Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebidanan Komunitas sebagai segala aktifitas yang dilakukan oleh bidan untuk
menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Pengertian kebidanan komunitas yang lain
menyebutkan upaya yang dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan Ibu
dan Anak balita di dalam keluarga dan masyarakat. Kebidanan komunitas adalah pelayanan
kebidanan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan kebidanan (Spradly, 1985; Logan dan Dawkin, 1987 dalam Syafrudin dan Hamidah,
2009 : 1).

POSYANDU Adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan kesehatan
masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak
dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara program Keluarga Berencana –
Kesehatan di tingkat desa.

Deteksi dini tumbuh kembang anak / balita adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra
sekolah. Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan vaksin
kepada anak sebelum anak terinfeksi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana asuhan bayi baru lahir di komunitas?

2. Bagaimana asuhan bayi dan balita di komunitas berkaitan dengan program pemerintah?

3. Bagaimana pelayanan kontrasepsi dan KB di masyarakat?

4. Bagaimana pelayanan lansia yang berkaitan dengan kespro di masyarakat?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asuhan Bayi Baru Lahir Di Komunitas

a. Standar tempat pelayanan

 Mempunyai lokasi tersendiri yang telah disetujui oleh pemerintah daerah setempat
(tata kota), tidak berbaur dengan kegiatan umum lainnya seperti pusat perbelanjaan,
tempat hiburan, sejenisnya.

 Tidak berdekatan dengan lokasi bentuk pelayanan sejenisnya dan juga agar sesuai
dengan fungsi sosialnya yang salah satu fungsinya adalah mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.

 Standar Tata Ruang

a. Setiap ruang periksa mempunyai luas 2×3 meter

b. Setiap bangunan pelayanan, minimal mempunyai ruang periksa, ruang


administrasi/kegiatan lain sesuai kebutuhan, ruang tunggu dan kamar mandi/ WC,
masing-masing 1 buah.

c. Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan.

d. Lebih bagus jika ada ruangan khusus rooming in / rawat gabung, dan ruang
laktasi.

b. Standar Peralatan

Peralatan Tidak Steril

2
1. Stetoskop
2. Timbangan bayi
3. Pengukur panjang bayi
4. Termometer
5. Oksigen dalam regulator
6. Penghisap lender
7. Ambubag (bayi)
8. Lampu sorot
9. Penghitung Nadi
10. Sterilisator
11. Bak Instrumen dan tutup
12. Metlin (lila)
13. Sarung tangan
14. Celemek
15. Masker
16. Sarung kaki plastic (penolong)
17. Pengaman mata
18. Tempat kain kotor
19. Tempat sampah
20. Tempat plasenta
21. Gunting (biasa,perban)
22. Suction
23. Handuk

Peralatan steril

1. Klem
2. ½ Kocher
3. Korentang
4. Penghisap lender
5. Handscon
6. Gunting tali pusat
7. Gunting benang
8. Benang dan jarum
9. Duk steril
10. Pinset (anatomis,ciruge)
11. Pengikat tali pusat
12. Kapas
13. Kain kasa
14. Plester

3
c. Standar Pelayanan pada bayi dan balita menurut program pemerintah

 Pelayanan Pada Bayi

Pengertian Bayi

Menurut Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan pembagian
masa neonatal, yaitu usia 0 – 28 hari. Masa neonatal dini yaitu usia 0 – 7 hari Masa neonatal
lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari. Masa pasca neonatal yaitu usia 29 hari – 1 tahun.Bayi
merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun, namun tidak ada batasan yang
pasti. Pada masa ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap
kematian. Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal (kematian di 27 hari
pertama hidup), dan post-natal (setelah 27 hari).

 Pengertian Pelayanan Pada Bayi

4
Pengertian pelayanan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pelayanan adalah menolong
menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain seperti tamu atau pembeli.

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart yang di berikan oleh
tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 12
bulan setelah bayi lahir.

d. Jadwal Kunjungan Bayi

Pelaksanaan kunjungan neonatus dan bayi baru lahir:

1. Kunjungan I

Dilakukan pada 6 jam pertama setelah persalinan.

1. Menjaga agar bayi tetap hangat dan kering.

2. Menilai penampilan bayi secara umum yaitu bagaimana penampakan bayi secara
keseluruhan dan bagaimana ia bersuara yang dapat menggambarkan keadaan
kesehatannya.

3. Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan penting untuk diawasi selama 6
jam pertama.

4. Memeriksa adanya cairan atau bau busuk pada tali pusat, menjaga tali pusat agar tetap
bersih dan kering.

5. Pemberian ASI awal.

2. Kunjungan II

Pada hari ke-3 setelah persalinan.

1. Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi

2. Menanyakan bagaimana bayi menyusui.

3. Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus)

4. Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah baunya busuk

5
3. Kunjungan III

Pada minggu ke-2 setelah persalinan.

1. Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu pasca salin

2. Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup

3. Bayi harus mendapatkan imunisasi BCG untuk mencegah tuberculosis, vaksin polio I
secara oral, vaksin hepatitis B

4. Kunjungan IV

Pada 6 minggu setelah kelahiran.

1. Memastikan bahwa laktasi berjalan baik dan berat badan bayi meningkat

2. Melihat hubungan antara ibu dan bayi.

3. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu untuk penimbangan dan


imunisasi.

Tujuan Kunjungan Bayi

1. Untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar.

2. Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat
pertolongan

3. Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan


pertumbuhan,imunisasi,serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh
kembang.

Tujuan Bidan Memberikan Kunjungan:

1. Mengidentifikasi gejala penyakit.

6
2. Menawarkan tindakan skrining metabolik.

3. Memberikan KIE kepada orang tua.

4. Mengkaji riwayat atau masalah pada pemenuhan nutrisi bayi, perhatian, usaha
menangis, BAB, BAK dll.

5. Melakukan pemriksaan fisik, memberikan penyuluhan dan anticipatory guidance


pada orang tua.

6. Membuat kunjungan dalam 6-8 minggu untuk imunisasi dan check-up serta harus
melakukan pengkajian fisik kembali jika ditemukan kondisi emergency yang
memerluakan perawatan dari dokter spesialis anak

 Pelayanan Pada Balita

Pengertian Balita

Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia dimulai
dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60
bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.

Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5
tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan
sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan
periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di
masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan
tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.

Pengertian pelayanan pada Balita

Pelayanan pada balita adalah pelayanan yang diberikan pada balita sehat dan sakit yang
sesuai diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan standar.

Jadwal kunjungan pada balita

 Anak berumur sampai 5 bulan diperiksa setiap bulan

 pemeriksaan dilakukan setiap 2 bulan sampai anak berumur 12 bulan

7
 Pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sampai anak berumur 24 bulan

 Permeriksaan dilakukan satu kali dalam satu tahun

Kegiatan yang dilakukan pada kunjungan balita

 Pemeriksaan fisik anak dilakukan termasuk penimbangan berat badan

 Penyuluhan atau nasihat pada ibu tentang pemeliharaan kesehatan anak dan perbaikan
gizi serta hubungan psikososial antar anak, ibu, dan keluarga. Ibu diminte memperhatikan
tumbuh kembang anak, pola makan, dan tidur serta perkembangan perilaku sosial anak

 Penjelasan tentang keluarga berencana untuk mengatur jarak kehamilan

2.2 Asuhan Kesehatan Bayi Dan Balita Di Komunitas Berkaitan Dengan Program
Pemerintah

a. Pelayanan kesehatan pada bayi


Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh
tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11
bulan setelah lahir.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:


1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari-2 bulan
2. Kunjungan bayi satu kali pada umue 3-5 bulan
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6-8
4. Kunjungan bay isatu kali pada umur 9-11 bulan

Pelayanan kesehatan kepada bayi meliputi:


Asuhan bayi baru lahir Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan
Persalinan Normal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhanbayi baru lahir dapat
dilaksanakan oleh dokter, bidan atau perawat.Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir dilaksanakan
dalam ruangan yangsama dengan ibunya atau rawat gabung (ibu dan bayi dirawat dalam
satukamar, bayi berada dalam jangkauan ibu selama 24 jam). Asuhan bayi baru lahir meliputi:

8
1. Pelayanan neonatal esensial dan tatalaksana neonatal meliputi:
a) Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman
b) Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini
c) Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan

d) Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan


Inisiasi menyusui dini ( IMD ) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan
dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri. Inisiasi menyusui dini (IMD )
akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI ekslusif. Pemerintah
Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi
menyusui dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena IMD dapat
menyelamatkan 22 % dari bayi yang meninggal sebelum usia 1 bulan. Program ini
dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya dan
membiarkan bayi mencari untuk menemukan putting susu ibun untuk menyusu. IMD harus
dilaksanakan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dangan kegiatan menimbang atau
mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan hanya dikeringkan kecuali tangannya.
Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.
Menyusui 1 jam pertama kehidupan yang di awali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi
dinyatakan sebagai indicator global dan Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan
merupakan program pemerintah khususnya Departemen Kesehatan RI.
e) Melakukan penilaian terhadap bayi baru lahir
 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
 Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
 Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera
lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

f) Membebaskan Jalan Nafas nafas Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan
menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong
segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
 Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
 Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus
dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
 Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kassa steril.
 Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain
kering dan kasar.
 Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung
oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
 Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung

9
 Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)
 Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus
diperhatikan.
g) Merawat tali pusat
Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem
plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
 Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klonin
0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
 Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
 Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan
kering.
 Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang
disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau
steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu.
 Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat
dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi
yang berlawanan.
 Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5%
 Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala
bayi tertutup dengan baik..(Dep. Kes. RI, 2002)

h) Pencegahan Kehilangan Panas


Mekanisme kehilangan panas
 Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri
karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
 Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih
rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas
benda – benda tersebut
 Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/
ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui
ventilasi, atau pendingin ruangan.
 Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda yang
mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda – benda
tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung)

10
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :
 Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil
untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
 Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau
kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)
 Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan
cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
 Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1) jam
pertama kelahiran
 Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut
bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat
berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya
dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir.

i) Pencegahan Infeksi

 Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
 Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
 Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting,
penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau
steril.
 Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi,
sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur,
termometer, stetoskop.
 Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru
lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3
hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg
IM.

11
 Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu
diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata
eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5
jam setelah bayi lahir. Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat
dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat

j) Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir


Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk
memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.Pengkajian ini
dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap
kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan.
Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda
apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir
 Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
 Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
 Pastikan pencahayaan baik
 Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika
bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti
kembali dengan cepat
 Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh

k) Imunisasi BCG, hepatitis B dan polio oral

2. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada 0 – 28 hari (kunjungan
neonatus)
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau
memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk
mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan dan pelayanan kepada neonatus (0-28 hari). Dalam pelayanan kesehatan neonatus,
petugas selain melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga memberikan konseling perawatan
bayi kepada ibu.

3. Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI eksklusif untuk bayi dibawah 6 bulan dan
makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi diatas 6 bulan;
Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui, dengan cara
memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan, melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD)
pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI ekslusif setelahnya.

12
4. Pemantauan tumbuh kembang bayi untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang
anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang bayi
Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang mencakup
a. Aspek Pertumbuhan:
1) Timbang berat badannya (BB)
2) Ukur tinggi badan (TB) dan lingkar kepalanya (LK)
3) Lihat garis pertambahan BB, TB dan LK pada grafik

b. Aspek Perkembangan:
1) Tanyakan perkembangan anak dengan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
2) Tanyakan daya pendengarannya dengan TDD (Tes Daya Dengar)
3) tanyakan daya penglihatannya dengan TDL (Tes Daya Lihat)

c. Aspek Mental Emosional:


1) KMEE (Kuesioner Masalah Mental Emosional)
2) CHAT (Check List for Autism in Toddles = Cek Lis Deteksi Dini Autis)
3) GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

5. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai
dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan keperluan segera merujuk pada dokter.
Diantaranya bisa dengan:
a. Manajemen Terpadu Bayi Sakit (MTBS):
1) melakukan kunjungan neonatal oleh bidan desa/kelurahan
2) upaya pemeriksaan kesehatan terpadu pada bayi muda dan balita

b. Pelayanan Pengobatan
1) pemeriksaan kejadian kesakitan (morbiditas)
2) perawatan kesehatan dan penanganan medis

Pemberian dosis obat pada bayi sering kali berbeda, mengingat anak masih dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan. Pada anak yang lahir premature , penetapan dosis yang
diberikan sangat sulit karna fungsi organ belum berfungsi sempurna sehingga proses
absorbs,distribusi, metabolism dan eksresi tidak maksimal yang kadang menimbulkan
efeksamping yang lebih besar dibandingkan efek terapinya. Pada prinsipnya dosis ditentukan
dengan dua standar, yakni berdasarkan dengan luas permukaan rubuh dan berat badan.

b. Pelayanan kesehatan pada balita


Beberapa faktor yang sangat erat hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan
Balita, yaitu:

13
1. Keluarga Berencana
Dalam mempersiapkan anak yang berkualitas, maka sejak dari mulai terjadi pembuatan sampai
dianya menjadi dewasa haruslah dilakukan pemeliharaan dan penjagaan yang seksama agar
tumbuh kembang anak tersebut tidak mengalami kegagalan.
Faktor anak selama dalam kandungan akan sangat mempengaruhi dalam proses tumbuh
kembang anak dikemudian hari. Sebagai contoh dari seorang ibu yang sehat dan memelihara
kandungannya secara seksama, berarti ibu tersebut telah mempersiapkan sejak awal suatu
keturunan yang dapat diharapkan sebagai generasi penerus yang berkualitas. Hal ini secara
umum tidak akan sama bila sang Ibu sejak dini tidak terlibat dalam mempersiapkannya. Keikut
sertaan ibu dalam keluarga berencana, sehingga proses persalinan yang ideal dapat dipenuhi dan
ini akan sangat membantu kesehatan ibu dan anak yang akan dilahirkannya. Sebagai contoh
seorang ibu hendaklah jangan melahirkan terlalu dini, ataupun terlalu lambat, begitu juga
sebaiknya seorang ibu janganlah melahirkan terlalu sering dan janganlah mempunyai anak
terlalu banyak.

2. Pemberian Kebutuhan Nutrisi Yang Baik Pada Anak


Dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik seorang anak, pemberian makanan yang bergizi
mutlak sangat diperlukan. Anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya mempunyai
beberapa fase yang sesuai dengan umur si anak, yaitu fase pertumbuhan cepat dan fase
pertumbuhan lambat. Bila kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka akan terjadi gangguan gizi
pada anak tersebut yang mempunyai dampak dibelakang hari baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak tersebut maupun gangguan intelegensia.
Untuk Tumbuh Kembang Anak Pesan Utamanya Adalah:

 Asi saja (ASI ekslusif) adalah makanan terbaik bagi kehidupan bayi 4-6 bulan pertama
kehidupan.
 Pasca umur 4-6 bulan, bayi memerlukan makanan lain disamping ASI
 Anak dibawah 3 tahun membutuhkan 5-6 kali sehari
 Anak dibawah 3 tahun membutuhkan sejumlah/sedikit lemak atau minyak ditambahkan
dalam makanannya sehari-hari.
 Semua anak membutuhkan makanan kaya Vitamin A
 Sesudah sakit, anak membutuhkan extra meals untuk mengejar (catch up) kehilangan
pertumbuhan selama sakit

3. Pemberian Kapsul Vitamin A


Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh
yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat dengan baik ) dan untuk kesehatan

14
tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya
campak, diare dan infeksi lain.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak
mengalami kekurangan terhadap Vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A
dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun. (Depkes RI,
2007).
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :

 Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia 6-11 bulan satu kali
dalam satu tahun
 Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ). Hal ini dapat terjadi
karena serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan
pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening ( kornea mata ).
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh Departemen
Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-anak balita diberikan
vitamin A secara gratis dengan target pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian
diharapkan balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari
keluarga menengah kebawah.

4. Pencegahan Muntah Dan Menceret


Penyakit ini paling sering menyerang Balita. Muntah menceret pada bayi dan anak dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

 Infeksi pada saluran cerna sendiri


 Intoleransi terhadap makanan yang diberikan dan
 Infeksi lainnya diluar saluran cerna.

Pada saat ini penanganan muntah menceret haruslah dilaksanakan sesegera mungkin, yaitu
dimulai pemberian terapi sejak dari rumah. (therapy begin at home), seperti pemberian oralit,
tablet zinc, dll.

5. Pencegahan Infeksi Saluran Nafas Akut


Penyakit ini merupakan penyakit yang tersering dijumpai pada anak Balita, baik yang hanya
berupa untuk pilek biasa sampai dengan adanya infeksi pada saluran nafas bawah, yaitu infeksi
yang mengenai paru-paru.
6. Vaksinasi Atau Imunisasi

15
Pada saat sekarang ini vaksin yang dapat digunakan dalam pencegahan penyakit telah banyak
beredar di Indonesia, dan hasil daya lindung yang ditimbulkannya juga telah terbukti
bermanfaat.imunisasi wajib diantaranya:
a. BCG :
Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit tuberkulosis. Pada anak yang telah mendapat
vaksinasi BCG diharapkan dianya kan terhindar dari penyakit tuberkulosis, ataupun kalau
terinfeksi bentuknya adalah ringan, tidak menimbulkan infeksi yang berat seperti tuberkulosis
otak, tulang ataupun melibatkan organ tubuh yang lain.
b. Polio Oral Vaksin:
Mengandung tiga macam virus hidup yang telah dilemahkan, yang dapat digunakan dalam
memberikan daya lindung terbadap kelumpuhan dan kematian
c. Vaksin Hepatitis B :
Pemberian vaksin ini sangat bermanfaat untuk memberikan perlindungan agar tidak terjadi
penyakit hati yang kronis, yang rasa berlanjut dengan terjadi karsinoma hati.
d. Vaksin campak:
Memberi kekebalan terhadap penyakit campak
e. DPT:
memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri pertusis dan tetanus

7. Posyandu
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup :
1) Penimbangan berat badan
2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan
4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi
dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas

c. Pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita/ deteksi dini


1. Pemantauan tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah/ deteksi dini

16
Deteksi dini tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah adalah kegiatan
pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita
dan anak prasekolah.
Ada tiga jenis deteksi dini tubuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan
di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa:
1) Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan,meliputi:
 Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB)
 Pengukuran lingkar kepala
2) Deteksi dini penyimpangan perkembangan, meliputi:
 Skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan kuesioner pra skrining
perkembangan (KPSP)
 Tes daya dengar
 Tes daya lihat
3) Deteksi dini penyimpangan mental omosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan / pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya masalah mental emosional, autism dan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan
intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui, maka intervensinya
akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

d. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan tubuhkebal terhadap infasi
mikroorganisme (bakteri dan virus). Yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme
tersebut memiliki kesempatan untuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi tubuh kita akan
terlindungi dariinfeksi begitu pula orang lain. Karena tidak tertular dari kita

 Tujuan Imunisasi

Tujuan dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderitaan suatu penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit
yang dapat dihindari denganimunisasi yaitu:
1. Hepatitis.
2. Campak.
3. Polio.
4. Difteri.
5. Tetanus.
6. Batuk Rejan.
7. Gondongan
8. Cacar air
9. TBC

17
 Macam-Macam Imunisasi

Imunisasi Aktif.
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yangsecara aktif membentuk zat
antibodi, contohnya: imunisasi polio ataucampak . Imunisasi aktif juga dapat di bagi 2 macam:
1. Imunisasi aktif alamiahAdalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di peroleh sembuhdari
suatu penyakit.
2. Imunisasi aktif buatanAdalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang diberikan untuk
mendapatkan perlindungan dari sutu penyakit.

Imunisasi Pasif
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalantubuhnya di dapat dari
luar.Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanusSerum).Pada orang yang mengalami luka kecelakaan.
Contah lain adalah:Terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerimaberbagi jenis
antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masakandungan.misalnya antibodi terhadap
campak. Imunisasi pasif ini dibagi yaitu:
1. Imunisai pasif alamiah Adalah antibodi yang didapat seorang karena di turunkan olehibu yang
merupakan orang tua kandung langsung ketika beradadalam kandungan.
2. Imunisasi pasif buatan Adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan serumuntuk
mencegah penyakit tertentu

 jenis-Jenis Imunisasi
1. Imunisai BCG adalah prosuder memasukkan vaksin BCG yang bertujuanmemberi kekebalan
tubuh terhadap kuman mycobakterium tuberculosisdengan cara menghambat penyebaran kuman.
2. Imunisasi hepatitis B adalah tindakan imunisasi dengan pemberianvaksin hepatitis B ke tubuh
bertujuan memberi kekebalan dari penyakithepatitis.
3. Imunisasi polio adalah tindakan memberi vaksin poli (dalam bentuk oral) atau dikenal dengan
nama oral polio vaccine (OPV) bertujuan memberikekebalan dari penyakit
poliomelitis.Imunisasi dapat di berikan empatkali dengan 4-6 minggu.

4. Imunisasi DPT adalah merupakan tindakan imunisasi dengan memberivaksin DPT (difteri
pertusis tetanus) /DT (difteri tetanus) pada anak yang bertujuan memberi kekebalan dari
kuman penyakit difteri,pertusis,dantetanus. Pemberian vaksin pertama pada usia 2 bulan dan
berikutnya dengan interval 4-6 minggu.

5. Imunisasi campak adalah tindakan imunisasi dengan memberi vaksin campak pada anak yang
bertujuan memberi kekebalan dari penyakit campak. Imunisasi dapat di berikan pada usia 9

18
bulan secara subkutan,kemudian ulang dapat diberikan dalam waktu interval 6 bulanatau lebih
setelah suntikan pertama . ( Asuhanneonatus bayi dan balita :98-101)

2.3 Pelayanan Kontrasepsi


Pelayanan kontrasepsi mempunyai dua tujuan, yaitu :
A. Tujuan Umum
Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB, yaitu dihayatinya NKKBS.
B. Tujuan Pokok
Penurunan angka kelahiran yang bermakna. Guna mencapai tujuan tersebut, maka ditempuh
kebijaksanaan mengkatagorikan 3 fase untuk mencapai sasaran yaitu :

a. Fase menunda perkawinan atau kesuburan


Maksud kebijakan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia
muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua. Fase menunda atau
mencegah kehamilan bagi PUS dengan usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda
kehamilannya. Alasan menunda/mencegah kehamilan :
1. Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena
berbagai alasan.
2. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral karena peserta masih muda.
3. Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda masih tinggi
frekuensi bersenggamanya, sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.
4. Penggunaan IUD-Mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan,
terlebih bagi calon peserta dengan kontra-indikasi terhadap pil oral.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan;


1. Revesibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin hampir 100%,
karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.

19
2. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan
dengan resiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program.

b. Fase menjarangkan kehamilan


Periode usia istri antara 20-30 atau 35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk
melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Ini dikenal
sebagai catur warga. Alasan menjarangkan kehamilan :
1. Umur antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan
melahirkan.
2. Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD sebagai pilihan
utama.
3. Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi. Namun disini tidak atau kurang
berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia mengandung dan melahirkan yang
baik.
4. Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program.

c. Fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan


Periode umur istri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan
setelah mempunyai 2 orang anak. Alasan mengakhiri kesuburan :
1. Ibu-ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil/tidak punya anak lagi,
karena alasan medis dan alasan lainnya.
2. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.
3. Pil oral kurang di anjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan
timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :

20
1. Efektivitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan terjadinya kehamilan beresiko tinggi
bagi ibu dan anak, di samping itu akseptor tersebut memang tidak mengaharapkan punya
anak lagi.
2. Dapat di pakai untuk jangka panjang.
3. Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada masa usia tua kelainan seperti peyakit
jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya meningkat. Oleh karena itu,
sebaiknya tidak di berikan cara kontrasepsi yang menambah kelainan tersebut.

2.3.1 Program Keluarga Berencana


Tingginya tingkat penggunaan alat kontrasepsi oleh pasangan suami istri Indonesia sebagian
besar karena keberhasilan program KB pemerintah. Berkat tanggung jawab yang kuat dan
bantuan pemerintah untuk menurunkan pertumbuhan jumlah penduduk yang mengkhawatirkan
ini, maka pada tahun 1969 terbentuklah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) dan program Keluarga Berencana Nasional sebagai bagian dari repelita pertama.
Walaupun program ini pada awalnya memusat perhatian di Jawa dan Bali, secara bertahap
mencakup provinsi-provinsi di luar Jawa, Bali, Madura.
Program KB tidak hanya menerima dukungan kuat dari pemerintah, tetapi juga ulama islam
yang berpengaruh. Peran pekerja lapangan yang terlatih bertugas untuk menarik calon-calon
akseptor serta menyalurkan pil dan kondom melalui sukarelawan-sukarelawan di desa. Para
pemimpin desa turut andil bagian mencari dukungan masyarakat setempat. Dengan cara tersebut
tingkat penerimaan dan dukungan terhadap program KB di tingkat rakyat biasa cukup tinggi.
Sekitar seperempat juta kelompok akseptor terbentuk dalam masyarakat dan BKKBN dapat
membantu melalui pemberian sumber daya untuk berbagai kegiatan pembangunan lainnya.
Melalui cara tersebut dan cara-cara lain, program KB tidak hanya memusatkan perhatian pada
pengurangan jumlah anggota keluarga tetapi juga pada peningkatan mutu keluarga. Kunci lain
keberhasilan adalah sistem perbekalan yang sangat maju yang pada umumnya dapat menjamin
pasokan secara tepat waktu walau di tempat yang letak geografisnya sering kali sulit dijangkau.

21
Unsur penting program KB adalah prioritas dalam hal perancangan untuk melaksanakan KB
secara tepat. Pendidikan dan komunikasi, melibatkan kegiatan-kegiatan inovatif dan penuh
semangat dengan menggunakan semua bentuk media masa serta saluaran-saluran yang lebih
tradisional untuk menyampaikan pesan KB. Slogan “Dua anak cukup, wanita atau pria sama
saja” di jumpai dimana-mana.
Sistem “target” dalam pelaksanaannya dikritikkan karena kaum wanita pada keadaan tertentu
memperoleh tekanan yang amat berat untuk menjadi akseptor agar target tercapai. BKKBN
menyadari bahwa terdapat perbedaan budaya antara Negara-negara Barat dan Indonesia. Yang
perlu diketahui dalam penilaian tentang apa yang dapat dan tidak dapat diterima serta dalam
ukuran penilaian dan penggunaan tekanan sosial untuk memperoleh sambutan KB. Pada tahun
1993 sistem “target” dihapus dan kini dikembangkan sistem yang didasarkan “kebutuhan”.
a. Memelihara diterimanya secara mantap program keluarga berencana ini oleh seluruh lapisan
masyarakat. Menanamkan keyakinan bahwa melaksanakan program bukan saja karena
kesadaran atau kebutuhan, tetapi juga merupakan kehormatan kebanggaan.
b. Menyediakan fasilitas pelayanan serta memberikan kesempatan kepada mereka yang telah
memotivasi untuk ber-KB. Memilih cara-cara atau alat-alat (obat kontrasepsi) yang mudah
digunakan, murah, dapat di percaya, serta tidak merugikan kesehatan.

2.3.2 Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan KB


Strategi pendekatan dalam program KB antara lain :
1. Pendekatan kemasyarakatan (community approach).
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat (kepedulian) yang
dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.

2. Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach).


Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan keluarga sejahtera
sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai kekuatan yang sinergi dalam mencapai tujuan
dengan menerapkan kemitraan sejajar.

22
3. Pendekatan integrative (integrative approach).
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong dan mengerakkan
potensi yang dimiliki oleh masyarakat sehingga dapat menguntungkan dan memberi manfaat
pada semua pihak.

4. Pendekatan kualitas (quality approach).


Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan atau provider dan penerima
pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.

5. Pendekatan kemandirian (self rellant approach).


Memberikan peluang kepada sector pembangunan lainnya dan masyarakat yang telah mampu
untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB
nasional.

6. Pendekatan tiga dimensi (three dimension approach)


Strategi tiga dimensi program kb sebagai pendekatan kb nasional, dimana program tersebut atas
dasar survey pasangan usia subur di Indonesia terhadap ajakan KIE yang terbagi menjadi tiga
kelompok yaitu :
a. 15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber KB
b. 15-55% PUS merespon ragu-ragu untuk ber KB
c. 30% PUS merespon tidak untuk ber KB

Strategi 3 dimensi dibagi dalam 3 tahap pengelolaan program KB sebagai berikut :


a. Tahap Perluasan Jangkauan
Pola tahap ini penggarapan program lebih difokuskan lebih kepada sasaran :
1. Coverage Wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan pada penggarapan
wilayah potensial, seperti wilayah Jawa dan Bali dengan kondisi jumlah penduduk dan laju
pertumbuhan yang besar.

23
2. Coverage Khalayak
Mengarah kepada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya. Pada tahap ini, pendekatan
pelayanan KB didasarkan pada pendekatan klinik.

b. Tahap Kelembagaan
Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi, yaitu tahap perluasan
jangkauan. Tahap coverage wilayah diperluas jangkauan provinsi luar Jawa-Bali. Tahap ini
indicator kuantitatif kesertaan ber-KB pada kisaran 45-65% dengan prioritas pelayanan
kontrasepsi dengan metode jangka panjang dengan memanfaatkan momentum-momentum besar.

c. Tahap Pembudayaan Program KB


Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan provinsi seluruh Indonesia. Tahap coverage
khalayak diperluas jangkauan sisa PUS yang menolak, oleh sebab itu pendekatan program KB
dilengkapi dengan pendekatan Takesra dan Kukesra.
Adapun kegiatan atau cara operasional pelayanan KB adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan memberikan penerangan
konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan) dan penerangan massa melalui media
cetak, elektronik. Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi
peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam ber KB, melalui
pendewasaan usia, perkwawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS).

2. Pelayanan Kontrasepsi dan Pengayoman Peserta KB


Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik sebagai calon ibu atau
ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentaan mempunyai potensi yang besar untuk
mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang tepat dan benar dalam mempertahankan fungsi
reproduksi. Reproduksi sehat sejahtera adalah suatu keadaan sehat baik fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi,
serta proses reproduksi.

24
Bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar
anggota dan keluarga dengan lingkungan.

Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan dua gerakan, yaitu : pengembangan
gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga sehat sejahtera dan gerakan keluarga
sadar HIV/AIDS. Pengayoman melalui program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana
Indonesia), tujuan agar merasa aman dan terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.

3. Peran Serta Masyarakat dan Institusi Pemerintahan


PMS ditonjolkan (Pendekatan Masyarakat), serta kerja sama institusi pemerintah (Dinas
Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas)

4. Pendidikan KB
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik tugas KB, bidan, dokter berupa pelatihan
konseling dan keterampilan.

2.4 Pelayanan Lansia Yang Berkaitan Dengan Kespro Di Masyarakat


a. Kesehatan Reproduki Lanjut Usia

Kesehatan reproduksi meliputi kesehatan fisik dan mental setiap individu sepanjang
siklus kehidupannya sehingga pemeliharaan kesehatan pascareproduksi (sering juga disebut
dengan kesehatan lansia) juga perlu mendapat perhatian kita bersama. Masa pascareproduksi ini
ditandai dengan terjadinya penurunan berbagai fungsi alat/organ tubuh (Endang, 2008).

Lansia atau Lanjut usia, menurut WHO dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Pra lansia 45–54 tahun

2. Lansia 55–64 tahun

3. Aging people 65 tahun keatas.

25
Menurut BKKBN Lansia adalah 60 tahun ke atas.

b. Prinsip Pelayanan kesehatan Lansia

1. Holistik

Seorang penderita lansia harus dipandang sebagai manusia seutuhnya, meliputi


lingkungan kejiwaan (psikologik), sosial, dan ekonomi

2. Vertikal

Pemberi pelayanan harus dimulai di masyarakt sampai ke pelayanan rujukan tertinggi


yaitu rumah sakit yang mempunyai sub-spesialis geriatri

3. Horizontal

Pelayan Kesehatan harus merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan lansia secara
menyeluruh, lintas sektoral dengan dinas/lembaga terkait dibidang kesejahteraan, misal,
agama, pendidikan, kebudayaan dan dinas sosial

4. Harus mencakup aspek preventif, promotif,kuratif dan rehabilitatif

c. Permasalahan Kesehatan Pasca Reroduksi

Di bawah ini merupakan beberapa permasalahan Kesehatan pasca reproduksi , yaitu :

1. Klimakterium

Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang wanita sebelum
mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan sampai masa non-
reproduktif. Masa klimakterium meliputi pramenopause, menopause, dan pascamenopause. Pada
wanita terjadi antara umur 40-65 tahun

a. Gejala klimakterium

1. Gangguan neurovegetatif (vasomotorik hipersimpatikotoni) yang mencakup :

 gejolak panas (hot flushes)

 keringat malam yang banyak

26
 rasa kedinginan

 sakit kepala

 desing dalam telinga

 tekanan darah yang goyah

 berdebar-debar

 susah bernafas

 jari-jari atrofi

 gangguan usus (meteorismus)

2. Gangguan psikis

 mudah tersinggung

 Depresi

 lekas lelah

 kurang bersemangat

 insomania atau sulit tidur

3. Gangguan organik

 infark miokard (gangguan sirkulasi)

 atero-sklerosis (hiperkolesterolemia)

 Osteoporosis

 gangguan kemih (disuria)

 nyeri senggama (dispareunia)

27
2. Andropause

Andropause adalah kondisi pria diatas usia tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala,
tanda dan keluhan yang mirip dengan menopause pada wanita. Istilah andropause berasal dari
bahasa Yunani, Andro artinya pria sedangkan Pause artinya penghentian. Jadi secara harfiah
andropause adalah berhentinya fungsi fisiologis pada pria, yaitu penurunan produksi
spermatozoa, hormon testosteron dan hormon – hormon lainnya sedemikian perlahan.

a. Gejala andropause

Gejala andropause diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Penurunan libido (gairah seksual) dan impotensi (gagal ereksi)

2. Perubahan suasana hati (mood ), disertai penurunan aktivitas intelektual, kelelahan, depresi,
dan mudah tersinggung.

3. Menurunnya kekuatan otot dan massa otot

4. Lemah dan kurang energi

5. Perubahan emosional, psikologis dan perilaku (misalnya depresi)

6. Berkeringat dan gejolak panas di sekitar leher (hot flash ), yang terjadi secara bertahap

7. Pengecilan organ-organ seks dan kerontokan rambut di sekitar daerah kelamin dan ketiak

8. Peningkatan lemak di daerah perut dan atas tubuh

9. Osteoporosis (keropos tulang) dan nyeri punggung

10. Risiko penyakit jantung

3. Menopause

Menopause adalah berasal dari kata “men” berarti bulan, “pause, pausis, paudo” berarti
periode atau tanda berhenti, hilangnya memopause diartikan sebagai berhentinya secara definitif
menstruasi (Kartono, 2007). Pada usia 45 sampai 50 tahun, siklus seksual biasanya tidak teratur,

28
dan ovulasi tidak terjadi selama beberapa siklus. Sesudah beberapa bulan sampai beberapa tahun,
siklus terhenti sama sekali. Periode dimana siklus berhenti dan hormon-hormon kelamin wanita
menghilang dengan cepat sampai hampir tidak ada disebut sebagai menopause (Guyton & Hall,
1997).

a. Gejala menopause

Gejala menopause diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Haid menjadi tidak teratur.

2. Gelombang rasa panas (hot flush), terjadi akibat peningkatan aliran darah didalam
pembuluh darah pada wajah, leher, dada, dan punggung.

3. Gejala-gejala psikologis berupa suasana hati, pikiran motivasi, sikap, reaksi biologis.

4. Fatigue, yaitu rasa lelah yang diakibatkan berhentinya fungsi ovarium.

5. Keadaan atrofi, yaitu kemunduran keadaan gizi, suatu lapisan jaringan.

6. Pusing atau sakit kepala, keluhan ini bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya: karena
meningginya tekanan darah, adanya gangguan penglihatan.

7. Insomnia atau keluhan susah tidur, hal ini bisa disebabkan oleh penyebab fisik maupun
psikis.

8. Hilangnya kendali terhadap kandung kemih (inkontinensia) serta peradangan pada


kandung kemih dan vagina (Purwanto, 2007)।

d. Upaya Penanganan Klimakterium dan Menopause

1. Terapi Non Hormonal

a) Olah raga, tetap berusaha agar hidup aktif akan menekan gajala insomnia, memperlambat
osteoporosis dan penyakit jantung, dan juga mencegah “hot flashes”

29
b) Berhenti merokok, merokok sebenarnya ikut mempercepat munculnya menopause.

c) Mengkonsumsi kalsium, perempuan terutama menjelang usia menopause sebaiknya


mengkonsumsi kalsium. Sebagian besar dapat diperoleh dari makanan, seperti susu,
yoghurt, beberapa jenis sayuran (antara lain brokoli), dapat juga makan tablet kalsium.

d) Vitamin tambahan Sebagian besar vitamin yang diperlukan tubuh sudah diperoleh
melalui makanan sehari-hari. Vitamin yang diperlukan antara lain B1, B2, B12, asam
folat dan terutama bagi mereka yang menginjak usia menopause memerlukan vitamin-
vitamin aktioksidan seperti vitamin A dan E.

e) Kedelai, kedelai mengandung fitoestrogen atau estrogen yang berada dari tumbuh-
tumbuhan. Kedelai dapat dikonsumsi dari kecap, tempe, tahu, tauco, atau susu kedelai
(Handrawan, 2007).

2. Terapi hormonal

Gejala-gejala menopause bisa dibantu dengan menggunakan terapi penyulihan atau


penggantian hormon (HRT / Hormone ReplacementTherapy) yang dilakukan dengan
memasukkan hormon-hormon seksual di dalam tablet atau beberapa bentuk lainnya. HRT tidak
sesuai bagi setiap perempuan dan adanya beberapa kondisi medis, seperti kanker payudara. HRT
perlu waktu lama untuk persiapan sehingga bisa sesuai dengan setiap individu. Salah satu
kerugian HRT adalah bahwa kebanyakan persiapan HRT menyebabkan sedikit perdarahan
bulanan pada perempuan yang secara normal sudah berhenti menstruasi tetapi persiapan HRT
sekarang tersedia bagi perempuan tua dimana tidak ada perdarahan bulanan yang dialaminya
(Nash Barbara, 2006).

e. Penanganan Andropause

1. Terapi Hormon Testosteron

Laki-laki yang mengeluhkan gejala andropause dapat menjalani terapi hormon, yaitu
dengan pemberian hormon testosteron. Namun, sebelum memutuskan pemberian terapi hormon,

30
perlu dipastikan pasien tidak mengidap kanker prostat. Meski pemberian hormon testosteron
sejauh ini tidak ditemukan dapat mengakibatkan kanker prostat, namun jika sudah mengidap
kanker prostat, pemberian hormon dapat memicu pertumbuhan kanker tersebut.

Mengendalikan Andropause Agar dapat memperlambat proses andropause adalah dengan


makan makanan yang tepat, tidur yang cukup, minum vitamin dan suplemen tambahan, menjaga
kebugaran fisik, memeriksakan kesehatan secara teratur, mengurangi stres dan kekhawatiran,
dapat memperlambat proses andropause.

Pelayanan kesehatan yang dapat di lakukan berupa :

a) Memberikan penjelasan tentang perubahan – perubahan yang terjadi

b) Memberikan nasehat tentang nutrisi dan diet untuk kesehatan sendiri

c) Menganjurkan pengkonsumsian makanan vegetarian sehingga tidak mengganggu fungsi


alat pencernaan nya , orang tua memerlukan banyak serat dalam makanannya.

d) Menghindari perubahan kejiwaan dengan keharmonisan keluarga dan saling pengertian

e) Kemungkinan pemberian terapi hormonal dengan lebih dahulu berkonsultasi dengan


dokter ahli.

f) Melakukan pemeriksaan deteksi dini penyakit seperti pap-smear,sadari .

f. Pelayanan kesehatan lansia di masyarakat (Community Based Geriatric Service)

1. Puskesmas Santun Lansia

Puskesmas Santun Lansia merupakan bentuk pendekatan pelayanan proaktif bagi usia
lanjut untuk mendukung peningkatan kualitas hidup dan kemandirian usia lanjut, yang
mengutamakan aspek promotif dan preventif, di samping aspek keratif dan rehabilitatif.

Puskesmas Santun Lansia mempunyai ciri-ciri seperti berikut:

a. Pelayanan yang baik berkualitas dan sopan

31
b. Memberukan kemudahan dalam pelayanan kepada usia lanjut.

c. Memberikan keringanan atau penghapusan biaya pelayanan kesehatan bagi usia lanjut
dari keluarga miskin atau tidak mampu

d. Memberikan dukungan atau bimbingan pada lansia dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatanya agar tetap sehat dan mandiri

e. Melakukan pelayanan secara proaktif untuk dapat menjangkau sebanyak mungkin


sasaran usia lanjut yang ada di wilayah kerja puskesmas.

f. Melakukan kerjasama dengan lintas program dan lintas program terkait di tingkat
kecamatan dengan asa kemitraan, untuk bersama-sama melakukan pembinaan dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup usia lanjut.

2. Pembinaan Kelompok Lanjut Usia

Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut melalui Puskesmas dapat dilakukan terhadap sasaran
usia lanjut yang dikelompokkan sebagai berikut:

a. Sasaran langsung

Sasaran langsung dari pembinaan kelompok lanjut usia adalah :

1. Pra-usia lanjut 45-59 tahun

2. Usia Lanjut 60-69 tahun.

3. Usia lanjut dengan risiko tinggi, yaitu usia lebih dari 70 tahun atau usia lanjut berumur 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

b. Sasaran tidak langsung

Sasaran tidak langsung dari pembinaan kelompok lanjut usia adalah :

1. Keluarga dimana usia lanjut berada.

2. Masyarakat di lingkungan usia lanjut berada.

3. Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan kesehatan usia lanjut. • Masyarakat luas.

32
4. Posyadu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
sosial dalam penyelenggaraannya.

Tujuan posyandu lansia adalah :

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk


pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia

b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia

a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan,


seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air
besar/kecil dan sebagainya.

b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional.

c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).

d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan


denyut nadi selama satu menit.

e. Pemeriksaan hemoglobin.

f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus)

33
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal.

h. Penyuluhan Kesehatan

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut
usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan
kebugaran. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan
prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan
kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan,
stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat
(KMS) lansia

2.5 Perkembangan Reproduksi Usia Lanjut

 Wanita
Perubahan Anatomik pada Sistem Genitalia, dengan berhentinya produksinya hormon estrogen,
genitalia interna daneksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.
a. Vagina
Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum
pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis
begitu pula jaringan sub mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis.
Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan koitus, artinya makin
lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna.
b. Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya menipis,
miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak
menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan.
c. Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi “keriput” sebagai
akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan

34
ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum,
perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium
berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang
pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.

d. Payudara (Glandula Mamae)


Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana payudara
tetap besar dan menggantung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya mempengaruhi
kelenjar payudara saja. Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun
fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk
tubuh serupa akromegali ringan.Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang.Kadang
timbul pertumbuhan rambut pada wajah.Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena
pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium.Rambut kepala
menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.

 Pria
Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :

a. Produksi testoteron menurun secara bertahap. Penurunan ini mungkin juga akan
menurunkan hasrat dan kesejahteraan . Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif
tubular testisakan menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses
spermatogenesis, dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan
untuk membuahi ovum.
b. Kelenjar prostat biasanya membesar. Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas
usia 40 tahun dan 90% pria diatas usia 80 tahun. Hipertrofi prostat jinak ini memerlukan
terapi lebih lanjut.
c. Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi lambat dan ereksi yang
sempurna mungkin juga tertunda.
Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang, mengurangi intensitas dan
durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi mungkin kurang kaku dan
bergantung pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan juga dibutuhkan

35
stimulasi alat kelamin secara langsung untuk untuk menimbulkan respon. Pendataran fase
penggairahan akan berlanjut untuk periode yang lebih lama sebelum mencapai osrgasme dan
biasanya pengeluaran pre-ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.

e. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari.


Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah cairan
sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi yang kadang-
kadng dirasakan pada lansia pria disebut sebagai ejakulasi dini atau prematur dan merupakan
akibat dari kurangnya pengontrolan yang berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti,
serta masa refrakter memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang
termasuk selama tidur.
f. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 12 sampai
48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya membutuhkan beberapa
menit saja.
g. Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi.

2.6 Upaya Pelayanan Kesehatan Reproduksi terhadap Lansia

Upaya pelayanan kesehatan reproduksi terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis
pelayanan kesehatan yang diterima.

2.6.1 Azas

Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to life, dengan
prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan (care),
pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas yang dianut oleh
Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health to Life, and Add Years to
Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan
memperpanjang usia.

Pendekatan

36
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai
berikut :

a. Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)

b. Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)

c. Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)

d. Lansia turut memilih kebijakan (choice)

e. Memberikan perawatan di rumah (home care)

f. Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)

g. Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging)

h. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)

i. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)

j. Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and
family care)

1. Jenis – jenis Pelayanan Lansia

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu promotif,
prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.

A. Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan
dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang positif
menjadi norma-norma sosial. Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :

 Mengurangi cedera
 Meningkatkan keamanan di tempat kerja
 Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk
 Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
 Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut

B. Preventif
Pencegahan primer, meliputi :

37
 Program imunisasi
 Konseling
 Dukungan nutrisi
 Exercise
 Keamanan di dalam dan sekitar rumah
 Manajemen stres
 Menggunakan medikasi yang tepat.

Pencegahan sekuder, meliputi:


Pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder :

 Kontrol hipertensi
 Deteksi dan pengobatan kanker
 Skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut.
 Pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat
 Jenis pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi,
medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih berfungsi.

C. Rehabilitatif
Prinsip :

 Pertahankan lingkungan aman


 Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
 Pertahankan kecukupan gizi
 Pertahankan fungsi pernafasan
 Pertahankan aliran darah
 Pertahankan kulit
 Pertahankan fungsi pencernaan
 Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
 Meningkatkan fungsi psikososial
 Pertahankan komunikasi
 Mendorong pelaksanaan tugas

38
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga
kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah
lahir.

Pelaksana pelayanan kesehatan bayi :

1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan

2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan

3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan

4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan

Pelayanan kesehatan pada bayi tersebut meliputi :

1. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1, 2,3, 4, DPT/HB 1, 2, 3, Campak)


sebelum bayi berusia 1 tahun

2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDDTK)

3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan)

4. Konseling ASI ekskulusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda –tanda sakit dan
perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA

5. Penanaganan dan rujukan kasus bila di perlukan

6. Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan bayi adalah dokter
spesialis anak, dokter, bidan dan perawat.

Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat. Masa
ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan
keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal
pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi
organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan

39
perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin
dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih berat.

Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat. Pelayanan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :

Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku
KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap bulan
yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau
berat badan anak balita dibawah garis merah dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.

Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam
setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus,
bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali setahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK
diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.

3.2 SARAN

Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam mempelajari tentang
pelayanan kesehatan pada bayi dan balita. Dan harapan penulis makalah ini tidak hanya berguna
bagi penulis tetapi juga berguna bagi semua pembaca. Terakhir dari penulis walaupun makalah
ini kurang sempurna penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di kemudian hari

40
DAFTAR PUSTAKA

Hadi-Martono .Kegiatan Seksual Pada Lanjut Usia. Naskah simposium sek rotary Club
Purwokerto, 1996.

Maryam, R siti. 2008.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakatra: Salemba medika

Yulifah, Rita. 2014. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika

41

Anda mungkin juga menyukai