PENDAHULUAN
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat merupakan
tempat kerja yang memiliki risiko tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan sumber
daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
rumah sakit. menular lainnya di Rumah Sakit dapat dihindari. Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa pengelola tempat kerja wajib
melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemuihan bagi tenaga kerja. Dengan meningkatnya pemanfaatan Rumah
Sakit oleh masyarakat maka kebutuhan terhadap penyelenggaraan K3RS semakin tinggi
mengingat tuntutan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit semakin meningkat, sejalan
dengan tuntutan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang terbaik. Selain itu,
Rumah Sakit mempunyai karakteristik khusus antara lain banyak menyerap tenaga kerja
(labor intensive), padat modal, padat teknologi, padat pakar, bidang pekerjaan dengan
tingkat keterlibatan manusia yang tinggi dan terbukanya akses bagi bukan pekerja Rumah
Sakit (pasien, pengantar dan pengunjung), serta kegiatan yang terus-menerus setiap hari.
SDM Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah
Sakit harus mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan, baik
sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan
prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan juga
dinyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik berhak memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Pengelola Rumah Sakit harus
menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap SDM Rumah Sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari berbagai potensi
bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu, pengelola Rumah Sakit dituntut untuk
melaksanakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja yang dilaksanakan secara
terintegrasi, menyeluruh, dan berkesinambungan sehingga risiko terjadinya penyakit
akibat kerja, kecelakaan kerja serta penyakit menular dan tidak
1
pelaku langsung yang bekerja di rumah sakit, tetpai juga bagi pasien maupun pengunjung
rumat sakit.
Beberapa peraturan pemerintah yang menjadi referensi dalam pembuatan kebijakan K3 di
rumah sakit adalah: UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja; UU No. 23 tahun
1992 tentang kesehatan; PP No. 72 tahun 1998 tentang pengamanan sediaan farmasi dan
alat kesehatan; PP No. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan; PP
No. 63 tahun 2000 tentang keselamatan dan kesehatan terhadap pemanfaatan radiasi
pengion; Keppres No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan
kerja;; Kepmenakes No 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang pedoman teknis analisis
dampak kesehatan lingkungan; Kepmenakes No 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang
pengamanan dampak radiasi; Kepmenakes No. 1335/Menkes/SK/X/2002 tentang standar
operasional pengambuilan dan pengukuran kualitas udara ruangan rumah sakit;
Kepmenakes No. 1439/Menkes/SK/XI/2002 tentang penggunaan gas medis pada sarana
pelayanan kesehatan; Kepmenakes No. 351/Menkes/SK/III/2003 tentang Komite
kesehatan dan keselamatan kerja sektor kesehatan; Kepmenakes
No.351/Menkes/SK/III/2003 tentang komite kesehatan dan keselamatan kerja sektor
kesehatan, dan masih banyak lagi.
UU Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 pasal 23 tentang kesehatan kerja menyatakan
bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/Men. 1996 juga mengatur bahwa
setiap perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 100 orang atau lebih dan atau yang
mengandung potensi bahaya wajib menerapkan sistem manajemen K3 (Bab III Pasal 3).
Rumah sakit tidak terlepas dari peraturan-peraturan ini karena teknologi dan sarana
kesehatan, kondisi fisik rumahsakit dapat membahayakan pasien, keluarga, serta pekerja.
Jika tidak dikelola, rumah sakit tidak terhindar dari kebakaran, bencana, atau dampak
buruk pada kesehatan.
Berdirinya sebuah rumah sakit dilengkapi dengan bermacam-macam peralatan yang
memerlukan perawatan atau pemeliharaan sedemikian rupa untuk menjaga keselamatan,
kesehatan, mencegah kebakaran dan persiapan penanggulangan bencana. Keselamatan
Kerja diterapkan di lingkungan kerja yang mana didalamnya terdapat aspek manusia, alat,
mesin, lingkungan dan bahaya kerja. Upaya Keselamatan Kerja merupakan upaya
meminimalkan pencegahan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat
Kerja (KAK).
Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana adalah suatu kegiatan
yang merupakan bagian dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pelatihan terus menerus untuk menjamin
kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan RS, mencegah kebakaran serta persiapan
dalam menghadapi bencana bagi semua pasien, pengunjung dan karyawan di Rumah
Sakit. Rumah Sakit meyakini bahwa semua Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja dapat
dicegah, sehingga dibutuhkan usaha yang terus menerus untuk meningkatkan kesehatan
dan keamanan kerja dan lingkungan kerja.
Untuk menyikapi hal – hal tersebut di atas maka P2K3 RS Jakarta bekerja sama
dengan seluruh bidang yang terkait berusaha untuk meningkatkan kesehatan dan
keselamatan semua pasien, pengunjung dan karyawan yang berada di lingkungan Rumah
Sakit dan lingkungan sekitarnya.
2
III. TUJUAN
Tujuan Umum :
Terselenggaranya program pengawasan perencanaan dan pelaksanaan manajemen risiko
fasilitas dan lingkungan kerja yang berkesinambungan.
Tujuan Khusus :
1. Menciptakan lingkungan rumah sakit yang aman dan nyaman bagi sumber daya
manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
lingkungan Rumah Sakit sehingga proses pelayanan berjalan baik dan lancar.
2. Mengurangi dan mengendalikan sumber bahaya dan risiko fasilitas dan lingkungan.
3. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada karyawan berupa kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
3
C. Pengawasan manajemen disaster
Memberikan rekomendasi terkait identifikasi bencana internal maupun
eksternal berupa hasil hazard and vulnerability assessment (HVA)/ Hospital
Safety Index.
Melakukan koordinasi dengan tim penanggulangan bencana terkait
pembuatan program manajemen disaster.
Memantau fasilitas dan memberikan rekomendasi perbaikan: rambu – rambu
penunjuk arah lokasi pelayanan, jalan keluar, jalan masuk, arah evakuasi
bencana, pintu emergency, denah dan gambar arah evakuasi di setiap lantai.
Mengawasi kelengkapan fasilitas ruang dekontaminasi dalam menghadapi
kemungkinan terjadinya bencana eksternal.
4
2. Melakukan pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program
Metode pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan seluruh program
manajemen risiko fasilitas dan lingkungan dengan melaksanakan Ronde/ Inspeksi P2K3
yang dilaksanakan pada minggu ke-1 dan ke -3 di tiap bulannya. Ronde dilaksanakan
bersama oleh P2K3 RS Jakarta untuk mencari masukan dari petugas yang melakukan
tugas ditempat yang diperiksa. Selain itu P2K3 juga menyiapkan Daftar periksa (check
list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada saat ronde. Laporan hasil ronde
akan ditindak lanjuti oleh P2K3 beserta unit yang bertanggung jawab sesuai dengan
kebutuhan.
3. Edukasi Staf
P2K3 berkoordinasi dengan bagian diklat dalam perencanaan dan pelaksanaan program
pelatihan manajemen fasilitas baik internal maupun eksternal, meliputi :
a. Pelatihan Manajemen Risiko
b. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja RS
c. Pelatihan B3 RS
d. Pelatihan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
e. Pelatihan dan Simulasi Evakuasi Bencana Kebakaran bagi Penghuni
f. Penggunaan dan Pemeliharaan Alat
VI. SASARAN
Sasaran program pengawasan manajemen risiko fasilitas dan lingkungan adalah :
Seluruh karyawan, baik dokter, perawat, stafpenunjang medis, staf non medis dan
pemberi layanan lainnya, seluruh pasien, keluarga pasien, serta pengunjung terlibat
dalam program manajemen fasilitas dan keselamatan.
Tenant dan tenaga outsourcing yang berada di lingkungan Rumah Sakit terlibat
dalam program manajemen fasilitas dan keselamatan
Kegiatan program manajemen fasilitas dan keselamatan terlaksana di rumah sakit.
Standar manajemen fasilitas dan keselamatan dapat diterapkan pada Sarana dan
prasarana pelayanan rumah sakit.
6
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
BULAN
KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Rapat perencanaan dan pembuatan program pengawasan manajemen risiko
fasilitas dan lingkungan :
a. Keselamatan dan keamanan
b. B3 dan limbahnya
c. Manajemen Disaster
d. Proteksi Kebakaran
e. Peralatan medis
f. Sistem Utilitas
2. Koordinasi dengan bagian terkait mengenai pengawasan terhadap program
manajemen risiko fasilitas dan lingkungan
3. Penyampaian usulan program Pelatihan Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan dengan bagian Diklat
4. Pelaksanaan program Pelatihan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
dengan bagian Diklat
a. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja RS
b. Pelatihan B3 RS
c. Pelatihan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
d. Pelatihan dan Simulasi Evakuasi Bencana Kebakaran bagi Penghuni
e. Penggunaan dan Pemeliharaan Alat
5. Ronde/ inspeksi P2K3
6. Evaluasi dengan panitia pembina K3RS mengenai program pengawasan
manajemen risiko fasilitas dan lingkungan
7. Koordinasi dengan semua unit apabila terjadi kejadian/insiden