Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

PENGOLAHAN SINYAL DIGITAL


Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pengolahan Sinyal Digital
Semester 5

Disusun Oleh :
Nurbaiti Rohmah
1631130006

Kelas : TT- 3A

TEKNIK TELEKOMUNIKASI
TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2018
MODUL 2
PEMBANGKITAN SINYAL

2.1 Pembangkitan Sinyal Waktu Kontinyu Sinusoida


1. Disini kita mencoba membangkitkan sinyal sinusoida untuk itu coba anda buat
program sepertiberikut:

fs=100;
t=(1:100)/fs;
s1=sin(2*pi*t*5);
plot(t,s1);

Sinyal yang terbangkit adalah sebuah sinus dengan amplitudo Amp = 1, frekuensi f =
5Hz danfase awal θ = 0.
2. Lakukan perubahan pada nilai s1:
s1=sin(2*pi*t*10);
Dan perhatikan apa yang terjadi, kemudian ulangi untuk mengganti angka 10 dengan
15, dan20. Perhatikan apa yang terjadi.

s1 = 10 s1 = 15

s1 = 20
3. Coba anda edit kembali program anda sehingga bentuknya persis seperti pada langkah
1,kemudian lanjutkan dengan melakukan perubahan pada nilai amplitudo, sehingga
bentukperintah pada s1 menjadi:
s1=2*sin(2*pi*t*5);
Coba perhatikan apa yang terjadi? Lanjutkan dengan merubah nilai amplitudo
menjadi 4, 5,6,… sampai 20. Apa pengaruh perubahan amplitudo pada bentuk sinyal
sinus?
fs=100;
t=(1:100)/fs;
s1=2*sin(2*pi*t*5);
plot(t,s1);

A=2 A=5

A = 10 A = 20

Pengaruh amplitudo terhadap bentuk sinyal sinus adalah bentuk sinyal nya tidak berubah
hanya saja tinggi amplitudonya yang berubah.
4. Kembalikan program anda sehingga menjadi seperti pada langkah pertama.
Sekarangcobaanda lakukan sedikit perubahan sehingga perintah pada s1 menjadi:
s1=2*sin(2*pi*t*5 + pi/2);
Coba anda perhatikan, apa yang terjadi? Apa yang baru saja anda lakukan adalah
merubahnilai fase awal sebuah sinyal dalam hal ini nilai θ= π/ 2 = 90o. Sekarang
lanjutkan langkahanda dengan merubah nilai fase awal menjadi 45 o, 120o, 180o, dan
225o. Amati bentuk sinyalsinus terbangkit, dan catat hasilnya.
fs=100;
t=(1:100)/fs;
s1=2*sin(2*pi*t*5+pi/2);
plot(t,s1);

Fase = 90o Fase = 45o

Fase = 120o Fase = 180o

Fase = 225o
2.2 Pembangkitan Sinyal Persegi
Disini akan kita bangkitkan sebuah sinyal persegi dengan karakteristik frekuensi
danamplitudo yang sama dengan sinyal sinus. Untuk melakukannya ikuti langkah berikut ini.
1. Buat sebuah file baru dan beri nama coba_kotak.m kemudian buat program seperti
berikut ini.

fs=100;
t=(1:100)/fs;
s1=SQUARE(2*pi*5*t);
plot(t,s1,'linewidth',2);
axis([0 1 -1.2 1.2]);

Dari gambar tersebut anda dapat melihat sebuah sinyal persegi dengan amplitudo
senilai 1 danfrekuensinya sebesar 5 Hz.
2. Coba anda lakukan satu perubahan dalam hal ini nilai frekuensinya anda rubah
menjadi 10 Hz,15 Hz, dan 20 Hz. Apa yang anda dapatkan?
f = 10 Hz f = 15 Hz
f = 20 Hz

Semakin tinggi frekuensi, bentuk sinyalnya semakin rapat

3. Kembalikan bentuk program menjadi seperti pada langkah pertama, Sekarang coba
anda rubahnilai fase awal menjadi menjadi 45o, 120o, 180o, dan 225o. Amati dan catat
apa yang terjadidengan sinyal persegi terbangkit.
fs=100;
t=(1:100)/fs;
s1=SQUARE(2*pi*5*t+pi*1.25);
plot(t,s1,'linewidth',2);
axis([0 1 -1.2 1.2]);

Fase = 45o Fase = 120o

Fase = 180o Fase = 225o


2.3 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Konstan
Disini akan kita lakukan pembangkitan sinyal waktu diskrit. Sebagai langkah awal kita
mulaidengan membangkitkan sebuah sekuenunit step. Sesuai dengan namanya, unit step
berarti
nilainya adalah satu satuan. Untuk itu anda ikuti langkah berikut ini.
1. Buat program baru dan anda ketikkan perintah seperti berikut:
L=input('Panjang gelombang(>=40)=');
P=input('Panjang Sekuen=');
for n=1:L
if(n>=P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step);
L = 50; P=10

2. Anda ulangi langkah pertama dengan cara me-run program anda dan masukan nilai
untukpanjang gelombang dan panjang sekuen yang berbeda-beda. Catat apa yang
terjadi?
L = 40 ; P = 9
2.4 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa
Disini akan kita bangkitkan sebuah sinyal waktu diskrit berbentuk sekuen pulsa, untuk
itu ikuti langkah berikut ini
1. Buat program baru dengan perintah berikut ini.
L=input('Panjang gelombang(>=40)=');
P=input('Posisi Pulsa=');
for n=1:L
if(n==P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step);
axis([0 L -1 1.2]);
L = 50; P = 15
2. Jalankan program diatas berulang-ulang dengan catatan nilai L dan P dirubah-rubah
sesuai kehendak anda, perhatikan apa yang terjadi? Catat apa yang anda lihat.

L = 60; P = 20

2.5 Pembentukan Sinyal Sinus waktu Diskrit


Pada bagian ini kita akan dicoba untuk membuat sebuah sinyal sinus diskrit. Secara
umum
sifat dasarnya memiliki kemiripan dengan sinus waktu kontinyu. Untuk itu ikuti langkah
berikut
1. Buat program baru dengan perintah seperti berikut.
fs=20;%frekuensi sampling
t=(0:fs-1)/fs; %proses normalisasi
s1=sin(2*pi*t*2);
stem(t,s1);
axis([0 1 -1.2 1.2]);

2. Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 30, 40, 50, 60, 70, dan 80. Catat
apa yangterjadi ?
Fs = 30 Fs = 50
Fs = 70 Fs = 80

3. Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 18, 15, 12, 10, dan 8. Catat apa
yangterjadi?
Fs = 18 Fs = 12

Fs = 8
MODUL 3
OPERASI DASAR PADA SINYAL

3.1 Penguatan sinyal


1. Bangkitkan gelombang pertama dengan langkah berikut:
T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
y1=sin(2*pi*t);
subplot(2,1,1)
plot(t,y1)

2. Lanjutkan dengan langkah berikut ini


a=input('nilai pengali yang anda gunakan (> 0): ');
y1_kuat=a*sin(2*pi*t);
subplot(2,1,2)
plot(t,y1_kuat)
Jangan lupa anda masukkan sebuah nilai untuk ‘a’, misalnya 1.5 atau yang lain. Apa
yanganda dapatkan? Apakah gambar seperti berikut? Nilai penguatan sinyal juga
seringkalidituliskan dalam dBell (dB), untuk penguatan 1.5 kali berapa nilainya dalam
dB?

3. Ulangi langkah 1 dan 2, tetapi dengan nilai a berbeda misalnya 1.7, 2.5, 3.0 atau yang
lain. Dan jangan lupa anda simpan gambarnya dan buatlah analisa dari apa yang anda
amati dari gambar tersebut? Jangan lupa dalam setiap penggambaran anda cantumkan
nilaidB setiap percobaan.
a=2 a = 1,7

a = 2,5 a=3

Jika nilai penguatan yang dimasukkan sebesar :


Penguatan 2, maka penguatan dalam dB sebesar 3,01 dB
Penguatan 1,7, maka penguatan dalam dB sebesar 2,304 dB
Penguatan 2,5, maka penguatan dalam dB sebesar 3,979 dB
Penguatan 3, maka penguatan dalam dB sebesar 4,77 dB

3.2 Pelemahan sinyal


T=100;
t=0:1/T:2;
f1=1;
y1=sin(2*pi*t);
subplot(2,1,1);
plot(t,y1);

a=0.2;
y1_lemah=a*sin(2*pi*t);
subplot(2,1,2);
plot(t,y1_lemah);

a = 0,2 a = 0,5

a = 0,7 a = 0,9

3.3 Penjumlahan 2 Sinyal


f2 = 2 f2 = 3
Pha2= 0,1*pi Pha2=0,25*pi

Pha2= 0,5*pi Pha2= 1,5*pi

3.4 Perkalian Sinyal

f2 = 2 f2 = 5
f2 = 8 Pha2=0,1*pi

Pha2=0,25*pi Pha2=1,5*pi
MODUL 4
SAMPLING DAN ALIASING

I. TUJUAN
Siswa memahami pengaruh pemilihan jumlah sample dan pengaruhnya pada proses
recovery sinyal.

II. LANGKAH PERCOBAAN


4.1 Pengamatan Pengaruh Pemilihan Frekuensi Sampling Secara Visual
Prosedur yang akan anda lakukan mirip dengan yang ada di percobaan 2, tetapi
disini lebih ditekankan pad akonsep pemahaman fenomena sampling. Untuk itu anda
mulai dengan membuat program baru dengan perintah seperti berikut.

%sin_dikrit1.m Fs=8;
%frekuensi sampling
t=(0:Fs-1)/Fs;
%proses normalisasi
s1=sin(2*pi*t*2);
subplot(211)
stem(t,s1)
axis([0 1 -1.2 1.2])
Fs=16;
%frekuensi sampling
t=(0:Fs-1)/Fs;
%proses normalisasi
s2=sin(2*pi*t*2);
subplot(212)
stem(t,s2)
axis([0 1 -1.2 1.2]

%sin_dikrit1.m

Fs=10;

%frekuensi sampling

t=(0:Fs-1)/Fs;

%proses normalisasi

s1=sin(2*pi*t*2);
subplot(211)

stem(t,s1)

axis([0 1 -1.2 1.2])

Fs=12;

%frekuensi sampling

t=(0:Fs-1)/Fs;

%proses normalisasi

s2=sin(2*pi*t*2);

subplot(212) ;

stem(t,s2,'g');

axis([0 1 -1.2 1.2])


%sin_dikrit1.m

Fs=14;

%frekuensi sampling

t=(0:Fs-1)/Fs;

%proses normalisasi

s1=sin(2*pi*t*2);
subplot(211)

stem(t,s1)

axis([0 1 -1.2 1.2])

Fs=16;

%frekuensi sampling

t=(0:Fs-1)/Fs;

%proses normalisasi

s2=sin(2*pi*t*2);

subplot(212) ;

stem(t,s2,'g') ;

axis([0 1 -1.2 1.2])


%sin_dikrit1.m

Fs=20;

%frekuensi sampling

t=(0:Fs-1)/Fs;

%proses normalisasi

s1=sin(2*pi*t*2);
subplot(211)

stem(t,s1)

axis([0 1 -1.2 1.2])

Fs=30;

%frekuensi sampling

t=(0:Fs-1)/Fs;

%proses normalisasi

s2=sin(2*pi*t*2);

subplot(212) ;

stem(t,s2,'g') ;

axis([0 1 -1.2 1.2])

Anda mungkin juga menyukai