Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi bayi itu.
(Marmi dan Rahardjo, 2012). Berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500
gram) merupakan salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap
kematian perinatal dan neonatal. Berat badan lahir rendah (BBLR) di bedakan
dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari
37 minggu) atau BBLR karena intrauterin growth retardation(IUGR) yaitu
bayi cukup bulan tetapi berat kurang untuk usiannya. (Dep Kes RI, 2010).
Menurut badan kesehatan (WHO), salah satu penyebab kematian bayi
adalah bayi berat lahir rendah (BBLR), persoalan pokok pada BBLR adalah
angka kematian perinatalnya sangat tinggi dibanding angka kematian perinatal
pada bayi normal. Menurut WHO, BBLR merupakan penyebab dasar kematian
dari dua pertiga kematian neonatus. Sekitar 16% dari kelahiran hidup atau 20
juta bayi pertahun dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan
90% berasal dari Negara berkembang. Indikator kesehatan yang berhubungan
dengan kesejahteraan anak adalah Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
salah satu indikator penting untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat
dan menilai keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Angka kejadian
BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain,
yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah Multicenter diperoleh
angka BBLR dengan rentan 2,1%-17,2%.
Penyebab utama kematian tersebut antara lain BBLR. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi BBLR di Indonesia
sebesar 10,2% menurun tipis dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 11,1%.
Di Provinsi Lampung, kejadian BBLR tahun 2013 sebesar 8% dan sedikit lebih
baik dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 9% (Kemenkes, 2013). Sedangkan
di Kota Bandar Lampung didapatkan bayi BBLR untuk laki laki sebanyak 122
bayi (1,44%) dari 8.454 bayi laki laki dan untuk perempuan sebanyak 73

1
bayi (0,81%) dari 8.976 bayi perempuan sehingga mempunyai persentase
total 1,119% dari seluruh bayi yang lahir (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung,
2012)
Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan dengan BBLR antara lain
kemiskinan merupakan akar dari masalah yang menimbulkan kondisi kurang
gizi pada kaum perempuan. Beban pekerjaan yang berat pada perempuan desa
menambah buruknya gizi dan kesehatan kaum perempuan. Kelahiran yang
terlalu muda, terlalu rapat, terlalu banyak dan terlalu tua menambah buruknya
kondisi kesehatan dan gizi ibu hamil yang merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan timbulnya BBLR (Mitayani, 2009).
Pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan berat badan
lahir rendah kecenderungan untuk terjadinya masalah lebih besar jika
dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya normal. Hal ini
dikarenakan organ tubuhnya belum berfungsi sempurna seperti bayi normal.
Tingginya angka ibu hamil yang mengalami kurang gizi, seiring dengan hidup
resiko tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu hamil yang tidak
menderita kekurangan gizi. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi
BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat, terlebih lagi apabila
mendapat ASI ekslusif yang kurang dan makanan pendamping ASI yang tidak
cukup. Oleh karena itu bayi BBLR cenderung besar menjadi balita dengan
status gizi yang rendah. (Herry, 2004).
Penyuluhan harus diberikan pada ibu dan keluarga pada saat masa
kehamilan terutama tentang nutrisi yang baik saat kehamilan, pola hidup yang
sehat dan deteksi dini atas kehamilan dengan resiko tinggi. Dengan mengetahui
masalah – masalah potensial yang akan terjadi pada bayi dengan BBLR, maka
akan membantu tenaga kesehatan mengetahui tindakan apa yang harus segera
dilakukan, seperti ; penanganan bayi BBLR dengan menggunakan metode
kanguru (PMK), merujuk bayi BBLR ke rujukan yang lebih lengkap
fasilitasnaya. Melihat tingginya angka kesakitan dan kematian pada bayi
dengan BBLR, Maka peneliti tertarik untuk membahas dan mempelajari lebih
dalam tentang penyakit berat badan lahir rendah pada bayi baru lahir.

2
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari dan menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
kasus Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Gambiran Kota Kediri.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa mampu :
a. Pengkajian dan analisa data prioritas klien untuk kasus BBLR
b. Merumuskan diagnosa atau masalah keperawatan dari kasus BBLR
c. Melakukan rencana asuhan keperawatan untuk kasus BBLR
d. Menyusun segera implementasi kasus BBLR
e. Mengevaluasi efektifitas asuhan yang diberikan dan memperbaiki
tindakan yang dipandang perlu diperbaiki dengan kasus BBLR

C. MANFAAT PENELITIAN
Hasil laporan kasus dapat dimanfaatkan oleh institusi maupun profesi
dalam upaya penyempurnaan asuhan keperawatan pada kasus Berat Badan
Lahir Rendah.
1. Pendidikan
Hasil laporan kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan
penyempurnaan penanganan kasus Berat Badan Lahir Rendah.
2. Perawat
Sebagai tambahan referensi bagi profesi keperawatan dalam asuhan
keperawatan pada kasus Berat Badan Lahir Rendah.
3. Penulis
Menambah wawasan, pengetahuan dan pengelaman dalam melakukan
penelitian di Rumah sakit

D. PENGUMPULAN DATA
Teknik Pengambilan Data :

3
1. Dengan melakukan wawancara yaitu, melakukan pengkajian pada klien atau
keluarga
2. Dengan observasi langsung keadaan umum klien saat pengkajian.
3. Dengan studi dokumentasi rekam medis berupa hasil-hasil pemeriksaan dan
dokumentasi klien selama di rawat di rumah sakit sampai saat pengkajian
dilakuka

E. TEMPAT DAN WAKTU


1. Tempat : RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo
2. Waktu : 26 Oktober 2018-29 Oktober 2018

F. SISTEMATIKA PENULISAN
Secara garis besar sistematika penulisan terdiri dari :
1. BAB I : pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan, manfaat penelitian,
pengumpulan data, tempat dan waktu, sistematika penulisan.
2. BAB II : Tinjauan pustaka terdiri dari konsep dasar dan teori Berat Badan
Lahir Rendah, konsep dasar asuhan keperawatan anak dengan Berat Badan
Lahir Rendah.
3. BAB III : tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan tindakan, pelaksanaan atau kegiatan dalam monitoring
evaluasi.
4. BAB IV : Pembahasan terdiri dari pembahasan dan persamaan, antara
kasus nyata dengan tinjauan pustaka.
5. BAB V : Penutupan terdiri dari kesimpulan dan saran

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badan saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram).
(Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, ed. 1,2010).
Berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang 2.500 gram,tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan
menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang
dari 1.500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1.501-2.499 gram.
(Marmi dan Rahardjo, 2012).
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga di sebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat
badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilanya, yaitu tidak
mencapai 2.500 gram. (Proverawati, 2010)

2. Etiologi
Berat badan lahir seorang bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
dari ibu maupun dari bayi itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Status gizi ibu hamil
Kualitas bayi lahir sangat bergantung pada asupan gizi ibu hamil.
Gizi yang cukup akan menjamin bayi lahir sehat dengan berat badan
cukup. Namun, kekurangan gizi yang adekuat dapat menyebabkan Berat
Badan Lahir Rendah. (Pilliteri, 2002).
Status gizi ibu sebelum hamil berperan dalam pencapaian gizi ibu
saat hamil. Penelitian Rosmeri (2000) menunjukkan bahwa status gizi
ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi kurang (kurus) selama hamil

5
mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan
dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (normal). (Lubis, 2005).
b. Umur ibu saat hamil
Kehamilan dibawah usia 20 tahun dapat menimbulkan banyak
permasalahan karena bisa mempengaruhi organ tubuh seperti rahim,
bahkan bayi bisa prematur dan berat badan lahir kurang. Hal ini
disebabkan karena wanita yang hamil muda belum bisa memberikan
suplai makanan dengan baik dari tubuhnya untuk janin di dalam
rahimnya. Selain itu, wanita tersebut juga bisa menderita anemia karena
sebenarnya ia sendiri masih membutuhkan sel darah merah tetapi sudah
harus dibagi dengan janin yang ada dalam kandunganya. (Teresa S,
2002).
c. Umur kehamilan
Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin, semakin tua
kehamilan maka berat badan janin akan semakin bertambah. Pada umur
kehamilan 28 minggu berat janin ± 1.000 gram, sedangkan pada
kehamilan 37-42 minggu berat janin diperkirakan mencapai 2.500-
3.500 gram. (Wiknjosastro, 2002).
d. Kehamilan ganda
Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan
dapat menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR. Kebutuhan ibu
untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi
nutrisi seperti anemia hamil yang dapat mengganggu pertumbuhan janin
dalam rahim.
e. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan tentang masalah
kesehatan dan kehamilan yang akan berpengaruh pada perilaku ibu, baik
pada diri maupun perawatan kehamilanya serta pemenuhan gizi saat
hamil. (Bobak, 2004).

f. Penyakit ibu

6
Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi berat badan lahir bayi
jika diderita oleh ibu yang sedang hamil,misalnya :
1) Jantung
2) Hipertensi
3) Pre-Eklamsi dan Eklamsi
4) Diabetes Melitus
5) Carcinoma
Penyakit tersebut dapat menimbulkan retardasi pertumbuhan
intrauterine (IURG) janin, yang menyebabkan janin menjadi jauh lebih
kecil dan lemah dari pada yang diharapkan untuk tahap kehamilan
bersangkutan. (Datta, 2004).
g. Faktor kebiasaan ibu
Kebiasaan ibu sebelum atau selama hamil yang buruk seperti
merokok, minum minuman beralkohol, pecandu obat dan pemenuhan
nutrisi yang salah dapat menyebabkan anomaly plasenta karena plasenta
tidak mendapat nutrisi yang cukup dari arteri plasenta ataupun karena
plasenta tidak mampu mengantar makanan ke janin. Selain itu, aktifitas
yang berlebihan jug adapt merupakan faktor pencetus terjadinya
masalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

3. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak
mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang. Pada bayi BBLR sebagian fungsi organ belum matang.
Sindrom gangguan pernapasan pada bayi BBLR adalah perkembangan
matur pada sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada

7
paru-paru, defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan paru untuk
mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir
ekspirasi sehingga untuk pernapasan berikutnya dibutuhkan tekanan
negative intrathorak yang lebih besar dan disertai usaha inspirasi yang kuat.
Bayi prematur relativ belum sanggup membentuk antibodi, dan daya
fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik. Karena sistem
kekebalan tubuh bayi BBLR belum matang. Selain itu, karena kulit dan
selaput lendir membrane tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup
bulan. Resiko bayi BBLR terkena infeksi sangat tinggi.
Bayi BBLR memiliki lemak subkutan kurang atau sedikit, struktur kulit
yang belum matatng dan rapuh, sensitivitas yang kurang akan memudahkan
terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang sering
tertekan pada waktu lama, selain itu pengaturan suhu bayi prematur dengan
cepat akan kehilangan panas badan, karena pusat pengaturan panas badan
belum berfungsi dengan baik. Permukaan badan relatif lebih luas dan
jaringan lemak subkutan tipis. Jaringan lemak subkutan yang tipis bisa juga
mengakibatkan malnutrisi pada bayi dan menyebabkan bayi mengalami
hipoglikemia.
Bayi dengan BBLR juga mengalami kerusakan pada otak yang mungkin
terjadi dan salah satunya akan mengalami periventrikular leukomalaria
(PVL). Kerusakan bagian dalam otak yang menstransmisikan informasi
antara sel-sel saraf dan sumsum tulang belakang,juga dari satu bagian otak
ke otak yang lain, jaringan otak yang rusak mempengaruhi sel-sel saraf yang
mengendalikan gerak, bayi PVL berisiko mengalami gangguan
mengendalikan otot (cerebral palsy). (Proverawati, 2010)
Saluran pencernaan pada bayi BBLR juga belum berfungsi sempurna
sehingga penyerapan makanan dengan lemah atau kurang baik. Aktivitas
otot masih belum semprna, sehingga pengosongan lambung berkurang.
Bayi BBLR mudah kembung, hal ini disebabkan oleh stenosis anorektal.
(Marmi dan Rahardjo, 2012).
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena enzim hatinya belum matur
dan bilirubin tak berkonjugasi, tidak dikonjugasikan secara efisien sampai

8
4-5 hari berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hiperbilirubinemia dapat menyebabkan
kenikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa,bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat. (Marmi dan Rahardjo,
2012).

4. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR yaitu :
a. Menurut harapan hidupnya :
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500 – 2500 gram
2) Bayi barat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 100 – 1500
gram
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari
100 gram.
b. Menurut masa gestasinya :
1) Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badanya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat
atau biasa di sebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB - SMK).
2) Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. berat bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilanya (KMK). (Proverawati, 2010).

5. Manifestasi Klinis
Pasien dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sering mengalami
beberapa masalah, yaitu :
a. Gangguan tumbuh kembang
Tingginya angka ibu hamil yang mengalami kurang gizi, seiring
dengan hidup resiko tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan
ibu hamil yang tidak menderita kekurangan gizi. Apabila tidak
meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR akan tumbuh dan

9
berkembang lebih lambat, terlebih lagi apabila mendapat ASI ekslusif
yang kurang dan makanan pendamping ASI yang tidak cukup. Oleh
karena itu bayi BBLR cenderung besar menjadi balita dengan status gizi
yang rendah. (Herry, 2004).
b. Hipotermi
Hal ini terjadi karena peningkatan penguapan akibat kurangnya
jaringan lemak dibawah kulit dan permukaan tubuh yang lebih luas
dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal.
Hipotermi pada BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu yang belum
berfungsi dengan baik dan produksi panas yang berkurang karena lemak
coklat (brown fat) yang belum cukup. (Winkjosastro, 2002: 776).
c. Asfiksia
Asfiksia atau gagal bernafas secara spontan saat lahir atau beberapa
menit setelah lahir sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal
ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan (ratio lesitin atau sfingomielin
kurang dari 2), pertumbuhan dan pengembangan yang belum sempurna,
otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah
melengkung atau pliable thorak. (Winkjosastro, 2002).
d. Kematian
Pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan berat
badan lahir rendah kecenderungan untuk terjadinya masalah lebih besar
jika dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya normal. Hal
ini dikarenakan organ tubuhnya belum berfungsi sempurna seperti bayi
normal. Oleh karena itu, ia mengalami banyak kesulitan untuk hidup di
luar uterus ibunya. Semakin pendek masa kehamilannya maka semakin
kurang sempurna pertumbuhan organ-organ dalam tubuhnya, sehingga
mudah terjadi komplikasi serta meningkatkan angkat kematian pada
bayi. (Winkjosastro, 2002).

6. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinis dan berbagai kemungkinan
yang dapat terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan dan pengawasan

10
ditunjukan pada pengaturan suhu,pemberian makanan bayi, ikterus,
pernapasan, hipoglikemi dan menghindari infeksi.
a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas atau BBLR
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermi kaena pusat pengaturan panas belum berfungsi
dengan baik, metabolisme rendah dan permukaan badan relatif luas.
Oleh karena itu bayi prematur harus dirawat dalam inkubator sehingga
panas badannya mendekati dalam rahim, apabila tidak ada inkubator
bayi dapat dibungkus dengan kain dan di sampingnya ditaruh botol
berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahankan. Cegah
kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain :
1) Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai upaya
untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban
pada permukaan tubuh bayi.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
3) Tutup kepala bayi.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
6) tempatkan bayi dilingkungan hangat.
7) Rangsang taktil.
8) Manfaatkan metode kanguru
Secara klinis, dengan cara ini detak jantung bayi stabil dan
pernapasan lebih teratur, sehingga penyebaran oksigen ke seluruh
tubuhnya pun lebih baik.

b. Makanan bayi prematur


Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB
dan kalori 110 kal;/kg BB sehingga pertumbuhan dapat meningkat.
Pemberian minum bayi setelah 3 jam setelah lahir dan didahului dengan
menghisap cairan lambung, reflek masih lemah sehingga pemberian
minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekwensi yang lebih

11
sering. ASI merupakan makanan yang paling utama sehingga ASI-lah
yang paling dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka
ASI dapat diperas dan diberikan dengan sendok perlahan-lahan atau
dengan memasang sonde. Permulaan cairan yang diberikan 50-60
cc/kgBB/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.

c. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara
efisien sampai 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia,
memar hemolisias dan infeksi karena hiperbilirubinemia dapat
menyebabkan kenikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan
bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah
coklat.

d. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda-tanda gawat pernapasan selalu ada dalam 4 jam. Bayi
harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam incubator, dada abdomen
harus dipaparkan untuk mengobservasi pernapasan.

e. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat
badan rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan
pemeriksaan gula darah secara teratur.

f. Menghindari infeksi
Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan
tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu tindakan

12
prefentif sudah dilaksanakan sejak antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan dengan prematuritas (BBLR).

7. Pemeriksaan diagnostik
a. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis
).
b. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal ).
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan ).
d. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari,
dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
f. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
g. Pemeriksaan Analisa gas darah.

8. Komplikasi
a. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres
respirasi, penyakit membran hialin
b. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
c. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
d. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan
pembekuan darah
e. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
f. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

13
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Masalah yang berkaitan dengan ibu. Penyakit seperti hipertensi,
toksemia, plasenta previa,abrupsio plasenta, inkompeten servikal,
kehamilan kembar, malnutrisi dan diabetes mellitus.
b. Bayi pada saat kelahiran. Umur kahamilan biasanya antara 24 sampai
37 minggu, rendahnya berat badan pada saat kelahiran, atau terlalu
besar dibanding umur kehamilan; berat biasanya kurang dari 2.500
gram; kurus, lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada; kepala
relativ lebih besar dibanding badan, 3 cm lebih besar dibanding lebar
dada; kelainan fisik yang mungkin terlihat; nilai Apgar pada 1 sampai
5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6
kegawatan sedang, dan 7 sampai 10 normal.
c. Kardiovaskular. Denyut jantung rata-rata 120 sampai 160 per menit
pada bagian apikal dengan ritme yang teratur pada saat kelahiran,
kebisingan jantung terdengar pada seperempat bagia interkostal, yang
menunjukkan aliran darah dari kanan ke kiri karena hipertensi atau
atelektasis paru.
d. Gastrointestinal. Penonjolan abdomen; pengeluaran mekonium
biasanya terjadi dalam waktu 12 jam; reflek menelan dan menghisap
yang lemah; ada atau tidak ada anus; ketidaknormalan congenital lain.

e. Integumen. Kulit yang berwarna merah muda atau merah, kekuning-


kuningan, sianosis, atau campuran bermacam warna, sedikit vernik
kaseosa dengan rambut lanugo disekujur tubuh, kurus, kulit tampak
transparan, halus dan mengilap, edema yang menyeluruh atau dibagian
tertentu yang terjadi pada saat kelahiran, kuku pendek belum melewati
ujung jari, rambut jarang atau mungkin tidak ada sama sekali, petekie
atau ekimosis.
f. Muskuloskeletal. Tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan
sempurna, lembut dan lunak, tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak;
gerakan lemah dan tidak aktif atau latergik.

14
g. Neurologis. Reflek dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak
resisten, gerak reflek hanya berkembang sebagian, menelan,
menghisap dan batuk sangat lemah atau tidak efektif; tidak ada atau
menurun tanda neurologis,mata mungkin tertutup atau mengatup
apabila umur kehamilan belum mencapai 26 minggu; suhu tubuh tidak
stabil, biasanya hipotermia, gemetar, kejang dan mata berputar,
biasanya bersifat sementara, tapi mungkin juga ini mengindikasikan
adanya kelainan neurologis.
h. Paru. Jumlah pernafasan rata-rata 40-60 per menit diselingi dengan
periode apnea; pernafasan yang tidak teratur, dengan flaring nasal
(nasal melebar), dengkuran, retraksi (interkosta, suprasternal,
substernal); terdengar suara gemerisik.
i. Ginjal. Berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran; ketidakmampuan
untuk melarutkan ekskresi ke dalam urine.
j. Reproduksi. Bayi prematur; klitoris yang menonjol dengan labia
mayora yang belum berkembang; bayi laki-laki skrotum yang belum
berkembang sempurna,testis tidak turun kedalam skrotum.
k. Temuan sikap. Tangis yang lemah, tidak aktif, dan tremor.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik
b. Resiko tinggi tidak efektifnya thermoregulasi berhubungan dengan
perkembangan SSP imatur (pusat regulasi suhu), penurunan rasio
massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sub kutan.
c. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan reflek menelan dan menghisap lemah, imaturitas
saluran pencernaan.
d. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
kapiler rapuh dekat permukaan kulit.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur

15
f. Potensial cedera kernikterus berhubungan dengan peningkatan kadar
bilirubin

3. Rencana tindakan keperawatan


a. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik
Tujuan : Menunjukkan pola nafas yang efektif.
Kriteria hasil : RR normal 40-60 kali/menit, jalan nafas paten, irama
reguler.
1) Kaji frekwensi pernafasan dan pola pernafasan. Perhatikan adanya
apnea dan perubahan frekwensi jantung, tonus otot dan warna
kulit berkenaan dengan prosedur atau perawatan, lakukan
pemantauan jantung dan pernafasan yang kontiniu.
Rasional : Membantu dalam membedakan priode perputaran
pernafasan yang normal dari serangan apnoe, yaitu terutama
sering terjadi sebelum gestasi minggu ke-30.
2) Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan.
Rasional : Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan nafas.
3) Pertahankan suhu tubuh optimal
Rasional : Hanya sedikit peningkatan atau penurunan suhu
lingkungan dapat menimbulkan apnea.
4) Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan
gulungan popok di bawah bahu untuk menghasilkan sedikit
hiperekstensi.
Rasional : Posisi ini dapat memudahkan pernafasan dan
menurunkan episode apnoe, khususnya adanya hipoksia, asidosis
metabolik atau hiperkapnea

b. Resiko tinggi tidak efektifnya thermoregulasi berhubungan dengan


perkembangan SSP imatur (pusat regulasi suhu), penurunan rasio
massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sub kutan.

16
Tujuan : Resiko tinggi tidak efektifnya thermoregulasi tidak terjadi
Kriteria hasil : Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal (36,4-
37,4)
1) Kaji suhu dengan sering, periksa suhu rektal pada awalnya,
selanjutnya periksa suhu aksila atau gunakan alat termostat
dengan dasar terbuka dan penyebab hangat. Ulangi setiap 15 menit
selama penghangatan ulang
Rasional : Hiopotermia membuat bayi cenderung pada stress
dingin, penggunaan simpanan lemak coklat yang tidak dapat
diperbaharui bila ada dan penurunan sensitivitas untuk
meningkatkan kadar CO2 (hiperkapnea) atau penurunan kadar O2
( hipoksia )
2) Tempatkan bayi pada penghangat, inkubator, tempat tidur terbuka
dengan penyebar hangat, atau tempat tidur terbuka dengan pakaian
tepat untuk bayi yang lebih besar atau lebih tua gunakan bantalan
pemanas di bawah bayi.
Rasional : Mempertahankan lingkungan termo netral membantu
mencegah stress dingin
3) Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah, pertahankan
kepala bayi tetap tertutup.
Rasional : Mencegah kehilangan cairan melalui evaporasi.

c. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan immaturitas organ tubuh.
Tujuan : Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh tidak terjad
Kriteria hasil : - Peningkatan berat badan 20-30 gr/hari
- Mempertahankan berat badan
1) Timbang berat badan bayi saat menerima di ruangan perawatan
dan setelah itu setiap hari.

17
Rasional : Menetapkan kebutuhan kalori dan cairan sesuai dengan
BB dasar yang sesuai/ normal turun sebanyak 5%-10 % dalam 3-
4 hari pertama dari kehidupan karena keterbatasan masukan oral.
2) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen,
adanya tangisan lemah yang diam bila dirangsang oral diberikan
dan perilaku menghisap.
Rasional : Indikator yang menunjukkan neonatus lapar
3) Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5-15 ml air steril,
kemudian dextrose dan air sesuai protokol rumah sakit, berlanjut
pada formula untuk bayi yang makan melalui botol.
Rasional : Pemberian makanan awal membantu memenuhi
kebutuhan kalori dan cairan khususnya pada bayi yang laju
metabolismenya menggunakan 100- 120 kal/ kg BB setiap 24 jam.
d. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
kapiler rapuh dekat permukaan kulit.
Tujuan : Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit tidak terjadi
Kriteria : Integritas kulit baik
1) Inspeksi kulit, perhatikan area kemerahan atau tekanan.
Rasional : Mengidentifikasi area potensial kerusakan dermal,
yang dapat mengakibatkan sepsis.
2) Berikan perawatan mulut dengan menggunakan salin atau
gliserin scrab.
Rasional : Membantu mencegah kekeringan dan pecah pada
bibir.
3) Berikan latihan gerak, perubahan posisi rutin
Rasional : Membantu mencegah kemungkinan nekrosis
berhubungan denganedema dermis di atas penonjolan tulang.
4) Mandikan bayi dengan menggunakan air steril dan sabun
meminimalkan manipulasi kulit bayi.
Rasional : Setelah beberapa (empat ) hari, kulit mengalami
beberapa sifat bakterisidal karena pH asam.

18
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur.
Tujuan : Resiko tinggi infeksi tidak terjadi
Kriteria : Leukosit (5.700-18.000 sel/mm3), tali pusat tidak merah,
kotor atau bau, suhu tubuh tidak meningkat.
1) Tingkatkan cara-cara mencuci tangan pada staf, orang tua dan
pekerja lain.
Rasional : Mencuci tangan adalah praktik yang penting untuk
mencegah kontaminasi.
2) Pantau pengunjung akan adanya lesi kulit
Rasional : Penularan penyakit pada neonatus dari pengunjung
dapat terjadi secara langsung.
3) Kaji bayi terhadap tanda-tanda infeksi, misalnya : suhu, letargi
atau perubahan perilaku.
Rasional : Bermanfaat dalam mendiagnosa infeksi
4) Lakukan perawatan tali pusat secara teratur.
Rasional : Perawatan tali pusat dengan teratur mencegah
terjadinya infeksi.
5) Berikan ASI untuk pemberian makan bila tersedia
Rasional : ASI mengandung Ig. A, makrofag, limfosit dan netropil
yang memberikan beberapa perlindung.

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

Nama Mahasiswa/NPM : Kelompok 9


Tempat Praktik : Ruang Perinatologi RSUD Dr.A.Dadi Tjokorodipo
Tanggal : 26 Oktober 2018

I. IDENTITAS
Nama : By.Ny.F
Tempat/Tanggal Lahir : Ruang Perinatologi RSUD Dr.A.Dadi Tjokrodipo
Nama Ayah : Tn.D
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pendidikan Ayah : SMA
Nama Ibu : Ny.F
Pekerjaan Ibu : IRT
Pendidikan Ibu : SMA
Alamat : Jl. Ikan Sepat,Teluk Betung Selatan,Bandar
Lampung,Lampung
Kultur/Suku : Jawa
Agama : Islam

II. KELUHAN UTAMA


Bayi berat badan lahir rendah ,1900 gram

III. Riwayat Kehamilan


1. Prenatal
a. Jumlah kunjungan : 1 x dalam 2 minggu
b. Bidan / Dokter : Persiapan persalinan, Asi eklusif, KB
c. HPHT :
d. Kenaikan BB Selama Hamil : 6kg (52kg -> 58 kg
e. Komplikasi Obat : tidak ada
f. Gol.Darah Ibu :A

20
g. Obat yang didapat : Vitamin dan zat besi (fe)
h. Pemeriksaan yang didapat : HbsAg, HIV
i. Imunisasi : TT

2. Natal
a. Awal persalinan :Ibu mulai mulas (kenceng-kenceng)pada
tanggal 25 oktober 2018 pukul: 03.30
WIB,kemudian keluar lendir pukul : 04.00
WIB
b. .Lama persalinan : 4 jam 15 menit
c. Komplikasi : Tidak ada
d. Cara melahirkan :Pervaginam
e. Tempat melahirkan : RSUD Dr.A.Dadi Tjokrodipo

3. Post Natal
a. Usaha Nafas : Tanpa Bantuan
b. kebutuhan resusitas : Tidak ada resusitas
c. APGAR : Score 8/10
d. Obat yang diberikan : Vit K 5 mg
e. Inteaksi Ibu dan Bayi : Ada Interaksi
f. Trauma lahir : Tidak ada
g. Nekrosis : Tidak ada
h. Keluar Urin/BAB : ada
i. Respon Fisiologis / perilaku bermakna
bayi lahir spontan ,tidak literagis dan menangis keras ,gerakan
aktif .Bayi lahir Premature dengan umur kehamilan 36 minggu

IV. Riwayat Keluarga


Keluarga mengatakan diantara keluarga tidak ada yang memiliki penyakit
keturunan,tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat anak dengan
BBLR

21
V. Riwayat Sosial
1. Sistem pendukung yang dapat dihubungi
Semua anggota keluarga saling mendukung Ny. F ,keluarga yang bisa
dihubungi adik perempuannya.Alamat yang bisa dihubungi adalah
Ny.F menyatakan tinggal bersama suami dan anak-anaknya
2. Hubungan orang tua dan Bayi
Ibu Respon Ayah
Ya Menyentuh Ya
Ya Memeluk Tidak
Ya Berbicara Tidak
Ya Berkunjung Ya
Ya Kontak mata Ya
Ibu belum berinteraksi dengan bayi karena masih di opname di RSUD
Dr.A.Dadi Tjokrodipo sedangkan ayah hanya menyentuh bayi dan
kontak mata saat bayi belum masuk ruang perinatologi

3. Anak yang lain


4. Lingkungan rumah
Ny. F mengatakan tinggal bersama suami dan anak-anaknya.Mereka
tinggal di Jl. Ikan Sepat, Teluk Betung Selatan ,Bandar Lampung
5. Problem sosial yang penting
Keuangan

VI. Keadaan kesehatan saat ini


1. Diagnosis medis : BBLR 36 minggu 1900 gram
2. Tindakan operasi : Tidak ada tindakan
3. Status Nutrisi : Intake nutrisi melalui ASI dengan sonde sebanyak
25 cc/ 3 gram
4. Status cairan : Kebutuhan cairan saat ini
Hari ke-I : 60 cc/ kg BB/ hari
Hari ke-II : 80 cc/ kg BB/ hari
Hari ke-III : 100 cc/ kg BB/ hari

22
5. Obat-obatan
6. Aktivitas
By.Ny. F menghasilkan waktu dengan tidur , lemah , menangis kuat ,
gerak aktif
7. Tindakan keperawatan yang dilakukan
a). Penempatan klien di ruang perinatologi (Incubator) pengaturan
suhu 350 c
b). Pemberian PASI
c). Manajemen cairan dan elektrolit
8. Hasil Laboraturium

VII. Pemeriksaan fisik


Keadaan umum : baik
Kesadaran : cm
TTU :
TD : - Nadi : 138 x/m
RR : 34 x/m Suhu : 36,5o c

Antropometri Saat lahir Saat pengkajian


Berat badan 1900 gram 1900 gram
Panjang badan 47 cm 47 cm
Lingkar kepala 30 cm 30 cm

1. Reflek :
( √ ) moro ( √ ) menggenggam ( √ ) menghisap
2. Tonus otot / aktivitas
a. ( √ ) aktif ( ) tenang ( ) letargi ( ) kejang
b. ( √ ) menangis kuat ( ) lemah ( ) melengking
( ) sulit menangis
3. Kepala / leher
a. ( √ ) lunak ( ) tegas ( ) datar

23
( ) menonjol ( ) cekung
b. Sutura sagitalis
( √ ) tepat ( ) terpisah ( √ ) menjauh
c. Gambaran wajah
( √ ) simetris ( ) asimetris
4. Mata
( ) bersih ( √ ) sekresi
5. THT
a. Telinga
( √ ) normal ( ) tidak normal
b. Hidung
( √ ) bilateral ( ) obstruksi ( ) cuping hidung
c. Mulut/ palatum
( √ ) normal ( ) abnormal
6. Abdomen
a. ( ) lunak ( √ ) tegas
( ) kembung ( √ ) datar
b. lingkar perut : 24 cm
c. liver : ( √ ) < 2 cm ( ) > 2 cm
7. Thorax
a. ( √ ) simetris ( ) asimetris
b. Retraksi : ( √ ) derajat 0 ( ) derajat 1 ( ) derajat 2
c. Klavikula : ( √ ) normal ( ) abnormal
8. Paru-paru
a. Suara nafas : ( √ ) sama kanan-kiri ( ) tidak sama
b. ( √ ) bersih ( ) ronchi ( ) wheezing
c. Benyi nafas
( √ ) terdengar disemua lapang paru ( ) tidak terdengan
d. Respirasi
( √ ) spontan : 34 x / menit
9. Jantung
( √ ) bunyi normal sinus rytm (NSR) : 138 x / menit

24
( ) murmur
CRT : < 2 detik
Nadi perifer
keterangan kuat lemah Tidak ada

Brachial kanan

Bachial kiri

Femoral kanan

Femoral kiri

10. Ekstermitas
( √ ) simetris ( ) asimetris
ROM
( ) terbatas ( √ ) bebas
11. Umbilitus
Belum lepas ,tidak ada infeksii pada tali pusar
12. Genitalia
Laki-laki
13. Anus
Normal
14. Spina
Normal ,benjolan ( - )
15. Kulit
Warna kemerahan , tugor kulit cukup baik , kulit lembut
16. Suhu
a. Suhu lingkungsn / icubator : 36o c
b. Suhu kulit : 36,5o c
VIII. Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. Kemandirian
Belum bisa
b. Motorik kasar

25
Lemah
c. Motorik halus
Belum bisa
d. Kognit / bahasa
Belum bisa

Kesimpulan perkembangan

( √ ) menangis bila tidak nyaman

XI. ringkasan riwayat keperawatan

By. NY. F lahir seperti pada tanggal 26/10/2018 dan menangis keras apgar
8/10 , usia kehamilan I, 36 minggu By.Ny.F lahir di RSUD.A.Dadi
Tjokrodipo ditolong bidan saat lahir BB 1900 gram, bayi Lngaung dirujuk
diruang perinatologi

Analisa data

No. data problem Etiologi

1 DS : - Resiko perubahan -pusat pengaturan


suhu tubuh suhu belum
DO : Suhu tubuh 36,5o c
(hipotermi) matang

-Bayi dalam incubator


-timbunan lemak

Suhu 36o c subkutan tipis

-Lapisan lemak bawah kulit

Tipis

DS : Ansieta pada Kurang


orang tua pengetahuan
-Orang tua mengatakan cemas
tentang kondisi
dengan kondisi bayinya
bayinya

26
-Orang tua mengatakan tidak
tahu tentang kondisi bayinya

DO :

-tambah cemas dan tegang

DS : -
Resiko terhadap Lemahnya reflek
DO : perubahan nutrisi hisap
kurang dari
reflek hisap lemah
kebutuhan tubuh

BBL : 1900 gram

Tugor kulit jelek

Diet ASI dengan sonde

25 cc/3 jam

DS : - -imobilitas
Resiko gangguan

1. Tugor kulit jelek integritas kulit -kelembapan kulit


2. Kulit tidak lembab
3. Incubator 36o c

Diagnosa keperawatan sesuai perioritas

1. Resiko perubahan suhu tubuh b.d timbunan lemak subkutan


tipis,pengaturan suhu belum matang
2. Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
lemahnya reflek hisap
3. Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilitas ,kelembaban kulit
4. Ansietas orang tua b.d kurang pengetahuan tentang kondisi bayinya

27
Rencana keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan

Resiko Sudah dilakukan 1.monitor TTV 1.memantau


perubahan suhu askep selama 3x24 ketidaknormalan
tubuh b.d jam kestabilan tubuh
timbunan lemak suhu tubuh bayi
sub kutan tipis dapat
dipertahankan 2.monitor suhu
2.tanda hipotermi
kulit tiap 2 jam
dan hipertermi
Kriteria hasil
diamati dengan
1.suhu kulit berada mengukur suhu
dalam rentang kulit
36,5 -37,5o c
3.monitor warna 3.warna kulit
2.tidak ada tanda kulit kemerahan
hipotermi menunjukan suhu
kulit meningkat

4.pertahankan
4.mencegah
suhu incubator dan
letidakseimbangan
memantau suhu
suhu tubuh secara
incubator
bertahap
5.monitor tanda-
5.respon adanya
tanda hipertermi
peningkatan
dan hipotermi
metabolisme maka
terjadi

28
peningkatan
kebutuhan O2

6.ganti popok
6.mempertahankan
bayi/pakaian/bedo
suhu tubuh stabil
ng jika basah

Resiko nutrisi Setelah dilakukan 1.kaji berat badan 1.indikasi status


kurang dari askep selama 3x24 bayi (timbang) nutrisi bayi
kebutuhan jam diharapkan memantau
2.kaji reflek
tubuh nutrisi adekuat peningkatan berat
menelan,
badan
-bayi mendapat menghisap
kalori dan nutrien 2.
esensial yang
adekuat 3.monitor jumlah
nutrisi yang masuk
-mempertahankan
baik oral/enteral
pertumbuhan dan 3.mengetahui
peningkatan BB sedini mungkin
dalam kurva adanya tanda
normal 20-30 4.beri nutrisi yang
bahaya
gr/hari masuk 8x15 cc
untuk hari pertama
tiap 3 jam
4.bayi mungkin
mengalami
pengeluaran
5.monitor tugor
penurunan BB
kulit
yang drastis

5.indikator

6.pantau kalori keberhasilan

dan intake nutrisi tindakan

29
6.memantau intake
yang diperlukan

Resiko Setelah diberikan 1.observasi tekstur 1.untuk


gangguan askep selama 3x24 dan warna kulit mengetahui
integritas kulit jam diharapkan adanya kelainan
b.d imobilitas integritas kulit kulit
kelembaban baik
kulit
KH. 2.jaga kebersihan
2.meminimalkan
kulit bayi
-kulit lembab kontak kulit
3.jaga kebersihan dengan zat yang
-integritas tugor
tempat tidur dapat merusak
kulit.tidak ada
kulit
tanda iritasi
3.mencegah
-tidak kering
kerusakan kulit

-bersih dan utuh 4.atur suhu dan 4.suhu yang terlalu


pantau suhu panas membuat
incubator kulit bayi kering

5.lakukan 5.mencegah
mobilisasi tiap 2 kerusakan kulit
jam

Ansietas orang Setelah dilakukan 1.kaji tingkat 1.mengetahui


tua b.d kurang askep selama 2x24 pemahaman pemahaman
pengetahuan jam diharapkan ibu,beri informasi ibu/keluarga
terhadap masalah teratasi pada ibu/keluarga
kondisi bayi ttg penyakit
KH
bayinya

-cemas berkurang

30
-orang 2.jelaskan proses 2.meningkatkan
tua/keluarga penyakit pengetahuan
mengekspresikan individu,dorong
perasaan dan orang terdekat
keprihatinan menaanyakan
mengenai bayi pertanyaan

-paham dan
keterlibatan dalam 3.meningkatkan
3.jelaskan pengetahuan
asuhan
tindakan yang
dilakukan

4.berikan support 4.meningkatkan

mental mental orang tua

5.ajarkan teknik 5.mengurangi

rileksasi ketegangan

Implementasi dan Evaluasi

31
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang di lakukan pada By.


Ny. F dengan diagnosa medis BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Dr.A.Dadi
Tjokorodipo, maka dalam bab ini penulis akan membahas tentang keterkaitan
atau kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh dari hasil
pelaksanaan studi kasus.

A. Pengkajian
Dalam pengkajian di awali dengan pengumpulan data melalui anamnese
yang meliputi identitas pasien, riwayat kelahiran bayi, riwayat ibu kandung
bayi, pengkajian fisik pada neonatus dan riwayat sosial yang berpedoman
pada format pengkajian, namun tidak tertutup kemungkinan untuk
dikembangkan dengan data-data lain yang ditemukan pada pasien.
Untuk memperoleh data, baik data subjektif maupun objektif, penulis
melakukan pendekatan-pendekatan antara lain pengamatan langsung,
wawancara kepada keluarga, pemeriksaan fisik, baik inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi serta pemeriksaan laboratorium dan konsultasi dengan tim
kesehatan serta melalui catatan medic. Pada pelaksanaan pengkajian data
penulis tidak banyak mengalami hambatan oleh karena adanya kerjasama yang
baik dari keluarga dan tim kesehatan lainnya, sehingga memudahkan dalam
pengumpulan data.
Pada teori menurut Prawirohardjo (2007), sejak tahun 1961, WHO
telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby (BBLR).
Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram
pada waktu lahir merupakan bayi prematur. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang sesuai, atau
bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa
kehamilannya/kecil untuk masa kehamilan (KMK).

Pada kasus By. Ny. F data yang diperoleh terdapat gejala dan tanda seperti
berat badan bayi rendah yaitu 36 minggu 1900 gram dengan keadaan prematur

32
dan masa kehamilan 36 minggu dengan disertai komplikasi persalinan
presentasi bokong. Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan antara teori dan
kasus sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori
dan kasus.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia
terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentanan respon
terhadap individu, keluarga kelompok, atau komunitas (NANDA, 2015). Pada
langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan interprestasi yang benar atas data - data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan di interprestasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Masalah sering berkaitan
dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan
sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis.

Perumusan diagnosa keperawatan berdasarkan tinjauan teoritis pada bayi


berat lahir rendah meliputi:
a. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik
b. Resiko tinggi tidak efektifnya thermoregulasi berhubungan dengan
perkembangan SSP imatur (pusat regulasi suhu), penurunan rasio massa
tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sub kutan.
c. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan reflek menelan dan menghisap lemah, imaturitas
saluran pencernaan.
d. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
kapiler rapuh dekat permukaan kulit.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur
Sedangkan perumusan diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan pada By.
Ny. D dengan bayi berat lahir rendah dalam tinjauan kasus berdasarkan analisa

33
data meliputi, Sedangkan perumusan diagnosa keperawatan yang penulis
tegakkan pada By. Ny. F dengan bayi berat lahir rendah dalam tinjauan kasus
berdasarkan analisa data meliputi:
b. Resiko perubahan suhu tubu (hipotermi) b.d timbunan lemak subcutan tipis
c. Resiko terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d lemahnya reflek
hisap
d. Resiko integritas kulit b.d kelembaban kulit
e. Ansietas orang tua b.d kurang pengetahuan tentang kondisi bayinya.

C. Rencana Keperawatan
Menurut UU perawat no 38 th.2014, perencanaan merupakan semua
rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang
diberikan kepada pasien. Sedangkan menurut NANDA, 2015 pada asuhan
keperawatan BBLR diagnosa yang prioritas adalah Resiko perubahan suhu
tubu (hipotermi) b.d timbunan lemak subcutan tipis dengan intervensi sebagai
berikut monitor TTV, monitor suhu kulit tiap 2 jam, monitor warna kulit,
pertahankan suhu incubator dan memantau suhu incubator, monitor tanda-
tanda hipertermi dan hipotermi, ganti popok bayi/pakaian/bedong jika basah
dan diagnosa yang lain dilakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan pasien.
Berdasarkan perencanaan kelompok melakukan perencanaan yang sama sesuai
teori.
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan
oleh langkah- langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah di identifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini, informasi / data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sesuai dengan tinjauan
kepustakaan, tindakan yang dilakukan pada By. Ny. F dengan diagnosa
BBLR

D. Implementasi
Menurut Damaiyanti (2012) implementasi adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap

34
perencanaan. Sebelum melakukan tindakan keperawatan yang telah
direncanakan perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana
tindakan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai kondisinya saat ini atau
here and now.

Pada langkah implementasi, dilaksanakan secara efisien dan aman.


Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh perawat atau sebagian oleh
pasien atau anggota tim kesehatan lainnya. Pada tahap pelaksanaan asuhan
keperawatan pada By. Ny. F, penulis melaksanakan sesuai rencana yaitu
penatalaksanaan yaitu menciptakan lingkungan yg nyaman bagi pasien,
menyediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman, melakukan
cuci tangan sebelum kontak langsung dengan bayi. Pada tahap ini penulis
tidak menemukan permasalahan yang berarti, hal ini di tunjang oleh klien
dan keluarganya kooperatif dalam menerima semua anjuran dan tindakan yang
diberikan. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan dalam pelaksanaan yang terjadi
pada teori dan pada kasus By. Ny. F bahwa dalam pemberian makanan
diberikan membantu memenuhi nutrisi bayi yang kurang adekuat.

E. Evaluasi
Pada langkah ini, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah
diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap masalah yang telah
diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis. Evaluasi merupakan langkah
akhir dari proses manajemen keperawatan. Hasil evaluasi dari By. Ny. F
telah direncanakan sesuai dengan kebutuhan pasien, dan tujuan dari rencana
yang ditentukan telah tercapai, yaitu ibu mengerti keadaan yang sedang
dialaminya, tidak terjadi komplikasi yang lebih berat, Hipotermi tidak terjadi
nutrisi bayi sudah terpenuhi integritas kulit baik, kecemasan orang tua dapat
teratasi, selain itu kondisi, hal ini membuktikan bahwa pendekatan asuhan
keperawatan yang diberikan pada By. Ny. F berhasil. Berdasarkan data diatas
menunjukkan bahwa tidak adanya kesenjangan antara teori dan kasus pada By.
Ny.D.

35
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada By. Ny. F mulai pengkajian masalah
keperawatan, perencanaan, implementasi dan ecaluasi. Pada kasus By. Ny. F
muncul masalah resiko perubahan suhu tubu (hipotermi) b.d timbunan lemak
subcutan tipis, resiko terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
lemahnya reflek hisap, resiko integritas kulit b.d kelembaban kulit, ansietas
orang tua b.d kurang pengetahuan tentang kondisi bayinya. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan sesuai intervensi yang ada didapatkan hasil evaluasi
masalah dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil.

36
DAFTAR PUSTAKA

37

Anda mungkin juga menyukai