JOURNAL READING Dr. Elna 2
JOURNAL READING Dr. Elna 2
Disusun Oleh:
Gyztantika P. Patadungan
NIM. 2012-83-010
Konsulen
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2017
Perbandingan Fluktuasi Tekanan Intraokuler Setelah Operasi
Katarak dengan Fakoemulsifikasi dan Small Incision Cataract
Surgery
Abstrak
Latar Belakang : untuk mengukur dan membandingkan fluktuasi penurunan
tekanan intraokuler (TIO) sebelum dan sesudah operasi katarak dengan
fakoemulsifikasi dan small-incision cataract surgery (SICS) pada operasi katarak
missal yang diselenggrakan oleh bagian ophtalmologi, fakultas kedokteran,
Universitas Gajah Mada – RS Sardjito.
Metode : Penelitian kohort ini memasukkan 100 mata dari 100 pasien katarak
karena usia yang telah menjalani operasi katarak tanpa komplikasi ( dilakukan
oleh ahli bedah, yang meliputi spesialis mata senior, internship dan residen).
Subyek dibagi kedalam 2 kelompok : 37 pasien dengan operasi fakoemulsifikasi
dan 63 pasien dengan SICS. Fluktuasi TIO (sebelum operasi, hari ke-2, ke-5 dan
ke-28 setelah operasi), dilakukan menggunakan tonometri non kontak. Angka
kejadian TIO ynag tinggi (>22 mmHg) dibandingkan antara kedua metode operasi
menggunakan analisis chi-square.
Hasil : Rata-rata TIO dengan fakoemulsifikasi adalah 14 (sebelum operasi), 12,38
(hari ke-2), 13,7 (hari ke-5), 12,45 (hari ke-28), sedangkan dengan SICS adalah
14,13 (sebelum operasi), 17,32 (hari ke-2) 11,40 (hari ke-5), 10,39 (hari ke-28).
Angka kejadian TIO yang tinggi untuk fakoemulsifikasi adalah 4,2% (hari ke-2),
4,3% (hari ke-5), 0% (hari ke-28). Ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan secara statistik pada angka kejadian TIO yang tinggi antara kedua
metode pada hari ke-2 setelah operasi katarak (p=0,047) dan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan secara statistik pada hari ke-5 (p=0,799).
Kesimpulan : Fakoemulsifikasi memberikan fluktuasi TIO yang lebih stabil
dibanding SICS. Terdapat peningkatan TIO pada hari ke-2 seteleh SICS.
1,14
Katarak adalah suatu kondisi kekeruhan lensa (lens opacity). Hingga
saat ini, katarak masih merupakan salah penyebab utama dari masalah kebutaan di
dunia.17 Tindakan bedah katarak merupakan satu-satunya cara untuk mengobati
kebutaan karena katarak. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan fungsi
penglihatan. 14 Saat ini terdapat dua teknik operasi katarak yang sangat dikenal,
yaitu fakoemulsifikasi dan small incision cataract surgery (SICS). Satu risiko
yang dapat terjadi paska operasi katarak adalah peningkatan tekanan intraokular
(TIO). Hal ini sering berhubungan dengan: 1) tertinggalnya cairan viskoelastik
yang digunakan; 2) reaksi inflamasi paska operasi itu sendiri; dan 3) kondisi TIO
sebelum dilakukan operasi.3,4,8,12
Beberapa studi sebelumnya menyebutkan, baik fakoemulsifikasi ataupun
SICS, keduanya berisiko menimbulkan peningkatan TIO. Bhallil et al3
menyebutkan bahwa paska fakoemulsifikasi akan terjadi peningkatan TIO pada
saat hari pertama paska operasi dan setelah itu akan mengalami penurunan hingga
jangka panjang. Sharma & Madhavi12 juga menyebutkan bahwa paska SICS akan
terjadi peningkatan tajam dari TIO selama 1-2 hari paska operasi, namun setelah
itu TIO akan turun ke level yang lebih rendah dari pre-operasinya.
Sejak tahun 2010, bagian Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada (FK UGM) – RSUP dr. Sardjito, secara rutin sudah
mengadakan operasi katarak masal dengan menggunakan teknik fakoemulsifikasi
dan SICS, namun hingga saat ini belum ada suatu penelitian yang mengukur serta
membandingkan fluktuasi TIO di antara kedua teknik operasi tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dan membandingkan
fluktuasi TIO sebelum dan sesudah operasi katarak dengan fakoemulsifikasi dan
SICS pada operasi katarak masal yang diadakan oleh bagian IK Mata FK UGM-
RSUP dr. Sardjito.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental dengan rancangan
cohort. Total terdapat 100 mata dari 100 pasien dengan katarak senilis yang
menjalani operasi katarak tanpa komplikasi dengan dua metode, yaitu
fakoemulsifikasi dan SICS. Dari seluruh subjek tersebut, 37 pasien menjalani
fakoemulsifikasi dan 63 pasien menjalani SICS.
Pada penelitian ini, fluktuasi TIO (pre, hari ke-2, 5, & 28 post-operasi)
diukur dengan menggunakan tonometri non-kontak. Kemudian angka kejadian
TIO tinggi (>22 mmHg) di antara kedua metode tersebut dibandingkan dengan
menggunakan analisis Chi-square.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini antara lain: edema kornea sentral post-
operasi, mendapatkan obat penurun TIO setelah operasi, prolaps vitreus, hifema,
afakia, dan desentrasi IOL.
Teknik Operasi
Pada penelitian ini, seluruh operasi katarak dilakukan oleh berbagai jenis
operator, yaitu oftalmologis senior, fellowship, dan residen.
Teknik fakoemulsifikasi yang digunakan yaitu: 1) insisi (clear cornea)
dilakukan dengan keratom di sisi temporal; 2) injeksi tripan blue; 3) tunggu 2
menit; 4) irigasi; 5) injeksi viskoelastik ke dalam camera oculi anterior (COA); 6)
capsulorhexis; 7) hidrodiseksi; 8) fakoemulsifikasi; 9) aspirasi korteks dengan
simcoe; 10) injeksi viskoelastik; 11) implantasi IOL; 12) irigasi & aspirasi
viskoelastik; 13) injeksi myostat; 14) irigasi & aspirasi myostat; dan 15) menutup
insisi kornea dengan hidrasi stroma.
Teknik SICS yang digunakan yaitu: 1) buat tunnel sklerokornea dengan
cresent; 2) injeksi tripan blue; 3) tunggu 2 menit; 4) irigasi; 5) injeksi
viskoelastik; 6) tembus COA dengan keratom; 7) capsulorhexis dengan teknik
CCC; 8) hidrodiseksi; 9) tumbling lensa ke COA; 10) injeksi viskoelastik; 11)
keluarkan dengan vectis; 12) aspirasi korteks dengan simcoe; 13) injeksi
viskoelastik; 14) implantasi IOL; 15) irigasi & aspirasi viskoelastik; 16) injeksi
myostat; 17) irigasi & aspirasi myostat; dan 18) tutup tunnel dengan benang nylon
10.0. Post-operasi, semua pasien mendapatkan obat tetes kombinasi kortikosteroid
& antibiotik 6 tetes sehari. Dosis tersebut digunakan sampai dengan 4 minggu,
kemudian setelah itu dilakukan penurunan dosis bertahap.
HASIL
Pada penelitian ini, didapatkan rata-rata usia pasien (n=100) adalah 66 ± 8
tahun dengan rentang usia 50-88 tahun. Pasien laki-laki berjumlah 53 (53%) dan
perempuan 47 (47%). TIO pre, hari ke-2, 5, dan 28 postoperasi ditunjukkan pada
Gambar 1.
Gambar 1. Fluktuasi TIO pre, hari ke-2, 5, dan 28 postoperasi dengan metode fakoemulsifikasi
dan SICS.
Tabel 1. Perbandingan peningkatan TIO post-operasi dengan metode fakoemulsifikasi dan SICS.
Post-operasi
Hari ke-2 Hari ke-5 Hari ke-28
Fako 0% (0/22) 4.2% (1/24) 4.3% (1/23) 0% (0/22)
SICS 22.7% (10/44) 5.9% (2/34) 0% (0/32)
Signifikan
(p) 0. 0.799 0.799 -
Berdasarkan hasil fluktuasi TIO pada hari ke-2 paska operasi katarak, pada
kelompok fakoemulsifikasi didapatkan penurunan TIO dari 14 menjadi 12.83.
Hilton et al7 menyebutkan bahwa paska operasi katarak, TIO dapat turun terlebih
dahulu dikarenakan efek irigasi bilik mata depan saat intraoperasi. Hasil ini
berbeda dengan Bhalil et al3 dan Perasalo et al9 yang menyebutkan bahwa akan
terjadi kenaikan TIO di hari-hari awal paska fakoemulsifikasi.
Pada kelompok SICS, pada hari ke-2 paska operasi, didapatkan adanya
puncak TIO. Hal ini sesuai dengan Sharma & Madhavi12 yang menyebutkan
bahwa akan terjadi peningkatan tajam dari TIO segera setelah SICS. Puncak TIO
ini dapat disebabkan oleh: 1) tertutupnya trabecular meshwork oleh sisa
viskoelastik, korteks lensa, debris, dan sel inflamasi; 2) adanya inflamasi pada
trabecular meshwork sehingga langsung menyumbat aliran aqueous humir; 3) flap
sklero-kornea yang terlalu water-tight; dan 4) efek kompresi dari jahitan flap
sklero-kornea.5,10,12
Pada kunjungan di hari ke-5 paska operasi, pada kelompok
fakoemulsifikasi, terjadi kenaikan TIO dari hari ke-2 (12.83) menjadi 13.7, namun
masih di bawah level preoperasi. Hasil ini berbeda dengan beberapa penelitian
sebelumnya yang menyebutkan bahwa TIO paska fakoemulsifikasi sudah mulai
turun setelah hari ke-3.4,6,16 Hasil ini mungkin dapat disebabkan karena sudah
kembalinya resistensi dari trabecular meshwork dan masih adanya inflamasi
ringan yang dapat memberi sumbatan ringan pada aliran aqueous humor.
Untuk kelompok SICS, didapatkan penurunan tajam TIO dibanding hari
ke-2, yaitu dari 17.32 menjadi 11.4. Hasil ini sesuai dengan Sharma & Madhavi12
yang menyebutkan bahwa TIO paska SICS akan turun cepat setelah hari ke-2
hingga hari ke-7. Hasil ini dapat disebabkan karena sudah tidak ada lagi sisa
viskoelastik yang menyumbat trabeculum meshwork dan sudah menurunnya
reaksi inflamasi yang terjadi.
Pada kunjungan di hari ke-28, pada kedua kelompok didapatkan
penurunan TIO dibandingkan hari ke-5, yaitu dari 13.7 menjadi 12.45. Pada
kelompok fakoemulsifikasi dan 11.4 menjadi 10.39 dan 11.4 menjadi 10.39 pada
SICS. Hal tersebut sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang
menyebutkan bahwa baik fakoemulsifikasi ataupun SICS, TIO akan terus turun
hingga waktu yang panjang.6,7,13,16
Hipotesis penurunan TIO paska operasi katarak yaitu: 1) hiposekresi
aqueous humor akibat dari iritasi pada badan siliar, 2) adanya prostaglandin paska
operasi memicu peningkatan aliran uveoskleral dari aqueous humor; 3)
menurunnya resistensi dari trabecular meshwork karena efek irigasi selama
operasi; dan 4) bertambah luasnya sudut iridokornea.3,15
Berdasarkan hasil angka kejadian TIO tinggi, pada kelompok
fakoemulsifikasi, didapatkan angka kejadian TIO tinggi sebesar 4.2%. Hasil
tersebut, jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, didapatkan bahwa
insidensi TIO tinggi segera setelah operasi katarak adalah sebesar 8.9% untuk
seluruh metode operasi katarak.8
Dalam penelitian ini juga didapatkan hasil angka kejadian TIO tinggi pada
SICS sebesar 22.7%. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena mayoritas operator
daris SICS adalah residen. Kim et al8 menyebutkan bahwa angka kejadian TIO
tinggi segera setelah operasi katarak yang dilakukan oleh residen untuk seluruh
metode operasi adalah sebesar 22%. Jika dilakukan uji perbandingan angka
kejadian TIO tinggi di antara dua metode tersebut, didapatkan hasil perbedaan
yang bermakna pada hari ke-2 dan tidak bermakna pada hari ke-5 & 28 paska
operasi. Perbedaan bermakna tersebut dapat berhubungan dengan reaksi inflamasi
yang lebih tinggi pada SICS. Tingginya reaksi inflamasi pada SICS dapat
disebabkan karena beberapa hal: 1) ukuran dan ketebalan irisan SICS yang lebih
besar dibandingkan fakoemulsifikasi; 2) manipulasi yang dilakukan pada SICS
lebih banyak dibandingkan dengan fakoemulsifikasi; dan 3) durasi operasi SICS
yang lebih lama dibandingkan dengan fakoemulsifikasi.11,14
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa fakoemulsifikasi memberikan fluktuasi
TIO yang lebih stabil dibandingkan dengan SICS. Terdapat puncak peningkatan
TIO pada hari ke-2 setelah SICS. Diperlukan penelitian dengan subjek yang lebih
besar serta follow-up yang lebih lama mengenai fluktuasi TIO dari pre hingga
post-operasi katarak dengan dua metode tersebut. Selain itu, dapat
dipertimbangkan juga pemberian obat-obatan penurun TIO sebelum dilakukan
operasi katarak untuk mengurangi risiko peningkatan TIO paska operasi katarak.
Referensi