Anda di halaman 1dari 68

Modernisasi Alutsista TNI AD

Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

MODERNISASI ALUTSISTA TNI AD


DALAM TINJAUAN TANTANGAN TUGAS KEDEPAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.
a. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat
luas memiliki implikasi pertahanan negara yang kompleks dan
sangat terbuka dan mudah dimasuki oleh siapa saja dari
berbagai arah. Luas wilayah NKRI terdiri atas 7,7 juta km 2,
terbentang dari Sabang hingga Merauke, dari P. Miangas
sampai P. Rote terdiri atas 17.504 pulau dipersatukan oleh laut
dan samudera yang luas dengan garis pantai Indonesia
sepanjang 81.000 km1 berada pada persilangan geostrategi
serta geopolitik Asia Pasifik dan rangkaian polynesia
merupakan kawasan yang sangat dinamis. Konsekuensi logis
dari konstelasi geografi seperti itu, jika dihadapkan pada trend
perkembangan global berimplikasi pada proyeksi berbagai
ancaman. Setiap ancaman yang dihadapi oleh negara
merupakan tanggung jawab seluruh elemen bangsa untuk ikut
serta secara aktif menanggulangi sesuai batas kemampuannya
serta tugas dan profesi masing-masing. TNI sebagai salah satu
elemen bangsa juga ikut bertanggung jawab terhadap setiap
proyeksi ancaman yang mungkin timbul.

1 Buku Data Geografi Indonesia,hal 281, Wilayah Perbatasan, PT Balai Pustaka 2007.

Kajian Triwulan IV 1
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

b. Dalam pasal 8, UU RI Nomor 34 tahun 2004 disebutkan


bahwa tugas pokok TNI AD sebagai bagian integral dari TNI
yaitu, melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan
wilayah darat, melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan
dan pengembangan kekuatan matra darat, dan melaksanakan
pemberdayaan wilayah pertahanan di darat. Permasalahan
saat ini bila ditinjau dari kualitas dan kuantitas Alutsista
sesuai dengan kondisi riil yang ada sampai saat ini TNI AD
masih belum memenuhi kebutuhan gelar satuan.
c. Arah kebijakan pembangunan kekuatan TNI AD dilak-
sanakan atas dasar konsep pertahanan berbasis kemampuan
dengan mempertimbangkan kemungkinan ancaman yang
dihadapi serta kecenderungan perkembangan lingkungan
strategis, pelaksanaannya diarahkan kepada tercapainya
kekuatan Minimum Essensial Force (MEF) yaitu tingkat
kemampuan dalam bentuk modernisasi maupun penambahan
jumlah Alutsista serta gelar kekuatan yang mampu menjamin
kepentingan strategis pertahanan aspek darat, yang sebagian
telah dilaksanakan, tetapi mengingat keterbatasan kemam-
puan pemerintah dalam memberikan dukungan anggaran
pertahanan secara penuh maka konsep pembangunan
kekuatan TNI AD dilaksanakan secara bertahap sesuai skala
prioritas guna mendukung tugas pokok TNI AD. Untuk
mengetahui bagaimana dampaknya dari penambahan
Alutsista sebagai bagian data proses modernisasi Alutsista TNI
AD, maka pada kesempatan ini disampaikan kajian yang
berjudul “Modernisasi Alutsista TNI AD dalam Tinjauan
Tantangan Tugas Kedepan”.

Kajian Triwulan IV 2
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

2. Maksud dan Tujuan.


a. Maksud. Untuk memberikan gambaran kepada pimpinan
TNI AD tentang hasil kajian modernisasi Alutsista TNI AD
dalam tinjauan tantangan tugas kedepan.
b. Tujuan. Memberikan saran masukan kepada pimpinan
TNI AD untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijakan pembangunan TNI AD.
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup kajian
akademik ini meliputi latar belakang pemikiran, data dan fakta
serta analisa kajian modernisasi Alutsista TNI AD yang dibatasi
pada kecabangan Infanteri, Kavaleri, Armed, Arhanud, Zeni dan
Penerbad, yang disusun dengan tata urut sebagai berikut:
a. Pendahuluan.
b. Latar Belakang Pemikiran.
c. Data dan Fakta.
d. Analisa.
e. Penutup.
4. Metode dan pendekatan.
a. Metode. Kajian ini menggunakan metode deskriptif
analisis, yaitu dengan menganalisa semua permasalahan
kajian modernisasi Alutsista TNI AD dalam tinjauan
tantangan tugas kedepan dan bagaimana solusi pemecahan
permasalahan secara komprehensif.
b. Pendekatan. Pembahasan naskah ini menggunakan
pendekatan kepustakaan, pengumpulan data dan fakta
dihadapkan pada tantangan tugas kedepan.
5. Pengertian. (Terlampir)

Kajian Triwulan IV 3
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

BAB II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

6. Umum. Sejarah manusia membuktikan bahwa untuk


mempertahankan diri selalu berkelompok, berkumpul dan
berorganisasi guna menyatukan kekuatan, selanjutnya semakin
besar ancaman yang mungkin timbul, kebutuhan akan besarnya
organisasi semakin mendesak, sampai kemudian membesar
menjadi organisasi negara, didalamnya seluruh warga negara
berharap akan mendapatkan perlindungan dan kelangsungan
hidup. Badan yang paling dapat menjamin kelangsungan hidup
negara lengkap dengan ide-ide dasarnya, dan paling mendapat
otoritas penggunaan kekerasan secara sah adalah tentara. Dengan
demikian tentara adalah j ami nan kelangsungan hidup suatu
negara, apabila tentara kuat maka negara dan seluruh warga
negara yang dilindungi akan mendapat kewibawaan, pada
gilirannya nanti negara tersebut akan meningkat harga diri dan
bargaining position (posisi tawar) ditengah percaturan politik
global.
7. Landasan Pemikiran.
a. Landasan Idiil (Pancasila). Indonesia merupakan
negara kepulauan dengan keanekaragaman ekosistemnya
merupakan sumber daya alam yang perlu disyukuri,
dilindungi dan dikelola untuk digunakan sebesar-besarnya
bagi kemakmuran rakyat, guna mewujudkan tujuan
pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.
Dengan demikian modernisasi Alutsista TNI AD dalam
tinjauan tantangan tugas kedepan dapat menggunakan
landasan Pancasila sebagai acuan dalam rangka melindungi
Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kajian Triwulan IV 4
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

b. Landasan Konstitusional (UUD 1945). Dalam


pembukaan UUD 1945 alenia ke empat disebutkan bahwa
tujuan bangsa Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Hal ini
dapat digunakan sebagai landasan pembahasan topik kajian
dalam konteks melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia.
c. Landasan Operasional.
1) Undang-undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara. Dalam Undang-undang ini disebutkan
bahwa pertahanan negara adalah segala usaha untuk
mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan keselamatan
segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara. Usaha untuk memper-
tahankan kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dapat dilakukan dengan melakukan
modernisasi Alutsista TNI AD.
2) Undang-undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang
TNI. Pada pasal 7 Undang-undang RI Nomor 34 Tahun
2004 disebutkan bahwa tugas pokok TNI adalah
menegakkan kedaulatan negara, menegakkan kedaulatan
negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
negara.

Kajian Triwulan IV 5
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Untuk itu dibutuhkan TNI yang kuat solid tangguh dan


profesional untuk melaksanakan tugas tersebut. TNI AD
sebagai bagian dari TNI sesuai yang termaktub dalam pasal
8 UU RI Nomor 34 Tahun 2004 adalah melaksanakan
tugas TNI matra darat dibidang pertahanan, melaksanakan
tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan
darat dengan negara lain, melaksanakan tugas TNI dalam
pembangunan dan pengembangan kekuatan matra darat
dan melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di
darat.
d. Landasan Teori. Modernisasi berdasar pendapat para
ahli adalah sebagai berikut :
1) Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu trans-
formasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau
pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke
arah pola-pola ekonomis dan politis.
2) Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk
dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada
suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social
planning (dalam buku sosiologi: suatu pengantar).
Soerjono Soekanto juga mengemukakan bahwa sebuah
modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu yaitu sebagai
berikut :
a) Cara berpikir ilmiah yang berlembaga dalam kelas
penguasa ataupun masyarakat.
b) Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-
benar mewujudkan birokrasi.
c) Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan
teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan
tertentu.

Kajian Triwulan IV 6
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

d) Penciptaan iklim yang menyenangkan dan


masyarakat terhadap modernisasi dengan cara
penggunaan alat-alat komunikasi massa.
e) Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak
berarti disiplin, sedangkan di lain pihak berarti
pengurangan kemerdekaan.
f) Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan
perencanaan sosial.
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar
istilah modernisasi bila dihubungkan dengan judul produk
kajian menurut pengertian adalah penyesuaian dan
penyeimbangan teknologi agar sesuai dengan kemajuan
Ilpengtek pada personel pengawak dan pemelihara menuju
peningkatan Alutsista TNI AD terkini agar mampu
menghadapi berbagai tantangan tugas.
8. Dasar Pemikiran.
a. Geopolitik dan Geostrategis Indonesia. Dalam perspektif
geopolitik dan geostrategi, terutama dalam bidang
pertahanan, Indonesia saat ini tidak ubahnya sebagai negara
yang kesepian (Alone State), Indonesia dikelilingi oleh negara-
negara yang dalam sejarah tidak pernah terjalin kerjasama
pertahanan atau seide dalam bidang pertahanan, Indonesia
dikelilingi oleh (Major Power) negara yang saat ini menjadi
kekuatan besar dunia, atau paling tidak adalah negara Folower
of Major Power, contohnya FPDA (Five Power Deterence
Arrangement) dan IADS (Integrated Air Defence System) yang
melibatkan Australia, New Zealand, Inggris, Malaysia dan
Singapura, yang dibentuk tahun 1971 dan masih aktif sampai
sekarang.

Kajian Triwulan IV 7
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Dengan demikian Indonesia harus menampilkan diri sebagai


negara yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai daya
tangkal (Deterence effect ) yang handal2.
b. Renstra dan MEF. Kondisi tingkat kemantapan satuan
saat ini masih jauh dari Minimum Essential Force, hal ini
merupakan konsekuensi logis dari dukungan anggaran yang
kurang memadai bagi kebutuhan pembangunan kekuatan,
kemampuan dan gelar satuan TNI AD secara keseluruhan.
Titik berat pelaksanaan pembangunan Alutsista difokuskan:
1) Peningkatan kemampuan mobilitas dalam rangka
Operasi Militer untuk Perang maupun Operasi Militer
Selain Perang di seluruh wilayah kedaulatan NKRI.
2) Peningkatan kemampuan satuan tempur khususnya
Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (striking force) tingkat
pusat, serta satuan kewilayahan.
3) Kesiapan pasukan (standby force) terutama untuk
penanggulangan bencana alam serta untuk tugas-tugas
misi perdamaian dunia dan keadaan darurat lainnya.
4) Peningkatan kemampuan, kekuatan dan gelar bagi
satuan Kostrad dan Kopassus di seluruh wilayah NKRI.
5) Kodam sebagai kompartemen strategis harus memiliki
daya tangkal yang kuat dengan meningkatkan
kemampuan, kekuatan dan gelar satuan sesuai dengan luas
wilayah yang dilindungi serta ancaman yang mungkin
timbul3.

2 KVJ Edisi 115/2012 hal 95


3 MEF TNI AD 2010-2029 hal.1-2

Kajian Triwulan IV 8
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

c. Kebutuhan satuan dalam penyesuaian kemam-


puan Alutsista. Bila TNI AD maju berarti kita membangun
Orgas TNI AD yang PEEM (Profesional Efektif Efisien
Modern) maka modernisasi Alutsista adalah kebutuhan dasar
yang harus terpenuhi. Indonesia sejak kelahirannya telah
merasakan betapa besar peran TNI khususnya TNI AD dalam
menjaga kelangsungan hidupnya, tidak ada satupun peristiwa
sejarah NKRI tanpa kehadiran TNI dan sampai sekarang TNI
tetap membuktikan sebagai pilar paling kokoh diantara pilar-
pilar NKRI lainnya, walaupun secara fisik dalam perspektif
perbandingan daya tempur relatif diantara negara-negara
tetangga, kekuatan TNI bukan superior. Kebutuhan satuan
TNI AD dalam penyesuaian kemampuan Alutsistanya menjadi
sangat urgen untuk diadakan dalam rangka menjaga keutuhan
dan kedaulatan NKRI.

Kajian Triwulan IV 9
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

BAB III
DATA DAN FAKTA

9. Umum. TNI AD sebagai bagian dari TNI telah menggariskan


pola pembangunan kekuatannya dengan modernisasi Alutsista
(Alat Utama Sistem Senjata) sebagai sebuah keniscayaan,
mengingat fenomena keterbatasan anggaran, maka modernisasi
Alutsista di lingkungan TNI AD dilaksanakan secara gradual,
untuk jangka pendek target pencapaian pembangunan kekuatan
agar dapat mencapai MEF (Minimum Essential Force) yaitu
tingkat kekuatan yang mampu menjamin kepentingan strategis
pertahanan aspek darat, mencapai kesiapan Alutsista rata-rata
45% dari ukuran ideal yang harus dimiliki.
10. Renstra TNI AD dan MEF. Modernisasi Alutsista yang ada
sekarang ini mengacu pada Renstra dan MEF. Dalam program
tersebut dijelaskan :
a. Personel. Pada kurun waktu 5 tahun ke depan tidak ada
penambahan personel (Zero Growth) perbandingan komposisi
personel yang diharapkan pada Minimum Essential Force
antara satuan operasional dengan satuan pendukung adalah
60%:40% sesuai yang tercantum dalam dokumen postur
Hanneg.
b. Materiil/Alutsista. Gambaran kondisi materiil/Alutsista
saat ini menunjukkan bahwa kuantitas dan kualitas belum
memadai dihadapkan pada standar Minimum Essential Force.
Kemampuan dukungan anggaran negara sangat terbatas
untuk membeli Alutsista baru yang sesuai dengan kemajuan
teknologi, maka untuk membangun Alutsista khususnya di
jajaran TNI AD dilaksanakan melalui 2 pendekatan, yaitu
Kajian Triwulan IV 10
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

rematerialisasi terhadap Alutsista yang ada saat ini dan


pengadaan baru untuk kebutuhan yang sangat mendesak
dengan rincian sebagai berikut :
1) Senjata berjumlah 155.263 pucuk/paket yang terdiri
dari :
a) Senjata Ringan 155.348 pucuk.
b) Senjata Berat 38 paket.
2) Ranpur berjumlah 1.737 unit yang terdiri dari :
a) Panser Yonif Mekanis 481 unit.
b) Ranpur Kavaleri 1.256 unit.
3) Rantis/Ranmin/Ransus berjumlah 25.006 unit.
4) Alangair dan Perbekud berjumlah 22.896 unit.
5) Bekal berjumlah 3.497.588 unit.
6) Pesawat Udara berjumlah 805 unit.
7) Materiil Zeni berjumlah 48.078 unit.
8) Alat Perhubungan berjumlah 129.942 unit.
9) Materiil Khusus Intelijen berjumlah 23.200 unit.
10) Munisi berjumlah 1.402.664.172 butir yang terdiri dari:
a) Munisi Kaliber Kecil 1.395.544.326 butir.
b) Munisi Kaliber Besar 1.889.660 butir.
c) Munisi Khusus 5.012.810 butir.
d) Munisi Khusus Sabang 217.376 butir.
11) Optik berjumlah 17.688 unit.
12) Alat Topografi berjumlah 16.957 unit.
13) Materiil Kopassus berjumlah 26.246.087 unit.
14) Alat Kesehatan berjumlah 36.926 unit.
Kajian Triwulan IV 11
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

c. Piranti Lunak.
1) Piranti lunak Alutsista. Piranti lunak merupakan bagian
yang sangat penting dalam proses modernisasi Alutsista.
Piranti lunak akan memuat dasar dan ketentuan serta arah
kebijakan maupun operasional dari Alutsista. Dalam hal
ini pembuatan doktrin maupun buku-buku petunjuk
menjadi mutlak karena akan dipakai sebagai pedoman
dalam perencanaan sampai dengan operasional kegiatan.
Sampai sejauh ini piranti lunak yang diperlukan dalam
proses modernisasi Alutsista terus dikembangkan baik dari
penentu kebijakan maupun LKT/Pusat-pusat kesenjataan
yang ada di jajaran Angkatan Darat.
2) Piranti lunak taktik dan strategi. Perspektif perkem-
bangan modernisasi Alutsista yang sedang dilaksanakan
oleh TNI khususnya TNI AD tentu akan berimplikasi pada
perubahan pola taktik dan teknik bertempur sesuai dengan
perkembangan lingkungan global, baik geopolitik maupun
geostrategis serta karakteristik wilayah NKRI. Perubahan
karakteristik bentuk ancaman dewasa ini juga semakin
dinamis, kompleks, multidimensional dan sulit diprediksi.
Hal ini menuntut adanya perubahan pola taktis, teknis dan
strategi yang lebih mengutamakan high technology.
11. Data dan Fakta Kondisi Kesiapan Operasional
Alutsista TNI AD Saat ini.
a. Data Kondisi Kesiapan Operasional Alutsista TNI
AD.
1) Aspek personel/SDM. Mengacu kepada data yang ada
pada MEF dijelaskan bahwa perbandingan komposisi
jumlah personel antara satuan operasional dan pendukung
serta luar struktur adalah 212.925 : 101.186 atau sama
dengan 2 : 1. 76 % : 34% sedangkan pada dokumen postur
Kajian Triwulan IV 12
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

pertahanan negara, dituangkan perbandingan komposisi


antara satuan operasional dan pendukung adalah 60 %
40%, sehingga bila dihadapkan dengan perbandingan
komposisi jumlah personel yang ada saat ini maka hasilnya
komposisi personel yang ada belum sesuai dengan
ketentuan postur pertahanan yang diharapkan.
2) Aspek Material. Sebagian besar Alutsista TNI AD
jumlahnya memadai, namun kualitasnya sudah menurun.
Sebagai ilustrasi adalah satuan Kavaleri masih
mengoperasionalkan jenis BRDM buatan tahun 1950,
Ranpur buatan Inggris (Saladin, Saracen dan Ferret)
buatan tahun 1960 dan AMX 13 buatan tahun 1952,
contoh lainnya adalah satuan Armed masih menggunakan
meriam 76 mm buatan tahun 1958. Satuan Arhanud masih
menggunakan meriam 40 mm/L 60 buatan tahun 1941.
Kondisi nyata Alutsista yang dimiliki TNI AD sampai
saat ini ditinjau dari aspek kuantitas dari 6 kecabangan
TNI AD (Infanteri, Kavaleri, Armed, Arhanud, Puspener-
bad dan Ditziad) adalah sebagai berikut :
a) Infanteri. Senjata ringan TOP/DSPP : 244.856
pucuk, nyata 165.094 pucuk dengan kondisi baik
141.789 pucuk, rusak ringan 19.624 pucuk, rusak berat
3.681 pucuk, kondisi ini apabila diprosentase tentang
kesiapan operasi didapat (57,91 % siap operasi dan
42,09 % tidak siap operasi). Kebutuhan Panser Yonif
Mekanik sejumlah 481 unit, nyata 107 unit kondisi baik.
b) Kavaleri. Ranpur TOP/DSPP: 1.013 unit, nyata
1.086 unit dengan kondisi baik : 248 unit, rusak ringan:
716 unit dan rusak berat : 122 unit, kondisi ini apabila
diprosentase tentang kesiapan operasi didapat (24,48 %
siap operasional dan 75,52 % tidak siap operasional).

Kajian Triwulan IV 13
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

c) Armed. Meriam Armed TOP/DSPP : 458 pucuk,


nyata 423 pucuk dengan kondisi baik : 348 pucuk, rusak
ringan : 38 pucuk dan rusak berat : 37 pucuk, kondisi ini
apabila diprosentase tentang kesiapan operasi didapat
(75,98% siap operasional dan 24,02% tidak siap
operasional).
d) Arhanud. Meriam Arhanud TOP/DSPP : 413 pucuk,
nyata 389 pucuk dengan kondisi baik: 48 pucuk, rusak
ringan: 283 pucuk dan rusak berat: 58 pucuk, kondisi ini
apabila diprosentase tentang kesiapan operasi didapat
(11,62 % siap operasional dan 88,38 % tidak siap
operasional). Rudal Arhanud TOP/DSP: 97 unit, nyata
70 unit dengan kondisi baik: 19 unit, rusak ringan: 1
unit dan rusak berat: 50 unit, kondisi ini apabila
diprosentase tentang kesiapan operasi didapat (19,59 %
siap operasional dan 80,41 % tidak siap operasional).
e) Penerbad. Pesawat Udara TOP/DSPP : 172 unit,
nyata: 64 unit dengan kondisi baik: 37 unit, rusak
ringan: 19 unit dan rusak berat: 6 unit, kondisi ini
apabila diprosentase tentang kesiapan operasi didapat
(21,51 % siap operasional dan 78,49 % tidak siap
operasional). Senjata Penerbad TOP/DSP : 100 pucuk,
nyata 100 dengan kondisi baik: 67 pucuk, rusak ringan :
3 pucuk dan rusak berat: 30 pucuk, kondisi ini apabila
diprosentase tentang kesiapan operasi didapat (67,00 %
siap operasional dan 33,00 % tidak siap operasional).
f) Zeni. Materiil Zeni TOP/DSPP: 19.897 unit, nyata
4.312 unit, dengan kondisi baik: 2.596 unit, rusak
ringan: 639 unit, rusak berat: 1.077 unit, kondisi ini
apabila diprosentase tentang kesiapan operasi didapat
(siap operasional 13,05% dan tidak siap operasional
86,95 %). Alsus Nubika TOP/DSP: 65.125 unit, nyata
Kajian Triwulan IV 14
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

1.247 unit, dengan kondisi baik: 1.050 unit, rusak


ringan: 130 unit, rusak berat: 67 unit, kondisi ini apabila
diprosentase tentang kesiapan operasi didapat (siap
operasional 1,61 % dan tidak siap operasional 98,39 %).
3) Aspek Piranti Lunak. Modernisasi Alutsista TNI AD
sampai saat ini terus berlangsung sesuai dengan
pembangunan Renstra TNI maupun TNI AD menuju pada
pencapaian kekuatan sesuai MEF, perkembangan ini harus
diiringi dengan piranti lunak berupa doktrin maupun
buku-buku petunjuk operasional Alutsista yang ada baik
berupa Bujuklap maupun Bujuknis serta Bujuk yang
berkaitan dengan taktik maupun strategis. Kondisi nyata
Bujuk-Bujuk yang berkaitan dengan modernisasi Alutsista
masih dalam penyusunan Pokja modernisasi Alutsista di
tiap-tiap kecabangan/pussen.
b. Fakta Kondisi Alutsista TNI AD dan Modernisasi
Alutsista TNI AD Perkecabangan. Dari data 6
kecabangan TNI AD tersebut di atas, yang saat ini sedang di
modernisasi adalah sebagai berikut :
1) Infanteri. Senjata ringan/Pok, TOP/DSPP 244.856
pucuk, nyata 163.825 pucuk, perlu penambahan 60.859
pucuk SS-2 V4 dari PINDAD. Senjata ringan terbaru yang
dimiliki oleh Infanteri sampai dengan tahun 2012 adalah
SS-2 V4 buatan Pindad sebanyak 6.213 pucuk. Ranpur
6x6 APC untuk Yonif Mekanis sebanyak 107 unit dan
direncanakan akan ditambahkan 50 unit Tank Marder A3.

Kajian Triwulan IV 15
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Rekapitulasi Kebutuhan Senjata sesuai TOP

NO SENJATA TOP DUK KURANG TA. 2013 TA. 2014 KET


TA. 2012

1. SS2V4 67072 6213 60859 30000 28681 KOSTRAD


LINUD &
RAIDERS

2. PISTOL 10400 1020 9380 5000 4380 KOPASSU


G2 S, SLRH
COMBAT YONIF
L/K,
YONIF
412/R

3. SPR 12,7 162 - - 100 200 TOP


mm YONIF
MEKANIS
& YONIF
REGULER

4. SMS 672 - - 96 100

5. SMB 600 - - 150 43

6. SPG 3234 - - 834 712

7. SLT TON 1878 - - 950 955 USULAN


SRENAD
18.846
CUK

8. ATGM 570 - - 20 20

9. AK 12 2178 YONIF
600, 733,
755
(RALASU
NTAI)

2) Kavaleri. K en dar aan Tem pu r - Ra npu r TOP/DSPP


1013 unit, nyata 1086 unit, tetapi usia dan tingkat
kerusakannya tinggi, perlu dibangun Yon Tank dengan
MBT-Main Battle Tank di perbatasan darat negara dan di
Kodam-Kodam Jawa, selain meningkatkan daya tempur
dan deterence effect, juga untuk “alih technologi”.

Kajian Triwulan IV 16
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Kendaraan tempur terbaru yang sedang diupayakan


sebagai realisasi modernisasi Alutsista kecabangan
Kavaleri adalah 40 unit MBT Leopard 2A4, 63 unit
Leopard 2 Revolution, dan 10 unit tank pendukung
Leopard 2. Direncanakan semua Alutsista diatas sudah
terpenuhi sampai akhir tahun 2015.
3) Armed. Meriam Armed, TOP/DSPP 458 pucuk,
sedangkan data terakhir yang didapat dari Pussenarmed
nyata 399 pucuk (termasuk didalamnya 18 pucuk masih
merupakan titipan dari Kemhan). Perlu penggantian
meriam 76 mm dengan meriam 155 mm yang mempunyai
jarak capai lebih dari 40 km, terutama untuk digelar
diperbatasan darat negara. Meriam terbaru yang
direncanakan untuk Armed adalah MLRS Astross II Mk6
buatan Brazil dan Howitzer Caesar Nexter Perancis untuk
2 batalyon.
4) Arhanud. Meriam Arhanud, TOP/DSPP 413 pucuk,
nyata 389 pucuk, perlu di revitalisasi kemampuan daya
tembak Arhanud dengan meriam canggih boffors yang
basic operasional mengedepankan IT. Rudal Arhanud,
TOP/DSPP 97 unit, nyata 70 unit. Perlu revitalisasi rudal
yang lebih canggih berbasiskan IT, dengan sistem latihan
menggunakan simulator, sehingga lebih efisien. Rencana
pengembangan organisasi dalam rangka modernisasi
Alutsista antara lain :
a) 2 Batalyon (8 baterai) terdiri dari : 8 unit Radar
MCP (+ 1 FOC) sbg alat dalpur , 9 unit Satbak Rudal
MPCV terpasang di atas ran angkut, 55 Satbak Rudal
ATLAS (+ 1 FOC) firing unti, 44 unit RAN atlas (+12
FOC) buatan PT. Pindad, Misil untuk 2 yon mistral 127
unit (+ 9 FOC), 56 unit Radio komunikasi untuk voice
dan data (integrated), 51 unit (+5 FOC) Thermal sight.
Kajian Triwulan IV 17
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

b) Alutsista TD 2000B sebagai pengganti rudal Rapier


untuk satuan Denarhanud Rudal-001 Dam IM terdiri
dari: 1 unit Radar SR-74, 4 Unit FCDV sebagai
Aldalbak, 8 unit Satbak Rudal QW-3, 12 Unit Meriam
57 MM AA.
c) 1 Denrudal Starstreak sebagai pengganti Rudal
Rapier untuk satuan Denarhanud Rudal-004 Dam I/BB
terdiri dari : 1 unit Radar SHIKRA sebagai alat Dalpur,
48 unit Satbak Rudal terdiri dari : 4 Satbak Rudal mms
terpasang di atas ran angkut, 8 Satbak Rudal lml diatas
ran angkut, Radio komunikasi untuk voice dan data
(integrated).
d) 1 Batalyon (baterai) terdiri dari : unit Radar
SHIKRA sebagai alat Dalpur, 48 unit Satbak Rudal
terdiri dari: 16 Satbak Rudal MMS terpasang di atas
ran angkut, 32 Satbak Rudal LML diatas Ran angkut,
Misil untuk 1 yon starstreak 60 UNIT (+48 foc) dan
Radio komunikasi untuk voice dan data (integrated).
5) Zeni. Materiil Zeni-Matzi TOP/DSPP 19897 unit, nyata
4312 unit, perlu pengadaan terutama untuk Zipur dan
Jihandak. Matzi terbaru yang direncanakan adalah
Armoured engineer vehicle dan AVLB untuk mendukung
operasional Alutsista/Ranpur terbaru yang sedang dalam
proses pengadaan. Alat khusus NUBIKA, TOP/DSPP
65.125 unit, nyata 1247 unit, walaupun tidak terlalu urgen
namun perlu pengadaan alat guna hadapi sistem senjata
biologi dan kimia.
6) Penerbad. Senjata Penerbad, TOP/DSPP 100 pucuk,
nyata 100 pucuk, tapi 30 pucuk rusak berat, perlu
penambahan roket udara ke darat guna mendukung
operasi darat. Pesawat udara TNI AD TOP/DSPP 172 unit,

Kajian Triwulan IV 18
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

nyata 64 unit, perlu pengembangan dengan Helly serbu


dan Helly serang yang handal dari Rusia. Perlu juga
dikembangkan pesawat fix wing jajaran TNI AD guna
mendukung transportasi pasukan dan close air support
dari TNI AD terhadap satuan tempur darat. Data Alutsista
yang ada di Puspenerbad adalah sebagai berikut:

REKAPITULASI PENGADAAN ALUT SISTA


SUMBER ANGGARAN KREDIT EKSPORT
(KE) TA. 2002 S.D TA. 2014

NO KE PENGADAAN KETERANGAN
1. KE 2010- 2014 16 Unit Heli Serbu beserta Kontrak Kemhan No Trak/
TA. 2011 senjata & munisi (Bell 412) 144/ PLN/III/2012/AD tgl 6-
3-2012

2. KE. 2010-2014 6 Unit Helikopter Angkut Kontrak Kemhan No Trak/


TA. 2011 (Bell 412) 145/ PLN/III/2012/AD tgl 6-
3-2012

3. KE 2010- 2014 Helikopter Fennec AS555AP Proses tanda tangan kontrak


TA. 2011 6 Unit Kemhan Minggu ke 3 bulan
Helikopter Fennec AS550C3e September 2012
5 Unit
Helikopter Fennec AS350B3
1 Unit

4. TA. 2012- Helikopter Apache (Paket) Proses LOR (Letter Of


2014 Rencana 2 Unit dan Request)
sucadnya

Kajian Triwulan IV 19
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

PENGADAAN ALUTSISTA SUMBER


ANGGARAN APBNP TA. 2012 S.D TA. 2014

NO KE PENGADAAN KETERANGAN
1. TA. 2012 Helikopter Latih Dasar Menunggu Kep
APBNP 2 Unit (Sikorsky/Hughes Pemenang dari SUAD
300)

PENGADAAN ALUTSISTA SUMBER


ANGGARAN HIBAH TA. 2012

NO KE PENGADAAN KETERANGAN
1. TA. 2012 Bell 412 EP 1 unit dari Kontrak Kemhan No
HIBAH Pemda Kaltim Trak/143/PLN/III/2012
/AD tgl 6-3-2012

PENGADAAN ALUT SISTA SUMBER


ANGGARAN PERCEPATAN MEF MELALUI
DANA ON TOP TA. 2013 - 2014

NO KE PENGADAAN KETERANGAN
1. TA. 2013 Pengadaan Heli Apache (6 Proses Pengajuan
ON TOP unit dan suku cadangnya)
2 TA. 2013 Pengadaan 6 unit Bell 412 Proses Pengajuan
ON TOP beserta persenjataan dan
munisi
3 TA. 2014 Pengadaan 6 unit Bell 412 Proses Pengajuan
ON TOP beserta persenjataan dan
munisi
4 TA. 2013 Pengadaan 2 Unit Heli Latih Proses Pengajuan
ON TOP Dasar (Sikorsky/Hughes
300)
5 TA. 2014 Pengadaan 2 Unit Heli Latih Proses Pengajuan
ON TOP Dasar (Sikorsky/Hughes
300)

Kajian Triwulan IV 20
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

REKAPITULASI PENGADAAN ALUT SISTA


SUMBER ANGGARAN KREDIT EKSPORT
(KE) TA. 2010 S.D TA. 2014

NO PENGADAAN NILAI (USD) TH KET

1. HELI SERANG BESERTA 45.000.000 2012 4 UNIT


PERSENJATAAN DAN
MUNISI
2. HELI SERANG BESERTA 45.000.000 2013 4 UNIT
PERSENJATAAN DAN
MUNISI
3. HELI SERBU BESERTA 42.500.000 2012 4 UNIT
PERSENJATAAN DAN
MUNISI
4. HELI SERBU BESERTA 42.500.000 2013 4 UNIT
PERSENJATAAN DAN
MUNISI
5. HELI ANGKUT BESERTA 170.000.000 2014 16 UNIT
PERLENGKAPANNYA

6. SUCAD HELIKOPTER 10.000.000 2014 1 PAKET

12. Fakta Kondisi Kemampuan BUMNIS Dalam


Mendukung Alutsista.
a. Keadaan BUMNIS Saat ini. Pada umumnya, industri
strategis nasional adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Permasalahan yang umumnya terjadi di BUMN juga berlaku
di industri strategis nasional tersebut. Beberapa dari industri
strategis nasional tersebut belum dikelola secara optimal dan
terjadi mis manajemen di perusahaan. Contohnya rasionalisa-
si di PT. DI, PT. PAL, PT. Dahana dan PT. Krakatau Steel telah
mengakibatkan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK)
terhadap ribuan karyawan. Rasionalisasi ini merupakan salah
satu indikasi adanya mis manajemen di era sebelumnya,
sehingga rasionalisasi dianggap sebagai salah satu solusi
Kajian Triwulan IV 21
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

perusahaan. Persoalan-persoalan diatas bila terjadi di suatu


perusahaan itu berarti masih ada mis manajemen. Selain itu,
kontribusi industri swasta nasional masih lemah karena belum
memiliki daya saing. Produknya masih dibeli oleh pasar lokal
(Pemerintah RI) dan sebagian kecil oleh negara tetangga.
Akibatnya, produk kurang laku di pasaran dibandingkan
dengan industri pertahanan dari luar negeri.
Reformasi di bidang pertahanan merupakan salah satu
kunci keberhasilan penyelenggaraan pertahanan, dimana
reformasi tersebut dilaksanakan secara konseptual yang
berlandaskan UUD 1945, dan merupakan salah satu
perwujudan dari komitmen reformasi yang dilaksanakan
secara bertahap dan berlanjut, mencakup penataan struktur,
kultur dan tata nilai sebagai satu kesatuan perubahan yang
utuh dan menyeluruh disamping pembangunan kualitas SDM
pertahanan dalam menghadapi tantangan dan ancaman di
masa yang akan datang.
Perubahan lingkungan strategis yang cepat dan dinamis
dihadapkan dengan tantangan dan ancaman yang sukar untuk
diprediksi, dapat mengakibatkan menurunnya kesiapan
operasional TNI dalam menghadapi masalah dan ancaman.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, diperlukan SDM
pertahanan yang profesional baik sebagai pemimpin untuk
menetapkan arah dan tujuan dari institusi, utamanya dalam
menganalisis masalah lingkungan strategis secara tepat, cepat
dan akurat sehingga di dapat suatu rumusan keputusan yang
tepat.
b. Kemampuan PT. Pindad dan PT. Dirgantara
Indonesia dalam mendukung Revitalisasi Alutsista
TNI AD. Dalam program revitalisasi Alutsista, pemerintah
telah memiliki komitmen kuat untuk menciptakan Indonesia

Kajian Triwulan IV 22
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Incorporated dengan memberdayakan BUMN Industri


Strategis (BUMNIS), seperti PT. Pindad, PT. Dirgantara
Indonesia, PT. PAL, PT. LEN maupun BUMNIS yang lain.
Dalam hal ini PT. Pindad dan PT. Dirgantara Indonesia
memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung
rencana kemandirian Alutsista TNI AD.
1) PT. Pindad. Sebagai salah satu BUMNIS, PT. Pindad
(Persero) merupakan produsen alat utama sistem
persenjataan (Alutsista) dalam negeri. Pindad berdiri
sejak 1983 khusus memproduksi berbagai macam alat,
terutama peralatan dan perlengkapan perang. Lingkup
bisnis Persero terbagi dalam dua bagian. Pertama,
produksi alat-alat pertahanan dan keamanan (Hankam).
Kedua, produksi manufaktur. Produk Hankam terdiri atas
senjata, munisi, dan kendaraan khusus, sedangkan produk
manufaktur terdiri atas handak komersil, penambat rel
kereta api, deck machinery, dan special purpose
machinery.
2) PT. DIRGANTARA INDONESIA (Persero) PT.
Dirgantara Indonesia (DI) adalah industri pesawat terbang
yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan di
wilayah Asia Tenggara. PT. DI didirikan pada 26 April
1976 dengan nama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio
dan BJ Habibie sebagai Presiden Direktur. Industri
Pesawat Terbang Nurtanio kemudian berganti nama
menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada
11 Oktober 1985. Setelah direstrukturisasi, IPTN kemudian
berubah nama menjadi Dirgantara Indonesia pada 24
Agustus 2000. Tahun 2000 merupakan momen
kebangkitan Dirgantara Indonesia, pada awal hingga
pertengahan tahun 2000-an Dirgantara Indonesia mulai
menunjukkan kebangkitannya kembali, banyak pesanan
dari luar negeri seperti Thailand, Malaysia, Brunei, Korea,
Filipina dan lain-lain.
Kajian Triwulan IV 23
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

BAB IV
ANALISA

13. Umum. Perkembangan situasi kawasan regional yang


dinamis mengharuskan untuk memperbaharui konsep dan
strategi pertahanan NKRI. Ini dilakukan dalam rangka
mempertahankan kedaulatan dan harga diri bangsa. Esensinya
pengawal republik harus terus dididik, dilatih dan dibina secara
terus menerus untuk mempertahankan warisan yang telah
diperjuangkan oleh para pahlawan bangsa.
14. Renstra dan MEF. Pembangunan kekuatan TNI AD
sesuai Minimum Essential Force adalah pembangunan satu
tingkat di bawah kekuatan ideal, agar mampu untuk
melaksanakan tugas pokok TNI AD dengan optimal serta mampu
mengatasi ancaman dan kontinjensi yang timbul di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya di wilayah
daratan (bila anggaran negara memenuhi sesuai dengan
kebutuhan TNI AD yang telah direncanakan).
a. Personel. Perbandingan personel dalam dokumen
postur Hanneg antara satuan operasional dengan satuan
pendukung adalah 60% : 40%, saat ini telah memenuhi
Minimum Essential Force, namun dengan adanya pemisahan
personel dan rencana pengembangan satuan maka masih
diperlukan penataan kembali personel secara bertahap dengan
tetap mempertahankan kuantitas personel (80%). Rencana
pengembangan organisasi kedepan menjadi salah satu
pertimbangan dalam aspek perekrutan, pembinaan maupun
pengembangan personel. Konsep pengembangan personel
juga dapat mengacu pada konsep rencana pengembangan
organisasi kedepan yang tertuang dalam Renstra maupun
MEF antara lain :

Kajian Triwulan IV 24
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

1) Kostrad. Dari kondisi awal tahun 2010 akan


dikembangkan pembangunan satuan dengan penambahan:
Membentuk 1 Divisi Linud, 1 Divif, 3 Brigif, 1 Brigif Raider,
2 Brigif Mekanis, 6 Yonif Mekanis, 3 Yonif Raider, 6 Yonif,
1 Yonzipur, 1 Yonarmed, 2 Yonarhanud, 1 Yonbekang,1
Yonkes, 1 Satajen, 1 Denpal, 1 Kipom dan 1 Denhub,
validasi Brigif-9 menjadi Brigif Mekanis, Yonif 509, Yonif
413 dan Yonif 515 menjadi Yonif Mekanis, Yonarmed 10
menjadi Yonarmed 10 Roket, Yonarmed-12/105/Tarik
menjadi Yonarmed 12 Roket, Yonarmed 8/76 menjadi
Yonarmed 8/105, Yonarmed 9/76 menjadi Yonarmed
9/105, Yonarmed 11/76 menjadi Yonarmed 11/105,
Yonarhanudri-1 dan Yonarhanudri-2 menjadi Yonarhanud
Rudal serta rematerialisasi Yonkav 1, Yonkav 8, Kikavtai 1
dan Kikavtai 2.
2) Kodiklat TNI AD. Dipertahankan seperti kondisi saat
ini, perubahan organisasi lebih dititikberatkan pada
evaluasi validasi organisasi yang telah ada dan
rematerialisasi Pusdikkav dan Kikavdenyanlat Puslatpur.
3) Kopassus. Pada dasarnya organisasi Kopassus
dipertahankan seperti kondisi saat ini, perubahan
organisasi lebih dititikberatkan pada evaluasi validasi
organisasi yang telah ada dan melengkapi Alutsista yang
dibutuhkan serta memiliki kemampuan mobilitas yang
tinggi yang digerakkan melalui angkutan darat dan udara.
4) Kodam. Berdasarkan pada perkiraan ancaman dan
kontinjensi serta kecenderungan di masa depan, maka
dipandang perlu adanya penambahan 3 Kodam di
Kalimantan, Sulawesi dan Papua Bagian Barat, untuk
mengoptimalkan Kodam sebagai kompartemen strategis

Kajian Triwulan IV 25
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

maka setiap Kodam memiliki 1 Brigade Infanteri, 1


Batalyon Infanteri Raiders dan 1 Yonif Linud/BS sebagai
pemukul Kodam serta 1 Batalyon Satbanpur dan 1 Batalyon
Satbanmin yang dilengkapi dengan satuan Penerbad untuk
mendukung mobilitas, dari kondisi awal tahun 2010 mulai
dikembangkan pembangunan satuan dengan penambahan
sebagai berikut :
a) Kodam I/BB. Membentuk 1 Brigif, 1 Yonif Mekanis
dan 2 Yonif, validasi Yonif 122 menjadi Yonif Mekanis,
Yonarmed 2 menjadi Yonarmed 2 Roket, Yonarhanudse
11 dan Yonarhanudse 13 menjadi Yon Rudal serta
rematerialisasi Den Rudal 004, Kikavser, Yonkav 5
dan Yonkav 6.
b) Kodam II/Swj. Membentuk 1 Korem, 3 Kodim dan
9 Koramil, validasi Yonarmed 15/76 menjadi Yonarmed
15/105, pengembangan Raiarhanud 41/BS menjadi
Yonarhanud serta rematerialisasi Yonarmed 5/105.
c) Kodam III/Slw. Membentuk 1 Kodim, 1 Brigif
Mekanis dan 3 Yonif Mekanis, validasi Yonarhanudri-3
dan Yonarhanudse -14 menjadi Yon Rudal serta
rematerialisasi Yonkav 4, Yonarmed 4/105, Yonarmed
5/105 dan Kikavser 4.
d) Kodam IV/Dip. Membentuk 1 Koramil, 1 Brigif
Mekanis dan 3 Yonif Mekanis, validasi Yonarhanudse
15 menjadi Yon Rudal, retroviting Yonkav 2 serta
rematerialisasi Kikavser 2.
e) Kodam V/Brw. Membentuk 17 Koramil, 1 Brigif
Mekanis dan 5 Yonif, validasi Brigif 16 menjadi Brigif
Mekanis, Yonif 512, Yonif 516 dan Yonif 521 menjadi
Yonif Mekanis, Yonarmed 1/105 menjadi Yonarmed
1/155 dan Yonarhanudse 8 menjadi Yon Rudal serta
rematerialisasi Yonkav 3 dan Kikavser 3.

Kajian Triwulan IV 26
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

f) Kodam VI/Mlw. Likuidasi Kodam VI/Tpr menjadi


Kodam VI/Mlw dan membentuk 1 Kodam XII/Tpr, 1
Koramil dan 1 Yonif Mekanis, pengembangan Denkav-1
menjadi Yonkav, validasi Yonarmed 18/105 menjadi
Yonarmed 18/Komposit serta rematerialisasi Den
Rudal 002.
g) Kodam VII/Wrb. Likuidasi Kodam VII/Wrb
menjadi Kodam VII/Wrb dan Kodam Sulut, mem-
bentuk 2 Korem, 1 Kodim, 1 Deninteldam, 15 Balakdam,
1 Rindam, 1 Brigif, 1 Yonif dan 2 Yonif Mekanis, validasi
Yonarmed-6/76 menjadi Yonarmed-6/Komposit,
melanjutkan pembangunan Yonarhanudse-16/Maleo
serta rematerialisasi Yonkav 10 dan Kikavser.
h) Kodam IX/Udy. Membentuk 1 Kodim, 16 Koramil,
2 Yonif dan 1 Yonif Mekanis serta rematerialisasi
Kikavser.
i) Kodam XII/Tpr. Membentuk 5 Koramil, 15
Balakdam, 1 Deninteldam, 3 Yonif dan 1 Denarhanud
Rudal, pengembangan Denkav-2 menjadi Yonkav dan
Secata-B menjadi Rindam serta validasi Yonarmed
16/105 menjadi Yonarmed 16/Komposit.
j) Kodam XVI/Ptm. Membentuk 4 Koramil, 1 Brigif,
1 Yonif dan 1 Yonif Mekanis serta rematerialisasi
Denkav 5.
k) Kodam XVII/Cen. Likuidasi Kodam XVII/Cen
menjadi Kodam XVII/Cen dan Kodam Papua Barat,
membentuk 1 Kodim, 10 Koramil, 15 Balakdam, 1
Deninteldam, 1 Rindam, 1 Yonif Mekanis dan 1
Yonarhanud, validasi Yonif 751 menjadi Yonif 751
Raider serta rematerialisasi Denkav 3.

Kajian Triwulan IV 27
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

l) Kodam Jaya. Validasi Brigif 1 menjadi Brigif 1


Mekanis, Yonif 202 dan Yonif 203 menjadi Yonif
Mekanis, Yonarhanudse 10 dan Yonarhanud 6 menjadi
Yon Rudal serta rematerialisasi Yonkav 7, Yonkav 9 dan
Denarhanud Rudal 003.
m) Kodam IM. Membentuk 1 Kodim, 61 Koramil, 2
Brigif dan 1 Yonif, validasi Kodim Banda Aceh menjadi
Kodim BS dan Yonif 112 menjadi Yonif 112 Raider serta
rematerialisasi Yonkav 11, Yonarmed 17/105 dan
Denarhanud 001.
n) Balakpus. Dari kondisi awal tahun 2010 mulai
dikembangkan pembangunan satuan dengan penam-
bahan: 1 Dinas Pengadaan, membentuk Kopusbanops
yang membawahi Resimen Penerbad, Resimen Bekang
dan Resimen Kesehatan. Satuan Penerbad dalam
pengembangannya untuk mendukung Kodam sebagai
kompartemen strategis maka dibentuk tiap Kodam 1
Skadron Penerbad yang terdiri dari 13 Skadron
Penerbad.
b. Materiil/Alutsista. Dihadapkan dengan kondisi kemam-
puan dukungan anggaran negara yang sangat terbatas, maka
untuk membangun Alutsista jajaran TNI AD dilaksanakan
melalui 2 pendekatan, yaitu rematerialisasi terhadap Alutsista
yang ada saat ini dan pengadaan baru untuk memenuhi
kebutuhan yang sangat mendesak.
Data kondisi kekuatan kemampuan dan gelar satuan yang
ada saat ini terdapat beberapa kekurangan yang harus
disempurnakan guna menghadapi setiap ancaman dan
kontijensi yang timbul di wilayah NKRI. Dibentuknya satuan
baru sesuai dengan pentahapan yang ada pada Renstra serta
pemenuhan terhadap kebutuhan Alutsista, pangkalan dan alat

Kajian Triwulan IV 28
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

pendukung lainnya maka akan diperoleh gambaran secara


nyata kondisi kekuatan TNI AD menuju standar Minimum
Essential Force (mampu operasional dan memiliki daya
tangkal), dihadapkan dengan asumsi, skenario serta pelibatan
TNI dalam tugas-tugas Internasional dan kontinjensi yang
paling mungkin baik dalam melaksanakan OMP maupun
OMSP. Prioritas pemenuhan kebutuhan materiil dilaksanakan
melalui beberapa tahap dengan rincian sebagai berikut :
1) Tahun 2010 s.d. 2014. Rincian untuk rematerialisasi
terhadap Alutsista yang ada saat ini dan pengadaan baru
untuk kebutuhan yang sangat mendesak dengan rincian
sebagai berikut :
a) Senjata berjumlah 41.869 pucuk terdiri dari senjata
ringan 41.862 pucuk dan senjata berat 7 paket.
b) Ranpur berjumlah 510 unit terdiri dari Panser Yonif
Mekanis 120 unit dan Ranpur Kavaleri 390 unit.
c) Rantis/Ranmin/Ransus berjumlah 7.955 unit.
d) Alangair dan Perbekud berjumlah 5.185 unit.
e) Bekal berjumlah 589.079 unit.
f) Pesawat Udara berjumlah 200 unit.
g) Materiil Zeni berjumlah 17.519 unit.
h) Alat Perhubungan berjumlah 25.419 unit.
i) Materiil Khusus Intelijen berjumlah 4.416 unit.
j) Munisi berjumlah 659.526.712 butir yang terdiri
dari :
(1) Munisi Kaliber Kecil 656.725.026 butir.
(2) Munisi Kaliber Besar 709.613 butir.
(3) Munisi Khusus 2.005.124 butir.
(4) Munisi Khusus Sabang 86.949 butir.

Kajian Triwulan IV 29
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

k) Optik berjumlah 10.197 unit.


l) Alat Topografi berjumlah 4.255 unit.
m) Materiil Kopassus berjumlah 8.704.492 unit.
n) Alat Kesehatan berjumlah 7.445 unit.
2) Tahun 2015 s.d. 2019. Rincian untuk rematerialisasi
terhadap Alutsista yang ada saat ini dan pengadaan baru
untuk kebutuhan yang sangat mendesak dengan rincian
sebagai berikut :
a) Senjata berjumlah 32.558 pucuk terdiri dari Senjata
Ringan 32.550 pucuk dan Senjata Berat 8 paket.
b) Ranpur berjumlah 371 unit terdiri dari Panser Yonif
Mekanis 110 unit dan Ranpur Kavaleri 261 unit.
c) Rantis/Ranmin/Ransus berjumlah 3.573 unit.
d) Alangair dan Perbekud berjumlah 3.436 unit.
e) Bekal berjumlah 481.829 unit.
f) Pesawat Udara berjumlah 196 unit.
g) Materiil Zeni berjumlah 10.458 unit.
h) Alat Perhubungan berjumlah 19.841 unit.
i) Materiil Khusus Intelijen berjumlah 4.831 unit.
j) Munisi berjumlah 361.508.431 butir yang terdiri
dari Munisi Kaliber Kecil 359.310.926 butir, Munisi
Kaliber Besar 488.508 butir, Munisi Khusus 1.632.916
butir dan Munisi Khusus Sabang 76.081 butir.
k) Optik berjumlah 752 unit.
l) Alat Topografi berjumlah 3.212 unit.
m) Materiil Kopassus berjumlah 6.184.278 unit.
n) Alat Kesehatan berjumlah 7.953 unit.

Kajian Triwulan IV 30
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

3) Tahun 2020 s.d. 2024. Rincian untuk rematerialisasi


terhadap Alutsista yang ada saat ini dan pengadaan baru
untuk kebutuhan yang sangat mendesak dengan rincian
sebagai berikut :
a) Senjata berjumlah 39.005 pucuk terdiri dari Senjata
Ringan 38.995 pucuk dan Senjata Berat 10 paket.
b) Ranpur berjumlah 410 unit terdiri dari Panser Yonif
Mekanis 129 unit dan Ranpur Kavaleri 281 unit.
c) Rantis/Ranmin/Ransus berjumlah 5.159 unit.
d) Alangair dan Perbekud berjumlah 6.808 unit.
e) Bekal berjumlah 1.066.790 unit.
f) Pesawat Udara berjumlah 177 unit.
g) Materiil Zeni berjumlah 10.559 unit.
h) Alat Perhubungan berjumlah 27.288 unit.
i) Materiil Khusus Intelijen berjumlah 6.786 unit.
j) Munisi berjumlah 371.897.883 butir yang terdiri
dari Munisi Kaliber Kecil 369.919.486 butir, Munisi
Kaliber Besar 549.281 butir, Munisi Khusus 1.374.770
butir, Munisi Khusus Sabang 54.346 butir.
k) Optik berjumlah 3.397 unit.
l) Alat Topografi berjumlah 7.262 unit.
m) Materiil Kopassus berjumlah 5.167.592 unit.
n) Alat Kesehatan berjumlah 12.449 unit.
4) Tahun 2025 s.d. 2029. Rincian untuk rematerialisasi
terhadap Alutsista yang ada saat ini dan pengadaan baru
untuk kebutuhan yang sangat mendesak dengan rincian
sebagai berikut :
Kajian Triwulan IV 31
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

a) Senjata berjumlah 41.954 pucuk terdiri dari Senjata


Ringan 41.941 pucuk dan Senjata Berat 13 paket.
b) Ranpur berjumlah 446 unit terdiri dari Panser Yonif
Mekanis 122 unit dan Ranpur Kavaleri 324 unit.
c) Rantis/Ranmin/ Ransus berjumlah 8.319 unit.
d) Alangair dan Perbekud berjumlah 7.467 unit.
e) Bekal berjumlah 1.359.890 unit.
f) Pesawat Udara berjumlah 232 unit.
g) Materiil Zeni berjumlah 9.542 unit.
h) Alat Perhubungan berjumlah 57.394 unit.
i) Materiil Khusus Intelijen berjumlah 7.167 unit.
j) Munisi berjumlah 9.731.146 butir yang terdiri dari
Munisi Kaliber Kecil 9.588.888 butir dan Munisi
Kaliber Besar 142.258 butir.
k) Optik berjumlah 3.342 unit.
l) Alat Topografi berjumlah 2.228 unit.
m) Materiil Kopassus berjumlah 6.189.725 unit.
n) Alat Kesehatan berjumlah 9.079 unit.
c. Piranti Lunak.
1) Piranti lunak Alutsista. Langkah nyata yang dapat
dilakukan dalam mewujudkan postur TNI AD yang siap
dan mampu menjawab tantangan tugas sehubungan
dengan pengembangan Alutsista antara lain :
a) Pembenahan doktrin sebagai implementasi dari
tugas pokok TNI AD baik dalam rangka OMP (Operasi
Militer untuk Perang) maupun OMSP (Operasi Militer
Selain Perang). Upaya yang dapat dilakukan adalah
Kajian Triwulan IV 32
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

membuat kajian-kajian secara komprehensif yang


dapat dipakai sebagai acuan dalam pengembangan TNI
AD kedepan.
b) Revisi piranti lunak TNI AD, meliputi Bujuk Induk,
Bujuk Administrasi, Bujuk Operasi serta Bujuk-Bujuk
lainnya. Revisi perlu dan penting agar dalam
pelaksanaan tugas Satuan Operasional mempunyai
pegangan yang jelas dan mudah.
c) Penyempurnaan organisasi. Penyempurnaan
organisasi baik tingkat Pusat maupun Kotama perlu
terus dilakukan, disesuaikan dengan tugas pokok,
tantangan tugas serta kondisi wilayah.
d) Peran Lemdik. Pendidikan merupakan satu pilar
penting dalam membentuk prajurit yang profesional
disamping pembinaan satuan. upaya-upaya pembenahan
yang dapat dilakukan antara lain penyempurnaan
kurikulum, metode pengajaran, bahan ajaran, dan
paket instruksi, peningkatan kualitas Gadik maupun
pelatih serta prasarana pendukung pendidikan
lainnya.
e) Penyiapan Infrastruktur. Penyiapan Infrastruktur
merupakan hal yang sangat penting, hal tersebut akan
sangat terkait dengan masalah moril khususnya
dihadapkan dengan rencana pengembangan satuan
baru maupun kesiapan menerima Alutsista baru.
2) Piranti lunak taktik dan strategi.
a) Pengembangan taktik dan teknik bertempur.
Perubahan karakteristik bentuk ancaman yang semakin
dinamis, kompleks, multidimensional dan sulit
diprediksi serta perkembangan modernisasi Alutsista

Kajian Triwulan IV 33
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

menuntut adanya sinergisitas dari multi kecabangan


sebagai respon terhadap berbagai bentuk ancaman
yang ada. Perspektif perkembangan taktik dan teknik
menyesuaikan dengan perkembangan teknologi
Alutsista yang ada sehingga tipologi satuan mampu
mencerminkan dan menjawab kondisi tantangan
keadaan geografis yang ada. Disisi lain perkembangan
modernisasi Alutsista juga harus diimbangi dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang ada
dan pada pada akhirnya diharapkan perkembangan
taktik dan teknik bertempur dapat mencerminkan
sinergisitas dan keterpaduan antar kecabangan.
Pengembangan taktik dan teknik bertempur diarahkan
kepada taktik dan teknik tempur di daerah perkotaan,
taktik dan teknik tempur di daerah hutan dan gunung,
taktik dan teknik tempur di daerah kepulauan.
b) Pola taktik dan teknik bertempur. Dengan
memahami kondisi riil geografis di Indonesia serta
memahami kemungkinan bentuk ancaman yang ada
maka akan didapatkan pola taktik dan teknik
bertempur yang dapat meningkatkan sinergisitas antar
kecabangan sehingga dapat diperoleh keterpaduan :
(1) Terpadu dalam doktrin & strategi yaitu adanya
keterpaduan buku-buku petunjuk taktik dan teknik
bertempur.
(2) Terpadu dalam perencanaan yaitu terpadunya
perencanaan berbagai hal terkait dengan tugas,
peran dan fungsi serta perkembangan modernisasi
Alutsista.
(3) Terpadu dalam operasi yaitu terpadunya
kegiatan-kegiatan operasi militer.

Kajian Triwulan IV 34
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

(4) Terpadu dalam pendidikan dan latihan yaitu


meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang
tidak hanya mengedepankan kecabangan tapi siklus
latihan kedepan lebih mengutamakan latihan antar
kecabangan
15. Kondisi Kesiapan Operasional Alutsista TNI AD.
a. Kondisi Alutsista TNI AD.
1) Personel (SDM). Mengacu pada renstra maupun data
yang ada pada MEF jumlah personel yang ada saat ini bila
dihadapkan kepada TOP dan DSPP, secara kuantitas telah
mencapai tingkat 92,22%, belum termasuk untuk
pemantapan dan pembangunan satuan baru, namun
apabila ditinjau dari segi kualitas dihadapkan dengan
modernisasi Alutsista yang saat ini sedang dilaksanakan
masih perlu adanya upaya-upaya peningkatan guna
memenuhi pembangunan dan pemantapan satuan baru
serta peningkatan kemampuan dan kualitas SDM
dihadapkan dengan modernisasi Alutsista.
Peningkatan modernisasi Alutsista yang saat ini sedang
dibangun oleh TNI AD tentunya menuntut juga agar
personel yang akan mengawaki teknologi tersebut mampu
mengoperasionalkan berbagai Alutsista yang yang ada
maupun yang akan dikembangkan. Upaya peningkatan
kemampuan personel dapat dimulai dari kegiatan lembaga
pendidikan yang harus menggunakan basis IT dalam
pelaksanaan proses pendidikan sehingga personel tidak
lagi “Gaptek” dalam mengoperasionalkan Alutsista yang
juga berbasis teknologi. Perkembangan lingkungan global
yang juga berbasis teknologi juga sangat mendukung upaya
penguasaan IT dan peningkatan kemampuan personel.

Kajian Triwulan IV 35
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Selain itu upaya modernisasi Alutsista yang ada juga harus


diikuti dengan Transfer Of Teknologi (TOT) khususnya
bagi satuan maupun personel yang akan mengawaki. Hal
ini disamping untuk peningkatan kemampuan personel
dalam memaksimalkan penggunaan Alutsista yang ada
dalam bentuk latihan (exersisi maupun driil teknis/taktis)
juga untuk kepentingan pemeliharaan Alutsista yang ada.
2) Materiil. Di masa orde lama, hampir sebagian besar
Alutsista TNI khususnya TNI AD banyak menggunakan
produk yang berasal dari Eropa Timur (Uni Sovyet saat
itu). Sedangkan pada era orde baru, seiring memburuknya
hubungan diplomatik dengan Blok Timur, hampir seluruh
Alutsista TNI beralih ke negara barat yang khususnya dari
AS, Inggris, Belgia dan Perancis. Pada awal era reformasi
hingga sekarang, Alutsista TNI dipenuhi dari berbagai
sumber baik yang berasal dari negara barat, Rusia maupun
dari industri pertahanan dalam negeri. Namun demikian,
secara keseluruhan Alutsista yang dipenuhi dari luar negeri
masih mendominasi apabila dibandingkan dengan
Alutsista produk industri dalam negeri.
Kondisi Alutsista yang beraneka ragam asalnya
tersebut, sebagian besar kondisinya sudah dimakan usia.
Bahkan beberapa diantaranya sudah kadaluarsa seperti
Rudal Rapier. Karena usia pakainya telah terlewati, Rudal
tersebut sekarang menjadi rongsokan dan menjadi besi
tua. Ada pula Alutsista TNI yang masih bagus kondisinya
namun tidak dapat digunakan karena alasan politis, seperti
misalnya Tank Scorpions buatan Inggris diproteksi oleh
produsen bila akan digunakan untuk operasi militer
dibeberapa wilayah tertentu di Indonesia. Dapat juga
dirasakan akibat operasi militer di Timor Timur, Indonesia
diembargo dengan larangan pemberian suku cadang
Kajian Triwulan IV 36
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Pesawat Tempur Skyhawk, F-16 dan Pesawat Angkut


Hercules C-130 untuk beberapa tahun pasca kejadian di
Dilli Timor Timur.
Selain itu, kita juga menghadapi persoalan lain yaitu
Alutsista yang berasal dari pengadaan luar negeri ini
kurang memberikan Transfer Of Teknologi (TOT). Ambil
contoh : Rudal Rapier, saat ini Rudal tersebut telah
kadaluarsa dan menjadi rongsokan. Karena Inggris sama
sekali tidak memberikan peluang Tranfers Of Teknologi,
sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan retrovit
atau rekondisi untuk memperpanjang usia pakai Alutsista
tersebut.
Mengacu dari pengalaman diatas maka untuk
pengembangan modernisasi Alutsista kedepan kita tidak
lagi berkiblat pada salah satu negara akan tetapi lebih
bersifat terbuka dan akan lebih mengedepankan industri
dalam negeri (BUMNIS) dalam membangun Alutsista.
Kebijakan import Alutsista harus mensyaratkan dan
memberikan peluang Tranfers Of Teknologi kepada
BUMNIS, sehingga memungkinkan untuk dilakukan
retrovit atau rekondisi untuk memperpanjang usia pakai
Alutsista tersebut.
Data kondisi kesiapan operasional dari 6 Kecabangan
(Infanteri, Kavaleri, Armed, Arhanud, Penerbad dan Zeni)
yang belum sesuai dengan harapan atau paling tidak sesuai
dengan standart Minimum Essential Force (MEF)
disebabkan oleh :
a) Belum terpenuhinya Alutsista sesuai TOP/DSPP.
b) Usia Alutsista yang ada sebagian besar sudah udzur,
sebagian Alutsista rusak ringan dan rusak berat.

Kajian Triwulan IV 37
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

c) Keterbatasan suku cadang yang diakibatkan oleh


kebijakan politik dalam pengadaan Alutsista maupun
embargo.
d) Kebijakan pengadaan Alutsista tidak diiringi dengan
Transfer Of Teknology (TOT) dengan industri
pertahanan dalam negeri.
Upaya yang saat ini dilakukan adalah melaksanakan
modernisasi Alutsista TNI AD secara gradual menuju
pada MEF.
3) Piranti lunak. Pembangunan Renstra TNI maupun TNI
AD menuju pada pencapaian kekuatan sesuai MEF telah
memberikan arah yang jelas bagi modernisasi Alutsista.
Pembangunan Alutsista juga harus diiringi dengan
pengembangan Piranti lunak berupa undang-undang
maupun aturan-aturan yang lain sebagai payung hukum
kerjasama dengan produsen Alutsista baik dari dalam
maupun luar negeri untuk kepentingan pemeliharaan
maupun pengembangan seperti TOT. Perkembangan ini
secara intern juga harus diiringi dengan pembuatan piranti
lunak berupa buku-buku petunjuk operasional Alutsista
yang sudah ada maupun yang akan dikembangkan
kedepan sesuai renstra. Pussen dan Direktorat kecabangan
sebagai lembaga yang membina lebih proaktif dalam
mengembangkan buku-buku petunjuk operasional berupa
Bujuknik/Tis maupun bujuklap sebagai pedoman
operasional satuan maupun personel yang mengawaki
Alutsista.
b. Kondisi Alutsista TNI AD dan Modernisasi
Alutsista TNI AD Perkecabangan.
Pembahasan modernisasi Alutsista TNI AD tidak boleh
terlepas dari aspek personel (SDM), materiil (Alutsista) dan
Kajian Triwulan IV 38
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

piranti lunak sebagai pedoman operasionalnya. Sebagaimana


data dan fakta modernisasi Alutsista yang saat ini sedang
dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Infanteri.
a) Personel (SDM). Tingkat pengetahuan dan teknologi
yang dimiliki prajurit Infanteri, saat ini dihadapkan
dengan pesatnya perkembangan teknologi militer yang
semakin maju belum dapat mengimbangi teknologi/
Alutsista militer negara lain. Modernisasi Alutsista
harus diimbangi dengan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan prajurit untuk dapat menggunakan
Alutsista tersebut. Hal ini sesuai dengan istilah ‘the
man behind the gun’, yang mengandung makna bahwa
secanggih apapun Alutsista yang kita miliki, tidak akan
ada artinya apabila tidak didukung dengan peningkatan
kemampuan prajurit yang merupakan pengguna (user)
dari Alutsista tersebut. Upaya yang dapat dilakukan
antara lain :
(1) Kualitas pendidikan. SDM Infanteri yang
berkualitas diwujudkan melalui suatu pendidikan
yang terintegrasi dengan kecabangan TNI AD
lainnya. Saat ini prosentase pengembangan pen-
didikan yang terintegrasi dalam mengembangkan
kerjasama antar kecabangan TNI AD, belum
terwadahi secara maksimal pada strata pendidikan
TNI AD yang berjenjang dan berkesinambungan.
Orientasi pendidikan pada strata taktis dan
operasional masih bersifat kecabangan dan belum
sepenuhnya mentransformasikan lingkup kerjasama
antar kecabangan, sesuai porsi pada semua strata
pendidikan TNI AD.

Kajian Triwulan IV 39
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Pada aspek realitas penyelenggaraan pendidikan


yang bersifat kerjasama antar kecabangan TNI AD,
alokasi jam pelajaran sampai dengan geladi posko
antar kecabangan TNI AD, waktu sangat terbatas.
Sehingga perlu diformulasikan kembali secara
berkesinambungan. Proyeksi pendidikan TNI
diharapkan dapat mewadahi materi operasi
gabungan TNI yang diorientasikan pada kepen-
tingan Tri Matra Terpadu TNI. Pada aspek
kelembagaan, belum ada suatu lembaga pendidikan
yang memadukan kerjasama antar kecabangan TNI
AD yang mampu mewadahi berbagai kepentingan
keterpaduan kecabangan TNI AD, pada strata taktis
dan operasional melalui berbagai pendidikan
terpadu misalnya; pendidikan sistem komunikasi
TNI AD, pendidikan korbantem TNI AD, pendidikan
pernika TNI AD, pendidikan penyelenggaraan
dukungan TNI AD dan lain-lain yang berorientasi
pada kepentingan taktik dan teknik bertempur pada
OMP dan OMSP, dalam rangka mewujudkan
sinergitas kekuatan kecabangan TNI AD.
(2) Latihan. Dalam memformulasikan sinergitas
kecabangan TNI AD, latihan merupakan salah satu
aspek yang sangat berpengaruh dalam mewujudkan
kesiapsiagaan TNI AD guna merespon berbagai
bentuk ancaman. Siklus latihan yang berorientasi
pada kepentingan sinergitas kecabangan TNI AD
belum terintegrasi menjadi satu kepentingan untuk
semua kecabangan. Pengembangan ke depan
diharapkan adanya kesinambungan antara pen-
didikan dan latihan dalam mentransformasikan
sinergitas kecabangan TNI AD dengan latihan yang

Kajian Triwulan IV 40
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

telah diprogramkan, baik pada tingkat kecabangan


maupun latihan TNI AD yang akan mampu
mewujudkan kekuatan sinergitas kecabangan TNI
AD. Dalam memformulasikan perwujudan
sinergitas kekuatan kecabangan TNI AD perlu
dikembangkan satu konsep latihan sinergitas
kekuatan kecabangan TNI AD pada tingkat Kotama
yang akan mensinergikan kekuatan kecabangan TNI
AD yang ada diwilayah, agar selalu siap untuk
merespon berbagai bentuk ancaman.
b) Materiil. Alutsista Infanteri yang digunakan oleh
satuan satuan saat ini, dihadapkan dengan
perkembangan teknologi Alutsista serta dibandingkan
dengan Alutsista yang digunakan oleh negara tetangga
maupun negara maju lainnya dapat dikatakan bahwa
Alutsista yang kita gunakan masih sangat sederhana
bahkan sangat jauh tertinggal baik efektifitas maupun
kemampuan Alutsista itu sendiri. Pada aspek realitas
belum sepenuhnya berorientasi pada kebijakan.
(1) Mobilitas satuan Infanteri yang tersebar saat ini,
kemampuannya belum optimal dalam rangka
Operasi Militer untuk Perang maupun Operasi
Militer Selain Perang diseluruh wilayah Kedaulatan
NKRI.
(2) Satuan Infanteri yang tersebar saat ini, kualitas
Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (striking force)
tingkat pusat serta satuan kewilayahan, belum
diimbangi dengan Alutsista modern.
(3) Satuan Infanteri yang tersebar saat ini, kesiapan
pasukan (standby force) terutama untuk
penanggulangan bencana alam serta untuk tugas-

Kajian Triwulan IV 41
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

tugas misi perdamaian dunia dan keadaan darurat


lainnya, belum sepenuhnya dilengkapi dengan
Alkapsus modern yang mendukung, seperti berbagai
toolkit modern.
(4) Satuan Infanteri yang berada pada satuan
Kostrad dan Kopassus diseluruh wilayah NKRI,
belum sepenuhnya dimodernisasikan khususnya
Alkapsus dan perlengkapan perorangan yang
terintegrasi di badan prajurit.
(5) Satuan Infanteri yang berada dibawah Kodam
secara bertahap dimodernisasikan sesuai
karateristik geografis NKRI, sehingga memiliki daya
tangkal yang kuat dan mampu melaksanakan
pertempuran diwilayahnya.
c) Piranti lunak. Taktik dan teknik bertempur Infanteri
yang digunakan oleh satuan-satuan Infanteri saat ini,
baik dalam OMP maupun OMSP dihadapkan dengan
pesatnya perkembangan teknologi Alutsista negara-
negara maju yang telah mengembangkan kemampuan
teknologi militernya dengan mengandalkan kecepatan,
ketepatan, kerahasian dan kemampuan jarak capai
senjata, yang tidak lagi berorientasi pada medan
tempur (battlefield) namun lebih mengedepankan
pada ruang waktu (batllespace), maka dapat
dikatakan bahwa taktik dan teknik bertempur Infanteri
saat ini, perlu dikembangkan yang lebih modern agar
dapat mengimbangi kekuatan lawan dengan
menggunakan Alutsista lebih modern. Karateristik
geografi NKRI, menjadi dasar pertimbangan terhadap
pengembangan taktik dan teknik bertempur Infanteri,
yang saat ini belum sepenuhnya di kembangkan seperti;

Kajian Triwulan IV 42
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

wilayah perkotaan, hutan gunung dan kepulauan


(ralasuntai). Pengembangan modernisasi Alutsista
kecabangan TNI AD diharapkan dapatnya bersinergi
dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur
Infanteri, sehingga keterpaduan dalam suatu
pertempuran dapat saling mendukung secara optimal.
Demikian juga redislokasi stelling bantuan tembakan
Armed maupun Arhanud yang dikembangkan
diharapkan bersinergi dengan pengembangan taktik
dan teknik bertempur satuan Infanteri. Berbagai hal
sinergitas kekuatan kecabangan TNI AD ke depan
mampu mencerminkan action plan keterpaduan dalam
pengembangan taktik dan teknik bertempur Infanteri.
2) Kavaleri. Parameter untuk mengukur kemampuan
Kavaleri dihadapkan pada kontribusi dalam pem-
bangunan sistem pertahanan negara, tidak dapat
dipisahkan antara kemampuan personel (Personel
Capabilities) sebagai SDM (Sumber Daya Manusia)
prajurit Kavaleri TNI AD dan kemampuan Alutsista
khususnya Ranpur sebagai peralatan utama prajurit
Kavaleri TNI AD4.
a) Kemampuan Personel. Tuntutan kemampuan
personel (Personel Capability) Kavaleri TNI AD
kedepan selain harus memiliki tingkat profe-
sionalitas yang tinggi baik dalam penguasaan taktik
dan teknik bertempur dihadapkan dengan semakin
canggihnya persenjataan yang dimiliki, namun tetap
harus memiliki landasan moral yang baik pula

4 Majalah KVJ Edisi 115/2012 hal. 27

Kajian Triwulan IV 43
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

sebagai jati diri Prajurit TNI AD. Oleh karenanya


kebijakan pimpinan TNI AD dalam rangka
mewujudkan MEF (Minimum Essential Force),
berdasarkan kebijakan ”Right Sizing” dan ”Zero
Growth” maka jumlah personel Kavaleri akan
semakin kecil, namun efektif dan efisien karena
semakin modern Alutsistanya dan semakin tinggi
tuntutan profesionalismenya.
b) Aspek materiil (Kemampuan Alat Utama).
Saat ini Kavaleri TNI AD dilengkapi dengan
Alutsista khususnya Ranpur yang terdiri dari
berbagai macam yang kesemuanya dari Ranpur
tersebut termasuk tipe Tank ringan (Light Tank),
yang bila dihadapkan dengan fungsi Kavaleri TNI
AD sebagai satu an pengg em pur mau pu n
satuan pengaman sudah tidak memenuhi
standar. Untuk memenuhi standar kemampuan
Alutsista Kavaleri TNI AD secara kualitas
diharapkan memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan sesuai dihadapkan tuntutan tugas/fungsi
Satkav TNI AD dan Ketentuan Standar Umum
Materiil/Bekal TNI AD (KSU TNI AD). Sedangkan
secara kuantitas diharapkan Alutsista Kavaleri TNI
AD dapat tergelar dalam rangka menjawab tuntutan
tugas pokok dihadapkan dengan potensi ancaman
yang mungkin terjadi di wilayah Indonesia yang
telah dijabarkan ke dalam Revisi Minimum
Essential Force (MEF) TNI AD Tahun 2010–2029.
Rematerialisasi Alutsista satuan Kavaleri dilaksana-
kan secara bertahap baik satuan Kavaleri di jajaran
Kodiklat TNI AD maupun jajaran Kostrad serta
satuan kewilayahan disamping adanya rencana
pengembangan satuan dari 2 Denkav menjadi 2

Kajian Triwulan IV 44
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Yonkav dan 2 Kikav.5 Penjabaran dari rencana


tersebut beberapa Ranpur yang sudah masuk dalam
kontrak pembuatan secara massal, seperti Panser
Tarantula (Black Fox) buatan Korea Selatan
sebanyak 22 unit yang saat ini masih dalam proses
produksi direncanakan akan selesai secara
keseluruhan pada tahun 2014. Adapun Panser APS
Anoa buatan PT. PINDAD telah didistribusikan
sejumlah 39 unit dan ke depan direncanakan
pengadaan Ranpur MBT dengan alternatif pilihan
Tank Leopard 2A4 dan 2A6 direncanakan sebagian
Ranpur MBT.
c) Piranti lunak. Peningkatan SDM Prajurit perlu
diimbangi dengan pembuatan piranti lunak yang
dapat digunakan sebagai pedoman bagi Prajurit
dalam berlatih dan meningkatkan kemampuannya.
Kualitas dan kuantitas piranti lunak yang ada perlu
direvisi dan membuat yang baru disesuaikan dengan
Doktrin serta perkembangan Alutsista modern yang
dimilki. Pembuatan piranti lunak sangat penting
untuk lebih memudahkan Prajurit dalam men-
transfer ilmu-ilmu baru.
3) Armed.
a) Personel (SDM), Operasional meriam 155 mm
maupun MLRS yang akan dibentuk diperlengkapi
dengan peralatan pendukung yang berteknologi tinggi
dan modern sehingga diperlukan personel yang
memiliki kemampuan akademis, bahasa Inggris dan
komputer yang memadai serta memiliki postur tubuh
yang tinggi (minimal 173 cm) karena dimensi meriam
yang sangat besar.

5 Revisi Pembangunan Kekuatan Pokok Minimum (MEF) TNI AD Tahun 2010-2029/hal 17 s.d 19

Kajian Triwulan IV 45
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Dari segi kemampuan personel dalam hal


pemeliharaan dan perawatan dibutuhkan personel yang
memiliki tingkat ketelitian dan perhatian khusus
berkaitan dengan penggunaan sistem komputer dan
elektronik dari tiap sub sistem serta pengintegrasiaan
antar sub sistem yang ada sehingga dapat dioperasikan
sesuai dengan standar. Sedangkan dari segi pembinaan
latihan dan pemeliharaan pengetahuan dan keteram-
pilan prajurit, diperlukan waktu pelatihan khusus
secara terpusat baik di negara asal pembuatan maupun
di Pusdikarmed pada tahap awal, untuk tahapan
berikutnya dapat dilaksanakan di satuan. Upaya yang
dapat dilakukan antara lain:
(1) Kualitas pendidikan, SDM satuan Armed yang
berkualitas dimulai saat penentuan seleksi masuk
TNI dengan mengedepankan kualitas mutu
pendidikan yang telah dilaluinya sebelum menjadi
anggota TNI dengan harapan saat telah menjadi
anggota TNI relatif mudah untuk menerima transfer
ilmu kecabangan terlebih operasional penggunaan
meriam yang baru seperti 155 mm dan MLRS relatif
lebih padat teknologi karena sudah menggunakan
sistem komputerisasi.
(2) Latihan, untuk dapat mencapai tingkat
kecakapan yang diharapkan dalam operasional
meriam 155 mm maupun MLRS Astros harus
dilaksanakan secara sinergis, karena senjata ini
relatif baru dan menggunakan sistem komputerisasi
yang lebih rumit dalam proses pembelajarannya.
Upaya yang dapat dilaukan antara lain Membentuk
organisasi bayangan sesuai TOP yang dibutuhkan
mengacu pada Orgas meriam yang baru dalam
Kajian Triwulan IV 46
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

rangka mengawaki operasional meriam baru yang


akan digunakan. Mengirimkan tim kepada negara
asal pembuat/pengguna meriam baru tersebut baik
155 mm (Prancis) maupun MLRS (Brazil) untuk
mengikuti pelatihan dalam rangka transfer ilmu dan
teknologi yang nantinya dibawa ke pengguna dan
disampaikan kepada satuan-satuan pengguna
melalui lembaga pendidikan maupun pelatihan yang
dilaksanakan oleh pembina kecabangan. Dalam
proses latihan masing-masing bagian melakukan
kegiatan latihan sesuai tugas pokok masing-masing
(Danrai, Parai, Pamu, Pokpibak, Ton Optronikkom,
Ton Observasi dan lain-lain) untuk membentuk satu
sistem dalam rangka pengoperasionalan meriam
baru tersebut.
b) Materiil. Perlengkapan dan munisi yang dibutuhkan
(Needs), satuan Armed dihadapkan dengan asumsi
kemampuan dan kekuatan militer asing yang akan
dihadapi baik kemampuan Alutsista maupun kemam-
puan strategis, operasional dan taktis sangat menen-
tukan persyaratan operasional yang diperlukan.
Kehandalan dapat diartikan bahwa Alutsista meriam
155 mm yang diperlukan Armed TNI AD harus memliki
kemampuan untuk mengimbangi kemampuan meriam
Armed kaliber sedang yang digunakan negara-negara di
kawasan regional saat ini. Kehandalan ini sangat
diperlukan karena berpengaruh langsung dalam
menentukan berhasil atau tidaknya satuan Armed
memenangkan suatu pertempuran. Meskipun bukan
satu-satunya faktor penentu keberhasilan suatu
pertempuran, perimbangan kekuatan menjadi salah
satu kriteria utama yang menjadi pertimbangan

Kajian Triwulan IV 47
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

pelaksanaan suatu operasi tempur. Kemampuan


Alutsista Armed yang dimiliki TNI AD saat ini yaitu
meriam 76 mm M48 B1, meriam 105 mm 101-A1 dan
meriam 105 mm/GS yang rata-rata sudah sangat tua
serta memiliki keterbatasan kemampuan jarak capai
tembakan (Range of Fire) dan jumlah tembakan per
menit (Rate of Fire) yang rendah, maka sangat sulit
bagi satuan Armed TNI AD untuk melaksanakan taktik
pemberantasan Artileri lawan jika tidak didukung
dengan Alutsista yang handal. Dengan demikian satuan
Armed TNI AD harus memiliki Alutsista meriam 155
mm yang mampu menghadapi operasi lawan Artileri
musuh melalui peningkatan jarak capai menggunakan
teknologi munisi berbasis roket serta mampu
melaksanakan pengisian meriam secara otomatis atau
teknologi automatic recoil system untuk menembak
lebih banyak dan lebih cepat.
c) Piranti lunak Dalam pertempuran dimasa datang
terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh
satuan Armed untuk mampu mencapai tugas pokoknya,
antara lain :
(1) Medan Tempur. Ciri pertempuran yang akan
dihadapi antara lain bertempur di daerah
berpenduduk dan pertempuran dalam medan
bervariasi. Hal ini di pengaruhi oleh kondisi
geografis Indonesia yang sangat beragam berupa
daerah hutan, berpenduduk, berawa-rawa maupun
daerah perairan yang menyebabkan kualifikasi tiap
satuan perlu disesuaikan dengan medan tugas yang
akan dihadapinya. Disamping pertempuran daerah
perkotaan, Armed juga harus siap bertempur di
medan yang mempunyai karakteristik khusus.
Kajian Triwulan IV 48
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

(2) Sasaran yang dihadapi. Sasaran dalam suatu


pertempuran dapat bernilai taktis maupun strategis,
dimana sasaran strategis apabila dikuasai atau
dihancurkan dapat merubah perimbangan kekuatan
strategis yang menguntungkan pihak sendiri 6. Guna
memberi keuntungan strategis yang baik, maka
pemanfaatan Alutsista yang baru harus diikuti
dengan revisi maupun pembuatan Piranti lunak
baru berupa buku-buku petunjuk yang dapat
dipakai sebagai pedoman. Hal yang dapat dilakukan
Pussen adalah menyusun kajian secara terpadu
dengan kecabangan lain untuk memperoleh
sinergitas dalam menentukan taktik dan strategis
dalam penyusunan piranti lunak yang disesuaikan
dengan perkembangan Alutsista yang baru.
4) Arhanud. Satuan Arhanud mengemban tugas pokok
untuk menyelenggarakan pertahanan udara aktif dalam
rangka mengurangi dan meniadakan ancaman dari
serangan udara yang menggunakan peluru balistik
maupun pesawat udara, maka kesiapan personel, materiil
dan piranti lunak merupakan konsekuensi logis dari
adanya langkah-langkah dalam modernisasi Alutsista
Satuan Arhanud.
a) Personel (SDM). Ada 2 (dua) indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat profesionalitas
prajurit yaitu penguasaan tugas dan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kedua indikator tersebut
merupakan permasalahan yang harus dicarikan solusi
pemecahannya.

Mabesad, Kamus Militer, Jakarta, 2004, hal 194.


6

Kajian Triwulan IV 49
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Permasalahan penguasaan tugas dan penguasaan ilmu


pengetahuan dan teknologi sangat dipengaruhi oleh
sumber daya manusia.
Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk
memodernisasi Alutsista TNI AD termasuk Alutsista
Arhanud, maka Pussenarhanud harus berbenah diri
dan menyiapkan diri sedini mungkin untuk
menyongsong modernisasi Alutsista tersebut. Dengan
demikian langkah-langkah yang dapat dilakukan
sebagai penyiapan awal terhadap peningkatan SDM
prajurit antara lain:
(1) Melaksanakan rekrutmen kader dengan
menyeleksi prajurit-prajurit yang memiliki
kemampuan dibidang penguasaan Iptek dan
penguasaan Bahasa Inggris.
(2) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada kader-kader tersebut untuk melaksanakan
studi pustaka baik secara terpimpin maupun
penerangan dengan memanfaatkan layanan internet
dan perpustakaan yang ada, sehingga dapat mem-
buka wawasan prajurit terhadap perkembangan
Iptek. Aplikasi teknologi modern pada sistem
persenjataan menuntut kemauan yang tinggi dari
para prajurit untuk mengikutinya.
(3) Melaksanakan kegiatan studi banding ke satuan-
satuan yang sudah dilengkapi dengan Alutsista
sejenis. Misalnya studi banding ke satuan-satuan
TNI AD dan TNI AU yang sudah memiliki Alutsista
yang spesifikasinya hampir sama dengan Alutsista
direncanakan oleh TNI AD.

Kajian Triwulan IV 50
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

(4) Melibatkan prajurit dalam pelaksanaan latihan-


latihan gabungan, baik antar matra maupun dengan
negara lain yang dapat memberikan manfaat bagi
peningkatan SDM Prajurit.
b) Materiil. Kondisi Alutsista Arhanud pada umumnya
sudah cukup tua, dimana suku cadangnya tidak tersedia
dan bahkan pabrik pembuatnya sudah tidak mem-
produksi lagi. Fakta terpenting dalam modernisasi
Alutsista Arhanud adalah penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi terutama dalam bidang
industri pertahanan dalam negeri sehingga dapat
mengoptimalkan modernisasi Alutsista dalam negeri.
Peran Pussenarhanud sangatlah penting sebagai
pusat pembina kesenjataan Arhanud untuk
merencanakan penempatan dan pemetaan Alutsista
Arhanud yang disesuaikan dengan tipologi wilayah
penugasan dan tugas pokok satuan. Misalnya untuk
satuan Arhanud Kodam Jaya bila ditinjau dari segi
geografi sebaiknya diperkuat oleh senjata yang
memiliki mobilitas dan kemampuan yang tinggi,
sehingga memudahkan penggelarannya.
c) Piranti lunak. Saat ini piranti lunak yang berkaitan
dengan Alutsista teknologi modern dapat dikatakan
masih terbatas dan masih mengacu pada buku-buku
yang sudah kurang relevan. Referensi yang berkaitan
dengan Alutsista modern masih menggunakan Bahasa
Inggris dan belum mencakup penjabaran operasional
secara detail dari Alutsista baru yang kita miliki.
Masalah ini akan berdampak pada kurang familiar/
masih asing bagi Prajurit.

Kajian Triwulan IV 51
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Dengan demikian dalam peningkatan SDM Prajurit,


maka perlu diimbangi dengan adanya pembuatan
piranti lunak sebagai pedoman, bagi Prajurit dalam
berlatih dan meningkatkan kemampuannya.
Kualitas dan kuantitas piranti lunak yang ada perlu
direvisi dan membuat yang baru disesuaikan dengan
Doktrin di satuan Arhanud serta perkembangan
Alutsista modern. Maka dalam penyusunan dan
pembuatan piranti lunak yang ada perlunya diuji teori
dan uji lapangan untuk disesuaikan dengan
perkembangan Iptek dan tuntutan tugas. Pembuatan
piranti lunak yang terkait dengan alih teknologi ini
sangat penting untuk lebih memudahkan Prajurit
dalam mentransfer ilmu-ilmu baru.
5) Zeni. Korps Zeni adalah bagian integral TNI AD yang
melaksanakan tugas-tugas TNI AD dengan kemampuan
kecabangan yang dimiliki. Tuntutan dalam melaksanakan
tugasnya adalah profesionalitas prajurit didalam
mengawaki Alutsista yang ada, profesional bagi prajurit
tidak terlepas dari tingkat pengetahuan dan keterampilan.
Dalam menghadapi tugas kedepan Korps Zeni harus
memiliki sinergisitas antara profesional prajurit dengan
Alutsista modern seperti yang tertuang dalam Renstra TNI
AD dan MEF yaitu rencana pembelian Armoured engineer
vehecie dan AVLB dimana fungsi kedua Alutsista ini
berbeda. Guna berdaya guna Ranpur tersebut diatas maka
perlu penyiapan personel, teknologi dan piranti lunak.
a) Personel (SDM), kondisi personel Korps Zeni saat
ini dihadapkan kepada TOP dan DSPP, secara kuantitas
telah mencapai 90,22%, belum termasuk untuk
pemantapan dan pembangunan satuan baru, namun

Kajian Triwulan IV 52
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

apabila ditinjau dari segi kualitas dihadapkan dengan


modernisasi Alutsista kedepan sesuai dengan Renstra
TNI AD masih perlu adanya upaya-upaya peningkatan
guna memenuhi pembangunan dan pemantapan satuan
baru serta peningkatan kemampuan dan keterampilan
prajurit Korps Zeni.
Peningkatan/Modernisasi Alutsista Korps Zeni
berupa ranpur yaitu Armoured engineer vehecie dan
AVLB diperlukan kecakapan prajurit dalam
mengawakinya. Dalam menyiapkan tingkat SDM Korps
Zeni maka di lembaga pendidikan mengenalkan
Alutsista tersebut dan dibekali pengetahuan sehingga
nantinya dapat mengoperasionalkan Ranpur tersebut.
Upaya yang lain adalah menunjuk atau mensekolahkan
Perwira-Perwira Korps Zeni ke negara asal Alutsista
agar nantinya memiliki pengetahuan dan ketrampilan
disamping itu nantinya memiliki kemampuan dalam
pengadaan suku cadang sehingga tidak terjadi
ketergantungan kepada negara tersebut. Guna
mengoptimalkan fungsi kedua Ranpur tersebut diatas
maka nantinya perlu dilaksanakan dalam bentuk
latihan (exersisi maupun driil teknis/taktis) juga untuk
kepentingan pemeliharaan Alutsista yang ada.
b) Materii. Modernisasi Alutsista saat ini sangat
dipengaruhi dan tergantung kepada perkembangan
teknologi sehingga dalam mengoperasionalkan
Alutsista hanya menggunakan personel sedikit
jumlahnya tetapi lebih mengedepankan tingkat
profesionalitas. Untuk mengembangkan kemampuan
prajurit dalam hal IT diawali dilembaga pendidikan
dengan pemberian dasar-dasar pengetahuan tentang
teknologi yang berbasis komputerisasi ini bertujuan
untuk nantinya dapat mengawaki Alutsista Korps Zeni.
Kajian Triwulan IV 53
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Perkembangan lingkungan global yang juga berbasis


teknologi juga sangat mendukung upaya penguasaan
IT, selain itu dengan modernisasi Alutsista Korps Zeni
yang ada juga harus diikuti dengan transfer of
teknologi.
Dengan kondisi Alutsista yang beraneka ragam
asalnya tersebut, diharapkan sistem teknologinya harus
dapat dikuasai guna menghindari pembekuan
ketergantungan teknisi yang mengakibatkan kita
dikendalikan oleh negara yang bersangkutan.
Pengalaman adalah guru yang sangat baik untuk tidak
terulang kembali seperti halnya yang pernah terjadi
yaitu Alutsista yang berasal dan pengadaan luar negeri
ini kurang memberikan Transfer of Teknologi (TOT),
yakni Rudal Rapier dimana saat ini Rudal tersebut telah
kadaluarsa dan tidak berfungsi lagi sebagaimana
mestinya karena negara asal Rudal tersebut tidak
melakukan Transfer of Teknologi sehingga tidak
memungkinkan untuk dilakukan retrovit atau rekondisi
untuk memperpanjang usia pakai.
Berangkat dari pengalaman tersebut diatas maka
untuk pengembangan modernisasi Alutsista kedepan
kita tidak lagi serta merta berkiblat pada salah satu
negara akan tetapi lebih bersifat terbuka dan akan
memanfaatkan serta bekerjasama dengan industri
dalam negeri (BUMNIS) dalam membangun Alutsista.
Membuat Mou dengan negara asal Alutsista berupa
kebijakan Import Alutsista yang menjadi persyaratan
untuk memberikan peluang kerjasama Transfers of
Teknologi kepada BUMNIS, sehingga memungkinkan
untuk dilakukan retrovit atau rekondisi untuk
memperpanjang usia pakai serta dapatnya mempro-
duksi suku cadang yang efektif.

Kajian Triwulan IV 54
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

c) Piranti Lunak. Pembangunan Renstra TNI maupun


TNI AD menuju pada pencapaian kekuatan sesuai MEF
telah memberikan arah yang jelas bagi modernisasi
Alutsista. Pembangunan Alutsista juga harus diiringi
dengan pengembangan piranti lunak berupa taktik dan
teknik sesuai dengan kecabangan masing-masing. Buku
petunjuk yang ada saat ini perlu direvisi dengan
Alutsista yang akan dimiliki Korps Zeni hal ini
bertujuan dalam pelaksanaan latihan serta adanya
kerjasama kecabangan khususnya dengan kecabangan
Kavaleri dalam optimalisasi tugas dan fungsi ranpur
leopard. Latihan adalah kebutuhan pokok yang harus
dilaksanakan didalam menyeimbangkan kesiapan
satuan dalam menghadapi tugas-tugas yang setiap saat
dilakukan oleh karenanya diperlukan berupa buku
petunjuk lapangan yang dapat mengatur teknis
pelaksanaan latihan guna mencapai tujuan dan sasaran.
Pengembangan Alutsista TNI AD khususnya Korps Zeni
bertujuan untuk mensejajarkan kecabangannya dengan
kecabangan lain sehingga merupakan tim yang baik
dalam menghadapi tugas kedepan,agar timbul
sinergisitas maka diperlukan buku pedoman yang
berkaitan dengan taktis dan operasional yang
mentransformasikan lingkup kerjasama. Direktorat
Zeni sebagai lembaga yang membina kecabangan agar
lebih mengoptimalkan perannya dalam mengem-
bangkan buku-buku petunjuk operasional berupa
Bujuknik/Tis maupun Bujuklap sebagai pedoman
operasional satuan maupun personel yang mengawaki
Alutsista.

Kajian Triwulan IV 55
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

6) Penerbad.
a) Personel. Seiring dengan kebijakan modernisasi
Alutsista maka sumber daya manusia yang mengawaki-
nya harus menjadi perhatian yang serius, seperti
pernyataan Kasad Jenderal TNI Pramono Edhi Wibowo
"Dua-duanya harus seiring. Alutsista modern tapi SDM
nya tidak siap akan tertinggal, kalau SDM siap tapi
Alutsistanya tak siap, tertinggal juga” Secara umum
kebijakan penanganan SDM prajurit TNI AD adalah
terwujudnya SDM yang profesional, prajurit yang
profesional dihasilkan dari pembinaan tenaga manusia
dan pembinaan personel yang proporsional juga.
Satuan Penerbad sebagai salah satu kecabangan TNI
AD yang sarat dengan teknologi memerlukan
kemampuan SDM yang tinggi dalam mengawakinya,
memang jika dilihat dari komposisi pesawat udara
dengan jumlah TOP/DSPP 172 unit dimana kondisi
baik hanya 37 unit, rusak ringan 19 unit, hal ini
merupakan salah satu kendala bagi peningkatan SDM
satuan Penerbad, kondisi pesawat yang sebagian dalam
kondisi tidak prima akan mengakibatkan penurunan
kemampuan personel yang mengawaki pesawat
tersebut.
Dalam Rencana Strategis TNI 2010-2014, satuan
Penerbad akan memodernisasi Alutsista dengan
pembelian Heli baru berbagai jenis, modernisasi ini
harus diikuti dengan kemampuan personel prajurit
yang mengawakinya, karena mustahil Alutsista modern
tersebut dapat dioperasionalkan tanpa diawaki oleh
personel prajurit yang memiliki kemampuan untuk
mengoperasionalkannya.

Kajian Triwulan IV 56
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Akan tetapi kondisi saat ini kemampuan personel


prajurit Penerbad yang mampu mengoperasionalkan
teknologi Alutsista yang modern masih sangat terbatas
jumlahnya, hal ini menjadi pekerjaan tersendiri untuk
mampu meningkatkan kemampuan SDM personel yang
akan mengawakinya, sehingga dapat dihindari
kerusakan Alutsista sebelum waktunya akibat dari
kekeliruan dalam mengoperasionalkan Alutsista yang
ada.
Beberapa kebijakan yang dapat diambil oleh Mabes
TNI dan Mabesad serta lembaga pendidikan yang
terkait antara lain pertama Mabes TNI membuat
regulasi untuk dipedomani dalam upaya peningkatan
profesionalisme prajurit yang dilaksanakan melalui
pendidikan dan latihan baik secara terprogram maupun
diluar program yang telah direncanakan, kegiatan ini
dapat dilaksanakan di dalam negeri atau diluar negeri
merupakan transfer ilmu di mana Alutsista tersebut di
produksi. Kedua Mabesad melalui lembaga pendidikan
pendukung yang ada sesuai dengan domain kecabangan
yang bertanggung jawab melaksanakan edukasi dalam
bentuk penataran baik secara terpusat maupun tersebar
sehingga pendidikan dan latihan dapat lebih intensif
dilaksanakan disamping program pendidikan dan
latihan yang telah direncanakan. Ketiga lembaga
pendidikan merumuskan dan mengimplementasikan
program pendidikan dalam rangka peningkatan
profesionalisme prajurit sehingga prajurit TNI memiliki
kemampuan sesuai dengan peran dan fungsinya serta
mampu memadukan kerja sama antar kecabangan
terutama korps penerbangan yang harus mampu
dikombinasikan dengan kecabangan lain didalan tubuh
TNI AD.

Kajian Triwulan IV 57
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

b) Materiil. Rencana Strategis TNI 2010-2014 dana


yang cukup besar akan disiapkan Pemerintah melalui
APBN yang digunakan untuk membangun kekuatan
persenjataan TNI dengan skala prioritas, kemungkinan
TNI AD akan mendapatkan porsi paling kecil jika
dibandingkan dengan matra lainnya merujuk
pernyataan Kasad pada upacara hari Juang Kartika ke
ke 66 di Brigif 15 Kujang bahwa alokasi anggaran bagi
TNI AD sekitar 14 Trilyun, hal ini memang sudah
menjadi kebijakan pemerintah, tetapi pekerjaan yang
akan dihadapi adalah bagaimana dengan dana yang
terbatas tetap mampu mewujudkan kekuatan Minimum
Essensial Force (MEF) TNI AD sehingga mampu
menjadi efek tangkal bagi negara. Satuan Penerbad
merupakan salah satu satuan jajaran TNI AD yang sarat
dengan teknologi tinggi memang kemampuan dan
kekuatannya sangat dipengaruhi oleh kecanggihan
Alutsista. Untuk mengatasi hal tersebut pimpinan TNI
AD telah merencanakan pembelian pesawat helikopter
berbagai jenis sebanyak + 93 pesawat baru. Berbagai
jenis Helikopter baru tersebut antara lain Heli serbu,
Heli Serang, Heli angkut, dan Heli latih. Sebelumnya
Satuan Penerbad telah menerima 3 Heli Tempur dari
jenis Mi35 buatan Rusia. Penerbad memang sedang
mengembangkan satuan jajarannya dengan menambah
kekuatan menjadi lima skuadron tempur. Satuan udara
TNI AD ini memiliki 5 Heli Mi35, 6 Heli Mi17, dan lebih
30an Heli jenis lain yang tersebar di Pusat Skuadron
Ahmad Yani Semarang dan Pondok Cabe. Penerbad
masih akan memperkuat satuannya dengan menambah
minimal 5 Heli Mi35 dan 24 Heli jenis Bell. Itu semua
akan terealisir dalam waktu dekat.

Kajian Triwulan IV 58
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Sebaran skuadron bertambah dengan mengalokasikan 1


skuadron heli tempur di Berau Kaltim dan 1 skuadron
lagi di Baturaja Sumsel, memang menjadi
permasalahan tersendiri dengan luas wilayah Indonesia
yang terbentang dari Sabang sampai Merauke
dihadapkan dengan kemampuan dan ketersediaan
pesawat yang dimiliki oleh satuan Penerbad.
Pembelian Alutsista modern dan memiliki
kemampuan prima oleh satuan Penerbad memang
diperlukan serta dinilai sebagai keputusan yang tepat
jika kita mengantisipasi terjadinya peningkatan
konstelasi hubungan dengan negara tetangga,
pembelian Alutsista ini diharapkan mampu
memberikan efek deterrence dan memberikan manfaat
secara langsung dalam menjaga kewibawaan
pemerintah RI.
Modernisasi Alutsista oleh satuan Penerbad yang
direncanakan secara bertahap dan berkesinambungan
menuju kekuatan minimun essensial force bukanlah
sasaran akhir tetapi sasaran antara dan diharapkan
pada tahun 2014 sudah tercapai untuk kemudian
menuju kekuatan pukul berkualifikasi pada efeck
deterrence serta military balance negara-negara di
kawasan sehingga jika kita melaksanakan latihan
bersama dengan negara lain maka kekuatan Alutsista
akan sejajar maka hal ini secara langsung akan
berdampak kepada kewibawaan bangsa dan negara.
c) Piranti Lunak. Modernisasi Alutsista yang saat ini
dilaksanakan juga harus diiringi dengan pengembangan
piranti lunak. Saat ini perlu adanya revisi terhadap
buku-buku petunjuk disesuaikan dengan Alutsista yang
akan dimiliki.
Kajian Triwulan IV 59
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaan latihan


terdapat pedoman yang jelas terutama agar tercipta
kondisi sinergitas antar kecabangan dalam menghadapi
berbagai ancaman yang ada.
16. Kondisi Kemampuan BUMNIS Dalam Mendukung
Alutsista.
a. Kemampuan Ideal BUMNIS. Berbagai permasalahan
yang dihadapi oleh BUMNIS saat ini perlu dilakukan upaya
agar BUMNIS memiliki kemampuan yang ideal dalam
mendukung konsep strategis pertahanan nasional. Upaya yang
dilakukan antara lain adalah dengan melakukan reformasi
internal perusahaan industri strategis untuk mengatasi mis
manajemen, sehingga semakin lama semakin tampil sebagai
organisasi bisnis yang modern. Beberapa perusahaan telah
melakukan efisiensi dengan tenaga outsourcing pada
beberapa jenis pekerjaan yang tidak secara langsung
berhubungan dengan produk industri, peremajaan alat dan
fasilitas produksi untuk efisiensi dan peningkatan kualitas dan
kuantitas produk, sehingga lebih kompetitif dengan kerjasama
produksi (joint production) untuk yang belum dapat
dikerjakan dan yang masih banyak memiliki ketergantungan
dengan pihak luar negeri, program alih teknologi (Transfer of
Technology) guna meningkatkan kualitas produk industri
dalam negeri dan meningkatkan muatan lokal (local content)
semaksimal mungkin untuk mencegah ketergantungan
dengan bahan impor. Upaya untuk meningkatkan kualitas
SDM meliputi tahapan : rekrutmen, pendidikan, pelatihan,
magang dan imbalan, yang disiapkan untuk menguasai
teknologi pertahanan dan teknologi tinggi lainnya yang
dikembangkan pada perguruan tinggi nasional.

Kajian Triwulan IV 60
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Langkah-langkah strategis yang dilaksanakan antara lain


dengan membuat rencana kebutuhan sarana pertahanan dan
peralatan keamanan yang dapat diproduksi oleh industri
pertahanan, membentuk wadah kelembagaan yang bertugas
mengawal program revitalisasi industri pertahanan dan
menjabarkan isi yang tertuang dalam master plan,
menjabarkan dan menyelaraskan secara rinci rencana
kebutuhan sarana pertahanan yang mengakomodasikan
kebutuhan Tri-Matra terpadu dan peralatan keamanan yang
dapat diproduksi oleh industri pertahanan dalam negeri.
Selanjutnya melakukan upaya peningkatan kapasitas dan
kapabilitas serta kualitas produk BUMNIS sehingga memiliki
keunggulan komparatif.
b. Kemampuan PT. Pindad dan PT. Dirgantara
Indonesia dalam Mendukung Revitalisasi Alutsista
TNI AD.
1) PT. Pindad. Dengan adanya kebijakan pemerintah
dalam meningkatkan dan memberdayakan produk
Alutsista dalam negeri telah mendorong BUMNIS untuk
lebih bergeliat dalam meningkatkan usahanya termasuk
PT. Pindad. Saat ini PT. Pindad telah mampu mempro-
duksi berbagai peralatan perang. Tiga jenis peralatan dan
perlengkapan perang yang telah diproduksi oleh PT.
PINDAD, PT. Pindad (Persero), yakni :
a) Senjata. Senapan serbu SS2-V1 s/d V5 itu
merupakan senjata buatan PT. Pindad yang
rekayasanya 100 persen dilakukan oleh putra-putra
bangsa Indonesia. Jenis senapan serbu SS2-V1 hingga
V5 yang diproduksi oleh PT. Pindad di Bandung kini
sedang ditawarkan ke beberapa negara tetangga.

Kajian Triwulan IV 61
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Senapan serbu ini berlaras panjang kaliber 5,56 mm


yang beberapa kali menjadi senjata andalan dalam
kejuaraan bertaraf internasional. Karena terbukti bisa
membawa juara beberapa perutusan Indonesia,
sehingga sejumlah negara tetangga tertarik mem-
belinya.
b) Amunisi. Kemampuan PT. Pindad dalam mem-
produksi amunisi. Divisi amunisi memiliki fasilitas
produksi yang berlokasi di Turen, Malang, Jawa Timur,
untuk memenuhi kebutuhan permintaan pemerintah
dan juga pengembangan produk, fasilitas produksi
dilengkapi dengan pendirian Filling Plant untuk
mendukung produksi mortar shells, bom, TNT blocks,
shaped charges dan lain-lain.
Saat ini, Divisi Amunisi telah menjadi divisi yang
dapat diandalkan dan tetap mampu memproduksi
berbagai jenis amunisi dan logistik militer, pyrotechnics
dan peralatan untuk mendukung kebutuhan
pemerintah maupun swasta. Hampir semua produk
divisi amunisi telah melalui berbagai pengujian sesuai
dengan standar NATO dan juga militer Amerika
Serikat. Penelitian dan pengembangan telah dilakukan
untuk mendapatkan analisis yang akurat terhadap
desain dan kinerja produk. Fasilitas laboratorium
kimia dan pengujian tembakan juga tersedia untuk
mencapai standar yang diinginkan. Fasilitas produksi
saat ini sudah dapat memproduksi peluru kaliber 9
mm, 5,56 mm (SS109 and M193), 7,62 mm, 12,7 mm,
0.38", dan mempunyai filling plant, pyrotechnic, tool
shop, stamping, serta perlakuan panas.
Divisi ini juga telah mendapat sertifikat ISO 9001
dari SGS Yearsly-International Certification Services
Ltd, Inggris pada tahun 1994.
Kajian Triwulan IV 62
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Semua proses produksi harus memenuhi standar ini.


Salah satu unsur penting dalam menerapkan standar
ini adalah menyediakan penggunaan sistem Statistical
Process Control (SPC).
Pabrik divisi amunisi PT. Pindad didesain
menghasilkan sekitar 150 juta amunisi per tahun,
mortir, dan bom dengan berbagai kaliber dan ukuran.
Sebagian besar yang diproduksi adalah peluru kaliber
5,56 mm. Porsi produksi peluru kaliber 5,56 mm
mencakup 75% dari total jumlah produksi. Peluru
kaliber 5,56 mm merupakan peluru senapan serbu SS1
yang merupakan senjata organik TNI/Polri.
PT. Pindad juga telah mampu membuat aneka bom
dan ranjau laut yang diisi bahan peledak hingga 750 kg.
Selain itu, PT. Pindad juga mengembangkan peluru
yang dapat menembus pelat baja kemudian meledak
dan mempunyai daya bakar. Peluru ini dipasangkan
dengan senjata untuk sniper atau penembak jitu. PT.
Pindad sudah menguasai teknologi untuk amunisi
kaliber kecil. Tahun tahun mendatang, PT. Pindad akan
mengembangkan amunisi kaliber besar. Amunisi
kaliber 20 mm dan kaliber 120 mm telah dilakukan
pengembangannya pada tahun 2009. Kemudian pada
tahun 2010 memproduksi amunisi kaliber 105 mm,
pada 2011 mulai dikembangkan warhead dan rudal
dengan mode proximity fuse. Proximity fuse
menyebabkan kepala rudal akan meledak pada jarak
yang telah ditentukan dari target. Teknologi proximity
fuse ini menggunakan kombinasi satu atau beberapa
sensor di antaranya radar, sonar aktif, infra merah,
magnet, foto elektrik. Tidak hanya itu, pada tahun 2012
PT. Pindad juga memproduksi rudal darat.

Kajian Triwulan IV 63
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

c) Kendaraan khusus. Untuk kendaraan, produksi


yang telah dihasilkan PT. Pindad adalah Kendaraan
Taktis (Rantis), Kendaraan Tempur (Ranpur) 6x6
berupa Panser Anoa 6x6 yang banyak dilirik negara-
negara luar, PT. Pindad sudah membuat varian-
variannya. Yakni, Panser Anoa Varian Command,
Ambulance, Logistik, Mortar 81, APC, dan Recovery.
Karakteristik umum Anoa 6x6 itu high reliability, high
mobilitiy, easy operation, dan maintainabilitiy.
Kendaraan tempur lain yang diproduksi adalah Ranpur
Kanon, dan Tank Ringan/Medium. PT. Pindad akan
memulai tahapan memproduksi tank medium. Tank
medium dengan bobot sekitar 20 ton itu ditargetkan
pada 2014 sudah jadi bentuk dasarnya. Ia menjadi
salah satu target pengembangan produksi PT. Pindad.
Ini merupakan produk baru bagi Pindad.
Pengembangan dilakukan tanpa ada proses kerjasama
maupun ahli teknologi atau transfer of technology
(TOT) dengan perusahaan tank dari luar negeri, murni
pengembangan PT. Pindad sendiri. Tank yang sedang
dikembangkan Pindad akan mengacu pada kebutuhan
dan permintaan TNI. Desain menyesuaikan
dengan requirement (kebutuhan) kavaleri TNI. Sejauh
ini tahapan yang dilalui sudah sampai pada pembuatan
desain, yang dirancang dengan melibatkan Kavaleri
TNI AD. Sejauh ini proses alih teknologi hanya
menyangkut panser Cannon 90 mm yang dibeli
pemerintah sebanyak 22 unit. Dari jumlah itu, 11 di
antaranya dirakit oleh PT Pindad.
2) PT. DI. Kemampuan PT. Dirgantara Indonesia
(Persero) tidak hanya memproduksi berbagai jenis
pesawat, helikopter, tapi juga dalam pembuatan
senjata, roket, torpedo, serta menyediakan pelatihan
dan jasa pemeliharaan (maintenance service) untuk
mesin-mesin pesawat beserta penyediaan part dan
Kajian Triwulan IV 64
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

komponen mesin-mesin pesawat. PT. Dirgantara


Indonesia juga menjadi sub-kontraktor untuk industri-
industri pesawat terbang besar di dunia seperti Boeing,
Airbus, General Dynamic, Fokker dan lain sebagainya.
Sejak berdiri tahun 1976 hingga kini PT. DI telah
memproduksi lebih dari 300 pesawat, baik sayap tetap
(fixed wing) maupun helikopter (rotary wing). Untuk
produk Pesawat NC-212 di bawah lisensi CASA
(sekarang Airbus Military), PT. DI telah diproduksi
lebih dari 102 unit baik versi sipil maupun militer. PT.
DI juga telah memproduksi sebanyak 122 helikopter
NBO-105 dibawah lisensi MBB (sekarang Eurocopter
Jerman). Sebagian besar helikopter tersebut dioperasi-
kan oleh militer Indonesia. Selain itu PT. DI juga telah
memproduksi helikopter NBell-412 lebih dari 33 unit
ditambah NBell-412 EP sebanyak 7 unit dibawah lisensi
Bell Helicopter Textron (USA) serta helikopter Super
Puma 22 unit dibawah lisensi Aerospatiale (sekarang
Eurocopter Perancis). Produk CN-235 dari hasil
kerjasama dengan CASA Spanyol yang dimulai sejak
tahun 1979 telah menghasilkan kurang lebih 260 unit
dan telah tersebar di berbagai negara di dunia.
Pada awal 2012 Dirgantara Indonesia berhasil
mengirimkan 4 pesawat CN235 pesanan Korea Selatan.
Selain itu Dirgantara Indonesia juga sedang berusaha
menyelesaikan 3 pesawat CN235 pesanan TNI AL, dan
24 Heli Super Puma dari EUROCOPTER. Selain
beberapa pesawat tersebut Dirgantara Indonesia juga
sedang menjajaki untuk membangun pesawat C295
(CN235 versi jumbo) dan N219, serta kerja sama
dengan Korea Selatan dalam membangun pesawat
tempur siluman KFX.

Kajian Triwulan IV 65
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

BAB V
PENUTUP

17. Kesimpulan.
a. Pada saat ini sedang diselenggarakan pembangunan dan
pengembangan kekuatan TNI AD, dengan arah kebijakannya
dilaksanakan atas dasar konsep pertahanan berbasis kemam-
puan dengan mempertimbangkan kemungkinan ancaman
yang dihadapi serta kecenderungan perkembangan ling-
kungan strategis, pelaksanaannya diarahkan kepada
tercapainya kekuatan Minimum Essensial Force (MEF) yaitu
tingkat kemampuan dalam bentuk modernisasi maupun
penambahan jumlah Alutsista serta gelar kekuatan yang
mampu menjamin kepentingan strategis pertahanan aspek
darat, yang merupakan jawaban terhadap kemampuan
menghadapi tantangan tugas kedepan bagi TNI AD pada
umumnya, dan pada khususnya sebagai implementasi dari
pentahapan pembangunan dengan skala prioritas dan
kebutuhan mendesak yang disesuaikan dengan anggaran yang
ada bagi kecabangan Infanteri, Kavaleri, Armed, Arhanud,
Zeni dan Penerbad. Pelaksanaannya meliputi kegiatan-
kegiatan pada aspek personel sebagai faktor dominan
pendukung modernisasi, dan pembangunan pada aspek
materiil yang berupa modernisasi Alutsista maupun
penambahan jumlah Alutsista, serta pengembangan piranti
lunak yang harus dirubah sesuai dengan perkembangan
ancaman lingkungan strategis dan perkembangan kemajuan
teknologi Alutsista yang dioperasionalkan oleh masing-masing
Kecabangan TNI AD.

Kajian Triwulan IV 66
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

b. Pada Pelaksanaan Program Pembangunan dan


Pengembangan Kekuatan TNI AD dihadapkan dengan
kebutuhan MEF agar tercapai kekuatan matra darat secara
optimal maka harus ditempuh suatu strategi untuk
mewujudkan keseimbangan. Strategi yang dimaksud adalah
Strategi Perimbangan, yaitu suatu strategi yang harus
dilaksanakan untuk mewujudkan keseimbangan antara
Rencana Strategi Pembangunan dan Pengembangan Kekuatan
dengan kebutuhan MEF untuk matra darat yang telah
ditentukan oleh Kementerian Pertahanan oleh masing-masing
Kecabangan-Kecabangan yang prioritas pada khususnya
(kecabangan Infanteri, Kavaleri, Armed, Arhanud, Zeni dan
Penerbad) dan pada umumnyadari seluruh Pussen/
Direktorat/LKT sebagai Pembina Kecabangan yang berkaitan
dengan aspek personel, materiil, piranti lunak serta perangkat
lainnya, dengan tujuan agar antara RKA yang dibuat oleh LKT
untuk mencapai sasaran Renstra akan sesuai dengan
kemampuan anggaran yang ditentukan sesuai kebutuhan
MEF.
c. Dengan adanya BUMNIS yang memproduksi Alutsista dan
suku cadang, apabila dimanfaatkan akan mendukung
keberhasilan Strategi Perimbangan diatas, sebagai wujud
implementasi UU RI No 16 Tahun 2012 tentang Industri
Pertahanan yaitu merupakan kekuatan hukum yang
mendorong terselenggaranya Kebijakan Pemanfaatan
BUMNIS untuk menggunakan produk-produk yang dihasilkan
di dalam negeri. Pemanfaatan Bumnis merupakan upaya
konstruktif yang memiliki peran sangat strategis dalam
mendukung program pembangunan dan pengembangan
kekuatan matra darat, yang sebagian kegiatannya telah
diwujudkan dalam Modernisasi Alutsista TNI AD untuk
menghadapi tantangan tugas masa kini dan masa depan.

Kajian Triwulan IV 67
Modernisasi Alutsista TNI AD
Dalam Tinjauan Tantangan Tugas Kedepan

Hal ini dilakukan untuk menghindari ketergantungan


pengadaan Alutsista beserta suku cadang pendukungnya yang
harus didatangkan dari negara lain,serta dapat merealisasi
ketentuan pasal 43 UURI No 16 Tahun 2012 untuk wajib
melaksanakan Transfer of Tehnology (TOT) .
18. Saran.
a. Perlu adanya penekanan dari Komando Atas tentang
perlunya melaksanakan Strategi Perimbangan bagi masing-
masing LKT agar Renstra Probangkuat yang diwujudkan
dalam RKA dapat sesuai dengan kebutuhan MEF
b. Peran BUMNIS perlu lebih dioptimalkan terutama yang
berkaitan dengan Transfer of Tehnology (TOT) sehingga
kedepan TNI AD tidak memiliki ketergantungan penuh dalam
pengembangan Alutsista terhadap negara lain.

Bandung, Desember 2012


Komandan Seskoad

Burhanuddin Siagian
Mayor Jenderal TNI

Kajian Triwulan IV 68

Anda mungkin juga menyukai