Anda di halaman 1dari 32

DEGRADASI METHYLENE BLUE DENGAN METODE

FOTOKATALISIS DAN FOTOELEKTROKATALISIS


MENGGUNAKAN FILM TiO2

ENDANG PALUPI

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
ABSTRAK

ENDANG PALUPI. Degradasi Methylene Blue dengan Metode Fotokatalisis dan


Fotoelektrokatalisis Menggunakan Film TiO2. Dibimbing oleh Akhiruddin Maddu, M.Si dan
Drs. Moh. Indro, M.Sc.

Dengan metode squeegee printing, dapat dibuat lapisan semikonduktor TiO2 pada substrat
Indium TinOxide. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan bahwa film yang dihasilkan adalah
anatase dengan nilai parameter kisi kristal a = b = 3.7945 dan c = 9.579, serta ukuran kristal adalah
24.545 nm.
Pengaruh konsentrasi awal Methylene Blue, pH awal, pemberian potensial bias, dan
penambahan H2O2 dievaluasi. Degradasi MB memperlihatkan hasil yang optimal pada konsentrasi
awal MB 5 x 10-6 M, dan pada keadaan basa, yaitu pH 11. Pada keadaan basa, film TiO2 akan
bermuatan negatif, dan karena MB merupakan dye kationik maka adsorbsi MB pada partikel TiO2
akan meningkat, sehingga degradasi MB juga akan meningkat. Adanya penambahan potensial bias
eksternal dan H2O2 dapat meningkatkan degradasi MB karena kedua metode ini dapat
menghalangi terjadi rekombinasi elektron dan hole. Kombinasi fotoelektrokatalisis dan
penambahan H2O2 memperlihatkan hasil terbaik diikuti fotoelektrokatalisis, fotokatalisis+H2O2,
fotolisis+ H2O2 dan fotokatalisis, dengan persen degradasi berturut-turut adalah 89.23%, 84.19%,
83.68%, 76.63%, dan 61.50%.
DEGRADASI METHYLENE BLUE DENGAN METODA
FOTOKATALISIS DAN FOTOELEKTROKATALISIS MENGGUNAKAN
FILM TiO2

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Sains
pada
Departemen Fisika

Oleh:

ENDANG PALUPI

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
Judul : Degradasi Methylene Blue dengan Metode Fotokatalisis dan Fotoelektrokatalisis
Menggunakan Film TiO2
Nama : Endang Palupi
NIM : G07400025

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Akhiruddin Maddu, M.Si Drs. Moh. Nur Indro, M.Sc


NIP: 132 206 239 NIP: 130 367 084

Mengetahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono


NIP 131 473 999

Tanggal Lulus:.......................................
Riwayat Hidup

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 21 Agustus 1981 sebagai anak kedua dari empat
bersaudara pasangan bapak Suprapto dan ibu Ikim.
Penulis memulai pendidikan formal sekolah dasar pada 1988 dan melanjutkan sekolah
lanjutan tingkat pertama pada tahun 1994. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan
menengah atas di SMUN 3 Bogor, lulus pada tahun 2000, dan pada tahun yang sama penulis
mendapatkan PMDK dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur
PMDK. Penulis diterima pada Program Studi Fisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum
Fisika Dasar I dan II dan Fisika Umum tahun 2003-2005.
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, karena berkat
serta rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan usulan penelitian ini dengan judul
”Degradasi Methylene Blue dengan Metode Fotokatalisis dan Fotoelektrokatalisis Menggunakan
Film TiO2”. Sebagai seorang manusia biasa penulis menyadari masih banyak sekali terdapat
kekurangan dalam penulisan usulan penelitian ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan sehingga diwaktu yang akan datang dapat digunakan untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Akhiruddin Maddu, M.Si dan Bapak Drs. Moh. Nur Indro, M.Sc., selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, motivasi dan diskusi-
diskusi yang sangat membantu, serta untuk dosen penguji: Bapak Drs. Sidikrubadi
Pramudito, Bapak Jajang Juansyah, S.Si, dan Bapak Faozan Ahmad S.Si.
2. Untuk Bapak, terima kasih banyak atas segala yang telah diberikan. Maaf Endang
belum sempat memberi apa pun sebagai balasannya. Mama yang tiada hentinya
memberikan do’a.
3. Pỏpỏ, Ceot, Benkz, Adot, Wiwid, Ii Sam, Om Wisnu, Kakang, Ary, Dede Helen,
Keluarga besar Mama: Ii Alin, Ii Eli, dan Keluarga besar Bapak, terima kasih untuk
kesabarannya nunggu Endang lulus.
4. Segenap staf pengajar dan tata usaha di Departemen Fisika yang telah sangat banyak
membantu selama masa perkuliahan dan proses kelulusan, juga staf laboratorium Pak
Yani, Pak Mus, Pak Toni, dan Pak Mul.
5. Staf laboratorium Kimia Analisis Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor: Ibu
Nunung, dan Om Eman. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
6. Anggota Schroedinger cat’z (Eenkz, Fati, Reiny, Cepy, Dhoni, Ichwansyah, Fuady,
Armand, Kun, Ewing, Gana, Iqin, Andre, Kun). Makasih atas semua dukungan
moral, spiritual dan finansialnya. Kita telah melalui masa yang takkan terlupakan,
baik suka maupun duka. Meskipun kita sudah tidak bersama lagi, tetapi persahabatan
kita akan terus terjalin selamanya. Serta rekan-rekan Fisika angkatan 37 lainnya yang
tidak sempat saya sebutkan.
7. Penghuni Ciwaluya 9: Nana, Mee-mee, Letta, Tata, Monik, Ka Kocha, Taya, Age,
Kaka, Abang Rifki, Ka Ucup, dan Dini: terima kasih atas ilmu, kesenangan, dan
dukungannya.
8. Ka Ari Sudana, terima kasih atas masukan-masukannya, serta para senior dan yunior
di Departemen Fisika.

Bogor, Oktober 2006

Endang Palupi

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................... iii
PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................................. 1
Perumusan Masalah.......................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian.............................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................. 2
Semikonduktor ................................................................................................................. 2
Titanium Dioksida ............................................................................................................ 2
Proses Fotokatalisis .......................................................................................................... 3
Proses Fotoelektrokatalisis ............................................................................................... 5
Methylene Blue ................................................................................................................ 6
BAHAN DAN METODE ........................................................................................................... 6
Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................................... 6
Alat dan Bahan ................................................................................................................. 6
Deposisi Film TiO2 ........................................................................................................... 6
Karakterisasi XRD ........................................................................................................... 6
Pembuatan Reaktor........................................................................................................... 7
Pembuatan Kurva Standar Methylene Blue...................................................................... 7
Evaluasi Fotolisis, Fotokatalisis dan Fotoelektrokatalisis ................................................ 7
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................... 7
Hasil XRD Film TiO2 dan Ukuran Partikel...................................................................... 7
Kurva Standar Methylene Blue ........................................................................................ 8
Pengaruh Konsentrasi Awal Methylene Blue................................................................... 9
Pengaruh pH Awal Methylene Blue ................................................................................. 9
Evaluasi Aktivitas Fotolisis, Fotokatalisis dan Fotoelektrokatalisis................................. 10
Evaluasi Aktivitas Fotolisis....................................................................................... 10
Evaluasi Aktivitas Fotolisis dan Fotoelektrokatalisis................................................ 10
Pengaruh Penambahan H2O2 ............................................................................................ 11
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................... 12
Kesimpulan....................................................................................................................... 12
Saran................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 12
LAMPIRAN ............................................................................................................................... 15

ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Struktur kristal anatase dan rutil .......................................................................................... 3
2. Energi gap, posisi pita valensi, konduksi,
dan potensial reduksi dari berbagai semikonduktor ............................................................. 4
3. Skema proses fotokatalisis ................................................................................................... 4
4. Skema proses fotoelektrokatalisis ........................................................................................ 5
5. Struktur molekul kimia Methylene Blue.............................................................................. 6
6. Kristalografi TiO2 ................................................................................................................ 8
7. Spektrum karakterisasi absorbansi Methylene Blue ............................................................ 9
8. Kurva standar MB................................................................................................................ 9
9. Pengaruh konsentrasi awal terhadap degradasi fotokatalisis MB ........................................ 9
10. Hubungan antara pH dan persen degradasi MB................................................................... 10
11. Perbandingan proses degradasi MB ..................................................................................... 10
12. Hubungan linear antara ln (C/C0) dan lama perlakuan......................................................... 11
13. Grafik persentase penurunan konsentrasi MB...................................................................... 11
14. Foto hasi degradasi fotolisis, fotokatalisis dan fotoelektrokatalisis ..................................... 11

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perbedaan struktur kristal anatase dan rutil..........................................................................3
2. Mekanisme fotokatalisis dengan titanium dioksida .............................................................5
3. Susunan puncak dan intensitas kristal TiO2 fase anatase .....................................................8
4. Perbandingan parameter kisi kristal sampel pada lapisan TiO2
dan literatur ..........................................................................................................................8
5. Tetapan kelajuan degradasi Methylene Blue.......................................................................12

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Skema reaktor degradasi .....................................................................................................15
2. Tabel Standar Struktur Tegragonal TiO2 pada XRD dengan λ = 1.54056 .........................16
3. Penentuan parameter kisi dengan metode Cohen................................................................17
4. Penentuan ukuran kristal dengan metode Cohen ................................................................20
5. Pengolahan data degradasi Methylene Blue........................................................................21

iii
1

PENDAHULUAN potensi untuk memanfaatkan sinar matahari


sebagai pengganti sinar UV[5].
Latar Belakang Semikonduktor yang paling banyak
digunakan sebagai fotokatalis adalah titanium
Pewarnaan merupakan faktor penting dioksida (TiO2). TiO2 telah dimanfaatkan
dalam industri fashion, garmen, peralatan, untuk pemurnian air, pemurnian udara, gas
kertas, dan percetakan. Dye, senyawa sensor dan fotovoltaik sel surya[6]. Ketika
pemberi warna pada suatu material, biasanya TiO2 disinari cahaya dengan panjang
digunakan pada proses pewarnaan ini. gelombang antara 100 – 400 nm, elektron (e-)
Konsumsi dye per kapita mendekati 150 g per akan tereksitasi dari pita valensi ke pita
tahun, memenuhi konsumsi rata-rata industri konduksi, meninggalkan hole (h+) pada pita
tekstil sekitar 14.0 kg per tahun per valensi. Jika pasangan elektron-hole dapat
penduduk. Tingginya kebutuhan akan industri dipisahkan satu sama lain dengan cepat tanpa
tekstil di dunia, membuat industri ini semakin terjadi rekombinasi, elektron dan hole ini
berkembang. Industri ini menggunakan akan bermigrasi ke permukaan
sekitar 700.000 ton dari 10.000 tipe dye semikonduktor. Hole bereaksi dengan H2O
berbeda yang diproduksi tiap tahun. Selama atau OH − yang teradsorbsi pada permukaan
penggunaannya, 185 ton dari dye ini terbuang semikonduktor dan menghasilkan radikal
ke lingkungan per tahunnya[1]. hidroksil ( OH • ) yang dikenal sebagai spesies
Diantara dye-dye reaktif yang ada, oksidator yang sangat kuat, sedangkan
methylene blue merupakan dye yang paling elektron akan mengadsorbsi molekul O2 atau
banyak digunakan. Limbah berwarna yang H2O untuk membentuk radikal anion
dihasilkan oleh industri dye dan tekstil dapat
superoksida ( O•2- ) yang merupakan spesies
menyebabkan kerusakan ekosistem aquatik
karena tingginya konsentrasi senyawa reduktor. Spesies-spesies oksidator dan
organik yang terkandung didalamnya[2. reduktor ini akan menyerang kontaminan
Limbah tersebut mendapat perhatian paling yang terlarut dalam sistem dan
besar karena penggunaannya yang menyebar, mendegradasinya menjadi senyawa yang
pengaruhnya yang kuat terhadap lingkungan, tidak berbahaya[7].
kemampuannya dalam membentuk produk
aromatik yang beracun dan rendahnya
kecepatan penguraian. Limbah ini terbuang Perumusan Masalah
selama proses pembuatan dan penggunaan[1]
Proses penghilangan zat warna limbah Pemasalahan utama dari sistem
cair yang dihasilkan dari industri tekstil fotokatalisis adalah ketika elektron
menjadi isu diskusi dan regulasi di seluruh tereksitasi ke pita konduksi, selain bereaksi
dunia. Fotokatalisis berbasis semikonduktor dengan spesies lain yang teradsorbsi, 90%
menawarkan solusi terbaik untuk elektron ini akan segera berekombinasi
permasalahan tersebut. Komisi IUPAC dengan hole dalam waktu nanosekon.
mendefinisikan fotokatalisis sebagai suatu Rekombinasi ini akan menurunkan efektivitas
reaksi katalitik yang melibatkan absorbsi fotokatalisis. Masalah rekombinasi ini dapat
cahaya oleh katalis. Katalis adalah suatu diatasi memberikan potensial bias positif
substansi yang meningkatkan kecepatan melewati fotoanoda dan penambahan
reaksi[3]. Fotokatalisis memanfaatkan hidrogen peroksida. Pemberian bias ini akan
semikonduktor sebagai katalis yang menarik elektron menuju ke katoda,
diaktifkan dengan sinar ultraviolet (UV) sehingga rekombinasi pasangan elektron-hole
untuk menguraikan senyawa organik menjadi dalam katalis akan terminimalisasi. Dengan
mineral-mineralnya [4]. demikian pemberian tegangan akan
Proses fotokatalisis memiliki beberapa meningkatkan kecepatan oksidasi senyawa
keuntungan dibandingkan dengan proses organik. Proses ini dikenal dengan
oksidasi kimia tradisional atau proses biologi. fotoelektrokatalisis. Penambahan hidrogen
Proses fotokatalisis tidak spesifik sehingga peroksida, H2O2, dapat meningkatkan
mampu mendegradasi tidak hanya satu efisiensi fotokatalisis. Senyawa ini bertindak
macam senyawa kimia; sangat kuat, sehingga sebagai akseptor elektron untuk
mampu mencapai mineralisasi yang menghasilkan radikal hidroksil yang sangat
sempurna berupa karbon dioksida dan air; dibutuhkan pada fotodegradasi polutan
bebas dari racun organik; dapat diterapkan organik.
pada medium cair maupun gas; dan memiliki
2

tereksitasi, dan berpindah ke pita konduksi.


Tujuan Penelitian Hasil eksitasi elektron ini adalah
terbentuknya hole (muatan positif) pada pita
Penelitian ini bertujuan untuk +
valensi ( h VB ) dan elektron pada pita
1. Membuat film TiO2 pada substrat ITO -
(Indium Tinoxide) dengan metoda konduksi ( eCB ). Pasangan elektron-hole ini
squeegee printing. tidak stabil. Mereka dapat kembali ke tempat
2. Menumbuhkan kristal TiO2 melalui asalnya (berekombinasi) dengan melepaskan
proses anneling pada temperatur 450 oC. panas[8].
3. Membuat reaktor degradasi fotokatalisis Secara termodinamik, level energi pita
dan fotoelektrokatalisis dengan konduksi (ECB) adalah ukuran kekuatan
menggunakan TiO2 sebagai katalisnya. reduksi elektron pada semikonduktor,
4. Melihat pengaruh pH, penambahan sedangkan level energi pita valensi (EVB)
hidrogen peroksida dan pemberian adalah ukuran daya oksidasi hole.
potensial bias positif terhadap efektivitas Semikonduktor yang berbeda memiliki level
fotokatalisis dalam mendegradasi pita energi yang berbeda. Semakin tinggi
methylene blue. potensial pita valensi, semakin tinggi daya
oksidasi yang dimiliki oleh hole. Agar suatu
semikonduktor mampu mendegradasi
TINJAUAN PUSTAKA
senyawa-senyawa organik yang berbeda,
maka level energi valensinya harus terletak
pada potensial yang relatif tinggi.
Semikonduktor
Semikonduktor dengan bandgap kecil
Semikonduktor adalah material yang memiliki spektrum absorbsi yang cocok
dicirikan dengan terisinya pita valensi dan dengan spektrum emisi cahaya matahari. Dari
kosongnya pita konduksi. Elektron tidak sudut pandang pemanfaatan energi matahari,
dapat berada pada daerah bandgap antara pita semikonduktor dengan celah pita yang kecil
valensi dan pita konduksi. Berdasarkan merupakan pilihan yang lebih baik. Tapi,
pembawa muatannya, semikonduktor dapat semikonduktor yang memiliki bandgap kecil
diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu normalnya tidak memiliki potensial pita
semikonduktor intrinsik dan semikonduktor valensi yang tinggi[9].
ekstrinsik. Semikonduktor intrinsik adalah
semikonduktor yang belum disisipi atom lain. Titanium Dioksida
Ketersediaan pembawa muatan pada
semikonduktor ini berasal dari persenyawaan TiO2 muncul dalam 3 bentuk polimorf
unsur-unsur secara langsung. Semikonduktor yang berbeda, yaitu rutil, anatase, dan
ekstrinsik adalah semikonduktor yang brukit. Dua struktur kristal TiO2, rutil dan
partikel pembawa muatannya berasal dari anatase, paling umum digunakan dalam
unsur lain. Semikonduktor ekstrinsik fotokatalisis. Struktur anatase dan rutil
diperoleh melalui rekayasa pemberian digambarkan dalam bentuk rantai oktahedra
sejumlah impuritas atau injeksi partikel agar TiO6. Struktur kedua kristal dibedakan oleh
bahan mengalami perubahan nilai distorsi oktahedron dan pola susunan rantai
konduktivitas. oktahedronnya (Gambar 1). Setiap ion Ti4+
Berdasarkan jumlah mayoritas partikel dikelilingi oleh enam atom O2-. Oktahedron
pembawa muatan, semikonduktor dibedakan pada rutil memperlihatkan sedikit distorsi
dalam dua jenis, yaitu semikonduktor tipe-p ortorhombik, sedangkan oktahendron pada
dan tipe-n. Semikonduktor tipe-p merupakan anatase memperlihatkan distorsi yang cukup
semikonduktor yang mengalami kekurangan besar sehingga relatif tidak simetri[11]. Jarak
elektron sehingga semikonduktor ini Ti-Ti pada anatase lebih besar (3.79 dan
bermuatan positif dengan lubang/hole sebagai 3.04 Å serta 3.57 dan 2.96 Å untuk rutil),
pembawa muatan mayoritas. Dilain pihak, sedangkan jarak ion Ti-O lebih pendek
semikonduktor tipe-n mengalami kelebihan dibandingkan rutil (1,937 Å dan 1,966 Å
elektron, menyebabkan semikonduktor ini pada anatase dan 1,946 Å dan 1,983 Å untuk
bermuatan negatif dengan elektron sebagai rutil)[12]. Pada rutil setiap oktahedronnya
pembawa muatan mayoritas[10]. mengalami kontak dengan 10 oktahendron
Ketika disinari cahaya dengan panjang tetangganya, sedangkan pada anatase setiap
gelombang yang tepat, elektron pada pita oktahedorn mengalami kontak dengan
valensi akan mengabsorbsi energi foton, delapan oktahedron tetangganya. Perbedaan
3

dalam struktur kisi ini menyebabkan hidroksil pada pH = 1 mempunyai potensial


perbedaan massa jenis dan struktur pita sebesar 2,8 V, dan kebanyakan zat organik
elekektronik antara dua bentuk TiO2[11], mempunyai potensial redoks yang lebih kecil
yaitu anatase memiliki daerah aktivasi yang dari potensial tersebut [13].
lebih luas dibandingkan rutil sehingga
kristal tersebut menjadi lebih reaktif
terhadap cahaya dibandingkan rutil. Besar
bandgap yang dimiliki pun menjadi berbeda,
pada anatase besar rentang energinya adalah
3,2 eV sedangkan rutil 3,1 eV[13]. Perbedaan
struktur kristal anatase dan rutil dirangkum
pada Tabel 1.
Kristal rutil memiliki struktur yang
lebih padat dibandingkan anatase, karenanya
memiliki densitas dan indeks refraktif yang
lebih tinggi (massa jenis anatase: 3,894
gr/cm3; rutil: 4,250 gr/cm3; indeks bias
anatase dan rutil berturut-turut adalah 2,5688
dan 2,9467) [13].
Anatase
Tabel 1. Perbedaan struktur kristal anatase dan rutil

Faktor Kristal
Perbedaan
Anatase Rutile
Energi gap (Eg),
3,2 3,1
eV
Massa jenis (ρ),
3,830 4,240
gr/cm3
Jarak Ti-Ti, Å 3,97 dan 3,04 3,57 dan 2,96
Jarak Ti- O, Å 1,937 dan 1,966 1,946 dan 1,983
Parameter Kisi, a = 3,782 a = 4,587
Å c = 9,502 c = 2,953

energi gap (Eg), posisi pita konduksi


dan pita valensi menentukan karakter
fotokatalisis dalam hal kebutuhan energi
foton yang diperlukan untuk
mengaktifkannya dan berapa besar kekuatan
oksidasi atau reduksinya setelah diaktifkan.
Gambar 2. memperlihatkan besarnya energi
celah, posisi pita valensi, pita konduksi
beberapa semikondukor dan komparasinya
Rutil
dengan potensial redoks relatif terhadap Gambar 1. Struktur kristal anatase dan rutil.
standar elektroda hidrogen.
Pada Gambar 3, TiO2 anatase memiliki
energi celah sebesar 3,2 eV, dengan posisi
tingkat energi pita konduksi memiliki Proses Fotokatalisis
potensial reduksi sebesar kira-kira -1,0 Volt
(vs SHE) dan posisi tingkat energi pita Fotokatalisis merupakan suatu proses
valensi mempunyai potensial oksidasi kurang yang dapat diterapkan untuk pemulihan
dari +3,0 Volt (vs SHE). Hal ini lingkungan. Fotokatalisis memanfaatkan
mengindikasikan bahwa hole pada foton (cahaya) tampak atau ultraviolet untuk
permukaan TiO2 merupakan spesis oksidator mengaktifkan katalis yang kemudian bereaksi
kuat, dan karenanya akan mengoksidasi dengan senyawa kimia yang berada pada atau
spesies kimia lainnya yang mempunyai dekat dengan permukaan katalis.
potensial redoks yang lebih kecil, termasuk
molekul air dan/atau gugus hidroksil yang
akan menghasilkan radikal hidroksil. Radikal
4

Gambar 2. Energi gap, posisi pita valensi, konduksi, dan potensial redoks dari berbagai semikonduktor.

Ion hidroksida teradsorbsi dan molekul


air membentuk radikal hidroksil melalui
mekanisme oksidasi dengan cara mengikat
hole, seperti diperlihatkan pada reaksi (6a)
dan (6b), kemudian akan mengawali
serangkaian reaksi redoks yang kompleks
pada permukaan zat padat-cair[8].
Untuk meningkatkan oksidasi titanium
dioksida, yang kemudian akan meningkatkan
aktivitas fotokatalisis, harus ada akseptor
elektron irreversible. Akseptor elektron
irreversible merupakan senyawa yang
mampu menjaga kesetimbangan muatan
dalam sistem dengan cara mereduksi dan
mencegah rekombinasi pasangan elektron-
hole. Oksigen dan hidrogen peroksida
Gambar 3. Skema proses fotokatalisis. Rekombinasi merupakan akseptor elektron irreversible
elektron-hole dapat terjadi pada permukaan
semikonduktor (reaksi a) atau di bulk
yang sangat baik dan dapat dengan mudah
semikonduktor (reaksi b). Pada permukaan ditambahkan ke dalam sistem fotokatalitik.
partikel, elektron fotogenerasi dapat Seperti yang diilustrasikan pada reaksi 8b dan
mereduksi oksigen menjadi anion super- 13 [14].
oksida (reaksi c) dan hole fotogenerasi
dapat mengoksidasi OH- atau air untuk
Radikal hidroksil dihasilkan pada
membentuk radikal hidroksil (reaksi d). permukaan titanium dioksida, radikal-radikal
ini dapat teradsorbsi pada permukaan
Reaksi fotokatalisis (Gambar 3) titanium dioksida atau berdifusi ke dalam
diawali ketika partikel TiO2 mengabsorbsi larutan. Radikal hidroksil dapat mengoksidasi
foton dari cahaya, kemudian pasangan molekul kontaminan organik melalui empat
elektron-hole akan terbentuk dalam langkah:
semikonduktor seperti diperlihatkan pada 1. Kasus I (reaksi 9): radikal hidroksil tetap
reaksi 1 dalam Tabel 2. Elektron dan hole teradsorbsi pada atau dekat permukaan
pada permukaan semikonduktor masing- titanium dioksida dan akan mengikat
masing berperan sebagai reduktor dan molekul kontaminan teradsorbsi.
oksidator. Pasangan elektron-hole ini akan (i) 2. Kasus II (reaksi 10): radikal hidroksil
berekombinasi, yaitu kembali ke keadaan berdifusi ke dalam larutan dan mengikat
awal dan melepaskan energi foton terabsorbsi molekul kontaminan teradsorbsi.
sebagai panas (reaksi 5 pada Tabel 2) atau (ii) 3. Kasus III (reaksi 11): radikal hidroksil
bermigrasi ke permukaan dan bereaksi tetap teradsorbsi pada atau dekat
dengan senyawa teradsorbsi[8]. permukaan titanium dioksida dan
mengikat molekul kontaminan terdekat
dalam larutan.
5

4. Kasus IV (reaksi 12): radikal hidroksil kemudian meminimalisasi rekombinasi


berdifusi ke dalam larutan dan mengikat pasangan elektron-hole dalam katalis dan
kontaminan juga di dalam larutan. meningkatkan kecepatan oksidasi senyawa
Ringkasan keseluruhan reaksi dapat dilihat organik [14].
pada Tabel 2. Seperti yang diindikasikan pada
Gambar 4, pasangan elektron-hole dapat
Tabel 2. Mekanisme fotokatalisis dengan titanium dihasilkan dalam semikonduktor melalui
dioksida [8]
absorbsi cahaya dengan energi lebih besar
Eksitasi
− + atau sama dengan celah pita energi
TiO2 → e + h (1)
semikonduktor. Ketika semikonduktor tipe-n
Adsorbasi dicelupkan pada larutan, maka tingkat energi
-2
O L + Ti
IV
+ H 2 O ↔ O L H + Ti
− IV
− OH

(2a) ferminya berkurang dan menghasilkan
IV IV
pembentukan medan listrik pada interface
Ti + H 2 O ↔ Ti − H 2O (2b)
antara semikonduktor dan larutan elektrolit
[13]
site + R1 ↔ R1,ads (3) . Pasangan elektron-hole yang dihasilkan
• •
pada daerah medan listrik tersebut, daerah
∫ OH
IV IV
OH + Ti ↔ Ti (4)
deplesi, akan terpisah dan tidak mengalami
Rekombinasi rekombinasi. Sebagai konsekuensinya, pada

e + h → heat
+
(5)
semikonduktor tipe-n, elektron fotogenerasi
Trapping akan bergerak ke bulk semikonduktor,
dimana elektron ini dapat ditransfer baik
∫ OH
IV − + IV •
Ti − OH +h ↔ Ti (6a)
melalui kawat ke elektroda non-fotoaktif
∫ OH
IV + IV • +
Ti − H 2O + h ↔ Ti +H (6b) (seperti Pt) atau bergerak ke permukaan ke
+ + suatu titik dimana elektron akseptor dapat
R1,ads + h ↔ R1,ads (7)
direduksi. Sementara itu, hole fotogenerasi,
IV − III
Ti + e → Ti (8a) dibawah pengaruh medan listrik, akan
Ti
III
+ O2 → Ti
IV
− O2
•−
(8b) bermigrasi ke permukaan semikonduktor dan
Hidroksil Attack
mengoksidasi elektron donor yang cocok.
Kasus I Proses fotoelektrokatalisis ini diilustrasikan
pada Gambar 4. Dari tinjauan termodinamik,

• IV
Ti OH + R1,ads → Ti + R2 ,ads (9)
Kasus II
agar elektron fotogenerasi di pita konduksi
• dapat mereduksi air, pita potensialnya, (ECB),
OH + R1,ads → R2,ads (10)
harus kurang dari E(H+/H2); juga agar hole
Kasus III
fotogenerasi pada pita valensi dapat
∫ OH
IV • IV
Ti + R1 → Ti + R2 (11) mengoksidasi air, EVB, harus lebih besar dari
Kasus IV (O2/H2O) [4].

OH + R1 → R2 (12)
Reaksi Radikal Lain
− IV •− + IV
e + Ti − O2 + 2( H ) ↔ Ti ( H 2 O2 ) (13)
IV •− + IV •
Ti − O2 + H ↔ Ti ( HO ) 2
(14)

( H 2 O2 ) + ( OH • ) ↔ ( HO2•− ) + ( H 2 O ) (15)
− − •
H 2 O2 + e → OH + OH (16)

Proses Fotoelektrokatalisis

Pemberian potensial listrik melalui film


katalis, untuk menghasilkan “fotoreaktor
bias”, dapat meminimalisasi rekombinasi
elektron-hole. Reaktor seperti ini
menggunakan elektroda terpisah: sebuah
elektroda kerja yang dilapisi dengan katalis
(sebagai fotoanoda) dan sebuah elektroda Gambar 4. Skema proses fotoelektrokatalisis. Proses ini
counter (sebagai katoda). Pemberian terjadi pada iradiasi semikonduktor tipe-n
potensial positif melewati fotoanoda akan yang dicelupkan dalam air dan dibawah
pengaruh tegangan positif.
menarik elektron fotogenerasi ke katoda,
6

Methylene Blue fotokatalisis, eletroda pencacah platina (Pt),


catu daya, neraca analitik, pengaduk magnet,
Methylene Blue yang memiliki rumus magnet, pipet hisap 5 ml, volumetrik 50 ml,
kimia C16H18ClN3S, adalah senyawa tabung reaksi, scotch-tape, wadah sampel,
hidrokarbon aromatik yang beracun dan gelas rod, dan alumunium foil.
merupakan dye kationik dengan daya
adsorpsi yang sangat kuat. Pada umumnya
digunakan sebagai pewarna sutra, wool, Deposisi Film TiO2
tekstil, kertas, peralatan kantor dan kosmetik.
Senyawa ini berupa kristal berwarna Film TiO2 dibuat dengan metode
hijau gelap. Ketika dilarutkan dalam air atau squeegee printing. Pasta titanium disiapkan
alkohol akan menghasilkan larutan berwarna dengan mencampurkan 3 mg TiO2 bubuk, 3
biru. Memiliki berat molekul 319.86 gr/mol, ml akuades, 1 ml asetylaseton dan 4 gr
dengan titik lebur di 105 oC dan daya larut Polyethyleneglycol (PEG). Campuran ini
sebesar 4,36 x 104 mg/L. Strukturnya diaduk selama 1 jam hingga dihasilkan pasta
diperlihatkan pada Gambar 5. yang mengental. Substrat ITO berukuran
(4.5 x 3) cm, sebanyak 4 buah dibersihkan
dengan sabun dan direndam dengan aseton
dalam ultrasonic cleaner selama 30 menit,
kemudian dikeringkan. Tepi-tepi substrat
dibingkai dengan scotch-tape, 0.5 cm dari
tiap tepi dengan sisi konduktif menghadap ke
Gambar 5. Struktur molekul kimia Methylene Blue atas.
Deposisi dilakukan dengan meneteskan
pasta titanium pada substrat ITO. Pasta
diratakan dengan glass rod hingga seluruh
BAHAN DAN METODE substrat tertutup dengan titanium. Substrat
yang telah dilapisi dipanaskan di atas
Tempat dan Waktu Penelitian piringan pemanas bersuhu 100 oC selama 10
menit hingga lapisan mengering dan scotch-
Kegiatan penelitian dilakukan di tape dapat dilepas tanpa merusak tepi lapisan.
Laboratorium Fisika Material Jurusan Fisika Untuk menumbuhkan kristal anatase, film
dan Laboratorium Analisis Kimia Jurusan dipanaskan hingga 450 oC dengan kenaikan
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu suhu 5 oC/menit dan di-hold 10 menit pada
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. suhu 100 oC dan 300 oC, sedangkan pada
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Agustus suhu 450 oC di-hold selama 30 menit. Total
2005 sampai Agustus 2006 yang terdiri dari waktu proses pemanasan adalah dua jam lima
penelusuran literatur, kegiatan penelitian dan belas menit.
penulisan laporan.

Bahan dan Alat Karakterisasi XRD


Bahan-bahan yang digunakan dalam Karakterisasi kristal TiO2 ditentukan
penelitian ini adalah TiO2 Degussa P25, dengan difraksi sinar-X (XRD) menggunakan
Acetylaceton (Merck), Polyethyleneglycol difraktometer sinar-X (Shimadzu model XD-
4000 (Merck), akuades, aseton, bubuk 610) yang terdapat di Laboratorium X-Ray,
methylene blue (Certistain), NaOH, HCl, dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu
H2O2. Sebagai substrat digunakan kaca Pengetahuan dan Teknologi Batan (P3IB),
konduktif ITO (Indium TinOxide). Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN),
Peralatan yang digunakan diantaranya Kawasan PUSPITEK Serpong, Tangerang.
furnace (Vulcan), difraktometer sinar-X Alat ini menggunakan sumber Cu dengan
(Shimadzu tipe XD-610), lampu UV jenis tegangan 30 kV, arus 30mA dan panjang
Black Light (UV-A) dengan panjang
gelombang, λ = 1.54056 Å. Film discan
gelombang maksimum sebesar 360 Å,
dengan rentang 2θ antara 20-70o. Hasil output
berdaya listrik 6 Watt (Ultra Violet Products.
karakterisasi XRD berupa kurva hubungan
Inc), Thermo Spectronic 20D+, spektroskopi
antara 2θ versus intensitas. Kurva ini
UV-Vis Genesys-10, ultrasonic cleaner
kemudian dibandingkan dengan kurva XRD
(Cole-Parmer), pH-meter, reaktor
dari literatur. Ukuran kristal film TiO2
7

dihitung menggunakan persamaan Debye- TiO2 dan UV), dan fotoelektrokatalisis (UV,
Scherrer: TiO2 dan pemberian potensial bias eksternal).
0.9λ Sebagai kontrol dilakukan eksperimen pada
τ = (17) keadaan gelap (tanpa perlakuan apapun).
B cos θ B Larutan MB yang digunakan sebanyak
dimana τ adalah ukuran kristal film, λ- 50 ml dengan konsentrasi awal 5 x 10-6 M.
panjang gelombang sinar-X yang digunakan; Lampu UV yang digunakan adalah lampu
θB adalah sudut puncak; dan B adalah lebar UV-A dengan panjang gelombang
puncak pada setengah intensitas maksimum maksimum 360 Å. TiO2 disinari dengan
(FWHM). lampu ini sepanjang arah normalnya. pH
larutan diatur dengan menambahkan NaOH
Pembuatan Reaktor dan HCl. Pengaruh hidrogen peroksida
terhadap degradasi MB dilihat dengan
Reaktor degradasi skala laboratorium menambahkan H2O2 30% sebanyak 0.1 ml.
yang dibuat adalah model reaktor takalir Penambahan potensial bias sebesar +1.0
(Water Static Batch Reactor). Reaktor ini Volt, dimana platina yang digunakan sebagai
terdiri dari bejana dengan daya tampung elektroda counter dihubungkan ke kutub
100 ml; film TiO2; elektroda pencacah, Pt; negatif power supply sedangkan film TiO2
pengaduk magnet; catu daya; lampu UV-A. dihubungkan ke kutub positif. Konsentrasi
Bejana dibuat menggunakan bahan aklirik MB setelah diberi perlakuan diukur dengan
dengan dimensi (5 x 4 x 5) cm. Film TiO2 Thermo Spectronic 20D+. Petikan sampel
diletakkan pada salah satu sisi bejana, 1 cm diambil pada menit ke- 0, 30, 60, 90, 120,
dari dasar bejana. 0,5 cm di atasnya dan 150.
diletakkan elektroda pencacah platina (Pt). Degradasi MB dinyatakan dengan
Lampu UV diletakkan 3 cm dari mulut kecepatan reaksi kinetik:
bejana. Bagian atas bejana ditutup dC
− dt = kC (18)
menggunakan wrapping plastic dan sisi-
sisinya ditutup dengan alumunium foil. C = C0 e − k t (19)
Keseluruhan reaktor ditutup dengan kotak C
kayu untuk menghindari pengaruh cahaya ln = −kt (20)
Co
dari luar. Luas lapisan tipis adalah 10 cm2
dan luas elektroda pencacah adalah 0.5 cm2 dimana:
(Lampiran 1) dC
dt = laju degradasi Methylene Blue
Pembuatan Kurva Standar Methylene (Molar/menit)
Blue Co = konsentrasi awal Methylene Blue
(dalam Molar)
Kurva karakterisasi absorbansi C = konsentrasi Methylene Blue setelah
Methylene Blue, MB, untuk beberapa variasi waktu t (dalam Molar)
konsentrasi diperoleh menggunakan t = waktu (dalam menit)
spektroskopi UV-Vis Genesys-10 pada k = tetapan kelajuan degradasi (dalam
panjang gelombang 524-669 nm, sedangkan menit-1)
kurva standar dibuat dengan menscan larutan
MB, menggunakan Thermo Spectronic 20D+
pada panjang gelombang 500-700 Å. Untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
selanjutnya spektroskopi yang digunakan
untuk mengukur absorbansi larutan adalah
Thermo Spectronic 20D+. Spektroskopi Hasil XRD Film TiO2 dan Ukuran Partikel
Genesys-10 digunakan hanya untuk melihat
karakterisasi absorbansi MB. Pendeposisian TiO2 bubuk dengan
metode squeegee printing pada substrat ITO
Evaluasi Fotolisis, Fotokatalisis dan (Indium Tin Oxide) dengan binder PEG
Fotoelektrokatalisis memperlihatkan hasil yang baik. Adanya
PEG sebagai binder meningkatkan gaya
Evaluasi dilakukan melalui beberapa adhesi partikel sehingga TiO2 menempel
variasi kondisi eksperimen, yaitu fotolisis dengan kuat pada substrat. Hal ini terlihat
(kondisi eksperimen dengan UV tanpa TiO2), dari morfologi lapisan yang tidak rusak
fotokatalisis (kondisi eksperimen dengan setelah diberi beberapa perlakuan.
8

Gambar 6. Kristalografi TiO2

Tabel 3.. Susunan puncak dan intensitas kristal TiO2 fase meningkatkan aktivitas fotokatalis melalui
anatase
peningkatan generasi elektron dan hole.
2θ d (Å) Ukuran kristal dihitungdengan formula
hkl
(deg) Sampel Literatur Scharrer. Perhitungannya dapat dilihat pada
25,127 3,5411 3,5298 101 Lampiran 4. Dari hasil perhitungan keenam
37,755 2,3807 2,3947 400
puncak pola XRD diperoleh bahwa partikel
TiO2 sampel memiliki ukuran kristal sebesar
47,891 1,8978 1,8985 200
24.545 nm.
53,798 1,7025 1,7104 105
54,882 1,6714 1,6720 211 Tabel 4.. Perbandingan parameter kisi kristal sampel
62,633 1,4819 1,4877 204 pada lapisan TiO2 dan literatur

Parameter Sampel Literatur


Struktur film diperiksa menggunakan a (Å) 3,7945 3,797
XRD. Gambar 6 memperlihatkan pola c (Å) 9,518061 9,579
difraksi film TiO2 yang dipanaskan hingga
450o. Pada pola tersebut tampak bahwa ada
enam puncak yang konsisten dengan puncak
Kurva Standar Methylene Blue
untuk kristal anatase, sedangkan kristal rutil
tidak terdeteksi pada pola difraksi. Hasil ini
Hasil scan larutan MB (Gambar 7)
menunjukkan bahwa proses pemanasan yang
menggunakan spektroskopi UV-Vis Genesys-
dilakukan hingga 450o cukup untuk
10 memperlihatkan kurva karakteristik
membentuk kristal anatase dan tidak berlebih
absorbansi Methylene Blue dengan puncak
sehingga terbentuk kristal rutil. Rangkuman
maksimum berada pada panjang gelombang
puncak-puncak tersebut diperlihatkan pada
664 nm. Nilai ini tidak terlalu berbeda dari
Tabel 3. Perbandingan hasil XRD sampel dan
literatur yaitu 666 nm. Dari hasil tersebut
literatur diberikan pada Lampiran 2.
dapat dilihat bahwa spektrum absorbansi MB
Perbandingan parameter kisi sampel
menurun dengan menurunnya konsentrasi
TiO2 dan standar diperlihatkan pada Tabel 4.
larutan. Kurva standar Methylene Blue
Dari data ini dapat dilihat bahwa nilai
(Gambar 8) diperoleh dengan menscan
parameter a dan c sampel tidak jauh berbeda
larutan menggunakan spectronic 20-Milton
dengan nilai parameter dari literatur. Nilai ini
Roy. Data hasil scanning dengan spectronic
mengindikasikan bahwa film TiO2 yang
20 diperlihatkan pada Lampiran 5.1. Karena
dibuat memiliki struktur tetragonal.
adanya hubungan linear antara konsentrasi
Perhitungan parameter kisi diperlihatkan
dengan panjang gelombang 664 nm, maka
pada Lampiran 3.
untuk selanjutnya hasil eksperimen
Ukuran kristal mempengaruhi aktivitas
fotodegradasi diukur pada panjang
fotokatalisis. Film dengan ukuran kristal
gelombang ini.
yang kecil (skala nanometer) dapat
9

Gambar 9. memperlihatkan profil


2
konsentrasi 0.0001 degradasi fotokatalisis MB untuk konsentrasi
1,8
konsentrasi 0.00009
konsentrasi 0.00008
awal 7 x 10-6 MB, 6 x 10-6 MB, dan 5 x 10-6
konsentrasi 0.00007 M. Grafik hubungan antara C/Co terhadap
konentrasi 0.00006
1,6
lama perlakuan memperlihatkan adanya
1,4
penurunan tetapan kelajuan degradasi dengan
meningkatnya konsentrasi awal MB. Nilai t
1,2 untuk ketiga konsentrasi awal tersebut adalah
0.0075, 0.0079, dan 0.0102 (menit-1) untuk
Absorbansi

1
konsentrasi 7 x 10-6 M, 6 x 10-6 M, dan 5 x
0,8
10-6 M (Gambar 10) .
Pada larutan dengan konsentrasi MB
0,6
yang tinggi, jumlah molekul MB yang
0,4
terkandung dalam larutan juga akan semakin
tinggi. Molekul ini akan menghalangi foton
0,2 untuk mencapai TiO2, sehingga akan
menurunkan kecepatan degradasi. Fenomena
sebaliknya teramati untuk larutan dengan
0
500 550 600 650 700

Panjang Gelombang (nm)


konsentrasi MB yang rendah. Peluang foton
Gambar 7. Spektrum karakterisasi absorbansi
Methylene Blue untuk konsentrasi 1 x 10-4
untuk mencapai TiO2 bertambah karena
-5 -5 -5
M, 9 x 10 M, 8 x 10 M, 7 x 10 M dan 6 molekul MB dalam larutan lebih sedikit.
x 10-5 M menggunakan spektroskopi UV- Selain itu, larutan dengan konsentrasi
Vis Genesys-10. MB yang tinggi membutuhkan radikal
hidroksil yang lebih banyak dalam proses
0,5
degradasi. Karena luas permukaan katalis
y = 0,0576x - 0,007 yang digunakan selama proses fotokatalisis
R 2 = 0,9919
0,4 tetap, maka jumlah radikal OH • yang
dihasilkan oleh katalis juga akan konstan.
Absorbansi

0,3
Akibatnya akan terjadi kurangan pasokan
0,2
radikal pada proses degradasi dengan
konsentrasi awal yang tinggi, dan hanya akan
0,1 menghasilkan tetapan kelajuan degradasi
yang kecil.
0
2,5 3,5 4,5 5,5 6,5 7,5
Konsentrasi Pengaruh pH Awal MB
Gambar 8. Kurva standar Methylene Blue
(menggunakan Spektronic 20- Milton Roy). Nilai pH merupakan parameter penting
. pada proses degradasi. pH larutan
mempengaruhi muatan permukaan TiO2,
Pengaruh Konsentrasi Awal MB kekuatan ionik, sifat dye dan mempengaruhi
adsorbsi dye pada partikel TiO2. Nilai pH
dimana permukaan suatu oksida tidak
1,2 bermuatan didefinisikan sebagai zero point
1
charge (pHzpc). Untuk TiO2, pHzpc bernilai
6.25. Di bawah nilai ini TiO2 akan bermuatan
0,8 positif, sedangkan di atasnya bermuatan
negatif berdasarkan reaksi:
C/Co

0,6 + +
TiOH + H → TiOH 2 (21)
c
0,4 − −
a; Konsentrasi 5 x 10E-6 M b TiOH + OH → TiO + H 2 O (22)
0,2 b; Konsentrasi 6 x 10E-6 M a
Pengaruh pH terhadap proses
c; Konsentrasi 7 x 10E-6 M
degradasi MB diamati pada kondisi
0
0 30 60 90 120
ekperimen fotokatalisis. Konsentrasi awal
Lama Perlakuan (menit) MB yang digunakan adalah 5 x 106 M. pH
Gambar 9. Pengaruh konsentrasi awal terhadap larutan diatur dengan menambahkan NaOH
degradasi fotokatalisis MB. dan HCl hingga diperoleh larutan dengan pH
3, 7, dan 11.
10

Uji ini memperlihatkan bahwa Foton yang diabsorbsi dapat mengawali


degradasi terbesar teramati pada larutan reaksi fotolisis dengan menyerang ikatan
dengan pH 11, diikuti dengan larutan pH 7 kromofor MB. Foton juga mampu
dan 3. Setelah 150 menit perlakuan, larutan mengaktifkan molekul air untuk membentuk
MB pH 11 terdegradasi sebesar 70 %, radikal hidroksil, yang akan ikut berperan
sedangkan untuk larutan pH 7 dan 3 sebesar dalam menguraikan molekul MB.
44 % dan 30 % (Gambar 10). Degradasi melalui penyinaran langsung
MB merupakan senyawa yang memiliki oleh UV hanya memberikan penurunan
ikatan S+ sehingga MB termasuk dalam jenis konsentrasi sebesar 27,22 % setelah
dye kationik. Pada larutan dengan pH tinggi, penyinaran selama 150 menit, dengan tetapan
MB yang bermuatan positif (bersifat basa) kelajuan degradasi sebesar 0.00005 menit-1
akan mudah teradsorbsi pada permukaan (Tabel 5). Kurva degradasinya
TiO2 yang bermuatan negatif. Adsorbsi MB memperlihatkan penurunan kurva yang landai
meningkat karena adanya interaksi (Gambar 11b) dibandingkan kurva proses
elektrostatik antara MB dan partikel TiO2. degradasi lainnya. Setelah proses penyinaran,
sebaliknya, pada pH rendah (bersifat asam), tidak tampak adanya perubahan warna larutan
adsorbsi MB pada permukaan TiO2 menjadi jika dibandingkan kontrol (perlakuan pada
sulit karena adanya gaya tolak menolak menit ke-0). Hal ini mengindikasikan bahwa
antara MB dan partikel TiO2 yang sama-sama foton tidak cukup mampu untuk menguraikan
bermuatan positif. Dari hasil ini dapat ikatan kromofor MB, dimana jumlah radikal
disimpulkan bahwa degradasi MB paling baik hidroksil yang dihasilkan oleh foton tidak
dilakukan pada keadan basa. Semakin banyak, sehingga tidak tampak adanya
bersifat basa larutan tersebut, degradasi MB perubahan warna larutan.
akan semakin baik.

Evaluasi Aktivitas Fotokatalisis dan


80
Fotoelektrokatalisis
70

60
Persen Degradasi (%)

50

40

30

20

10

0
0 3 6 9 12
pH

Gambar 10. Hubungan antara pH dan persen degradasi


MB

Evaluasi Aktivitas Fotolisis,


Fotokatalisis dan Fotoelektrokatalisis

Evaluasi Aktivitas Fotolisis


Gambar 11. Perbandingan proses degradasi MB. a :
Warna pada dye muncul karena adanya gelap, b : fotolisis, c : fotokatalisis, d :
fotoelektrokatalisis, e : fotolisis+ H2O2, f :
grup kromofor. Kromofor merupakan fotokatalisis+ H2O2 dan g :
konfigurasi radikal yang mengandung fotoelektrokatalisis+ H2O2
elektron terdelokalisasi. Konfigurasi
kromoforik diantaranya azo (-N=N-), Penambahan semikonduktor sebagai
karbonil (=C=O), karbon (=C=C), karbon katalis pada proses fotolisis dinamakan
nitrogen (>C=NH atau –CH=N-); nitroso (- fotokatalisis. Pada proses fotokatalisis, ikatan
NO atau N-OH); nitro (-NO2 atau =NO-OH); kimia pada MB akan dipecah oleh radikal
sulfur (C=S). hidroksil, OH • , yang tersedia dalam larutan.
Fotolisis adalah proses dimana ikatan Grafik penurunan konsentrasi MB melalui
kimia MB diputus oleh energi foton cahaya proses fotokatalisis lebih tajam dibandingkan
UV. Ketika foton UV memasuki medium, proses fotolisis (Gambar 11c), dengan
foton akan ditransmitansi atau diabsorbsi oleh persentase penurunan konsentrasi MB
medium dan molekul MB yang terlarut.
11

sebesar 61.50 % (Gambar 13), sedangkan Tingginya hasil degradasi dengan


konstanta kelajuan degradasinya bernilai metode fotoelektrokatalisis mengindikasikan
0.0065 menit-1. Perubahan warna larutan MB bahwa rekombinasi pasangan elektron/hole
terlihat dengan jelas pada menit ke-150 dapat dikurangi, sehingga keberadaan radikal
(Gambar 14), dimana warna larutan menjadi yang bertanggung jawab untuk memecah
lebih bening dibandingkan kontrolnya. ikatan kimia molekul akan lebih banyak
tersedia dalam larutan, dan cukup untuk
0 30 60 90 120 150 memecah ikatan kromofor MB sehingga
0 larutan menjadi tidak berwarna setelah 150
menit perlakuan, sedangkan pada proses
-0,5 fotokatalisis tidak banyak terjadi perubahan
warna karena kurangnya konsentrasi radikal
-1
dalam larutan.
ln (C/Co)

Gelap
-1,5
Fotolisis

Fotokalisis

Fotoelektrokatalisis
-2
Fotolisis + H2O2

Fotokatalisis + H2O2

Fotoelektrokatalisis + H2O2
-2,5
Waktu Perlakuan (Menit)

Gambar 12. Hubungan linear antara ln (C/CO) dan lama


perlakuan

Pemberian potensial bias eksternal


sebesar +1.0 Volt memperlihatkan hasil yang
lebih baik dibandingkan proses fotokatalisis
Gambar 14. Foto hasil degradasi untuk fotolisis (kiri
dan fotolisis, dimana pada menit ke-90, atas), fotokatalisis (kanan atas) dan
konsentrasi MB sudah terdegradasi lebih dari fotoelektrokatalisis (bawah)
setengah konsentrasi awalnya. Pada akhir
menit ke-150, degradasi dengan metode ini
memberikan hasil yang sangat memuaskan Pengaruh Penambahan H2O2
dengan persentase degradasi sebesar 84.19%
(Gambar 13) dan tetapan kelajuan degradasi Penambahan H2O2 dapat meningkatkan
sebesar 0.011 menit-1. Pada Gambar 11.d, konsentrasi radikal hidroksil. Radikal ini
dapat dilihat bahwa grafik degradasi dapat menghambat rekombinasi berdasarkan
fotoelektrokatalisis lebih curam dibandingkan reaksi
− − •
dua metode sebelumnya, dan dari Gambar 14, H 2 O2 + e → OH + OH (23)
dapat diamati bahwa warna larutan menjadi H2O2 mempunyai dua fungsi dalam proses
lebih jernih dibandingkan kontrol. degradasi, yaitu H2O2 selain mengikat
elektron sehingga terjadi pemisahan muatan
juga berfungsi membentuk radikal OH .

100
89,23 %

90 83,68 % 84,19 % •−
H 2 O2 + O2 → OH + OH • + O2 (24)
Persen Degradasi (%)

76,63 %
80
70 61,5 %
Penambahan senyawa H2O2 dapat
60 mempengaruhi proses fotolisis, fotokatalisis
50 dan fotoelektrokatalisis. Pada fotolisis,
40
30
27,22 % pengaruh penambahan H2O2 terlihat sangat
20 signifikan. Hal ini dapat dilihat dari Gambar
10 11.e, dimana grafik fotolisis+H2O2 menurun
0 dengan tajam dibandingkan proses fotolisis
a b c d e f
saja. Hal ini dikarenakan adanya tambahan
Variasi Perlakuan radikal hidroksil melalui reaksi
Gambar 13. Grafik persentase penurunan konsentrasi H 2 O2 + hv → 2OH • (25)
MB untuk beberapa variasi perlakuan, dimana a: Proses fotolisis + H2O2 menyumbangkan
fotolisis; b: fotokatalisis; c: fotolisis+H2O2; d: persentase degradasi sebesar 76.63% dengan
fotoelektrokatalisis; e: fotokatalisis+H2O2; f:
fotoelektrokatalisis+H2O2 tetapan kelajuan degradasi sebesar 0.0105
menit-1.
12

Pada proses fotokatalisis dan proporsional. Hal ini dapat dilihat dari hasil
fotoelektrokatalisis, penambahan H2O2 tidak degradasinya yang baik.
memperlihatkan hasil maksimal Metode fotoelektrokatalisis dan
dibandingkan pada proses fotolisis (Gambar fotokatalisis berbasis semikonduktor TiO2
11f dan 11g). Pertambahan persentase terbukti mampu menurunkan konsentrasi MB
degradasi hanya sebesar 22.69 % untuk dalam air. Konsentrasi dan pH awal larutan
proses fotokatalisis+H2O2 dan 5.55 % untuk MB merupakan faktor penting yang harus
fotoelektrokatalisis+H2O2. Sangat kecil jika diperhatikan untuk mendapatkan hasil
dibandingkan dengan pertambahan persentase degradasi yang maksimal. Degradasi MB
degradasi pada proses fotolisis yang memperlihatkan hasil yang baik pada
mencapai 49.41% (Gambar 13). Hal ini konsentrasi awal yang rendah dan pada
disebabkan karena konsentrasi yang keadaan basa. Kombinasi fotoelektrokatalisis
ditambahkan dalam larutan terlalu tinggi, dan penambahan H2O2 memperlihatkan hasil
sehingga akan menimbulkan efek negatif. terbaik diikuti fotoelektrokatalisis,
Efek negatif ini yaitu terbentuknya radikal fotokatalisis+H2O2 dan fotokatalisis.
OH 2

yang kurang reaktif dibandingkan Penambahan potensial bias dan H2O2 terbukti
dapat meningkatkan kecepatan degradsi
radikal OH , dan terbentuknya molekul gas

melalui pemisahan elektron/hole.
dalam sistem. Molekul gas ini tidak terlarut,
melainkan menempel pada permukaan film Saran
dan elektroda Pt, sehingga akan menghalangi
transfer energi foton. Masih banyak metode yang dapat
Secara umum penambahan H2O2 dapat digunakan untuk meningkatkan hasil
meningkatkan kecepatan degradasi MB, degradasi. Diantaranya adalah penambahan
dilihat dari nilai tetapan kelajuan degradasi, oksigen terlarut. Penambahan oksigen dalam
dimana untuk proses fotokatalisis+H2O2 sistem degradasi juga dapat mengurangi
tetapan ini bernilai 0.011 menit-1 dan untuk rekombinasi elektron/hole, dimana elektron
fotoelektrokatalisis+H2O2 sebesar 0.0145 bertindak sebagai donor elektron. Keberadaan
menit-1. Nilai ini diperoleh dari kurva linear oksigen dalam sistem juga sangat penting,
hubungan antara C/Co terhadap waktu dimana beberapa peneliti telah menemukan
perlakuan (Gambar 12). bahwa proses degradasi sangat dipengaruhi
oleh kadar oksigen dalam sistem.
Tabel 5. Tetapan kelajuan degradasi methylene blue
Penelitian sebelumnya selalu
Variasi k (menit-1) menggunakan reaktor takalir dalam proses
Fotoelektrokatalisis + H2O2 0,0145
Fotokatalisis + H2O2 0,011 degradasi. Perlu dilakukan penelitian lebih
Fotolisis + H2O2 0,0105 lanjut dengan menggunakan reaktor alir, dan
Fotoelektrokatalisis 0,0121 melihat pengaruhnya pada proses degradasi.
Fotokatalisis 0,0065
Fotolisis 0.00005

DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN
[1] Carneiro, et al. 2004. Evaluation of
Kesimpulan color removal and degradation of a
reactive textile azo dye on
Film TiO2 dapat dibuat menggunakan nanoporous TiO2 thin-film
metoda squeegee printing dengan electrodes. Electrochimica Acta 49:
mencampurkan TiO2 degussa, asetilaseton, 3807–3820.
PEG, dan akuades, kemudian melapiskannya
pada permukaan ITO. Pemanasan hingga [2] Silva, et al. Catalytic oxidation of
450o terbukti menumbuhkan kristal anatase methylene blue in aqueous solutions.
TiO2. PEG dalam pembuatan film terbukti Instituto de Ingenieria Quimica–
meningkatkan gaya adhesi TiO2 dengan Universidad Nasional de San Juan–
substrat dilihat dari tidak mudah rusaknya Argentina.
film setelah penggunaan berulang.
Rancangan reaktor takalir skala [3] Parmon, V, et al. 2001. Glossary of
laboratorium menghasilkan reaktor dengan Terms in Photocatalysis and
daya tampung dan luas film yang Radiocatalysis. International Journal
of Photoenergy.
13

[12] Diebold, U. 2003. The surface science of


[4] Mills, A and Hunte, L.S. 1997. An titanium dioxide. Surface science
Overview of Semiconductor report 48: 53-229
Photocatalysis. J. of Photochem. and
Photobio A: 108: 1-35. [13] Gunlazuardi, J. 2001. Fotokatalisis
pada permukaan TiO2 : Aspek
[5] Aitali, Khadija M. 2002. Wastewater fundmental dan aplikasinya.
depollution by photocatalytic and Seminar Nasional Kimia Fisika II.
bidegradation processes. Universite Jurusan kimia, FMIPA, Universitas
Hassan II Faculte Des Sciences Ain Indonesia.
Chok Departement De Chime.
[14] EPA. 2003. Photoelectrocatalytic
[6] Balasubramanian, G, et al. 2003. degradation and removal of organic
Titania Powder Modified Sol-gel and inorganic contaminants in
Process for Photocatalytic ground waters. Cincinnati, Ohio.
Aplications. J. of Material Science.
83: 823-831. [15] Senthilkumaar, et al. 2004.
photodegradation of a textile dye
[7] Vulliet, E, et al. 2003. Factors catalyze by sol-gel derived
influencing the Photocatalytic nanocristalline TiO2 via ultrasonic
Degradation of Sulfonylurea irradiation. J. of Photochemistry and
Herbicides by TiO2 Aqueous Photobiology A : Chemistry 170 :
Suspension. J. of Photochem. and 225-232
Photobio A. 159:71-79
[16] Sudana, A. 2003. Deposisi dan
[8] Macias, L, T. 2003. The Design and karakerisasi lapisan tipis titanium
Evaluation of A Continuous dioksida (TiO2) dalam proses
Photocatalytic Reactor Utilizing desinfeksi escherichia coli. [Skripsi].
Titanium Dioxida in Thin Film of Bogor: Institut Pertanian Bogor,
Mesoporous Sililca. A Thesis for the Fakultas Matematika dan Ilmu
Degree of Master of Science in Pengetahuan Alam.
Chemical Engineering in Mississippi
State University. [17] Poulios and Tsachpinis. 1999.
Photodegradation of the textile dye
[9] Jiang, D., et al. 2004. Stuedies of reactive black 5 in the presence of
Photocatalytic Processes at semiconducting oxides. J. Chem
Nanoporous TiO2 Film Electrodes Technol Biotechnol 74: 349-357.
By Photoelektrochemical
Techniques and Development of A [18] Allen, S.J. and Koumanova, B. 2005.
Novel Methodology for Rapid Decolourisation of water/waste
Determination of Chemical Oxygen water using absorpsi (Review).
Demand. University Griffith, School Journal of the University of
of Environmental and Applied Chemical Technology and
Sciences Metallurgy 40: 175-192

[10] Marlupi, I. 2003. Desinfeksi [20] Shen, Q and Toyoda, T. 2003. Studies
Escherichia coli melalui of optical absorption and electron
fotokatalisis Titanium Dioksida transport in nanocrystalline TiO2
(TiO2) Bubuk Fase Rutil. [Skripsi]. electrodes. Thin solid film: 167-170.
Bogor: Institut Pertanian Bogor,
Fakultas Matematika dan Ilmu [21] Taicheng, et al. 2001.
Pengetahuan Alam. Photoelectrochemical degradation of
methylene blue with nano TiO2
[11] Linsebigier, A L, et al. 1995. under high potensial bias. Mater.
photocatalysis on TiO2 surface: Phys. Mech 4: 101-106
principles, mechanisms, and selected
results. Chem. Rev 95: 735-758. [22] Bhatkhande, et al. 2004. Photocatalytic
and photochemical degradation of
14

nitrobenzene using artificial


ultraviolet light. Chemical
engineering journal 102: 283-290

[23] Irmak, et al. 2004. Degradation of 4-


chloro-2-methylpenol in aqueous
solution by UV irradiation in the
presence of titanium dioxide.
Applied catalyst B: Environmental
54: 85-91

[24] Zhang, et al. Photoelectrocatalytic


degradation of reactive brilliant
orange K-RBOKR in a new
continuous flow
photoelectrocatalytic reactor.
Applied catalysis A: 221-229

[25] Qamar, et al. 2005. Photocatalytic


degradation of two selected dye
derivatives, chromotrope 2B and
amino black 10B, in aqueoud
suspensions of titanium dioxide. Dye
and pigments 65: 1-9
LAMPIRAN
15

Lampiran 1. Skema reaktor degradasi


16

Lampiran 2. Tabel Standar Struktur Tegragonal TiO2 pada XRD dengan λ = 1.54056
17

Lampiran 3. Penentuan parameter kisi dengan metode Cohen (Cullity & Stock, 2001)

3.1 Persamaan-persamaan dalam menentukan parameter kisi dengan metode Cohen.


Persamaan umum:
λ=2d sin θ .........................................................................................................................(3.1.1)
Penentuan sistem kristal tetragonal menggunakan persamaan:
1 h2 + k 2 l 2
2
= + 2 ..........................................................................................................(3.1.2)
d a2 c
2 2
∑ α sin θ = C ∑ α + B ∑ αγ + A∑ αδ
2 2
∑ γ sin θ = C ∑ γα + B ∑ γ + A∑ γδ ..........................................................................(3.1.3)
2 2
∑ δ sin θ = C ∑ αδ + B ∑ γδ + A∑ δ

Dengan α = h 2 + k 2 ; γ = l ; δ = 10 sin 2θ ; A = D 10 ; B = λ 4ac 2 ; C = λ 2 4a 2


2 2 2

Keterangan:
a,c : parameter kisi
h,k,l : indeks Miller
λ : panjang gelombang
θ : sudut difraksi
A,B,C : numerator

Numerator diperoleh dengan menggunakan mengeliminasi persamaan (3.3)

Persentase ketepatan hasil perhitungan parameter kisi yang diperoleh dibandingkan dengan
nilai literatur, dengan menggunakan persamaan:

Ketepatan nilai a = 100% - ∆a/al


Ketepatan nilai c = 100% - ∆c/cl

Keterangan

a : nilai a sampel hasil perhitungan


c : nilai c sampel hasil perhitungan
al : nilai a literatur
cl : nilai c literatur
18

3.2 Penentuan parameter kisi kristal pada TiO2

3.2.1 Data-data pendukung analisis parameter kisi kristal TiO2

hkl 2θ θ α α2 γ γ2 αγ sin 22θ Sin2θ δ δ2 γδ αδ α Sin2 θ γ Sin2 θ δ Sin2 θ


101 25,127 12,564 1 1 1 1 1 0,180285 0,047315 1,802852 3,250274 1,802852 1,802852 0,047315 0,047315 0,085302
004 37,755 18,878 0 0 16 256 0 0,374887 0,104678 3,748868 14,054011 59,981888 0,000000 0,000000 1,674850 0,392424
200 47,891 23,946 4 16 0 0 0 0,550371 0,164722 5,503711 30,290834 0,000000 22,014844 0,658889 0,000000 0,906584
105 53,798 26,899 1 1 25 625 25 0,651136 0,204675 6,511360 42,397812 162,784006 6,511360 0,204675 5,116870 1,332711
211 54,882 27,441 5 25 1 1 5 0,669059 0,212364 6,690586 44,763936 6,690586 33,452928 1,061821 0,212364 1,420841
204 62,633 31,317 4 16 16 256 64 0,788686 0,270150 7,886861 62,202574 126,189774 31,547443 1,080602 4,322407 2,130639
Σ 15 59 59 1139 95 3.214424 1.003905 32.44237 196,959442 357,449105 95,329427 3,053302 11,373807 6,268502

3.2.2 Hasil penentuan parameter kisi kristal TiO2

a c ∆a/a ∆c/c % ketepatan a % ketepatan c


B C
Sampel Literatur Sampel Literatur
0.00066 0.0064 99.999 99.994
0.080928245 0.041208753 3,7945 3,797 9,518061 9,579
19

Lampiran 4. Penentuan ukuran kristal dengan metode Cohen

Untuk mementukan ukuran kristal digunakan persamaan:


0,94λ
B cos θ = + η sin θ ................................................................................................(4.1.1)
σ
B : FWHM (full width half maximum)
λ : panjang gelombang sinar-X (Cu = 1.54056 Å),
θ : sudut difraksi sinar X (derajat)
σ : ukuran partikel,
η : mikro strain

Ukuran kristal didapatkan dengan cara memasukkan semua puncak yang muncul ke dalam
persamaan diatas, dengan menganggap y = Bcosθ, dan x = sinθ persamaan diatas menjadi
y = a + bx,
Dengan menggunakan regresi linear akan bisa didapatkan nilai a dan b, dari nilai a dapat
diketahui ukuran kristal (σ).

sin θ b cos θ
0,217521 0,006576
0,323546 0,008786
0,405867 0,006428
0,452419 0,007098
0,460835 0,007776
0,519765 0,00917

0,01 y = 0,0044x + 0,0059


0,009 R2 = 0,1752
0,008
0,007
0,006
b cos θ

0,005
0,004
0,003
0,002
0,001
0
0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5 0,55
sin θ

0, 94λ
a= ; maka ukuran partikel TiO 2
σ
0, 94λ
σ = ;
a
0, 94(1, 54056)
σ =
0, 0059
= 245,4452 Å
= 24,54452 nm
20

Lampiran 5. Pengolahan data degradasi Methylene Blue

5.1 Data scanning larutan Methylene Blue pada panjang gelombang 640 – 682 nm menggunakan
Thermo Spectronic 20D+. Data ini digunakan untuk mendapatkan kurva standar untuk
penentuan konsentrasi larutan setelah diberi perlakuan.

λ 7 x 10-6- M 6 x 10-6- M 5 x 10-6- M 4 x 10-6- M 3 x 10-6- M


640 0,29 0,248 0,204 0,174 0,112
643 0,306 0,259 0,211 0,183 0,122
646 0,32 0,27 0,222 0,19 0,125
649 0,334 0,281 0,233 0,197 0,131
652 0,353 0,297 0,245 0,207 0,134
655 0,368 0,312 0,257 0,22 0,145
658 0,384 0,322 0,266 0,227 0,149
661 0,392 0,332 0,273 0,232 0,157
664 0,398 0,335 0,276 0,237 0,159
667 0,396 0,333 0,274 0,232 0,157
670 0,382 0,324 0,265 0,229 0,151
673 0,362 0,309 0,252 0,219 0,146
676 0,338 0,29 0,233 0,202 0,137
679 0,307 0,257 0,217 0,184 0,122
682 0,264 0,228 0,186 0,162 0,102

0,45
Konsentrasi 7 x 10 E-6 M
Konsentrasi 6 x 10 E-6 M
0,4 Konsentrasi 5 x 10 E-6 M
Konsentrasi 6 x 10 E-6 M

0,35 Konsentrasi 3 x 10 E-6 M

0,3
Absorbansi

0,25

0,2

0,15

0,1
620 640 660 680 700
Panjang Gelombang (nm)

Gambar 5.1.1. Hasil plot data scaning MB dari data di atas.


21

0,5
y = 0,0576x - 0,007
R2 = 0,9919
0,4

Absorbansi
0,3

0,2

0,1

0
2,5 3,5 4,5 5,5 6,5 7,5
Konsentrasi
Gambar 5.1.2. Hubungan linear antara absorbansi dan konsentrasi MB pada panjang gelombang
664 nm.

Dari grafik di atas diperoleh persamaan y = 0.0576x - 0.007, dimana x adalah konsentrasi, C,
dan y adalah absorbansi, A. Persamaan tersebut dapat ditulis kembali dalam bentuk:
A + 0.007
C=
0.0576
Persamaan ini selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai konsentrasi larutan setelah diberi
perlakuan.

5.2 Perbandingan degradasi fotokatalisis variasi konsentrasi

Menit
Variasi A C C/Co Ln(C/Co)
ke-
0 0,292 5,190 1,000 0,000
30 0,158 2,882 0,555 -0,588
60 0,129 2,383 0,459 -0,778
Konsentrasi 5 x 10-6 M
90 0,097 1,832 0,353 -1,041
120 0,073 1,418 0,273 -1,297
150 0,065 1,281 0,247 -1,399
0 0,345 6,102 1,000 0,000
30 0,236 4,225 0,692 -0,368
60 0,195 3,519 0,577 -0,550
Konsentrasi 6 x 10-6 M
90 0,153 2,796 0,458 -0,780
120 0,123 2,279 0,374 -0,985
150 0,118 2,193 0,519 -0,656
0 0,492 8,634 1,000 0,000
30 0,364 6,429 0,745 -0,295
60 0,287 5,103 0,591 -0,526
Konsentrasi 7 x 10-6 M
90 0,227 4,070 0,471 -0,752
120 0,195 3,519 0,408 -0,897
150 0,19 3,433 0,534 -0,627
22

dimana:
A : Absorbansi
C : Konsentrasi MB pada menit ke-
CO : Konsentrasi awal MB (tidak diberi perlakuan, pada menit ke – 0)

5.3 Perbandingan degradasi fotokatalisis variasi pH

Menit
Variasi A C C/Co Ln(C/Co)
ke-
0 0,354 6,257 1,000 0,000
30 0,321 5,689 0,909 -0,095
Konsentrasi 5 x 10-6 M, pH 3 60 0,298 5,293 0,846 -0,167
90 0,252 4,501 0,719 -0,329
120 0,244 4,363 0,697 -0,361
0 0,27 4,811 1,000 0,000
30 0,231 4,139 0,860 -0,150
Konsentrasi 5 x 10-6 M, pH 7 60 0,178 3,226 0,671 -0,399
90 0,184 3,330 0,692 -0,368
120 0,149 2,727 0,567 -0,568
0 0,204 3,674 1,000 0,000
30 0,179 3,244 0,883 -0,125
Konsentrasi 5 x 10-6 M, pH 11 60 0,167 3,037 0,827 -0,190
90 0,125 2,314 0,630 -0,462
120 0,061 1,212 0,330 -1,109

5.4 Perbandingan metoda fotolisis, fotokatalisis, fotoelektrokatalisis dan penambahan H2O2

Menit
Perlakuan A C C/Co Ln(C/Co)
ke-
0 0,189 3,416 1,000 0,000
30 0,184 3,330 0,975 -0,026
60 0,183 3,313 0,970 -0,031
Gelap
90 0,183 3,313 0,970 -0,031
120 0,182 3,295 0,965 -0,036
150 0,188 3,399 0,995 -0,005
0 0,189 3,416 1,000 0,000
30 0,156 2,848 0,834 -0,182
60 0,154 2,813 0,824 -0,194
Fotolisis
90 0,153 2,796 0,819 -0,200
120 0,138 2,538 0,743 -0,297
150 0,135 2,486 0,728 -0,318
0 0,189 3,416 1,000 0,000
30 0,143 2,624 0,768 -0,264
60 0,102 1,918 0,561 -0,577
Fotokatalisis
90 0,093 1,763 0,516 -0,662
120 0,07 1,367 0,400 -0,916
150 0,067 1,315 0,385 -0,955
23

0 0,189 3,416 1,000 0,000


30 0,117 2,176 0,637 -0,451
60 0,079 1,522 0,445 -0,809
Fotoelektrokatalisis
90 0,061 1,212 0,355 -1,036
120 0,031 0,695 0,203 -1,592
150 0,023 0,557 0,163 -1,813
0 0,189 3,416 1,000 0,000
30 0,152 2,779 0,813 -0,206
60 0,129 2,383 0,698 -0,360
Fotolisis+H2O2
90 0,072 1,401 0,410 -0,891
120 0,046 0,953 0,279 -1,276
150 0,037 0,798 0,234 -1,454
0 0,189 3,416 1,000 0,000
30 0,086 1,642 0,481 -0,732
60 0,072 1,401 0,410 -0,891
Fotokatalisis+H2O2
90 0,05 1,022 0,299 -1,206
120 0,04 0,850 0,249 -1,391
150 0,022 0,540 0,158 -1,844
0 0,189 3,416 1,000 0,000
30 0,115 2,142 0,627 -0,467
60 0,061 1,212 0,355 -1,036
Fotoelektrokatalisis+H2O2
90 0,042 0,885 0,259 -1,351
120 0,026 0,609 0,178 -1,724
150 0,012 0,368 0,108 -2,228

5.5 Konstanta kelajuan degradasi

Variasi k (menit-1)
Fotoelektrokatalisis+H2O2 0,0145
fotokatalisis + H2O2 0,011
fotolisis+H2O2 0,0105
fotoelektrokatalisis 0,0121
fotokatalisis 0,0065
fotolisis 0.0018

5.6 Persentase penurunan konsentrasi methylene blue (dalam persen)

waktu 0 30 60 90 120 150


Fotoelektrokatalisis+H2O2 0 37,30 64,53 74,11 82,17 89,23
fotokatalisis+H2O2 0 51,92 58,98 70,07 75,11 84,19
fotolisis+H2O2 0 28,73 30,25 58,98 72,09 76,63
fotoelektrokatalisis 0 36,30 55,45 64,53 79,65 83,68
fotokatalisis 0 23,19 43,86 48,40 59,99 61,50
fotolisis 0 16,64 17,64 18,15 25,71 27,22

Anda mungkin juga menyukai