Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN TUGAS BESAR

STRUKTUR BETON BERTULANG


DESAIN BANGUNAN HOTEL 3 LANTAI

Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah


Struktur Beton Bertulang

Dosen:
Jouvan Chandra Pratama P

Asisten:
Muhammad Sudrajat Hasyim
1132004009

Disusun Oleh:
Akhdan Uzami
1152004036

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BAKRIE
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan kesehatan, kesempatan, kemauan, semangat serta kemampuan
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan perencanaan perhitungan struktur yang
berjudul “Desain Bangunan Hotel 3 Lantai “. Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada kekasih Allah, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat
manusia dari jalan yang gelap gulita ke jalan yang terang benderang.

Penulisan laporan ini dimaksudkan sebagai tugas besar yang merupakan salah
satu aspek penilaian dalam mata Struktur Beton Bertulang (Reinforced Concrete
Structures-TSI302) dan juga dapat memberikan pengajaran baik itu bagi pembaca
maupun bagi penulis sendiri bagaimana aplikasi penerapan ilmu yang diperoleh selama
perkuliahan dalam perhitungan perencanaan struktur beton bertulang pada bangunan
dua lantai.

Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa yang tiada sempurna, sehingga
makalah ini masih terdapat kekurangan. Karena itu merupakan kebahagiaan tersendiri
bagi penulis jika terdapat kritik dan saran dari pembaca yang konstruktif sehingga
mengarah kepada kesempurnaan. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Jouvan Chandra Pratama P.
selaku dosen mata kuliah Struktur Beton Bertulang (Reinforced Concrete Structures).

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala jasa dan budi
baik dari semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan laporan ini. Akhir kata
penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Amin.

Jakarta, 23 Desember 2017

Akhdan Uzami

2
DAFTAR ISI

COVER LAPORAN…………………………………………………………………………………….I

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….………II

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………III

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….. ……...1
1.2 Tujuan……………………………………………………………………………………...2
1.3 Batasan Masalah……………………………………….…………………………………..3
1.4 Gambaran Umum Proyek………………………………………………………………….3
1.4.1 Lokasi Proyek………………………………………………………………….……3
1.4.2 Data Umum Proyek…………………………………………………….…………...4
1.5 Gambaran Desain Proyek…………………………………...……………………………..4

BAB II TEORI DASAR


2.1 Pengertian Struktur Beton Bertulang…………………………………………… ………..6
2.2 Kelebihan & Kelemahan Struktur Beton Bertulang……………………………………….7
2.2.1 Kelebihan……………………………………………………………………………7
2.2.2 Kelemahan…………………………………………………………………………..7
2.3 Preliminary Design………………………………………………………………………...8
2.3.1 Preliminary Design Pelat……………………………………………………………8
2.3.2 Preliminary Design Balok & Kolom………………………………………………11

BAB III PRELIMINARY DESIGN


3.1 Spesifikasi Material……………………………………………………………….……...13
3.2 Spesifikasi Pembebanan………………………………………………………………….13
3.3 Perencanaan Dimensi Balok……………………………………………………………...14
3.4 Perencanaan Dimensi Pelat……………………………………………………………....15
3.5 Perencanaan Dimensi Kolom………………………………………………………...…..18

BAB IV PERENCANAAN STRUKTUR


4.1 Acuan Perencanaan………………………………………………………………………24
4.2 Pemodelan Struktur Menggunakan Etabs………………………………………………..24

3
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Penulangan Pada Balok…………………………………………………………………..36
5.2 Penulangan Pada Kolom…………………………………………………………………38
5.3 Penulangan Pada Pelat……………………………………………………………………43

BAB VI KESIMPULAN & SARAN


6.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………45
6.2 Saran……………………………………………………………………………………..48

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………….49

LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………50

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hotel merupakan salah satu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, yang disediakan
bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan berikut makanan dan minuman (Berdasarkan
SK Menteri Perhubungan No. PM 16/PW 301/PHB 77 tanggal 22 Desember 1977 pada bab Pasal 7 ayat
a). berdasarkan pengertian ini, hotel memerlukan pengelolaan secara terus menerus untuk melayani
konsumennya. Hal ini juga sesuai dengan rumusan dari aspek pariwisata yang menyatakan bahwa hotel
adalah suatu jenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bagian dari jenis bangunan untuk
menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, serta jasa lainnya bagi kepentingan umum yang
dikelola secara komersial. (Keputusan Kementrian Pariwisata & Pos Telekomunikasi RI).

Perancangan sebuah hotel perlu mempertimbangkan dua aspek utama pada perancangan
bangunan komersial, yaitu efisiensi dan kenyamanan. Dua aspek ini secara keseluruhan akan
mempengaruhi keputusan sebuah rancangan hotel dengan melihat kepentingan konsumen hotel yang
menjadi sasaran hotel tersebut. Pada akhirnya hal ini akan berdampak pada lahirnya rancangan berbagai
jenis hotel yang berbeda sesuai jenis target pasarnya.

Seperti halnya kota Batam sebagai salah satu kota besar di Daerah Istimewa Yogyakarta
merupakan pusat segala kegiatan aktifitas baik ekonomi, perdagangan, jasa dan industri serta menjadi
salah satu pusat pariwisata di Pulau Jawa. Daerah Istimewa Yogyakarta dapat berperan langsung dalam
lingkup international. Semakin banyak jumlah wisatawan dalam negeri maupun luar negeri akan
membuka peluang masuknya investor untuk berbisnis maupun menanamkan modal di Daerah Istimewa
Yogyakarta.

Untuk mengantisipasi kedatangan wisatawan dalam negeri maupun asing ke Yogyakarta untuk
kegiatan berbisnis, maka Yogyakarta memerlukan fasilitas pendukung seperti akomodasi untuk tempat
menginap, salah satunya adalah hotel bintang yang menyediakan fasilitas lengkap dan nyaman untuk
pertemuan bisnis sekaligus untuk tempat rekreasi.

Akhir – akhir ini bisnis perhotelan di Yogyakarta menunjukkan prospek yang cerah, hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang menginap dihotel, khususnya di hotel
bintang.Selama beberapa tahun setelah krisis moneter berlangsung, tingkat hunian hotel berbintang
terhitung tertinggi. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya kegiatan konvensi seperti rapat dan
seminar yang dilakukan oleh instansi – instansi pemerintah dan swasta baik dalam tingkat lokal maupun

1
nasional yang diselenggarakan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga dengan diberlakukannya visit
batam yang memang bertujuan untuk menarik wisatawan sebanyak-banyaknya ke Yogyakarta.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini
membutuhkan dibangunnya hotel baru, khususnya Royal Garden Hotel berbintang.Sebagai suatu sarana
akomodasi untuk memenuhi kebutuhan wisatawan-wisatawan baik yang berorientasi bisnis maupun yang
orientasinya hanyalah rekreasi belaka, untuk itu dalamhal tempat menginap harus juga juga dilengkapi
dengan fasilitas penunjang kegiatan berbisnis seperti ruang pertemuan. Selain itu juga sebagai tempat
menginapnya wisatawan yang memiliki tujuan utama berekreasi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan
sekitarnya.

Royal Garden Hotel hadir untuk memberikan alternative pada para wisatawan untuk menginap.
Gaya hidup masyarakat modern sekarang tidak bisa dilepaskan dari kafe, pusat oleh-oleh, tempat hiburan
untuk melepas penat menjadi alasan pembangunan Royal Garden Hotel berbintang ini. Pada Royal
Garden Hotel ini akan ditunjang dengan fasilitas-fasiltas tambahan untuk menunjang gaya hidup eksekutif
muda yang penat untuk mencari hiburan. Royal Garden Hotel akan menjadi solusi yang bagus untuk
memenuhi tuntutan kebutuhan gaya hidup para wisatawan-wisatawan untuk mendapatkan hiburan pada
satu tempat mengingat mobiltas mereka yang sangat tinggi.

Royal Garden Hotel sangat terpengaruh dari faktor pemilihan lokasi dan segala hal yang ada di
sekitarnya meliputi fasilitas kuliner maupun transportasi. Monumen Tugu Ialah suatu kawasan yang
sangat tepat bagi lokasi Royal Garden Hotel ini. Di kawasan ini segala fasilitas tersedia cukup lengkap,
mulai dari transportasi hingga kuliner bahkan entertainment. Segala hal yang dimiliki oleh kawasan ini
suungguh sangat tepat bagi sebuah Royal Garden Hotel berdiri di dalamnya, sehingga diharapkan para
wisatawan dengan maksimal dapat mencapai segala tujuan mereka baik dibidang bisnis maupun rekreasi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Maksud Tujuan
Maksud tujuan ini untuk merancang bangunan hotel 3 lantai untuk komersial bisnis.

1.2.2 Tujuan Penulisan

a) Tugas besar pada mata kuliah Struktur Beton Bertulang / Reinforced Concrete Structure (TSI
302) pada Semester Ganjil tahun ajaran 2017-2018 tepatnya pada Semester V.
b) Memahami dan memahami langkah-langkah perhitungan dalam perencanaan struktur
gedung dengan menerapkan ilmu yang telah diajarkan khususnya pada mata kuliah Struktur
Beton Bertulang.

2
c) Melakukan perhitungan dengan teliti, mengambil asumsi yang tepat sesuai dengan pedoman
perencanaan dalam menyelesaikan perhitungan struktur.
d) Menerapkan hasil perhitungan analisis struktur ke dalam perhitungan struktur beton maupun
struktur baja.
e) Perencanaan ini dapat di gunakan sebagai latihan awal sebelum menerapkan ilmu yang di pelajari
ke dalam dunia kerja.

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada perencanaan ini yaitu melakukan perhitungan pada atap, plat,
balok, dan kolom pada struktur tersebut.

1.4 Gambaran Umum Proyek


1.4.1 Lokasi Proyek
Proyek pembangunan Royal Garden Hotel ini terletak di Jl. Parangtritis, Brontokusuman,
Mergangsan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55143.

Gambar 1.1: Lokasi Proyek

3
1.4.2 Data Umum Proyek

1. Nama Proyek : Proyek Pembangunan Royal Garden Hotel


2. Lokasi Proyek : Jl. Parangtritis, Brontokusuman, Mergangsan
3. Pemilik : CV. Royal Garden Properties
4. Konsultan : PT. Wijaya Karya Tbk.
5. Konsultan Pengawas : PT. Wijaya Karya Tbk.
6. Kontraktor : PT. Wijaya Karya Tbk.
7. Nilai Kontrak : Rp. 45.000.000.000
8. Waktu Pelaksanaan : 150 hari kalender
9. Waktu Pemeliharaan : 180 hari kalender

1.5 Gambaran Desain Proyek

Berikut gambaran desain proyek ke dalam beberapa tampak:

Gambar 1.2: Desain Tampak Depan

4
Gambar 1.3: Desain Tampak Samping

Gambar 1.4: Desain Tampak Atas

5
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Pengertian Struktur Beton Bertulang


Beton bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja tulangan.
Kombinasi dari kedua material tersebut menghasilkan bahan bangunan yang mempunyai sifat-sifat
yang baik dari masing-masing bahan bangunan tersebut.
Beton mempunyai sifat yang bagus, yaitu mempunya kapasitas tekan yang tinggi. Akan tetapi, beton
juga mempunyai sifat yang buruk, yaitu lemah jika dibebani tarik. Sedangkan baja tulangan mempunyai
kapasitas yang tinggi terhadap beban tarik, tetapi mempunyai kapasitas tekan yang rendah karena
bentuknya yang langsing (akan mudah mengalami tekuk terhadap beban tekan). Namun, dengan
menempatkan tulangan dibagian beton yang mengalami tegangan tarik akan mengeliminasi kekurangan
dari beton terhadap beban tarik.
Demikian juga bila baja tulangan ditaruh dibagian beton yang mengalami tekan, beton disekeliling
tulangan bersama-sama tulangan sengkan akan mencegah tulangan mengalami tekuk. Demikianlah
penjelasan tentang mengapa kombinasi dari kedua bahan bangunan ini menghasil bahan bangunan baru
yang memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibanding sifat-sifat dari masing-masih bahan tersebut
sebelum digabungkan. Berikut kita akan paparkan sesuatu yang berhubungan dengan bahan bangunan
beton dan tulangan baja.
Beton adalah bahan bangunan yang terbuat dari semen (Portland cement atau semen hidrolik lainnya),
pasir atau agregat halus, kerikil atau agregate kasar, air dan dengan atau tanpa bahan tambahan. Kekuatan
tekan beton yang digunakan untuk perencanaan ditentukan berdasarkan kekuatan tekan beton pada umur
28 hari. Meskipun sekarang kita dapat menghasilkan beton dengan kekuatan tekan lebih 100 MPa,
kekuatan tekan beton yang umum digunakan dalam perencanaan berkisar antara 20 – 40 MPa. Seperti
diterangkan sebelumnya, beton mempunyai kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi mempunyai kekuatan
tarik yang rendah, hanya berkisar antara 8% sampai 15% dari kekuatan tekannya. Untuk mengatasi
kelemahan dari bahan beton inilah maka ditemukan bahan bangunan baru dengan menambahkan baja
tulangan untuk memperkuat terutama bagian beton yang mengalami tarik.
Baja tulangan yang digunakan untuk perencanaan harus mengunakan baja tulangan ulir/sirip
(deformed bar). Sedangkan tulangan polos (plain bar) hanya dapat digunakan untuk tulangan spiral
dan tendon, kecuali untuk kasus-kasus tertentu.

6
2.2 Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu Bahan Struktur
2.2.1 Kelebihan :
Beton bertulang boleh jadi adalah bahan konstruksi yang paling penting. Beton bertulang
digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir semua struktur, besar maupun kecil – bangunan,
jembatan, perkerasan jalan, bendungan, dindingpenahan tanah, terowongan, jembatan yang melintasi
lembah (viaduct), drainaseserta fasilitas irigasi, tangki, dan sebagainya. Sukses besar beton sebagai bahan
konstruksi yang universal cukup mudah dipahami jika dilihat dari banyaknya kelebihan yang
dimilikinya. Kelebihan tersebut antara lain :
a) Beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan bahan lain.
b) Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, bahkan merupakan
bahan struktur terbaik untuk bangunan yang banyak bersentuhan dengan air. Pada peristiwa
kebakaran dengan intensitas rata-rata, batang-batang struktur dengan ketebalan penutup beton
yangmemadai sebagai pelindung tulangan hanya mengalami kerusakan padapermukaannya saja
tanpa mengalami keruntuhan.
c) Struktur beton bertulang sangat kokoh.
d) Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
e) Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang sangat panjang. Dalam kondisi-
kondisi normal, struktur beton bertulang dapat digunakan sampai kapan pun tanpa kehilangan
kemampuannya untuk menahan beban. Ini dapat dijelaskan dari kenyataannya bahwa kekuatan
beton tidak berkurang dengan berjalannya waktu bahkan semakin lama semakin bertambah dalam
hitungan tahun, karena lamanya proses pemadatan pasta semen.
f) Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis untuk pondasi tapak, dinding
basement, tiang tumpuan jembatan, dan bangunan-bangunan semacam itu.
g) Salah satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak menjadi bentuk yang sangat
beragam, mulai dari pelat, balok, dan kolom yang sederhana sampai atap kubah dan cangkang
besar.
h) Di sebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan-bahan lokal yang murah (pasir, kerikil, dan
air) dan relatif hanya membutuhkan sedikit semen dan tulangan baja, yang mungkin saja
harus didatangkan daridaerah lain.
i) Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi betonbertulang lebih rendah bila
dibandingkan dengan bahan lain seperti struktur baja.
2.2.2 Kelemahan :
Untuk dapat mengoptimalkan penggunaan beton, perencana harus mengenal dengan
baik kelebihannya. Kelemahan-kelemahan beton bertulang tersebut antara lain :

7
a) Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, sehingga memerlukan penggunaan
tulangan tarik.
b) Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap di tempatnya sampai beton
tersebut mengeras. Selain itu, penopang atau penyangga sementara mungkin diperlukan untuk
menjaga agar bekisting tetap berada pada tempatnya, misalnya pada atap, dinding, dan struktur-
struktur sejenis, sampai bagian-bagian beton ini cukup kuat untuk menahan beratnya sendiri.
Bekisting sangat mahal. Di Amerika Serikat, biaya bekisting berkisar antara sepertiga hingga
dua pertiga dari total biaya suatu struktur beton bertulang, dengan nilai sekitar 50%. Sudah jelas
bahwa untuk mengurangi biaya dalam pembuatan suatu struktur beton bertulang, hal utama yang
harus dilakukan adalah mengurangi biaya bekisting.
c) Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan beton bertulang menjadi
berat. Ini akan sangat berpengaruh pada struktur-struktur bentang-panjang dimana berat beban
mati beton yang besar akan sangat mempengaruhi momen lentur.
d) Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi-campuran dan
pengadukannya. Selain itu, penuangan dan perawatan beton tidak bisa ditangani seteliti seperti
yang dilakukan pada proses produksi material lain seperti struktur baja dan kayu.

2.3 Tahapan Pra-Perencanaan (Preliminary Design) Pada Konstruksi


Perencanaan sebuah konstruksi merupakan sebuah sistem yang harus dilakukan agar konstruksi
yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tahapan pra-perencanaan (Preliminary
Design) dilakukan untuk memilih komponen-komponen struktur penting, yaitu dimensi dan posisinya.

2.3.1 Preliminary Design Pelat

Struktur pelat pada gedung rumah sakit ini terdapat dua jenis yaitu pelat atap dan pelat lantai.
Berikut adalah pembahasan mengenai pelat:
1. Pelat Atap
Struktur pelat atap sama dengan struktur pelat lantai, hanya saja berbeda dalam hal
pembebanannya. Tentunya beban yang bekerja pada pelat atap lebih kecil dibandingkan
dengan pelat lantai.
Beban-beban yang bekerja pada pelat atap, yaitu:
a. Dead Load (DL)
- Beban pelat atap sendiri
b. Live Load (DL)
- Rain Load

8
- Beban Manusia
- Beban Benda Bergerak
2. Pelat Lantai
Pelat beton bertulang dalam suatu struktur dipakai pada lantai, pada pelat ruang ditumpu
balok pada keempat sisinya terbagi dua berdasarkan geometrinya, yaitu:
a. Pelat satu arah (one way slab)
b. Pelat dua arah (two way slab)

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada perencanaan pelat beton:


a. Pelat satu arah (one way slab)
1. Penentuan tebal pelat
2. Pembebanan pelat lantai dengan memakai metode beban terfaktor
3. Pendistribusian momen pelat dilakukan dengan cara table atau perhitungan analitis.
4. Pendistribusian momen dengan metode koefisien momen dengan rumus umum:
M = koefisien.Wu.ln2

Gambar 2.1

9
Gambar 2.2 (Sumber : Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung/SNI-03-
2847-2013:80)

5. Penggambaran tulangan

b. Pelat dua arah (two way slab)


1. Penentuan tebal minimum dari pelat atau konstruksi dua arah lainnya yang
direncanakan berdasarkan kententuan yang berlaku sebagai berikut:
 Ketentuan untuk merencanakan sistem pelat yang ditulangi terhadap lentur
dalam arah lebih dari satu dengan atau tanpa balok diantara tumpuan.

 Sistem Sistem pelat dapat ditumpukan pada kolom atau dinding. Bila ditumpu
oleh kolom, maka pelebaran ujung kolom yang berupa kepala kolom atau
konsol pendek yang terletak di luar lingkaran konus, piramida kanan, atau
undakan miring yang bidangnya berorientasi dalam batas 45 derajat terhadap
kolom, tidak boleh diperhitungkan untuk keperluan structural.

 Pelat masif dan pelat berongga atau berkantong yang dibuat dengan
menggunakan cetakan pengisi permanen atau yang dapat dilepas yang dipasang
diantara rusuk balok atau joist dua arah merupakan hal yang dicakup dalam
ketentuan yang berlaku

 Tebal minimum plat yang direncanakan berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan (SNI-03-2847-2013:81)

2. Cara perencanaan pelat dua arah yang harus diikuti.
3. Tebal minimum tanpa balok interior yang menghubungkan tumpuan-tumpuannya,
harus memenuhi ketentuan.

10
Gambar 2.3 (Sumber : Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung/SNI-
03-2847-2013:82)

4. Tebal dari pelat dengan balok yang mehubungkan tumpuan pada semua
sisinya harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk αfm ≤ 0,2 harus menggunakan
b. Untuk 2 > αfm > 0,2 , nilai ketebalan tidak boleh kurang dari:

ℎ= . +⁡

c. Untuk boleh kurang dari:


αfm > 2, nilai ketebalan+tidak
− ,

ℎ . +⁡
,
= , +
= ultimate

+
5. Pembebanan pelat dengan beban
2.2.2 Preliminary Design Balok & Kolom

Balok adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai pendukung beban vertikal dan horizontal.
Beban vertikal berupa beban mati dan beban hidup yang diterima plat lantai, berat sendiri balok dan berat
dinding penyekat yang di atasnya. Sedangkan beban horizontal berupa beban angin dan gempa. Balok
merupakan bagian struktur bangunan yang penting dan bertujuan untuk memikul beban tranversal yang
dapat berupa beban lentur, geser maupun torsi. Oleh karena itu perencanaan balok yang efisien, ekonomis
dan aman sangat penting untuk suatu struktur bangunan terutama struktur bertingkat tinggi atau struktur
berskala besar.
Definisi kolom menurut SNI-T15-1991-03 adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya
menyangga beban aksial desak vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali

11
dimensi lateral terkecil. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktur yang memikul
beban dari balok induk maupun balok anak. Kolom meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi yang
lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui`pondasi.
Keruntuhan pada suatu kolom merupakan kondisi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse)
lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur. Kolom adalah struktur
yang mendukung beban dari atap, balok dan berat sendiri yang diteruskan ke pondasi. Secara struktur
kolom menerima beban vertical yang besar, selain itu harus mampu menahan beban-beban horizontal
bahkan momen atau puntir/torsi akibat pengaruh terjadinya eksentrisitas pembebanan. hal yang perlu
diperhatikan adalah tinggi kolom perencanaan, mutu beton dan baja yang digunakan dan eksentrisitas
pembebanan yang terjadi. Adapan urutan-urutan dalam menganalisis kolom:

1. Tulangan untuk kolom dibuat penulangan simetris berdasarkan kombinasi Pu dan Mu.
Untuk satu batang kolom dan dua kombinasi pembebanan yaitu pada ujung atas dan
ujung bawah pada setiap freebody, masing-masing dihitung tulangannya dan diambil
yang terbesar.
2. Beban design kolom maksimum
3. Momen design kolom maksimum untuk ujung atas dan ujung bawah
4. Nilai kontribusi tetap terhadap deformasi
5. Modulus elastisitas = √ ′

′ = kuat tekan
beton
6. Nilai kekakuan kolom dan balok

== ℎℎ

12
BAB III
PRELIMINARY DESIGN

3.1 Spesifikasi Material


Berikut adalah spesifikasi material yang akan digunakan:

Spesifikasi Material

Beton

Beton untuk balok dan slab fc' 25 Mpa

Beton untuk kolom fc' 30 Mpa

Massa jenis beton yc' 2400 kg/m3

Mosulus Elastisitas Ec 4700 Mpa

Balok 23500 Mpa

Kolom 25742,96 Mpa

Tulangan Baja

Tegangan leleh fy 400 Mpa

Tegangan Ultimate fu 400 Mpa

Modulus Elastisitas Es 200000 Mpa

Massa jenis baja ys 7850 kg/m3

Percepatan Gravitas g 9,81 N/Kg

Tabel 3.1 Spesifikasi Materia


3.2 Spesifikasi Pembebanan
Berikut adalah pembebanan yang akan digunakan:

Pembebanan Lantai

Rain Load 0 kg/m2

LL Atap 100 kg/m2

LL Lantai 200 kg/m2

13
SIDL Atap 100 kg/m2

SIDL Lantai 150 kg/m2

Tabel 3.2 Spesifikasi Material

3.3 Perencanaan Dimensi Balok

Dalam perencanaan ini, dimensi balok sloof disamakan dengan balok induk. Pada perencanaan ini
dibedakan menjadi 2 yaitu balok satu ujung menerus dan balok 2 ujung menerus.

Balok Satu Ujung Menerus


ℎ =⁡

Panjang L = 4000 mm

, =⁡ ℎ
⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡=⁡

= ,≈ ⁡ ⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡=⁡ ×= . ⁡

≈ ⁡ ⁡

Balok Dua Ujung Menerus

Panjang L = 4000 mm

ℎ =⁡ =⁡ ℎ

×
⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡=⁡ ⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡=⁡

= , ≈ ⁡ = . ⁡ ⁡≈ ⁡

14
3.4 Perencanaan Dimensi Pelat
Perencanaan dimensi pelat
dibedakan menjadi 2 yaitu pelat satu
arah dan pelat dua arah. Penentuan jenis
pelat ditentukan dari nilai β, untuk pelat
satu arah β ≥ 2 sedangkan pelat dua arah
β < 2.
=⁡ ⁡ ⁡
Pelat satu arah
L panjang = 4000 mm
=⁡

L pendek = 3000 mm

= ,

=⁡
ℎ=⁡ ⁡

15
Pelat dua arah

L panjang = 4000 mm
L pendek=⁡ = 3000=, mm⁡

=⁡ = = mm

+ ℎ
=⁡ = + × =
Tebal Pelat
=
⁡ = = ⁡
 Mencari nilai konstanta pada inersia balok

= ⁡ = ⁡

ℎ =
⁡ ⁡ ⁡ − = ⁡

ℎ = ℎ⁡ = ⁡

+ ( )[ − ( )+ ( )+ − ( )]
ℎ ℎ ℎ ℎ
=⁡ ℎ ℎ ℎ ℎ ℎ

+ − ℎ

+ [ − + + − ]

=⁡ + −

=⁡.
 Mencari nilai inersia balok

16
⁡ =⁡ ⁡ ⁡ℎ

⁡ =⁡ . . . ,

⁡ =⁡ ⁡ ⁴
 Mencari nilai inersia plat

⁡ =⁡ ⁡ ⁡ ⁡ℎ

⁡ =⁡
⁡ ⁡

⁡ =⁡
⁡ ⁴
 Mencari nilai αfm

⁡ ⁡ ⁡⁡

=⁡ ⁡ ⁡ ⁡⁡

Karena balok dan plat di cor secara bersamaan maka mutu beton yang digunakan sama, sehingga
nilai modulus elastisitas (ε) keduanya adalah sama, sehingga :


=⁡

=⁡ ⁡⁡ ⁡

=⁡.
 Mencari tebal plat (h)
Karena 0 ≤ ≤ 2, maka rumus yang digunakan untuk mencari h adalah :

ℎ=⁡ + + . −
.

+ .

ℎ=⁡
+ . . − .

ℎ= ⁡
17
Nilai tebal plat yang dibulatkan adalah 100 mm atau 10 cm, nilai inilah yang dimasukan
kedalam modeling ETABS

3.5 Perencanaan Kolom

 Dead Load (DL)


Dead Load adalah berat beban struktur itu sendiri
= ⁡⁡ ⁡ ⁡⁡. ⁡

 Super Imposed Dead Load (SIDL)


Super Imposed Dead Load adalah beban-beban yang ikut memberikan tambahan beban pada
seluruh struktur. SIDL termasuk beban mati.

= ⁡
⁡ ⁡ ⁡⁡ ⁡ ⁡ . ⁡
 Live Load (LL)
Live Load adalah beban hidup yang bekerja pada struktur gedung dan sifatnya tidak konstan.
Live Load diasumsikan sebagai besar beban tambahan rata-rata yang diterima struktur akibat
adanya beban dari luar selain beban= sendiri⁡ dari⁡ struktur⁡⁡ bersangkutan⁡⁡.⁡.
Nilai SIDL dan LL dapat dilihat pada bagian Pembebanan (3.2)

Analisa Tributary Area

Tributary area adalah konsep pembebanan yang di salurkan berdasarkan luasan area. Beban yang
diterima pondasi dihitung berdasarkan jarak antar kolom. Perhitungan dilakukan berdasarkan jarak terjauh
sehingga dapat mengeluarkan hasil beban terbesar.

18
Gambar 3.1 Luas Tributari Area

⁡⁡ = . ⁡.

⁡⁡ ⁡⁡ = .= ⁡⁡. ,
3.5.1 Kolom Lantai 3

 DL plat
= ⁡⁡ ⁡ℎ
⁡ ⁡
⁡ ⁡ ⁡
.


= ⁡= ⁡ ⁡ . .⁡ ⁡⁡ .
⁡ ⁡

 DL Balok
= ⁡ ⁡ℎ⁡ ⁡ ⁡ ⁡ .
⁡ ⁡

= . ⁡.
⁡ ⁡. ⁡x⁡
⁡ ⁡ ⁡

= . ⁡

 SIDL Atap
= . ⁡⁡. ⁡⁡ ⁡⁡.

. ⁡.
= ⁡ ⁡ ⁡⁡.

 LL Atap
= . ⁡⁡. ⁡⁡ ⁡⁡.

= . = . ⁡ ⁡
⁡.

⁡ ⁡

Total Dead Load



 = ⁡ + ⁡ +

= =. +.

. +⁡
 Total Live Load

19
== ⁡⁡

 Load Combination = . + .

= . . + .

⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡ =⁡ . ′ ⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡; ′ = ⁡

 Luas Kotor (Bruto) = . ⁡

=⁡ .
=⁡ √
 Lebar Kolom =⁡ . .

= ⁡√ . ⁡

=⁡ .

Nilai lebar kolom yang dibulatkan adalah 150 mm atau 15 cm, tetapi nilai yang di gunakan
dengan asumsi yaitu lebar kolom mm atau 200 mm atau 20 cm. Karena lebar kolom harus lebih
besar dari lebar balok.

3.5.2Kolom Lantai 2

 DL plat = ⁡⁡ ⁡ ⁡ℎ ⁡ ⁡ ⁡ ⁡.

⁡ =⁡
 DL Balok = ⁡
⁡ . .⁡ ⁡⁡ ⁡.
= ⁡ ⁡ℎ⁡ ⁡ ⁡ ⁡
⁡ ⁡ .

. ⁡= ⁡ . .⁡
= ⁡ ⁡⁡ ⁡
⁡.
20
 DL Kolom = ⁡ ⁡ ⁡⁡ ⁡ ⁡ ⁡ ⁡. ; t = Tinggi lantai 3 = 4 m
= .⁡⁡.⁡⁡ ⁡ ⁡
⁡⁡.

=. ⁡
== . ⁡
⁡ ⁡⁡ .⁡ .
 SIDL Lantai . ⁡ ⁡ . ⁡ .⁡ ⁡ ⁡ ⁡⁡

= . ⁡⁡. ⁡⁡ ⁡ℎ ⁡⁡.
 LL Hotel =

= ⁡ + ⁡ + ⁡
+⁡ +⁡ ⁡ ⁡

 Total Dead Load = . = ⁡. ⁡ ⁡⁡ ⁡ ⁡.

= + . ⁡+ ⁡+⁡
. . ⁡+⁡ .
= ⁡ℎ +⁡ ⁡

 Total Live Load = . ⁡

= +⁡

= . + .

=
 Load Combination ⁡

= . . ⁡ + .
⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡ =⁡ . ′ ⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡; ′= ⁡

 Luas Kotor (Bruto) = .

=⁡ . .
21
=⁡ √=⁡ √ .

Lebar Kolom =⁡ . ⁡

. ⁡
=⁡
Nilai lebar kolom yang dibulatkan adalah 150 mm atau 15 cm, tetapi nilai yang di gunakan
dengan asumsi yaitu lebar kolom mm atau 250 mm atau 25 cm. Karena lebar kolom harus lebih
besar dari lebar balok.

3.5.2Kolom Lantai 1
=
 DL plat
⁡⁡⁡⁡..
⁡ ⁡ ⁡ ⁡ ⁡ ⁡ ⁡ ⁡ℎ. ⁡⁡ ⁡ ⁡

= = .

 DL Balok =

⁡ ⁡ ⁡ ⁡⁡ .
⁡ℎ⁡ ⁡

= ⁡
. ⁡=⁡ .
 DL Kolom =⁡ ⁡ ⁡ ⁡ ⁡ ⁡
⁡ .⁡ ⁡⁡ ⁡ ⁡.
. ⁡ ⁡. ⁡⁡ ⁡⁡ ⁡⁡.

⁡⁡. ;t = Tinggi lantai 2 = 4 m

= . ⁡

 SIDL Lantai == . . ⁡ ⁡ . ⁡ .⁡ ⁡ ⁡ ⁡⁡ ⁡ ⁡⁡ .⁡ .

= . ⁡⁡. ⁡ ⁡ ⁡ℎ ⁡⁡.
 LL Hotel = ⁡

= . ⁡. ⁡⁡ ⁡⁡.
22
= ⁡ + ⁡ + ⁡ + ⁡
 Total Dead Load = ⁡
+⁡ ⁡ ⁡

= .
. + ⁡+⁡ . ⁡+
= ⁡ℎ +⁡ ⁡ a⁡ ⁡+⁡ . ⁡
 Total Live Load = . ⁡

= . + .

 Load Combination == +⁡ ⁡

= . . ⁡ + .
)

=⁡ .
′⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡;
⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡⁡

′= ⁡
 Luas Kotor (Bruto) = .

=⁡ .

√ .
=⁡ √=⁡


 Lebar Kolom =⁡ . .

=⁡ . ⁡

Nilai lebar kolom yang dibulatkan adalah 150 mm atau 15 cm, tetapi nilai yang di gunakan
dengan asumsi yaitu lebar kolom mm atau 300 mm atau 30 cm. Karena lebar kolom harus lebih
besar dari lebar balok.

23
BAB IV
PERENCANAAN STRUKTUR

4.1 Acuan Perencanaan


Pada perancangan bangunan 3 lantai dengan fungsi rumah sakit ini, digunakan SNI 03-
2847-2013 sebagai acuan peraturan konstruksi beton dan SNI 03-1727-2013 sebagai acuan
pembebanan. Dalam pembuatan laporan ini, digunakan 3 program software untuk membantu
perancangan:
1. Etabs V.9.7.4
2. Microsoft Excel
3. AutoCAD 2010

4.2 Pemodelan Struktur Menggunakan Etabs


Berikut adalah prosedur dalam permodelan struktur dengan menggunakan program ETABS:
1. Klik manu File>New Model, sehingga muncul kotak dialog Building Plan Grid System
and Story Data Definition
2. Ubah unit stuan dalam satuan panjang meter
3. Isi kotak dialog sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 4.1 kotak dialog Building Plan Grid System and Story Data Definition
4. Klik OK
5. Dari toolsbar Menu pilih Edit > Edit Grid Data > Systems > Global > Modify/Show Systems,
sehingga muncul kotak dialog Define Grid Data

24
Gambar 4.2 Kotak dialog Define Grid Data

6. Isi data-data yang dibutuhkan untuk menambah grid-grid pada X Grid Data dan Y Grid
Data, sesuai kebutuhan, kemudian klik OK.

Gambar 4.3 Plan View dan 3D View setelah kotak dialog Define Grid Data
diisi seperti pada gambar 4.2

25
7. Dari toolsbar Menu pilih Edit > Edit Story Data. sehingga muncul kotak dialog Story Data.

Gambar 4.4 Kotak dialog Story Data


8. Isi data-data yang dibutuhkan untuk menambah grid-grid pada X Grid Data dan Y Grid
Data, sesuai kebutuhan, kemudian klik OK.

26
Gambar 4.5 Plan View dan 3D View setelah kotak dialog Story Data
diisi seperti pada gambar 4.4

9. Mendefinisikan jenis material yang akan digunakan melalui toolsbar menu pilih Define >
Material Properties > Add New Material. Ubah unit satuan dalam Newtown Milimeter (N-
mm).
10. Isi Spesifikasi material beton yang akan digunakan, yaitu benton dengan fc’25 Mpa untuk
balok dan pelat, serta fc’ 30 Mpa untuk kolom, pada kotak dialog Material Property Data.
11. Klik toolsbar menu Define > Section Properties > Frame Section > Add New Property (Add
Rectangular).

Gambar 4.6

27
Gambar 4.7
12. Ulangi langkah di atas untuk mendefinisikan material lainnya, sehingga terdapat 3 material
dengan nama FC25 dan FC30

Gambar 4.8
13. Klik toolsbar menu Define > Frame Sections > Add New Property (Add Rectangular).
Satuan panjang yang dipakai dalam mm. Isi spesifikasi BALOK200X300.

28
Gambar 4.9

Gambar 4.10

29
Pada Property Modifier, masukan moment of inertia about 2 axis and 3 axis penampang

dengan nilai 0.35.


Gambar 4.11
Pada Concrete Reinforcement data, masukan spesifikasi tulangan dan selimut beton yang
digunakan. Pada perencanaan gedung 4 lantai ini digunakan selimut beton 4 cm dari
kulit beton.

14. Klik toolsbar menu Define > Frame Sections > Add New Property (Add Rectangular). Satuan
panjang yang dipakai dalam mm. Isi spesifikasi KOLOM100X100 dengan dimensi 100x100
mm2 untuk kolom pada lantai 3.

30
Gambar 4.12
Pada Property Modifier, masukan moment of inertia about 2 axis and 3 axis penampang
dengan nilai 0.7.
Pada Concrete Reinforcement data, masukan spesifikasi tulangan dan selimut beton yang
digunakan. Pada perencanaan gedung 3 lantai ini digunakan selimut beton 45.72 mm dari
kulit beton.

Gambar 4.13
15. Klik toolsbar menu Define > Wall/Slab/Deck > Add New Property (Add Slab). Satuan
panjang yang dipakai dalam mm. Isi spesifikasi Plat dengan dimensi tebal 100mm.

31
Gambar 4.16
16. Klik toolsbar menu Define > Static Load Cases. Isikan beban-beban berikut beserta tipe
dan Self weight multiplier-nya seperti berikut.

Gambar 4.17
Self weight multiplier untuk DL (Dead Load) diisi dengan nilai 1 yang artinya aplikasi
ETABS ini akan secara otomatis menghitung berat sendiri struktur berdasarkan info luas
penampang elemen dan berat jenis material yang dipakai. Jika nilai Self weight multiplier
adalah 0, maka perhitungan berat sendiri struktur tidak akan dilakukan oleh program. Dalam
pelatihan ini, diinginkan program ETABS menghitung berat sendiri struktur.

Tinjau beban ultimate dari beban-beban yang mungkin terjadi pada struktur dengan cara
melakukan kombinasi beban terfaktor. Klik toolsbar menu Define > Load Combinations >

32
Add New Combo. Masukkan beberapa kemungkinan kombinasi beban yag terjadi
pada struktur seperti berikut:

Gambar 4.18: 1.4 (DL+SIDL)

Gambar 4.19: 1.2 (DL+SIDL) + 1.6 LL

Klik pada toolsbar menu Draw Lines. Tools tersebut digunakan untuk memberikan
material property pada plan view atau 3D view. Setelah diklik, muncul kotak
dialog Properties of Obaject.

33
Gambar 4.20: Properties of Object

Pada Property di kotak dialog, pilih nama kolom yang telah didefinisikan sebelumnya
untuk digunakan untuk lantai tertentu. Setelah itu, klik titik-titik pada model yang ingin
dipasang kolom tersebut. Pembuatan kolom ini diulang hingga 3 lantai, karena dimensi
kolom pada setiap lantai belum tentu sama, tergantung hasil perhitungan preliminary
design.

17. Menentukan jenis perletakan yang akan digunakan di dalam struktur gedung 3 lantai
tersebut. Untuk menentukan jenis perletakan pada bagian bawah struktur, maka pilih semua
joint/titik yang berada pada level pondasi (base) lalu klik toolsbar menu Assign > Joint >
Restraint. Pilih perletakan jepit.

Gambar 4.21: Kotak dialog Assign Restraint

34
18. Pembebanan pada struktur, adapun beban yang dikenakan pada model struktur yaitu:

Gambar 4.22

35
BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil dari pemodelan dam perhitungan pada preliminary design maka dapat disebut juga
bahwa dalam melakukan sebuah perencanaan bangunan sangat diperlukan asumsi selain perhitungan yang
dilakukan. Oleh sebab itu setiap hasil perhitungan yang di dapat harus disesuaikan dengan keadaan yang nyata
di lapangan, contohnya seperti kasus dalam mendesain bangunan hotel 3 lantai ini.

Pada perhitungan balok, kolom, dan pelat dilakukan pembulatan pada hasil perhitungan sesuai dengan
kondisi lapangan berdasarkan asumsi. Berikut contoh dalam perhitungan:

5.1 Penulangan Pada Balok

Tulangan Semua Balok


Data Perencanaan :
Tinggi (h) 250
Lebar (b) 200
Beta (β) 0.85
Fy 400 Mpa
Fc’ 25 Mpa
Ø Tulangan 12 mm
Ø Sengkang 10 mm
Tebal Selimut Beton 40 mm
D -
Pb -
Pmax -
Pmin -

Dari perhitungan ETABS diperoleh momen terbesar (Mu) sebesar 36 Nmm, nilai ini yang digunakan
untuk mencari jumlah tulangan yang dipakai :

 Jumlah Tulangan (JL)


JL = ⁡ = . ⁡⁡ℎ⁡⁡ = 0.318

36
Jumlah tulangan adalah 0.318 hasil tersebut tidak dapat digunakan karena minimal tulangan pada
balok adalah 4, jadi jumlah tulangan yang digunakan adalah 4 mengikuti angka minimalnya, dengan
besar diameter tulangan 12 mm. Berikut adalah detail penulangan balok:

 Jumlah Sengkang (JS)

Menggunakan 2 tulangan berdiameter 12 mm, jadi luas sengkang (LS) adalah:


⁡⁡ ⁡⁡
LS = = = 157. 07 mm²

Karena mencari jarak setiap 1000 mm dengan jarak sengkang minimal 150 mm maka:

LS x = 157.07 x = 1047.19 mm = 1.047 m

Angka 1.047 m yang dibandingkan dengan ETABS geser yaitu 0, jika angka tersebut lebih besar dari
ETABS geser maka asumsi ini dapat digunakan

TIPE BALOK 200X250 (Lantai 1 – Lantai 3)


Catatan Detail Tulangan
Potongan

Tebal Selimut = 40 mm
Ø Tulangan= 12 mm
Tulangan Atas -
Tulangan Bawah 2D-12

37
Sengkang 2D-10
Tulangan Badan -

5.2 Penulangan Pada Kolom

Kolom Lantai 1

Tulangan Kolom Lantai 1


Data Perencanaan :
Tinggi (h) 300
Lebar (b) 300
Beta (β) 0.85
Fy 400 Mpa
Fc’ 30 Mpa
Ø Tulangan 16
Ø Sengkang 12
Tebal Selimut Beton 40 mm
D -
Pb -
Pmax -
Pmin -

Dari perhitungan ETABS diperoleh momen terbesar (Mu) sebesar 625 Nmm, nilai ini yang digunakan
untuk mencari jumlah tulangan yang dipakai :

 Jumlah Tulangan (JL)


JL = ⁡ = . ⁡ ⁡ ℎ ⁡ ⁡ = 3.108
Jumlah tulangan adalah 3.108 hasil tersebut harus dibulatkan keatas sehingga menjadi 4, jadi jumlah
tulangan yang digunakan adalah 4 sesuai pembulatan keatas, dengan besar diameter tulangan 16 mm.

 Jumlah Sengkang (JS)

Menggunakan 2 tulangan berdiameter 12 mm, jadi luas sengkang (LS) adalah:

38
LS = ⁡x⁡ πd = ⁡x⁡ π = 226.194 mm²
Karena mencari jarak setiap 1000 mm dengan jarak sengkang minimal 150 mm maka:

LS x = 226.194 x = 1507.964 mm = 1.507 m

Angka 1.507 m yang dibandingkan dengan ETABS geser yaitu 0, jika angka tersebut lebih besar dari
ETABS geser maka asumsi ini dapat digunakan.

TIPE KOLOM 300X300 (Lantai 1)


Catatan Detail Tulangan
Potongan

Tebal Selimut = 40 mm
Ø Tulangan= 16 mm
Tulangan Atas 2D-16
Tulangan Bawah 2D-16
Sengkang 2D-12
Tulangan Badan -

Kolom Lantai 2

Tulangan Kolom Lantai 2


Data Perencanaan :
Tinggi (h) 250
Lebar (b) 250

39
Beta (β) 0.85
Fy 400 Mpa
Fc’ 30 Mpa
Ø Tulangan 16
Ø Sengkang 10
Tebal Selimut Beton 40 mm
D -
Pb -
Pmax -
Pmin -

Dari perhitungan ETABS diperoleh momen terbesar (Mu) sebesar 625 Nmm, nilai ini yang digunakan
untuk mencari jumlah tulangan yang dipakai :

u s⁡ ul n n . ⁡ ⁡P ⁡ ⁡

u
JL = = = 3.108
Jumlah tulangan adalah 3.108 hasil tersebut harus dibulatkan keatas sehingga menjadi 4, jadi jumlah
tulangan yang digunakan adalah 4 sesuai pembulatan keatas, dengan besar diameter tulangan 16 mm.

 Jumlah Sengkang (JS)

Menggunakan 2 tulangan berdiameter 12 mm, jadi luas sengkang (LS) adalah:


⁡x⁡ πd ⁡x⁡ π
LS = = = 226.194 mm²

Karena mencari jarak setiap 1000 mm dengan jarak sengkang minimal 150 mm maka:

LS x = 226.194 x = 1507.964 mm = 1.507 m

Angka 1.507 m yang dibandingkan dengan ETABS geser yaitu 0, jika angka tersebut lebih besar dari
ETABS geser maka asumsi ini dapat digunakan.

TIPE KOLOM 250X250 (Lantai 2)

40
Catatan Detail Tulangan
Potongan

Tebal Selimut = 40 mm
Ø Tulangan= 16 mm
Tulangan Atas 2D-16
Tulangan Bawah 2D-16
Sengkang 2D-12
Tulangan Badan -

Kolom Lantai 3

Tulangan Kolom Lantai 3


Data Perencanaan :
Tinggi (h) 200
Lebar (b) 200
Beta (β) 0.85
Fy 400 Mpa
Fc’ 30 Mpa
Ø Tulangan 16
Ø Sengkang 12
Tebal Selimut Beton 40 mm
D -
Pb -
Pmax -

41
Pmin -

Dari perhitungan ETABS diperoleh momen terbesar (Mu) sebesar 625 Nmm, nilai ini yang digunakan
untuk mencari jumlah tulangan yang dipakai :

u s⁡ ul n n . ⁡ ⁡P ⁡ ⁡

u
JL = = = 3.108
Jumlah tulangan adalah 3.108 hasil tersebut harus dibulatkan keatas sehingga menjadi 4, jadi jumlah
tulangan yang digunakan adalah 4 sesuai pembulatan keatas, dengan besar diameter tulangan 16 mm.

 Jumlah Sengkang (JS)

Menggunakan 2 tulangan berdiameter 12 mm, jadi luas sengkang (LS) adalah:


⁡x⁡ πd ⁡x⁡ π
LS = = = 226.194 mm²

Karena mencari jarak setiap 1000 mm dengan jarak sengkang minimal 150 mm maka:

LS x = 226.194 x = 1507.964 mm = 1.507 m

Angka 1.507 m yang dibandingkan dengan ETABS geser yaitu 0, jika angka tersebut lebih besar dari
ETABS geser maka asumsi ini dapat digunakan.

TIPE KOLOM 200X200 (Lantai 3)


Catatan Detail Tulangan

42
Potongan

Tebal Selimut = 40 mm
Ø Tulangan= 16 mm

Tulangan Atas 2D-16


Tulangan Bawah 2D-16
Sengkang 2D-12
Tulangan Badan -

5.3 Penulangan Pada Pelat

Dari hasil analisis mendapatkan Mu = 0.0003 KNm

Digunakan tulangan polos P10-150

⁡πd x⁡
Luas tulangan terpakai, As =

⁡π
= x⁡ = 523.33 mm²
. ⁡⁡ ′ ⁡

Tinggi blok regangan, a= As⁡


⁡ .⁡ ⁡⁡ ⁡⁡
= . = 9.86 mm

Momen nominal, Mn = As x fy x d− x 10-6

− x 10-6 = 16.76 kNm


= 523.33 x 400 x .
Syarat : Ø Mn ≥ Mu

43
0.8 x 16.76 ≥ 0.0003

13.408 ≥ 0.0003

44
BAB VI

KESIMPULAN & SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perencanaan struktur bangunan hotel 3 lantai yang telah dilakukan di
dapatkan kesimpulan bahwa:

1. Dalam mendesain dan mengetahui jumlah tulangan ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan dan harus lebih teliti lagi ketika dalam perhitungan maupun Etabs.

2. Lus tulangan yang ada pada kolom, balok ,dan pelat tergantung dari besarnya beban yang
diterima oleh kolom, balok, dan pelat.
3. Berdasarkan preliminary desain di peroleh dimensi sebagai berikut:
a) Plat
Tebal plat (t) = 100 mm
b) Kolom
Dimensi kolom 300 x 300 digunakan pada lantai 1
Dimensi kolom 250 x 250 digunakan pada lantai 2
Dimensi kolom 200 x 200 digunakan pada lantai 3
c) Balok
Dimensi balok 200 x 250 digunakan pada lantai 1 sampai dengan lantai 3
4. Detail gambar perencanaan kolom dan balok ditunjukkan oleh gambar dibawah ini:

TIPE KOLOM 300x300 (Lantai 1)


Catatan Detail Tulangan
Potongan

45
Tebal Selimut = 40 mm
Ø Tulangan = 16 mm

Tulangan 2D-16
Atas
Tulangan 2D-16
Bawah
Sengkang 2D-12
Tulangan -
Badan

TIPE KOLOM 250x250 (Lantai 2)


Catatan Detail Tulangan
Potongan

Tebal Selimut = 40 mm
Ø Tulangan= 16 mm
Tulangan Atas 2D-16
Tulangan Bawah 2D-16
Sengkang 2D-12
Tulangan Badan -

46
TIPE KOLOM 200x200 (Lantai 3)
Catatan Detail Tulangan
Potongan

Tebal Selimut = 40 mm
Ø Tulangan= 16 mm
Tulangan Atas 2D-16
Tulangan Bawah 2D-16
Sengkang 2D-12
Tulangan Badan -

TIPE BALOK 200x250 (Lantai 1 – Lantai 3)


Catatan Detail Tulangan
Potongan

Tebal Selimut = 40 mm

47
Ø Tulangan= 12 mm
Tulangan Atas -
Tulangan Bawah 2D-12
Sengkang 2D-10
Tulangan Badan -

6.2 Saran

Berikut ini adalah saran dari penulis agar tugas besar mata kuliah Struktur Beton Bertulang dapat
jauh lebih baik lagi dan tidak ada kendala apapun:

1. Asistensi lebih baik dilakukan perkelompok agar lebih tertib dan memiliki jadwal
asistensi maupun tutorial yang teratur.
2. Pada saat tutorial Etabs dan pemberian materi mengenai laporan penutor menjelaskan
secara lebih detail setiap icon dengan detail pada Etabs dan mampu menguasai ilmu dasar
yang ada pada software tersebut.

48
DAFTAR PUSTAKA

Hasyim, M. Sudrajat, (2016).”Laporan Tugas Besar Struktur Beton Bertulang Desain Gedung Kantor
4 Lantai”. Universitas Bakrie. Jakarta.

BSN (2013). SNI:1284.”Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung”. Jakarta.

BSN (2013). SNI:1727.”Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain”.
Jakarta.

49
LAMPIRAN

50

Anda mungkin juga menyukai