Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH MANAJEMEN KOPERASI

PARTISIPASI ANGGOTA

KELOMPOK 12/ EM-H

DISUSUN OLEH:

1. PAVITA SETYANDANI (141170225)


2. HEKTA PRIMAS VIRAMAYU (141170227)
3. ANGGITA DEVI (141170230)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

2018/2019
A. “Identity Criteria” Dan Prinsip-Prinsip Koperasi
Menurut hanel koperasi merupakan organisasi ekonomi yang otonom yang dimiliki oleh
anggota untuk menunjang anggota sebagai pelanggan dari koperasi. Dengan kata lain
para anggota koperasi mempunyai hakekat ganda, artinya: anggota dalam kedudukannya
sebagai pemilik, anggota dalam kesukaannya sebagai pelanggan. Hakekat ganda inilah
yang disebut identity criteria/dual identity.
Somiel c. chukwi mengemukakan bahwa prinsip-prinsip rockdale tidak lagi dipakai
secara mengikat. Hal ini disebabkan 2 faktor:
1. Sifat identity criteria dari koperasi sebagai suatu cooperative enterprise
sekaligus kelompok social. Dari factor ini jelas sekali kaitan antara identity
criteria dengan prinsip-prinsip koperasi …. Kelompok social …. Unsur dari
prinsip-prinsip koperasi.
2. Sifat identity criteria dari anggota koperasi sebagai pemilik sekaligus sebagai
pelanggan. Dari factor ini jelas kalau menimbulkan partisipasi anggota yang
lebih banyak disbanding non koperasi, termasuk partisipasi dalam
memberikan input kepada koperasi dan menerima output dari koperasi.

Antara identity criteria dengan prinsip-prinsip koperasi ada keterkaitannya. Sebenarnya


prinsip koperasi maupun penjabaran dari identity criteria prinsip-prinsip koperasi dapat
digunakan untuk melindungi anggota dan koperasi.

B. Empat Entitas Dalam Manajemen Koperasi


Manajemen koperasi terdapat 4 entitas manajemen yaitu: para anggota koperasi
(members), pimpinan dewan pengurus koperasi (boards of directors), manajemen operasi
koperasi (operating management), para pegawai/pekerja koperasi (employee).
Keempatnya terdapat suatu hubungan timbal-balik (reciprocal-relationship) yaitu antara
para anggota pimpinan dewan pengurus, manajer, dan employees. Tak seorangpun dapat
mengoperasikan/menjalankan usaha koperasi tanpa adanya bantuan atau adanya kerja
sama dan hubungan yang erat dengan yang lain.
Para anggota memerlukan pimpinan, dan pimpinan dewan pengurus memerlukan
manajer. Manajer memerlukan “board of directors”. Para pegawai pun juga memerlukan
manajer dan pimpinan dewan pengurus.
Diantara tingkatan-tingkatan manajemen koperasi tersebut harus ada “keterbukaan”
antara satu dengan yang lain serta harus mempunyai rasa tanggungjawab yang sama
terhadap koperasi.
Agar supaya hubungan yang satu dengan yang lain dalam tingkatan manajemen itu dapat
berjalan dengan baik, maka keempat entitas manajemen koperasi tersebut harus punya
kemampuan yang sesuai dengan kedudukan dalam koperasi. Hubungan yang baik antara
ke 4 entitas tersebut harus dilakukan baik dalam kegiatan usaha maupun kegiatan-
kegiatan yang lain yang positif di pihak koperasi maupun pada ke empat lingkaran
manajemen itu sendiri, juga harus dijaga jangan sampai ada suatu perbedaan faham
diantara keempat tingkatan dalam manajemen koperasi tersebut.

Untuk lebih memperjelas berikut dikemukakan kedudukan dari masing-masing entitas


tersebut:

a. Para anggota koperasi, koperasi sebagai badan usaha yang dikelola oleh para
anggota dan berusaha untuk memberikan pelayanan kepada para anggota. Jadi
kedudukan anggota koperasi terhadap koperasi adalah sebagai pemilik dan
sebagai pelanggan tentu saja untuk pengelolaannya memerlukan pimpinan
(bord of directors).
b. Bord of directors dan manajer sebagai personifikasi badan hokum koperasi
mewakili koperasi baik di dalam maupun di luar pengadilan sehingga sebagai
personifikasi badan hokum koperasi pengurus berkewajiban untuk:
 Berichtiar agar dapat mempertahankan suatu cara kerja yang dapat
mencapai tujuan.
 Untuk memenuhi kebutuhan para anggota.
 Menciptakan kebijaksanaan koperasi dan dapat memberikan
bimbingan kepada manajer sehingga manajer dapat mengambil
keputusan yang konsisten.
 Bord of directors menyiapkan kemudahan yang dibutuhkan bagi
para anggota dan juga menyediakan pembiayaan yang diperlukan.
Disamping hal tersebut pengurus juga melindungi dan mengurus kepentingan anggota
dengan jalan menanam kekayaan koperasi dalam investasi yang sehat dan kegiatan usaha
yang sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan anggota, berusaha agar semua pelayanan
dan hasil produksi koperasi dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan anggota dan
berusaha agar hubungan koperasi dengan para anggota dapat baik. Selain itu pengurus
harus menyediakan sumber-sumber yang diperlukan antara lain: pengurus menyediakan
manajer yang memenuhi syarat dan menetapkan gajinya juga memberi kesempatan
kepada manajer untuk memperoleh pendidikan lanjutan. Pengurus menetapkan dan
menyerahkan wewenangnya kepada manajer guna pelaksanaan juga operasional sehari-
hari dan menetapkan kewajiban serta tanggung jawabnya. Pengurus harus berprakarsa
dan memiliki kepemimpinan demokratis guna mempertahankan dan memelihara serta
mengembangkan support anggota. Pengurus wajib mempelajari laporan-laporan manajer,
tugas-tugas operasional koperasi dan menanggapi secara aktif saran-saran yang
dikemukakan manajer. Para pegawai/pekerja, sebagai pegawai/pekerja dalam koperasi
jelas bahwa diperlukan dalam koperasi sebagai badan usaha supaya semua aktivitasnya
dapat berjalan dengan baik.
C. Anggota Koperasi Sebagai Kunci Keberhasilan Koperasi
Para anggota koperasi merupakan kunci keberhasilan koperasi.
Roy mengatakan bahwa: para anggota koperasi mempunyai hak untuk menentukan
bentuk dan rencana koperasi, juga para anggota koperasi menerima keuntungan dari
koperasi. Yang berhak mengadakan “Control Autority” ( mengontrol keadaan tingkat
kewibawaan ) dari koperasi adalah para anggota koperasi. Kunci dari keberhasilan
koperasi adalah para anggota, karena semuanya ditentukan oleh anggota, dan hasil dari
koperasi juga untuk anggota. Jadi yang menjadi kunci pokok adalah anggota koperasi,
dan bukan pada tingkatan manajemen koperasi yang lain (Dewan Pengurus, Manajer,
para pegawai) karena para anggota koperasi mempunyai satu “kedaulatan” yang tinggi
diantara yang lain.
Hans h. muenkner menyatakan bahwa kedaulatan yang ada pada anggota koperasi
tercermin dalam hak dan kewajiban anggota yang ditetapkan dalam anggaran dasar
koperasi. Hak dan kewajiban anggota tersebut dibedakan atas: hak dan kewajiban
perorang, hak dan kewajiban keuangan.
Dari pendapat diatas bisa disimpulkan bahwa kunci keberhasilan koperasi memang
terletak pada para anggota. Hal ini bisa diperjelas dengan melihat aspek-aspek pada
syarat-syarat keanggotaan koperasi antara lain:
1. Aspek anggota
Sifat usulan yang dimiliki anggota koperasi ini sebagai konsentrasi orang
bukan konsentrasi modal. Sebagai konsentrasi orang maka kekuatan koperasi
terletak pada banyaknya anggota dan kemampuan anggota. Semakin banyak
anggota yang mampu memikul hak dan melaksanakan kewajiban, maka
semakin besar pula kesempatan koperasi untuk lebih berhasil (namun
demikian tentu ada batas maksimal anggota dalam koperasi yang ekonomis)
2. Aspek hak dan kewajiban anggota
Koperasi sebagai konsentrasi anggota, maka kekuasaan koperasi terletak pada
banyaknya anggota dan kemampuan anggota untuk memikul semua kewajiban
dan melaksanakan hak sebagai anggota koperasi.
Hak dan kewajiban anggota koperasi dituangkan dalam bentuk anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga pada
koperasi yang didalamnya mengatur hak dan kewajiban anggota dimaksud
diisi menurut keputusan rapat anggota yang diangkat dari pasal-pasal
keanggotaan pada undang-undang ( di Indonesia undang-undang No. 12/1967
yaitu secara eksplisit pada pasal 12 dan 13).
Setiap kegiatan yang kurang dari “kewajiban dan hak” yang telah ditentukan
akan mengakibatkan gangguan pada koperasi. Semakin penuh hak dan
kewajiban anggota dilaksanakan oleh anggota, maka semakin tinggi buat
anggotanya. Dengan demikian jelaslah bahwa hak dan kewajiban anggota
merupakan prasyarat kualitas keanggotaan dalam koperasi.
3. Aspek usaha
Usaha anggota dan usaha koperasi harus berkaitan erat. Sehingga sesuai
dengan “prinsip identitas” (pelanggan-pemilik) maka tiap anggota koperasi
menjadi pelanggan koperasi, dan usaha koperasi merupakan bagian dari usaha
anggota. Oleh karena itu kekuatan suatu koperasi tentu akan tergantung pada
kuantitas dan kualitas anggota koperasi. Jadi dengan melihat aspek anggota,
aspek hak dan kewajiban, aspek usaha. Para anggota koperasi akan sangat
menentukan berhasil atau tidaknya suatu koperasi.

D. Partisipasi Anggota
Partisipasi anggota dalam istilah “Manajemen Partisipatif”
a. Partisipasi anggota
Menurut hanel partisipasi anggota koperasi dibedakan menjadi 2 dimensi:
1. Anggota dalam kedudukannya sebagai pemilik
Anggota koperasi memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan
pembentukan koperasi, dalam bentuk kontribusi keuangan dapat berupa:
penyertaan modal, pembentukan cadangan, simpanan. Dalam
kedudukannya sebagai pemilik anggota ikut mengambil bagian dalam:
penetapan tujuan, proses pengawasan, pembuatan keputusan terhadap tata
kehidupan koperasi. Partisipasi ini disebut partisipasi kontribusi.
2. Anggota dalam kedudukannya sebagai pemilik/pelanggan
Anggota koperasi memanfaatkan berbagai potensi/kesempatan yang
disediakan oleh koperasi dalam menunjang kepentingan-kepentingannya.
Partisipasi ini disebut dengan partisipasi insentive.

Sedangkan menurut J. ropke partisipasi anggota koperasi ditandai oleh


adanya hubungan “identity”. Partisipasi akan terwujud jika pelayanan yang
diberikan oleh koperasi sesuai dengan kebutuhan anggota. Partisipasi anggota
dapat meliputi aspek-aspek: partisipasi anggota dalam kontribusi dan
mobilisasi sumber daya, partisipasi anggota dalam pembuatan keputusan, dan
partisipasi anggota dalam benefit. Ketiga aspek tersebut saling berhubungan
dan akan menentukan dalam berpartisipasi. Partisipasi dapat dianggap sebagai
proses dengan mana anggota menentukan/ mengimplementasikan ide-ide.

P. Hasibuan mengemukakan bahwa partisipasi anggota dapat diukur dari


kesediaan anggota untuk memikul kewajiban dan menjalankan hak
keanggotaan secara bertanggung jawab. Jika sebagian besar anggota koperasi
sudah menunaikan kewajiban dan melaksanakan hak secara bertanggung
jawab, maka partisipasi anggota akan baik.
b. Kesamaan pengertian partisipasi dalam manajemen partisipatif
Manajemen partisipatif juga melibatkan adanya partisipasi bawahan/
karyawan/ anggota dalam melaksanakan/ mengembangkan yang
mempengaruhi pekerjaan bawahan. Ada unsur kontribusi sehingga bawahan
akan dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan oleh atasan.
Sedangkan partisipasi anggota, selain ada unsur kontribusi juga harus ada
unsur insentif sesuai dengan peran ganda anggota. Ditinjau dari dimensi
partisipasinya: “forced participation” tidak sesuai dengan sendi-sendi dasar
koperasi, keanggotaan koperasi harus sukarela dan terbuka.

c. Wewenang dan tanggung jawab para anggota koperasi


Roy mengemukakan bahwa “power” (wewenang) anggota koperasi meliputi:
menyetujui/ menggunakan undang-undang, anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga, seperti apa yang sudah menjadi keputusan. Memilih dan
menarik kembali manajer. Menentukan banyaknya uang untuk menambah dan
mengurangi permodalan koperasi dan memutuskan untuk memakai jasa
kredit. Mengharuskan director dan officers untuk mengejar usaha sesuai
dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan undang-undang.
Mempertahankan manajer atau pengurus, atau menariknya bila terjadi ketidak
beresan dengan para anggota. Memilih komisi yang kompeten untuk
memeriksa pembukuan yang merupakan laporan periodic. Memeriksa laporan
buku tahunan. Membubarkan atau menggabungkan koperasi

d. Partisipasi keterlibatan dan commitment


Stephen P. Robbins mengemukakan organizational commitment sebagai:
sampai seberapa jauh seseorang mengidentifikasi dirinya dalam organisasi.
Organizational commitment menunjukkan loyalitas individu terhadap
organisasi. Individu yang punya komitment tinggi, maka akan lebih terikat
pada pekerjaannya.
Skema hubungannya adalah berikut:

PARTISIPASI KETERLIBATAN COMMITMENT

1. Hubungan antara keterlibatan dengan turn over dan absence adalah


negative. Apabila involvement tinggi, maka turn over rendah, dan apabila
involvement tinggi maka absensi rendah. Begitu pula sebaliknya
2. Hubungan antara organizational commitment dengan turn over & absensi
adalah negative apabila organizational commitment tinggi maka turn over
dan absensi rendah. Dan sebaliknya.
Atas dasar kaitannya dengan turn over dan absensi maka dapat disimpulkan
bahwa akibat perubahan (naik/turun) organizational commitment involvement
terhadap turn over dan absensi adalah sama akibatnya. Individu yang punya
keterlibatan yang tinggi maka loyalitas individu terhadap organisasi
cenderung akan tinggi. Dengan kata lain, loyalitas dan keterlibatan individu
dalam organisasi ditunjukkan oleh organizational commitment.

e. Perbedaan antara work involvement dan job involvement


Job involvement merupakan tingkatan sampai seberapa jauh seseorang
mendedikasikan dirinya dengan pekerjaan dan keterlibatan secara aktif dalam
pekerjaannya dengan menilai pentingnya prestasi dalam pekerjaannya.
Job involvement merupakan posisi dari keterlibatan sedang work involvement
merupakan keterlibatan secara operasional.
DAFTAR PUSTAKA

 MANAJEMEN KOPERASI, ARIEF SUBYANTORO, SUDARYOTO, ARYONO


YACOBUS

Anda mungkin juga menyukai