Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur Kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat
diselenggarakan melalui upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilakukan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya pelayanan
kesehatan tersebut dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan
dan kualifikasi minimum.
Bidan merupakan salah satu profesi tertua sejak adanya peradaban umat
manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong
ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan
dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan
hati,mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat
bayinya dengan baik.
Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya,
bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar
praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya. Pengaturan tenaga kesehatan di
tetapkan di dalam undang dan peraturan pemerintah. Tugas dan wewenang bidan serta
ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan praktek bidan di atur dalam Peraturan atau
Peputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.900/Menkes/SK/VII/2002
tentang registrasi dan praktek bidan.
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan yang merupakan salah satu dari
praktik kebidanan tentunya seorang bidan memiliki hak dan kewajiban. entunya juga
harus memperoleh perlindungan hukum dan profesi, serta pemenuhan hak-haknya
sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).

1
Dua hal dasar yang harus dipenuhi, dimana ada keseimbangan antara tuntutan profesi
dengan apa yang semestinya didapatkan dari pengembanan tugas secara maksimal.
Memperoleh perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan tugas sesuai
standar profesi dan Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan salah satu hak
bidan yang mempertahankan kredibilitasnya dibidang hukum serta menyangkut aspek
legal atas dasar peraturan perundang-undangan dari pusat maupun daerah.
Banyak permasalahan yang terjadi dalam praktik kebidanan yang sering kita
jumpai. Permasalahan yang terjadi semakin kompleks karena kurang diterapkannya
hukum, etika dan moral yang berlaku dalam ruang lingkup kebidanan, masyarakat,
bangsa dan Negara.
Hukum yang berkaitan erat dengan ketentuan-ketentuan peraturan yang
berlaku dan harus ditaati, jika melanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan
berat dan ringannya perilaku hukum yang dilanggar. Hukum bersifat mengikat, maka
dari itu keterikatan tersebut membuat tingkat kesadaran untuk menaati aturan
sangatlah tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Apasajakah Landasan Hukum Standar Profesi Bidan?
2. Apasajakah Landasan Hukum Standar Asuhan Kebidanan?
3. Apasajakah Landasan Hukum Registrasi dan Praktik Bidan?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui Landasan Hukum Standar Profesi Bidan.
2. Dapat mengetahui Landasan Hukum Standar Asuhan Kebidanan.
3. Dapat mengetahui Landasa Hukum Registrasi dan Praktik Bidan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Hukum Standar Profesi Bidan

KEPUTUSAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 369/MENKES/SK/III/2007

TENTANG
STANDAR PROFESI BIDAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : Bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 21


Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan, dipandang perlu menetapkan Standar
Profesi bagi Bidan dengan Keputusan Menteri Kesehatan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran
Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4548);

3
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang
Jabatan Fungsional (Lembaran Negara Tahuun 1994
Nomor 22, tambahan Lembaran Negara Nomor 3547)
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3637);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewarganegaraan Pemerintah dan Kewenangan
Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3952);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4090);
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan
Prakttik Bidan;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidan Kesehatan di Kabupaten/Kota;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1575/MENKES/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan;

4
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
STANDAR PROFESI BIDAN
Kedua : Standar Profesi Bidan di maksud Diktu Kesatu
sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini
Ketiga : Standar Profesi Bidan sebagaimana dimaksud dalam
Diktum Kedua agar digunakan sebagai pedoman bagi
Bidan dalam menjalankan tugas profesinya
Keempat : Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan
pengawasan pelaksanaan Keputusan ini dengan
mengikutsertakan organisasi profesi terkait, sesuai tugas
dan fungsi masing-masing
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta
Pada Tanggal 27 Maret 2007
MENTERI KESEHATAN

Ttd

Dr. Dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)

5
B. Landasan Hukum Standar Asuhan Kebidanan

KEPUTUSAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 938/MENKES/SK/VIII/2007

TENTANG
STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya menurunkan AKI dan AKB,


dibutuhkan pelayanan kesehatan yang berkualitas,
khususnya dalam pelaksanaan asuhan kebidanan;
2. Bahwa untuk menjamin pelaksanaan asuhan
kebidanan yang berkualitas diperlukan adanya standar
asuhan kebidanan sebagai acuan dalam proses
pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan
oleh bidan;
3. Bahwa sesuai dengan perlindungan sebagaimana
dimaksud pada butir a dan b perlu ditetapkan Standar
Asuhan Kebidanan dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RI.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 116, tambahan Lembaran Negara Nomor 4431;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004

6
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4437);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3637);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewarganegaraan Pemerintah dan Kewenangan
Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3952);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4090);
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan
Prakttik Bidan;
8. Keputusan Menteri Pendayagunaan aparatur Negara
Nomor
93/KEP/M.PAN/SK/II/2001 tentang Jabatan
Fungsional Bidan dan Angka Kredit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1575/MENKES/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidan Kesehatan di Kabupaten/Kota;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
836/MENKES/SK/VI/2005 tentang Pedoman

7
Pengembangan Manajemmen Kinerja Perawat Bidan;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 369/ MENKES/
SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
Kedua : Standar Asuhan Kebidanan sebagaimana tercantum dalam
lampiran Keputusan ini
Ketiga : Standar Asuhan Kebidanan sebagaimana dimaksud dalam
Diktum Kedua agar digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan tindakan / kegiatan dalam lingkup
tanggungjawab bidan di seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan
Keempat : Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan
penyelenggaraan Standar Asuhan Kebidanan
dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan, Dinas
Kesehatan Profinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan melibatkan Organisasi Profesi sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan
apabila dikeudian hari terdapatkekeliruan akan diadakan
perbaikan seperlunya

Ditetapkan di Jakarta
Pada Tanggal 27 Maret 2007
MENTERI KESEHATAN

Ttd

Dr. Dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)

8
C. Landasan Hukum Registrasi dan Praktik Bidan

KEPUTUSAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002

TENTANG
REGISTRASI DAN PRAKTIK BIDAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang :
Bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah perlu diadakan penyempurnaan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 572/Menkes/Per/VI/1996 tentang Registrasi
Praktik Bidan;

Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, tambahan Lembaran Negara
Nomor 3839);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3637);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewarganegaraan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran
Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

9
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan
Dekonsentrasi(Lembaran Negara Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan
Dekonsentrasi (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 62, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4095);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan
Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 77, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4106);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor
100, tambahan Lembaran NegaraNomor 4124);
10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1994 tentang
Pengangkatan Bidan sebagai Pegawai Tidak Tetap;
11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 200 tentang
Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1994 tentang
Pengangkatan Bidan sebagai Pegawai Tidak Tetap;
12. Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Nomor
1446.A/Menkes-Kessos/SK/IX/2000 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Perpanjangan Masa Bakti Bidan PTT dan Pengembangan Karir Bidan Pasca
PTT;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

10
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
TENTANG
REGISTRASI DAN PRAKTIK BIDAN

1. KETENTUAN UMUM
Pasal 1 dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1) Bidan Adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan
dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
2) Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian, dan pengakuan
terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti atau
standar penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan
mental mampu melaksanakan praktik profesinya.
3) Surat Izin Bidan selanjutnya dusebut SIB adalah bukti tertulis pemberian
kewenangan untuk menjalankan pelayanan Asuhan Kebidanan di seluruh
wilayah Republik Indonesia.
4) Praktik Bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat)
sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya.
5) Surat Izin Praktik Bidan selanjutnya disebut SIPB adalah bukti tertulis yang
diberikan kepada bidan untuk menjalankan praktik bidan.
6) Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk
dalam melaksanakan profesi secara baik.
7) Organisasi Profesi adalah Ikatan Bidan Indonesia (IBI)

11
2. PELAPORAN DAN REGISTRASI
 Pasal 2 Ayat (1) Pimpinan penyelenggaraan pendidikan wajib
menyampaikan laporan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi mengenai peserta didik yang baru lulus, selambat-lambatnya
1(satu) bulan setelah dinyatakan lulus.
 Pasal 3 Ayat (1) Bidan yang bru lulus mengajukan permohoan dan
mengirimkan kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi dimana institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB
selambat-lambatnya 1(satu) bulan setelah menerima ijazah bidan.
 Pasal 3 Ayat (2) kelengkapan registrasi sebagaima dimaksud pada ayat (1)
antara lain meliputi:
a. Fotokopi Ijazah Bidan
b. Fotokopi Transkrip Nilai Akademik
c. Surat Keterangan Sehat dari dokter
d. Pas foto ukuran 4x6cm sebanyak 2 (dua) lembar
 Pasal 6 ayat (1) Bidan lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk
melengkapi persyaratan mendapatkan SIB
 Pasal 6 ayat (4) Untuk melakukan adaptasi bidan mengajukan permohonan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
 Pasal 6 ayat (5) Permohonan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat
(4) dengan melampirkan :
a. Fotokopi ijazah yang dilegalisir oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
b. Fotokopi Transkrip nilai akademik yang bersangkutan
 Pasal 7 Ayat (1) SIB berlaku selama 5 Tahun dan dapat diperbaharui serta
merupakan dasar untuk menerbitkan SIPB.

3. MASA BHAKTI
 Pasal 8 Masa bakti bidan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
Perundang-undangan yang berlaku

12
4. PERIZINAN
 Pasal 9 ayat (1) Bidan yang menjaalankan praktik harus memiliki SIPB
 Pasal 10 ayat (1) SIPB sebgaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
 Pasal 10 ayat (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat
(1) diperoleh dengan melampirkan persyaratan, antara lain meliputi :
a. Fotokopi SIB yang masih berlaku
b. Fotokopi Ijazah Bidan
c. Syarat persetujauan atasan, bila dalam pelaksanaan masa bakti atau
sebagai Pegawai Negeri atau Pegawai pada sarana kesehatan
d. Surat keterangan sehat dari dokter
e. Rekomendasi dari organisasi profesi
f. Pas foto 4x6cm sebanyak 2 (dua) lembar
 Pasal 11 ayat (1) SIPB berlalku sepanjang SIB belum hhabis masa
berlakunya dan dapat diperbaharui kembali
 Perubahan SIPB sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (1) diajukan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan
melampirkan :
a. Fotokopi SIPB yang masih berlaku
b. Fotokopi SIPB yang lama
c. Surat keterangan sehat dari dokter
d. Pas foto 4x6cm sebanyak 2 (dua) lembar
e. Rekomendasi dari organisasi profesi

5. PERAKTIK BIDAN
 Pasal 15 ayat (2) Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah,
prahamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui, dan
masa antara (Periode interval)
 Pasal 15 ayat (3) pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada masa
bayi baru lahir, masa bayi, masa anak balita dan masa pra sekolah

13
 Pasal 25 ayat (1) Bidan dalam menjalankan praktik harus sesuai dengan
kewenangan yang diberikan, berdasarkan pendidikan dan pengalaman
serta dalam memberikan pelayanan berdasarkan standar profesi
 Pasal 25 ayat (2) Bidan dalam melaksanakan praktik sesuai dengan
kewenangannya harus :
a. Menghormati hak pasien
b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
c. Menyimpan rahasia sesuai dengan Perpu yang berlaku
d. Memberikan informasi tentang pelayaan yang akan diberikan
e. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
f. Melakukan catatan medik dengan baik

6. PENCATATAN DAN PELAPORAN


 Pasal 27 ayat (1) dalam melakukan praktiknya bidan wajib melakukan
pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan.
 Pasal 27 ayat (2) Pelaporan sebagaiman dimaksud pada ayat (1)
dilaporkan di Puskesmas dan tembusan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.

7. SANKSI
 Pasal 42 ayat (1) Melakukan praktik kebidanan tanpa mendapat
pengakuan/adaptasi;
 Melakukan praktik kebidanan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9;
 Melakukan praktik kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 dipidana sesuai ketentuan Pasal 35 Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Untuk menjadi bidan praktik profesional seorang bidan harus memenuhi
standar profesi bidan di atur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007
2. Bidan diberi kuasa untuk melakukan rujukan terhadap pasien yang tidak
bisa ditanganinya hal ini di atur Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 938/MENKES/SK/VIII/2007

B. Saran
Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar,
melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi
keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien akan
berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan kebidanan.
Sebagai tenaga kesehatan hendaknya kita bisa memahami lebih
dalam apa yang menjadi dasar aspek hukum praktik kebidanan serta kaitan
hukum terhadap etika dan moral guna untuk menindaklanjuti pasien.

15
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 369/MENKES/SK/III/2007

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 938/MENKES/SK/VIII/2007

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002

Yanti & Eko, Nurul. 2010. Etika Profesi dan Hukum Kebidanan. Yogyakarta :
Pustaka Riana

Mufdillah. dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Muha Medika

16

Anda mungkin juga menyukai