Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit infeksi merupakan masalah penting, baik di negara maju maupun di


negara berkembang. Menurut asal kuman penyebab infeksi dibagi 2 yaitu infeksi
yang berasal dari komunitas dan infeksi yang berasal dari rumah sakit. Infeksi yang
berasal dari rumah sakit disebut HAIs(Hospital Acquired Infections) yaitu infeksi yang
terjadi selama proses perawatan di rumah sakit atau di fasilitas kesehatan lain, dimana
pasien tidak ada infeksi atau tidak dalam masa inkubasi saat masuk, termasuk infeksi
didapat di rumah sakit tapi muncul setelah pulang juga infeksi pada petugas kesehatan
yang terjadi di pelayanan kesehatan (WHO, 2007).
Program Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat penting untuk
dilaksanakan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Sebagai tempat
pelayanan kesehatan dan sebagai mutu pelayanan yang melindungi pasien, petugas,
pengunjung dan keluarga dari risiko tertularnya infeksi karena dirawat, bertugas dan
berkunjung ke rumah sakit. Keberhasilan program PPI perlu keterlibatan profesional :
Klinis, bidan, Perawat, Laboratorium, Farmasi, Gizi, dan Petugas Kebersihan, dan
lain-lain sehingga perlu wadah berupa Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan
dan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi.Pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit (PPIRS) sangat penting karena menggambarkan mutu pelayanan rumah
sakit.

A. LATAR BELAKANG
Infeksi nosokomial atau HAIs banyak terjadi di seluruh dunia dengan
kejadian terbanyak terdapat di negara yang sedang berkembang, karena penyakit-
penyakit infeksi masih menjadi penyebab utamanya. Suatu penelitian yang dilakukan
oleh WHO tahun 2006, menunjukkan bahwa sekitar 8,7 % dari 55 Rumah Sakit dari
14 negara di Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik terdapat infeksi
nosokomial, khususnya di Asia Tenggara sebanyak 10 %.
Di Indonesia yaitu di sepuluh Rumah Sakit Umum infeksi nosokomial cukup
tinggi, yaitu 6-16 % dengan rata-rata 9,8 % pada tahun 2010. Infeksi nosokomial yang
paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi (ILO).
Infeksi rumah sakit/ nosokomial atau HAIs adalah infeksi yang di dapat atau
timbul pada waktu pasien di rawat rumah sakit ( CDC 2007, WHO 2009,Kemenkes
RI 2007 ).
HAIs dapat terjadi pada setiap unit di rumah sakit, pada umumnya terjadi
pada pelayanan medis dimana pasien ditangani dan mendapat tindakan invasif.
Pengendalian infeksi di rumah sakit akan berhasil apabila setiap petugas di rumah
sakit sebagai pelaksana sehari-hari mengetahui dan dapat menjalankan tugas dan
kewajiban dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat mencegah dan mengendalikan
infeksi ke tingkat yang serendah-rendahnya. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan
pencegahan infeksi secara berkesinambungan melalui pengendalian mutu dari tiap
unit kerja yang terkait,yang berpotensi dapat menimbulkan terjadinya infeksi.

Rumah Sakit Ibu dan Anak Sukma Bunda merupakan salah satu sarana
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan/pelayanan publik. Berbagai
layanan kesehatan diantaranya kebidanan, anak, penyakit dalam, bedah baik pasien
rawat inap maupun rawat jalan. Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan,
tenaga kesehatan dan pengunjung rumah sakit dihadapkan pada resiko terjadinya
infeksi yang disebut infeksi rumah sakit, oleh karena itu RSKIA Sukma Bunda
dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar
yang sudah ditentukan.

Terkait dengan hal itu diperlukan kerangka acuan program pencegahan dan
pengendalian infeksi di RSKIA Sukma Bunda agar semua kegiatan bisa berjalan
dengan optimal.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tercapainya kondisi lingkungan RSKIA Sukma Bunda yang memenuhi
persyaratan agar menjamin pengendalian dan pencegahan infeksi dan membantu
proses tata laksana klinis serta penyembuhan pasien secara efisien sebagai bagian
upaya dalam peningkatan mutu pelayanan yang berfokus pada keselamatan.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan PPIRS meliputi;
1) Pelaksanaan Surveilans
2) Pelaksanaan Kewaspadaan isolasi
3) Pelaksanaan Infection Control Risk Assesment (ICRA)
b. Meningkatkan fasilitas pencegahan dan pengendalian infeksi di RS
c. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia Tim PPI
d. Semua petugas RS mengerti dan memahami pentingnya pencegahan
pengendalian infeksi
e. Mendukung pelaksanaan program keselamatan pasien
f. Adanya pelaporan kegiatan
BAB II
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan yang harus
dilakukan sehingga tercapainya program PPI. Adapun kegiatan pokok dan rincian kegiatan
yang dilakukan adalah sebagai bgerikut :
1. Melaksanakan surveilans
2. Melakukan investigasi outbreak
3. Membuat Infection Control Risk Assesment (ICRA)
4. Menerapkan kewaspadaan isolasi
5. Pencatatan dan pelaporan tertusuk jarum
6. Program area kamar mayat
7. Monitoring peralatan kadaluarsa, single-use menjadi re-use
8. Monitoring pembuangan sampah infeksius, cairan tubuh dan darah
9. Monitoring penanganan pembuangan benda tajam dan komponen darah
10. Monitoring kegiatan pelayanan makanan dan pengontrolan peralatan
11. Monitoring pembongkaran, pembangunan dan renovasi
12. Diklat
BAB III
CARA PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Melakukan Surveilans

Data infeksi rumah sakit merupakan salah satu indikator klinik rumah sakit
sehingga surveilans harus dilakukan dengan benar agar mendapatkan data yang akurat
yang menggambarkan keadaan sesungguhnya. Data yang akurat akan membantu
mengidentifikasi permasalahan yang perlu diatasi untuk mendapatkan mutu pelayanan
pasien yang optimal. Data akan dikoleksi setiap bulan sesuai dengan yang telah
ditetapkan dan telah diinformasikan kepada unit yang terkait.

Ruang lingkup pelaksanaan surveilans di RSKIA Sukma Bunda adalah di


semua unit pelayanan perawatan/kesehatan langsung kepada pasien dengan
mengumpulkan dan mengevaluasi data yang terkait dengan risiko infeksi pada :

Saluran kencing seperti prosedur invasif dan peralatan terkait dengan


indwellingurinary catheter, sistim drainase urin.Peralatan intravaskuler invasif seperti
insersi dan pelayanan kateter vena sentral.Lokasi operasi seperti pelayanan dan type
pembalut luka dan prosedur aseptik.Metode surveilans yang digunakan oleh Komite
PPI RSIA Sukma Bunda adalah:

Surveilans ISK menggunaka metode surveilans target

2. Investigasi outbreak/wabah/KLB

Surveilans atau investigasi outbreak/KLB dilaksanakan terhadap temuan adanya


kasus infeksi yang muncul dan pemunculan ulang (emerging atau reemerging) serta
kuman multi resisten lain yang dipantau melalui pemantauan hasillaboratorium
mikrobiologi seperti ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase), MDRO (Multi Drug
Resistant Organism), MRSA (Meticllin Resistant Staphylococcusaureus), VRE
(Vancomycin Resistant Enterococcus).
Suatu kejadian disebut outbreak/KLB adalah meningkatnya suatu kejadian,
kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok
pasien dalam kurun waktu tertentu. Kriteria yang digunakan adalah:

a. Timbulnya penyakit/infeksi dan atau kuman yang sebelumnya tidak ada.


b. Adanya peningkatan kejadian dua kali atau lebih dibandingkan jumlah
yang terjadi pada kurun waktu yang sama pada periode/tahun
sebelumnya.

3. Membuat Pengkajian Resiko Pengendalian Infeksi.

Pengkajian resiko pengendalian infeksi terdiri dari tiga tahapan : identifikasi


resiko, analisa resiko dan evaluasi resiko.
Identifikasi resiko dilakukan oleh Komite PPI dengan melibatkan bidang
pelayanan medis, bidang pelayanan keperawatan, unit penjaminan mutu dan tim
patient safety. Identifikasi resiko ini didasarkan pada issue infeksi.
Analisa resiko, resiko yang sudah teridentifikasi dilakukan grading dengan
memberikan skor pada probabilitas , dampak dan kesiapan system di RS. Analisa
resiko ini dilakukan oleh Komite PPI dengan melibatkan bidang pelayanan medis,
bidang pelayanan keperawatan, unit penjaminan mutu dan tim patient safety.
Evaluasi resiko adalah tahapan melihat resiko mana yang paling tinggi. Nilainya
dengan cara mengalikan skoring risiko probabilitas dengan dampak dengan kesiapan
system yang dilakukan oleh Komite PPI dengan melibatkan bidang pelayanan medis

4. Monitoring pelaksanaan sterilisasi rumah sakit.


Monitoring pelaksanaan sterilisasi dilakukan tiap petugas melakukan pensterilan
alat medis meliputi prosedur penerimaan alat kotor, pembersihan alat, pengeringan,
sterilisasi/dekontaminasi, pengemasan, pelabelan kadaluarsa steril alat, penyimpanan
dan pendistribusian alat.Monitoring juga dilakukan terhadap kepatuhan petugas dalam
penggunaan APD, pencatatan suhu, tekanan dan kelembaban ruangan. Hasil
monitoring akan dilaporkan tiap bulan. (Blanko monitoring terlampir)

5. Monitoring pelaksanaan manajemen loundry dan linen rumah sakit.


Monitoring manajemen linen meliputi kegiatan monitoring pada prosedur
penerimaan linen kotor, pemilahan linen infeksius dan non infeksius, perendaman,
pencucian, pengeringan, penyimpanan dan pendistribusian linen serta alur linen kotor
dan bersih.Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan hasil
monitoring dilaporkan tiap bulan. (Blanko monitoring terlampir)

6. Monitoring pelaksanaan manajemen peralatan kadaluarsa, single use yang menjadi re-
use.

Monitoring manajemen peralatan kadaluarsa khususnya peralatan single use


menjadi re-use dilaksanakan terhadap prosedur yang digunakan, daftar dan jumlah alat
single use yang bisa dilakukan re use

7. Monitoring pelaksanaan sterilisasi alat medis


Monitoring pelaksanaan sterilisasi dilakukan minimal 1 kali tiap bulan meliputi
prosedur penerimaan alat kotor, pembersihan alat, pengeringan,
sterilisasi/dekontaminasi, pengemasan, pelabelan kadaluarsa steril alat, penyimpanan
dan pendistribusian alat. Monitoring juga dilakukan terhadap kepatuhan petugas
dalam penggunaan APD, pencatatan suhu, tekanan dan kelembaban ruangan. Hasil
monitoring akan dilaporkan tiap bulan. (Blanko monitoring terlampir)

8. Monitoring pelaksanaan manajemen loundry dan linen rumah sakit.


Monitoring manajemen linen meliputi kegiatan monitoring pada prosedur
penerimaan linen kotor, pemilahan linen infeksius dan non infeksius, perendaman,
pencucian, pengeringan, penyimpanan dan pendistribusian linen serta alur linen kotor
dan bersih.Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan hasil
monitoring dilaporkan tiap bulan. (Blanko monitoring terlampir)

9. Monitoring pelaksanaan manajemen peralatan kadaluarsa, single use yang menjadi re-
use.
Monitoring manajemen peralatan kadaluarsa khususnya peralatan single use
menjadi re-use dilaksanakan terhadap prosedur yang digunakan, daftar dan jumlah alat
single use yang bisa dilakukan re-use, prosedur ujikimia/biologi, pelabelan steril alat,
penyimpanan dan pendistribusian alat. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali
tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
10. Monitoring pembuangan sampah infeksius, cairan tubuh, dan darah.
Monitoring dilakukan terhadap prosedur penanganan sampah infeksius dan
cairan tubuh mulai dari sumbernya (ruang perawatan, laboratorium) termasuk kantong
sampah yang digunakan, sampai dikelola di incenerator/limbah.Kegiatan monitoring
dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.

11. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum.


Monitoring penerapan kewaspadaan isolasi lainnnya termasuk penanganan dan
pengeloaan benda tajam yang dilakukan setiap hari bersamaan dengan kunjungan
ruangan, meliputi prosedur yang benar tentang pembuangan benda tajam dan prosedur
yang benar tentang penggunaan benda tajam/jarum.Kegiatan monitoring dilakukan
minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.

12. Monitoring pelayanan makanan dan permesinan


Monitoring pelayanan makanan meliputi kegiatan monitoring pada penyediaan
bahan makanan mentah, penataan/penyususunan bahan makanan, pengolahan
makanan, penyajian makanan dan pendistribusian makanan ke ruang
perawatan.Monitoring juga dilakukan terhadap kepatuhan petugas dalam penggunaan
APD, kepatuhan petugas dalam kebersihan tangan, prosedur pencucian dan
penyimpanan alat-alat makan, pencatatan suhu dan kelembaban ruangan serta
pemeliharaan mesin/alat yang digunakan.Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1
kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.

13. Monitoring pembongkaran, pembangunan, dan renovasi


Monitoring pelaksanaan pembongkaran, pembangunan, dan renovasi bangunan
di RSUP Sanglah dilakukan bila ada kegiatan seperti pembongkaran gedung
(demolution), perbaikan gedung, penambahan bagian dari gedung utama dan atau
pembangunan gedung baru.Monitoring dilakukan sebelum, selama dan setelah
dilakukan renovasi/rekontruksi bangunan. Hasil monitoring yang dilakukan IPCN
Komite PPI akan dituangkan dan disusun dalam Laporan ICRA (Infections
ControlRisk Assessment) renovasi/rekontruksi yang akan dilaporkan kepada
DirekturUtama.
14. Monitoring pelaksanaan isolasi pasien.
Monitoring penggunaan ruang isolasi dilakukan dengan melakukan kunjungan
lapangan oleh IPCN dengan mengisi formulir pemantauan yang meliputi
ketersediaan/kelengkapan sarana/prasarana, kepatuhan penggunaan APD, kepatuhan
kebersihan tangan, penempatan pasien, serta pencatatan suhu, tekanan dan
kelembaban ruangan. Hasil monitoring dilaporkan tiap bulan
C. Cara Melaksanakan Kegiatan
Sasaran
No Program Sasaran Penanggung Jawab
1. Surveilans & Audit Tim PPI RSKIA Ka Tim PPI
Komite PPI
2. Investigasi outbreak Petugas kesehatan Ka Tim PPI
Karyawan
3. ICRA Petugas kesehatan Ka Tim PPI
Karyawan
Pasien
4. Kewaspadaan isolasi

- APD Petugas kesehatan Ka Tim PPI


Pengunjung
Pasien
-Hand Hygiene Petugas kesehatan Ka Tim PPI
Karyawan
Pengunjung
Pasien
-Manajemen Pengelolaan Petugas Ruang Linen Ka Tim PPI
linen

-Sterilisasi Alat kesehatan Petugas CSSD Ka Tim PPI


-Kamar mayat Petugas ruang Ka Tim PPI
-Manajemen pengelolaan Petugas kesehatan Ka Tim PPI
limbah dan benda tajam
5. Peralatan kadaluwarsa, Petugas kesehatan Ka Tim PPI
single use menjadi re-use
6. Pembuangan sampah Petugas keshatan Ka Tim PPI
infeksius dan cairan darah karyawan
7. Penanganan pembuangan Petugas kesehatan Ka Tim PPI
darah dan komponen darah Karyawan
8. Kamar jenazah Petugas kesehatan Ka Tim PPI
Karyawan
9. Pencatatan dan pelaporan Petugas kesehatan Ka Tim PPI
tertusuk jarum Karywan
10. Kegiatan pelayanan Petugas IPSRS Ka Tim PPI
makanan dan permesinan
11. Pembongkaran, Petugas kesehatan Ka Tim PPI
pembangunan dan renovasi Karyawan
Pasien
pengunjung
12. Pendidikan atau diklat Seluruh komunitas Komite PPI
RSKIA

D. Jadwal pelaksanaan kegiatan


a. Program kegiatan surveilans PPI meliputi :

Penanggung
No Kegiatan Target Monitoring
jawab
1. Surveilans infeksi luka infus ≤ 1‰ Bulanan Tim PPI
(Phlebitis), terkait pemasangan Ka.Ruangan
kateter vena perifer.
 Survey lama pemakaian alat
kateter vena perifer, analisa,
dan pelaporan.
2. Surveilans Infeksi Saluran ≤ 4,7‰ Bulanan Tim PPI
Kencing terkait pemasangan Ka.Ruangan
keteter menetap.
 Survey lama pemakaian alat
urine kateter, analisa dan
pelaporan

3. Surveilans Infeksi luka operasi ≤ 2% Bulanan Tim PPI


terkait pembedahan. Ka.Ruangan
 Survey pasien yang dilakukan
operasi, analisa dan pelaporan

b. Program Investigasi Outbreak meliputi


Penanggung
No Kegiatan Target Monitoring
jawab
1. Penyusunan SK/ Pedoman/ 100% Bulanan Tim PPI
SPO tentang outbreak
2. Menginvestigasi dan 100% Bulanan Tim PPI
menganalisa infeksi
terbanyak di RSKIA Sukma
Bunda
c. Program ICRA meliputi

Penanggung
No Kegiatan Target Monitoring
Jawab
1. Mengidentifikasi resiko, 100% Tahunan Tim PPI
menganalisa dan
mengevaluasi resiko yang
terkait dengan PPI 7.1 s/d
PPI 7.5
2. Membuat potensial risk pada 90% Tahunan Tim PPI
HAIs dan melakukan action
plan
3. Membuat ICRA kontruksi 90% Tahunan Tim PPI
dan membuat formulir ICRA
kontruksi

d. Program penerapan kewaspadaan isolasi meliputi


Pengguang
No Kegiatan Target Monitoring
jawab
1. Kebersihan Tangan
 Melakukan audit kepatuhan 80% Bulanan Tim PPI
petugas melakukan kebersihan
tangan.
 Menyediakan sarana dan 100% Bulanan Tim PPI
prasarana cuci tangan.
 Pelatihan / Sosialisasi 100% Triwulanan Tim PPI
kebersihan tangan kepada Diklat
semua petugas rumah sakit.
 Sosialisasi tentang kebersihan 100% Bulanan Tim PPI
tangan kepada pasien, keluarga
dan pengunjung melalui media
(leaflet, poster)
2. Kepatuhan penggunaan Alat
Pelindung Diri/APD :
 Melakukan audit kepatuhan 80% Bulanan Tim PPI
petugas menggunakan APD.
 Menyediakan sarana dan 100% Bulanan Tim PPI
prasarana Alat Pelindung Diri
sesuai standar disetiap ruangan.
 Pelatihan/Sosialiasi kepada 100% Triwulanan Tim PPI
semua petugas tentang
kepatuhan penggunaan Alat
Pelindung Diri
3. Sterilisasi alat kesehatan :
 Tersedia sarana dan prasarana 100% Bulanan
untuk sterilisasi peralatan
perawatan pasien Tim PPI
 Pemeriksaan uji mikro /angka 100% Tahunan
kuman pada alat medikasi set
yang sudah disterilkan. Tim PPI
 Pelatihan/sosialisasi kepada 100% Triwulan
perawat tentang Pemerosesan
Peralatan Perawatan Pasien Tim PPI
(Dekontaminasi, Pembersihan,
Disinfeksi, Sterilisasi)
4. Penanganan limbah dan benda
tajam :
 Tersedia sarana dan prasarana 100% Harian Tim PPI
yang mencukupi untuk
e. Program Peralatan kadaluwarsa, single use menjadi re-use, meliputi

Penanggung
No Kegiatan Target Monitoring
jawab
1. Penyusunan 100% Tahunan Komite PPI
SK/Pedoman/SPO tentang
peralatan kadaluwarsa, single
use menjadi re-use
2. Melakukan sosialisasi 100% Semesteran Komite PPI
tentang hal terkait
3. Melakukan monitoring 80% Harian IPCN
tentang hal terkait
f. Program pembuangan sampah infeksius dan cairan darah, meliputi :

Penanggung
No Kegiatan Target Monitoring
jawab
1. Penyusunan 100% Tahunan Komite PPI
SK/Pedoman/SPO tentang
pembuangan sampah
infeksius dan cairan darah
2. Melakukan sosialisasi 100% Semesteran Tim PPI
tentang hal terkait
3. Melakukan monitoring 80% Harian IPCN
tentang hal terkait
g. Program penanganan pembuangan darah dan komponen darah meliputi

Penanggung
No Kegiatan Target Monitoring
jawab
1. Penyusunan 100% Tahunan Komite PPI
SK/Pedoman/SPO tentang
penanganan pembuangan
darah dan komponen darah
2. Melakukan sosialisasi 100% Bulanan Tim PPI
tentang hal terkait
3. Melakukan monitoring 80% Harian Tim PPI
tentang hal terkait
h. Program area kamar mayat, meliputi :
Penanggung
No Kegiatan Target Monitoring
jawab
1. Penyusunan 100% Tahunan Komite PPI
SK/Pedoman/SPO tentang
area kamar mayat
2. Melakukan sosialisasi 100% Tahunan Tim PPI
tentang hal terkait
3. Melakukan monitoring 100% Bulanan Tim PPI
tentang hal terkait
i. Program pencatatan & pelaporan tertusuk jarum meliputi

Penanggung
No Kegiatan Target Monitoring
jawab
1. Penyusunan 100% Tahunan Komite PPI
SK/Pedoman/SPO tentang
pencatatan & pelaporan
tertusuk jarum
2. Melakukan pencatatan & 100% Bulanan Tim PPI
pelaporan tertusuk jarum
kepada pihak yang terkait
j. Program kegiatan pelayanan makanan dan permesinan meliputi

Penanggung
No Kegiatan Target Monitoring
jawab
1. Penyusunan 100% Tahunan Komite PPI
SK/Pedoman/SPO tentang
pelayanan makanan dan
permesinan
2. Melakukan sosialisasi 100% Semesteran Tim PPI
tentang hal terkait
3. Melakukan monitoring 80% Bulanan Tim PPI
tentang hal terkait
k. Program pembongkaran, pembangunan dan renovasi meliputi
Penanggung
No Kegiatan Target Monitoring
jawab
1. Penyusunan 100% Tahunan Komite PPI
SK/Pedoman/SPO tentang
pembongkaran,
pembangunan dan renovasi
2. Melakukan sosialisasi 100% Insidental Tim PPI
tentang hal terkait
3. Melakukan monitoring 80% Insidental Tim PPI
tentang hal terkait
l. Diklat

No Kegiatan Target Monitoring Bulan Ke


E. 1. Pendidikan dan pelatihan PPI Insidentil Diklat
kepada petugas kesehatan : Semesteran Tim PPI
dokter, perawat, penunjang /tahunan
medis, dan mahasiswa.
 Orientasi karyawan baru 100%
tentang PPI
 Sosialisasi / inhouse training 100%
kepada seluruh karyawan
tentang PPI
2. Pendidikan dan pelatihan PPI 100% Insidentil Diklat
kepada pasien, keluarga dan Semesteran Tim PPI
pengunjung. /tahunan
 Sosialisasi kepada pasien
keluarga dan pengunjung
melalui media (poster, leaflet,
TV internal) tentang cara
melakukan kebersihan
tangan, cara menggunakan
APD dll.
Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
a. Setiap bulan hasil monitoring dan evaluasi program PPI dilaporkan kepada
Direktur Rumah Sakit.
b. Setiap 3 bulan dilakukan evaluasi pelaksanaan tujuan program
c. Setiap 6 bulan dilakukan evaluasi program besar PPI Rumah Sakit

F. Pencatatan, Pelaporan, dan Evaluasi Kegiatan


a. Hasil monitoring kegiatan PPI dicatat menggunakan formulir monitoring atau
ceklist, pada akhir bulan akan direkap dan dibuat evaluasinya oleh IPCN
b. Laporan surveilans disusun berdasarkan laporan dari unit kerja
c. Setiap bulan Komite PPI melaporkan kegiatan ke Direktur.
d. Evaluasi kegiatan dilakukan melalui rapat Komite PPI setiap bulan dan evaluasi
program besar dilaksanakan setiap akhir tahun untuk melihat pencapaian sasaran
dan perencanaan tahun berikutnya.

Mengetahui,
Direktur RSKIA Sukma Bunda Ketua Komite PPI

dr. Isnaniyah Usman dr. Revi Sofyana Martantia

Anda mungkin juga menyukai