yang terdapat dalam usus halus. [2]
18
pangan dengan seksama, pembatasan jumlah susu yang dikonsumsi
dan pemilihan produk-produk susu. [2]
Diare dapat disebabkan intoleransi laktosa, tetapi diare ( dalam hal ini
gastroenteritis) juga dapat menyebabkan intoleransi laktosa. Karena itu,
pada penderita gastroenteritis disamping intoleransi laktosa harus
dipikirkan intoleransi terhadap bahan-bahan lain yang terdapat dalam
susu agar dapat diberikan diet yang sesuai.[1]
Walaupun kadar laktosa di ASI tinggi, ASI tetap diberikan pada penderita
gastroenteritis dengan intoleransi laktosa. [1]
Referensi
1
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15641/1/mkn-des2006-
%20(8).pdf (diunduh pada tanggal 21 Desember 2011)
2
http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin%20Info
%20POM/0108.pdf (diunduh pada tanggal 21 Desember 2011)
3
Pribila BA et al. Improved lactose digestion and intolerance among African-
American adolescent girls fed a dairy-rich diet. Am J Diet Assoc 2000;100:524-
528.
4
http://mediasehat.com/serba03.php (diunduh pada tanggal 21 Desember 2011)
5
http://library.usu.ac.id/download/fp/ternak-eniza2.pdf (diunduh pada tanggal 12
November 2011)
6
Miller GD et al. Lactose Intolerance. In: Handbook of Dairy Foods and
Nutrition. 2nd ed. Ch. 8:311-354. Boca Raton, Florida: CRC Press, Inc., 2000.
7
Suarez FL and Savaiano DA. Lactose digestion and tolerance in adult and
elderly Asian-Americans. Am J Clin Nutr 1994;59:1021-1024.
8
http://eprints.undip.ac.id/17773/1/Wisnu_Barlianto.pdf (diunduh pada tanggal 9
Desember 2011)
19
9
Hertzler SR and Savaiano DA. Colonic adaptation to the daily lactose feeding
in lactose maldigesters reduces lactose intolerance. Am J Clin Nutr
1996;64:1232-1236.
10
Hertzler SR et al. Fecal hydrogen production and consumption
measurements. Response to daily lactose ingestion by lactose maldigesters.
Dig Dis Sci 1997;42:348-353.
11
Johnson AO et al. Adaptation of lactose maldigesters to continued milk
intakes. Am J Clin Nutr 1993;58:879-881.
12
Briet R et al. Improved clinical tolerance to chronic lactose ingestion in
subjects with lactose intolerance: a placebo effect? Gut 1997;41:632-635.
13
http://www.dairynutrition.ca/scientific-evidence/lactose-intolerance-and-milk-
allergy/how-to-reduce-the-symptoms-of-lactose-intolerance.html (diunduh pada
tanggal 29 September 2011)
14
Iacono G, Carrocio A, Alongi A, et al. The steatocrit test a guide in the
prevention of cow`s milk protein enteropathy following acute infection enteritis. J
Pediatr Gastroenterol Nutr 1990; 11:48-52.
15
Fayad IM, Hashem M. Hussein A, Abouzikri M, Abuzikri M, Santosham M.
Comparison soy based formula with lactose and with sucrose in the treatment
of acute diarrhea in infant. Arch Pediatr Adolesc Med 1999; 153:675-80.
16
http://www.susukolostrum.com/berita-kesehatan/berita-kesehatan/beda-
intoleransi-laktosa-dan-alergi-susu-sapi.html (diunduh pada tanggal 21
Desember 2011)
20