Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

TERAPI KOMPLEMENTER
“MUSIC THERAPY”
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak
negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam
pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis,
2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif
dan 386 juta o rang yang mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004).
Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di
Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998
dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah
satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni
dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya
karena klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan
peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien
melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan konvensional yang diterima
menyebabkan memilih terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002).
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya
tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter
ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi
alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan
berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk
berperan memberikan terapi komplementer.
Peran yang dapat diberikan perawat dalam terapi komplementer atau
alternatif dapat disesuaikan dengan peran perawat yang ada, sesuai dengan batas
kemampuannya. Pada dasarnya, perkembangan perawat yang memerhatikan hal ini
sudah ada. Sebagai contoh yaitu American Holistic Nursing Association (AHNA),
Nurse Healer Profesional Associates(NHPA) (Hitchcock et al., 1999). Ada pula
National Center for Complementary/Alternative Medicine(NCCAM) yang berdiri tahun
1998 (Snyder & Lindquis, 2002).
Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya penelitian
terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi sesuai
kebutuhan masyarakat. Perawat dapat berperan sebagai konsultan untuk klien dalam
memilih alternatif yang sesuai ataupun membantu memberikan terapi langsung.
Namun, hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian (evidence-based
practice) agar dapat dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan yang lebih baik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu terapi komplementer?
2. Apa itu music therapy?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu terapi komplementer.
2. Untuk mengetahui dan memahami apa itu music therapy.

D. MANFAAT
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya, menambah wawasan tentang
salah satu jenis terapi komplementer yaitu terapi musik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. APA ITU TERAPI KOMPLEMENTER


1. Definisi terapi komplementer
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan
dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke
dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai
terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam
pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang
menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk
terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam
kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).
2. Macam terapi komplementer
Terapi komplementer ada yang invasif dan noninvasif. Contoh terapi
komplementer invasif adalah akupuntur dan cupping (bekam basah) yang
menggunakan jarum dalam pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif seperti
terapi energi (reiki, chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi biologis (herbal,
terapi nutrisi, food combining , terapi jus, terapi urin, hidroterapi colon dan terapi
sentuhan modalitas; akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki, rolfing, dan terapi lainnya
(Hitchcock et al., 1999)
National Center for Complementary/ Alternative Medicine ( NCCAM)
membuat klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam lima
kategori. Kategori pertama, mind-body therapy yaitu memberikan intervensi
dengan berbagai teknik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir yang
mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh misalnya perumpamaan (imagery),
yoga, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan terapi seni.
Kategori kedua, Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan
kesehatan yang mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis berbeda dari
Barat misalnya pengobatan tradisional Cina, Ayurvedia, pengobatan asli Amerika,
cundarismo, homeopathy, naturopathy.
Kategori ketiga dari klasifikasi NCCAM adalah terapi biologis, yaitu
natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya herbal, makanan).
Kategori keempat adalah terapi manipulatif dan sistem tubuh. Terapi ini
didasari oleh manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya pengobatan kiropraksi,
macam-macam pijat, rolfing, terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.
Terakhir, terapi energi yaitu terapi yang fokusnya berasal dari energi dalam tubuh
(biofields) atau mendatangkan energi dari luar tubuh misalnya terapetik sentuhan,
pengobatan sentuhan, reiki, external qi gong, magnet. Klasifikasi kategori
kelima ini biasanya dijadikan satu kategori berupa kombinasi antara biofield
dan bioelektromagnetik (Snyder & Lindquis, 2002).
Klasifikasi lain menurut Smith et al (2004) meliputi gaya hidup
(pengobatan holistik, nutrisi), botanikal (homeopati, herbal, aromaterapi);
manipulatif (kiropraktik, akupresur & akupunktur, refleksi, massage); mind-body
(meditasi, guided imagery, biofeedback, color healing, hipnoterapi). Jenis terapi
komplementer yang diberikan sesuai dengan indikasi yang dibutuhkan. Contohnya
pada terapi sentuhan memiliki beberapa indikasinya seperti meningkatkan
relaksasi, mengubah persepsi nyeri, menurunkan kecemasan, mempercepat
penyembuhan, dan meningkatkan kenyamanan dalam proses kematian (Hitchcock
et al., 1999).
Jenis terapi komplementer banyak sehingga seorang perawat perlu
mengetahui pentingnya terapi komplementer. Perawat perlu mengetahui terapi
komplementer diantaranya untuk membantu mengkaji riwayat kesehatan dan
kondisi klien, menjawab pertanyaan dasar tentang terapi komplementer dan
merujuk klien untuk mendapatkan informasi yang reliabel, memberi rujukan
terapis yang kompeten, ataupun memberi sejumlah terapi komplementer (Snyder &
Lindquis, 2002). Selain itu, perawat juga harus membuka diri untuk perubahan
dalam mencapai tujuan perawatan integratif (Fontaine, 2005).
3. Peran perawat
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi
pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor perawat
dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien
membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan. Sebagai
pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di sekolah
tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu
mengembangkan kurikulum pendidikan (Crips & Taylor, 2001). Peran perawat
sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai penelitian yang
dikembangkan dari hasilhasil evidence-based practice.
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya
dalam praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi
komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). Perawat lebih banyak berinteraksi
dengan klien sehingga peran koordinator dalam terapi komplementer juga sangat
penting. Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang
merawat dan unit manajer terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat berperan
untuk memenuhi permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin
diberikan termasuk perawatan alternatif (Smith et al.,2004).

B. APA ITU TERAPI MUSIK


1. Definisi musik
Ada beberapa definisi dan pendapat mengenai musik menurut beberapa
filsuf, penulis, musikolog maupun penyair, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a) Schopenhauer, seorang filsuf dari jerman pada abad ke-19, yang
mengatakan bahwa musik adalah melodi yang syairnya adalah alam
semesta.
b) David Ewen, mendefinisikan musik sebagai ilmu pengetahuan dan seni
tentang kombinasi titik dari nada-nada, baik vocal maupun instrumental.
Musik meliputi melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala sesuatu
yang ingin diungkapkan terutama aspek emosional.
c) Suhastjarja, seorang dosen senior Fakultas Kesenian Institut Seni
Indonesia Yogyakarta, mengemukakan pendapatnya mengenai musik adalah
ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk konsep pemikiran yang bulat,
dalam wujud nada-nada atau bunyi lainnya yang mengandung ritme dan
harmoni serta mempunyai suatu bentuk dalam ruang waktu yang dikenal
oleh diri sendiri dan manusia lain dalam lingkungan hidupnya sehingga
dapat dimengerti dan dinimkatinya.
d) Dello Joio, seorang komponis Amerika, memberikan pendapatnya tentang
musik yaitu bahwa mengenal musik dapat memperluas pengetahuan dan
pandangan selain juga mengenal banyak hal lain diluar musik. Pengenalan
terhadap musik akan menumbuhkan rasa penghargaan akan nilai seni, selain
menyadari akan dimensi lain dari suatu kenyataan yang selama ini
tersembunyi.
e) Adjie Esa Poetra, seorang musisi dari Indonesia, mendefinisikan musik
adalah kesenian yang bersumber dari bunyi. Menurutnya ada empat unsur
dalam musik, yaitu dinamik (kuat lemahnya bunyi), nada (bunyi yang teratur),
unsur waktu (panjang pendek suatu bunyi yang ditentukan dari hitungan atau
ketukan nada), dan timbre (warna suara).
2. Definisi terapi musik
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk
dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat
untuk kesehatan fisik dan mental.
Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan
kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi,
musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental,
emosional, sosial dan spiritual. Hal ini disebabkan musik memiliki beberapa
kelebihan, yaitu karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks,
berstruktur, dan universal. Perlu diingat bahwa banyak dari proses dalam hidup kita
selalu ber-irama. Sebagai contoh, nafas kita, detak jantung, dan pulsasi
semuanya berulang dan berirama.
Terapi musik adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh semua
orang karena kita tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasi
alunan musik. Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan
kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses
emosi (sistem limbik).
Pengaruh musik sangat besar bagi pikiran dan tubuh manusia. Contohnya,
ketika seseorang mendengarkan suatu alunan musik (meskipun tanpa lagu), maka
seketika orang tersebut bisa merasakan efek dari musik tersebut. Ada musik yang
membuat seseorang gembira, sedih, terharu, terasa sunyi, semangat, mengingatkan
masa lalu dan lain-lain.
Salah satu figur yang paling berperan dalam terapi musik di awal abad ke-20
adalah Eva Vescelius yang banyak mempublikasikan terapi musik lewat tulisan-
tulisannya. Ia percaya bahwa objek dari terapi musik adalah melakukan
penyelarasan atau harmonisasi terhadap seseorang melalui vibrasi. Demikian
pula dengan Margaret Anderton, seorang guru piano berkebangsaan Inggris,
yang mengemukakan tentang efek alat musik (khusus untuk pasien dengan
kendala psikologis) karena hasil penelitiannya menunjukkan bahwa timbre
(warna suara) musik dapat menimbulkan efek terapeutik.
3. Jenis terapi musik
Pada dasarnya hampir semua jenis musik bisa digunakan untuk terapi musik.
Namun kita harus tahu pengaruh setiap jenis musik terhadap pikiran. Setiap
nada, melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya musik akan memberi
pengaruh berbeda kepada pikiran dan tubuh kita.
Dalam terapi musik, komposisi musik disesuaikan dengan masalah atau
tujuan yang ingin kita capai. Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme, dan harmony. Beat
mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi
roh.
Contoh paling nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam
konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam
konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan
dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Salah satu gerakan yang popular saat
mendengarkan music rock adalah "head banger", suatu gerakan memutar-mutar
kepala mengikuti irama music rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya
seakan tanpa rasa lelah.
Jika hati seseorang sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah,
yang memiliki irama (ritme) yang teratur, maka perasaan akan lebih terasa
enak dan enteng. Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak
memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu penyembuhan para
pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia.
Sedangkan harmoni sangat mempengaruhi roh. Jika menonton film horor, selalu
terdengar harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk
berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang
membawa roh manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam
meditasi, manusia mendengar harmony dari suara-suara alam di sekelilingnya.
Terapi Musik yang efektif menggunakan musik dengan komposisi yang
tepat antara beat, ritme dan harmony yang disesuaikan dengan tujuan
dilakukannya terapi musik. Jadi memang terapi musik yang efektif tidak bisa
menggunakan sembarang musik.
Ada dua macam metode terapi music, yaitu :
a) Terapi Musik Aktif.
Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar main
menggunakan alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu
singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi aktif dengan dunia musik. Untuk
melakukan Terapi Musik aktif tentu saja dibutuhkan bimbingan seorang
pakar terapi musik yang kompeten.
b) Terapi Musik Pasif.
Ini adalah terapi musik yang murah, mudah dan efektif. Pasien tinggal
mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang
disesuaikan dengan masalahnya. Hal terpenting dalam terapi musik pasif
adalah pemilihan jenis musik harus tepat dengan kebutuhan pasien. Oleh
karena itu, ada banyak sekali jenis CD terapi musik yang bisa disesuaikan
dengan kebutuhan pasien.
4. Manfaat musik
Menurut Spawnthe Anthony (2003), musik mempunyai manfaat sebagai berikut:

1) Efek Mozart, adalah salah satu istilah untuk efek yang bisa dihasilkan sebuah
musik yang dapat meningkatkan intelegensia seseorang.
2) Refresing, pada saat pikiran seseorang lagi kacau atau jenuh, dengan
mendengarkan musik walaupun sejenak, terbukti dapat menenangkan dan
menyegarkan pikiran kembali.
3) Motivasi, adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan “feeling” tertentu.
Apabila ada motivasi, semangatpun akan muncul dan segala kegiatan bisa
dilakukan.
4) Perkembangan Kepribadian. Kepribadian seseorang diketahui
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh jenis musik yang didengarnya selama
masa perkembangan.
5) Terapi, berbagai penelitian dan literatur menerangkan tentang manfaat musik
untuk kesehatan, baik untuk kesehatan fisik maupun mental. Beberapa
gangguan atau penyakit yang dapat ditangani dengan musik antara lain :
kanker, stroke, dimensia dan bentuk gangguan intelengisia lain, penyakit
jantung, nyeri, gangguan kemampuan belajar, dan bayi prematur.
6) Komunikasi, musik mampu menyampaikan berbagai pesan ke seluruh bangsa
tanpa harus memahami bahasanya. Pada kesehatan mental, terapi musik
diketahui dapat memberi kekuatan komunikasi dan ketrampilan fisik pada
penggunanya.
5. Prosedur Terapi Musik
Terapi musik tidak selalu membutuhkan kehadiran ahli terapi, walau mungkin
membutuhkan bantuannya saat mengawali terapi musik. Untuk mendorong peneliti
menciptakan sesi terapi musik sendiri, berikut ini beberapa dasar terapi musik yang
dapat anda gunakan untuk melakukannya.

1) Untuk memulai melakukan terapi musik, khususnya untuk relaksasi, peneliti


dapat memilih sebuah tempat yang tenang, yang bebas dari gangguan. Peneliti
dapat juga menyempurnakannya dengan aroma lilin wangi aromaterapi guna
membantu menenangkan tubuh.
2) Untuk mempermudah, peneliti dapat mendengarkan berbagai jenis musik pada
awalnya. Ini berguna untuk mengetahui respon dari tubuh responden. Lalu
anjurkan responden untuk duduk di lantai, dengan posisi tegak dan kaki
bersilangan, ambil nafas dalam – dalam, tarik dan keluarkan perlahan – lahan
melalui hidung.
3) Saat musik dimainkan, dengarkan dengan seksama instrumennya, seolah –
olah pemainnya sedang ada di ruangan memainkan musik khusus untuk
responden. Peneliti bisa memilih tempat duduk lurus di depan speaker, atau
bisa juga menggunakan headphone. Tapi yang terpenting biarkan suara musik
mengalir keseluruh tubuh responden, bukan hanya bergaung di kepala.
4) Bayangkan gelombang suara itu datang dari speaker dan mengalir ke seluruh
tubuh responden. Bukan hanya dirasakan secara fisik tapi juga fokuskan dalam
jiwa. Fokuskan di tempat mana yang ingin eneliti sembuhkan, dan suara itu
mengalir ke sana. Dengarkan, sembari responden membayangkan alunan
musik itu mengalir melewati seluruh tubuh dan melengkapi kembali sel – sel,
melapisi tipis tubuh dan organ dalam responden.
5) Saat peneliti melakukan terapi musik, responden akan membangun metode ini
melakukan yang terbaik bagi diri sendiri. Sekali telah mengetahui bagaimana
tubuh merespon pada instrumen, warna nada, dan gaya musik yang
didengarkan, responden dapat mendesain sesi dalam serangkaian yang telah
dilakukan sebagai hal yang paling berguna bagi diri sendiri.
6) Idealnya, peneliti dapat melakukan terapi musik selama kurang lebih 30 menit
hingga satu jam tiap hari, namun jika tak memiliki cukup waktu 10 menitpun
jadi, karena selama waktu 10 menit telah membantu pikiran responden
beristirahat (Pandoe,2006).
6. Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Terapi Musik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam terapi musik :

1) Hindari interupsi yang diakibatkan cahaya yang remang-remang dan hindari


menutup gorden atau pintu.
2) Usahakan klien untuk tidak menganalisa musik, dengan prinsip nikmati musik
ke mana pun musik membawa.
3) Gunakan jenis musik sesuai dengan kesukaan klien terutama yang berirama
lembut dan teratur. Upayakan untuk tidak menggunakan jenis musik rock and
roll, disco, metal dan sejenisnya. Karena jenis musik tersebut mempunyai
karakter berlawanan dengan irama jantung manusia.
7. Terapi Musik Klasik untuk Anak Autis
Usia antara 2 – 5 tahun adalah usia yang sangat ideal untuk memulai
menangani autisme (Hadis,2006). Salah satu bentuk penanganan terhadap autis
adalah terapi musik yang kini banyak dipakai untuk anak – anak autis dan mereka
yang memiliki kesulitan belajar. Spesialis musik terapi, Robbin, nordoff dalam
Holmes (2003) mengklaim bahwa anak yang frustasi, seperti halnya anak autis,
energinya akan meningkat ketika bermain musik.

Hal senada dituturkan oleh seorang psikolog, Alfa handayani dalam Hidayat
(2003) “Musik mampu meningkatkan pertumbuhan otak anak karena musik itu
sendiri merangsang pertumbuhan sel otak. Musik bisa membuat kita rileks dan
senang hati, yang merupakan emosi positif. Emosi positif inilah membuat fungsi
berfikir seseorang menjadi maksimal”. Seorang anak yang sejak kecil terbiasa
mendengarkan musik akan berkembang kecerdasan emosional dan intelegensinya
dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik (Christanday,2007).

Salah satu Trend & Issue saat ini mengenai terapi musik klasik adalah efek
Mozart. Campbell mendefinisikan efek Mozart sebagai berikut ; “The Mozart Effect
is an inclusive term signifying the transformational powers of music in health,
education, and well-being. It represents the general use of music to reduce stress,
depression, or anxiety; induce relaxation or sleep; activate the body; and improve
memory or awareness. Innovative and experimental uses of music and sound can
improve listening disorder, dyslexia, attention deficit disorder, autism, other mental
and physical disorders.
BAB III
PENUTUP

Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional seperti jamu yang
telah berkembang lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai jenjang
pelayanan kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan Barat (obat kimia) tetapi
secara mandiri memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan terapi komplementer.
Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk
didalamnya orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya
profesional kesehatan dan terapis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi
komplementer. Hal ini dapat meningkatkan per kembangan ilmu pengetahuan melalui
penelitian-penelitian yang dapat memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi lebih
dapat dipertanggungjawabkan.
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi
alam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada.
Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk
meningkatkan peran perawat dalam terapi komplementer karena pada kenyataannya,
beberapa terapi keperawatan yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional
terapi.
Kenyataan yang ada, buku-buku keperawatan membahas terapi komplementer
sebagai isu praktik keperawatan abad ke 21. Isu ini dibahas dari aspek pengembangan
kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan, dan riset. Apabila isu ini berkembang dan
terlaksana terutama oleh perawat yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan
tentang terapi komplementer, diharapkan akan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan sehingga kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Widyatuti. 2008. Jurnal keperawatan indonesia- terapi komplementer dalam keperawatan

Alma Marikka Geraldina. 2017. Terapi musik. https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi

Erfandi. 2009. Konsep terapi musik. https://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/16/konsep-


terapi-musik/amp/

Anda mungkin juga menyukai