Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

UTILITAS

“Pengolahan Air Pendingin dan Pengolahan Air Internal”

Oleh Kelompok 5 :
Gumawa Windu Manggada (1741420059)
Suhartono Wahyu (1741420023)
Wahyu Pujianto (1741420014)

POLITEKNIK NEGERI MALANG


TEKNIK KIMIA
2018
BAB I
LATAR BELAKANG

Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia maupun hewan dan tumbuh-
tumbuhan. Planet bumi ini hampir 70% luas permukaannya diisi oleh air, dengan sumber
utamanya adalah air laut. Laut dan sumber-sumber air lain di alam ini merupakan suatu mata
rantai yang membentuk siklus yang dikenal sebagai daur hidrologi (hydrology cycle).
Jumlah air yang menguap setiap saat untuk mempertahankan daur hidrologi ini adalah
sekitar 13.000 kilometer kubik dan disebarkan secara merata ke seluruh atmosfer bumi. Bagian
terbesar dari air yang menguap ke udara tersebut berasal dari air laut dan sisanya berasal dari air
di danau, sungai, tanah lembab dan dari permukaan daun berbagai tumbuhan. Pada kondisi
lingkungan yang tepat, uap-uap air ini dapat terkondensasi sehingga membentuk hujan, salju,
embun dan kabut. Sebagian uap air yang terkondensasi tersebut sewaktu jatuh mengalami
penguapan dan kembali ke atmosfer, sedangkan sisanya jatuh ke tanah, sungai, danau dan laut.
Air yang jatuh ke tanah sebagian mengalir ke sungai dan dikembalikan ke laut, sedangkan
sisanya meresap ke dalam tanah. Air yang menguap dan meninggalkan permukaan bumi dalam
siklus hidrologi, akan dikembalikan ke bumi dalam jumlah yang sama. Air yang bergerak dalam
suatu siklus hidrologi akan bersentuhan dengan bahan atau senyawa lain, sehingga bahan-bahan
tersebut terlarut ke dalam air. Jadi pada hakekatnya tidak ada air yang betul-betul murni.
Air bagi suatu industri adalah bahan penunjang baik untuk kegiatan langsung atau tak
langsung. Penggunaan air di industri biasanya untuk mendukung beberapa sistem, antara lain:
- Sistem pembangkit uap (boiler)
- Sistem pendingin
- Sistem pemroses (air proses)
- Sistem pemadam kebakaran
- Sistem air minum
Persyaratan kualitas air yang dapat digunakan dalam industri berbeda-beda tergantung
kepada tujuan penggunaan air tersebut. Air yang berasal dari alam pada umumnya belum
memenuhi persyaratan yang diperlukan sehingga harus menjalani proses pengolahan lebih
dahulu. Pengolahan air dapat diklasifikasikan dalam dua golongan, antara lain:
- Pengolahan eksternal
- Pengolahan internal
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengolahan Air Pendingin

Air pendingin (cooling water) adalah air yang dilewatkan melalui alat penukar panas
dengan maksud untuk menyerap dan memindahkan panasnya. Sistem yang dilalui oleh aliran air
pendingin disebut sebagai sistem air pendingin (cooling water system). Unit air pendingin ini
mengolah air dengan proses pendinginan dari suhu 45oC menjadi 30oC, untuk dapat digunakan
lagi sebagai air untuk proses pendinginan pada alat pertukaran panas dari alat yang
membutuhkan pendinginan.

Sistem air pendingin dibagi dalam dua jenis, yaitu jenis resirkulasi dan jenis sekali lewat
(once-through). Pada jenis resirkulasi, air pendingin yang telah digunakan, digunakan kembali
untuk keperluan yang sama, sedangkan pada sistem sekali-lewat air yang telah digunakan
langsung dibuang. Jenis resirkulasi dibagi lagi dalam dua jenis, yaitu resirkulasi terbuka dan
resirkulasi tertutup. Pada sistem resirkulasi terbuka sebagian air yang telah digunakan diuapkan
untuk mendinginkan bagian air sisanya. Pada sistem resirkulasi tertutup, pendinginan kembali
tidak dengan cara memanfaatkan panas laten penguapan, melainkan dengan menggunakan suatu
jenis alat penukar panas.

Pada sub-bab berikut, akan dijelaskan mengenai persyaratan air pendingin serta metoda
pengendalian terhadap masalah yang sering timbul pada sistem air pendingin. Metoda
pengendalian tersebut meliputi sistem air pendingin resirkulasi terbuka, sistem air pendingin
resirkulasi tertutup, dan sistem air pendingin sekali-lewat.
2.1.1 Persyaratan Air Pendingin
Air pendingin adalah air yang dilewatkan melalui alat penukar panas (heat exchanger)
dengan maksud untuk menyerap dan memindahkan panasnya. Air pendingin merupakan air yang
diperlukan untuk proses-proses pertukaran/perpindahan panas dalam heat exchanger dengan
tujuan untuk memindahkan panas suatu zat di dalam aliran ke dalam air. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam penyediaan air pendingin adalah:

1. Kesadahan air yang dapat menyebabkan terjadinya scale (kerak) pada sistem
perpipaan.
2. Mikroorganisme seperti bakteri, plankton yang tinggal dalam air sungai, berkembang
dan tumbuh, sehingga menyebabkan fouling alat heat exchanger .
3. Besi, yang dapat menimbulkan korosi
Minyak, yang merupakan penyebab terganggunya film corrosion inhibitor,
menurunkan heat transfer coefficient, dapat menjadi makanan mikroba sehingga
menimbulkan endapan.
Masalah yang sering timbul dalam sistem air pendingin adalah:

1. Korosi pada Sistem Air Pendingin


Kerugian yang ditimbulkan oleh korosi pada sistem air pendingin adalah
penyumbatan dan kerusakan pada sistem perpipaan. Kontaminasi produk yang
diinginkan karena adanya kebocoran-kebocoran, dan menurunnya efisiensi
perpindahan panas.
2. Pembentukan Kerak dan Deposit pada Sistem Air Pendingin
Gangguan yang ditimbulkan oleh terbentuknya kerak antara lain : penurunan
efisiensi perpindahan panas, naiknya kehilangan tekanan karena naiknya tahanan
dalam pipa serta penyumbatan pada pipa-pipa berukuran kecil.
3. Fouling pada Sistem Air Pendingin
Menara pendingin (cooling tower) merupakan bagian dari sistem air pendingin
yang memberikan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisma. Algae dapat berkembang dengan baik pada bagian yang cukup
mendapat sinar matahari, sedangkan "lendir" (slime) dapat berkembang pada hampir
di seluruh bagian dari sistem air pendingin ini. Mikroorganisme yang tumbuh dan
berkembang tersebut merupakan deposit (foul) yang dapat mengakibatkan korosi
lokal, penyumbatan dan penurunan efisiensi perpindahan panas.

Penggunaan air yang memenuhi persyaratan dapat mencegah timbulnya masalah-masalah


dalam sistem air pendingin. Persyaratan bagi air yang dipergunakan sebagai air pendingin tidak
seketat persyaratan untuk umpan ketel. Kualitas standar air pendingin yaitu :

 Ca hardness sebagai CaCO3: < 150 ppm


 Mg hardness sebagai MgCO3: < 100 ppm
 Silika sebagai SiO2: < 200 ppm
 Turbiditas: < 10
 Cl dan SO42- : < 1000 ppm
 pH: 6 – 8
 Ca2+: max. 300 ppm
 Silika: max. 150 ppm
 TDS: max 2500 ppm
Air pendingin yang keluar dari media-media perpindahan panas di area proses akan
disirkulasikan dan didinginkan kembali seluruhnya di dalam cooling tower. Penguapan dan
kebocoran air akan terjadi di dalam cooling tower ini. Oleh karena itu, untuk menjaga jumlah air
pendingin harus ditambah air make up yang jumlahnya sesuai dengan jumlah air yang hilang.

Sistem air pendingin terutama terdiri dari cooling tower dan basin, pompa air pendingin
untuk peralatan proses, sistem injeksi bahan kimia, dan induce draft fan. Sistem injeksi bahan
kimia disediakan untuk mengolah air pendingin untuk mencegah korosi, mencegah terbentuknya
kerak dan pembentukan lumpur diperalatan proses, karena akan menghambat atau menurunkan
kapasitas perpindahan panas. Pengolahan air pada cooling tower dilakukan dengan
menginjeksikan zat kimia, yaitu:

 Scale inhibitor, berupa dispersant yang berfungsi untuk mencegah pembentukan kerak
pada peralatan yang disebabkan oleh senyawasenyawa terlarut.
 Corrosion inhibitor, berupa natrium posfat yang berfungsi untuk mencegah korosi pada
peralatan.
Proses pendinginan di cooling tower :

 Cooling Water yang telah menyerap panas proses pabrik dialirkan kembali ke Cooling
Tower untuk didinginkan.
 Air dialirkan ke bagian atas Cooling Tower kemudian dijatuhkan ke bawah dan akan
kontak dengan aliran udara yang dihisap oleh Induce Draft (ID) Fan.
 Akibat kontak dengan aliran udara terjadi proses pengambilan panas dari air oleh udara
dan juga terjadi proses penguapan sebagian air dengan melepas panas laten yang akan
mendinginkan air yang jatuh ke bawah.
 Air yang telah menjadi dingin tersebut dapat ditampung di Basin dan dapat dipergunakan
kembali sebagai cooling water

Gambar 2.2 Diagram Cooling Water System


2.1.2 Sistem Air Pendingin
Pada umumnya sistem air pendingin utama terdiri dari komponen :
 Intake (untuk siklus terbuka) adalah lubang asupan udara untuk sebuah mesin. Karena
mesin pembakaran internal modern membutuhkan pompa angin yang kuat, seperti sistem
pembuangan dalam sebuah mesin, intake haruslah direkayasa dengan hati-hati dan di atur
untuk memberi efisiensi dan daya maksimum.
 Saringan (screen)
 Pompa (cooling water pump – CWP)
 Katup dan Pemipaan (piping)
 Menara pendingin (cooling tower)

Untuk sistem air pendingin siklus terbuka tidak dilengkapi dengan menara pendingin
(cooling tower), sebaliknya pada sistem siklus tertutup (resirkulsi) tidak dibutuhkan intake yang
dipasangi saringan-saringan, cukup dengan satu saringan sederhana.
2.1.2.1 Sistem Air Pendingin dengan Resirkulasi Terbuka

Sistem resirkulasi yang dipergunakan bagi air pendingin ini adalah sistem terbuka. Sistem ini
akan memungkinkan berbagai penghematan dalam hal biaya penyediaan utilitas khususnya untuk
air pendingin. Udara bebas akan digunakan sebagai pendingin dari air panas yang terbentuk
sebagai produk dari proses perpindahan panas.

Dalam sistem siklus terbuka, air dipasok secara kontinyu dari sumber tak terbatas seperti
sungai, danau atau laut yang dipompakan ke kondensor untuk akhirnya dibuang kembali
keasalnya. Dengan menggunakan pompa, air dari sumber dipompa dan dialirkan ke kondensor
dan heat exchangerkemudian dibuang ke saluran pembuangan.

Letak saluran masuk dan saluran pembuangan harus dibuat terpisah sejauh mungkin.
Pemisahan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya resirkulasi air dari sisi pembuangan
mengalir ke sisi masuk. Resirkulasi akan menyebabkan penurunan efisiensi kondensor karena
temperatur air menjadi tinggi.
Keuntungan sistem siklus terbuka dibanding siklus tertutup antara lain adalah :
 Biaya modal dan biaya operasinya lebih rendah.
 Peralatan yang digunakan lebih sedikit
 Kinerja kondensor lebih baik karena temperatur air pendingin masuk lebih rendah
Sedangkan kerugiannya adalah :
 Kualitas air tidak dapat dikontrol
 Memerlukan ijin dari instansi lingkungan, karena menimbulkan pencemaran lingkungan
 Sumber air harus tersedia dalam jumlah yang besar dan kontinyu.

Sistem siklus terbuka digunakan pada unit pembangkit yang sumber airnya tak terbatas,
seperti air laut atau danau. Temperatur air ke sisi pembuangan harus dijaga pada batas yang
memenuhi syarat, karena air yang panas cenderung menimbulkan bau dan dapat mematikan ikan.
Gambar 2.2 diagram siklus terbuka
Sistem resirkulasi terbuka dibahas lebih dulu karena sistem ini memiliki masalah yang
jauh lebih rumit, sehingga masalah dalam sistem ini telah mencakup pula masalah dalam sistem-
sistem yang lain.
a. Pengendalian Pembentukan Kerak

Pembentukan kerak dipengaruhi oleh jumlah padatan terlarut yang ada di air. CaCO3
merupakan kerak yang sering ditemui pada sistem air pendingin dan terbentuk jika kadar Ca dan
alkalinitas air terlalu tinggi. Pengendalian gangguan ini dimaksudkan untuk mencegah
pembentukan kerak CaCO3 dengan menjaga agar kadar Ca dan alkalinitas dalam air sirkulasi
cukup rendah, dan mencegah pengendapan kerak pada permukaan logam. Untuk maksud
pertama dapat ditempuh dua cara, yaitu :
(1) menurunkan siklus konsentrasi air yang bersirkulasi atau
(2) menambah asam, misalnya H2SO4, agar pH air di bawah 7

Untuk maksud kedua dapat digunakan inhibitor kerak berupa chemicals seperti polifosfat,
fosfonat, ester fosfonat, dan poliacrylat.

Kecenderungan pembentukan kerak dapat diperkirakan menggunakan Langelier


Saturation Index (LSI) dan Ryznar Stability Index (RSI). Fokus utama penggunaan kedua index
ini adalah untuk mengatur kondisi air pendingin agar tidak membentuk kerak dan tidak bersifat
korosif. Index LSI berharga positif (+) berarti air cenderung untuk membentuk kerak CaCO3,
dan jika berharga negatif (-) air tidak jenuh dengan CaCO3, cenderung untuk melarutkan CaCO3
dan bersifat korosif. Identik dengan LSI, harga RSI lebih kecil dari 6,0 menunjukkan
kecenderungan pembentukan kerak dan jika lebih besar dari 6,0 berarti cenderung untuk
melarutkan CaCO3 dan bersifat korosif. Contoh penggunaan LSl dapat dipakai untuk
menghitung pHs, yaitu harga pH dimana air berada dalam kesetimbangan dengan CaCO3.
Perbedaan harga pHs dengan pH menyatakan harga indeks LSI.
b. Pengendalian Korosi
Pengendalian korosi dilakukan dengan cara menambahkan chemicals yang berfungsi
sebagai inhibitor (penghambat). Inhibitor yang umum dipakai adalah polifosfat, kromat,
dikromat, silikat, nitrat ferrosianida dan molibdat. Dosis inhibitor yang digunakan harus tepat,
karena suatu inhibitor hanya dapat bekerja efektif setelah kadarnya mencapai harga tertentu.
Kadar minimum yang dibutuhkan oleh suatu inhibitor agar dapat bekerja secara efektif disebut
batas kritis. Pemakaian inhibitor yang melebihi batas kritis akan menambah biaya operasi. Jika
kadar inhibitor turun di bawah batas kritis, bukan saja menjadi tidak efektif, tetapi dapat pula
menyebabkan pitting.
c. Pengendalian Pembentukan Fouling dan Penghilangan Padatan Tersuspensi

Pembentukan fouling yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat dicegah atau


dikendalikan menggunakan klorin, klorofenol, garam organometal, ammonium kuartener, dan
berbagai jenis mikrobiosida (biosida). Klorin merupakan chemicals yang paling banyak dipakai.
Dosis pemakaian klorin yang efektif adalah sebesar 0,3 sampai 1,0 ppm. Pengolahan yang tepat
diperoleh secara percobaan, karena penggunaan beberapa biosida secara bersama-sama kadang-
kadang memberikan hasil yang lebih baik dan senyawa-senyawa tersebut acap kali digunakan
bersama klorin. Padatan tersuspensi dalam air merupakan masalah yang cukup serius. Padatan
tersuspensi tersebut dapat menempel pada permukaan perpindahan panas sehingga
mengakibatkan berkurangnya efisiensi perpindahan panas. Salah satu metoda yang digunakan
untuk mengendalikan padatan tersuspensi adalah dengan melakukan filtrasi secara kontinu
terhadap sebagian air yang disirkulasi.

2.1.3 Sistem Air Pendingin dengan Resirkulasi Tertutup dan Sistem Air Pendingin Sekali-Lewat

Sistem air pendingin dengan resirkulasi tertutup membutuhkan sejumlah kecil air make-
up untuk mengurangi gangguan. Air demin atau kondensat uap, biasanya digunakan sebagai
sebagai air make-up. Secara prinsip, sistem air pendingin utama siklus tertutup menggunakan
media yang sama secara berulang dalam sirkulasi tertutup seperti terlihat pada gambar 2.3 sistem
ini membutuhkan biaya investasi yang lebih besar dibanding sistem siklus terbuka. Hal ini
karena menggunakan menara pendingin yang mahal.
Gambar 2.3 Diagram sistem air pendingin utama siklus tertutup

Biaya operasinya juga lebih besar karena sistemnya tidak dapat dibuat syphonic effect
sehingga memerlukan tenaga pemompaan yang lebih besar. Bahkan apabila menggunakan sistem
draft (tarikan) paksa memerlukan beberapa fan yang beroperasi terus menerus. Namun sistem
siklus tertutup merupakan solusi terhadap tersedianya jumlah air yang terbatas, karena air
sebagai pendingin dipakai berulang-ulang dan kehilangan air pendingin relatif sedikit.

Pada sistem air pendingin sekali-lewat, tidak ada proses pemekatan. Jika proses
pemekatan tidak terjadi, maka kadar padatan terlarut relatif sama dengan air umpan. Kekurangan
pada sistem ini adalah terjadi kenaikan temperatur, sehingga perlu usaha untuk menurunkan
temperatur tersebut. Pengolahan seringkali dimaksudkan untuk mencegah atau meminimumkan
kerak atau korosi dan juga berfungsi untuk mengurangi fouling yang disebabkan oleh padatan
tersuspensi dan organisme laut. Chemicals yang digunakan untuk maksud tersebut identik
dengan yang dipakai untuk resirkulasi terbuka, kecuali pada pengendalian korosi. Pemakaian
inhibitor korosi pada sistem ini sama sekali tidak praktis, sehingga masalah korosi ditangani
dengan cara melapisi permukaan peralatan dengan serat yang diperkuat dengan plastik, semen,
atau menggunakan peralatan yang tahan terhadap korosi.

2.2 Pengolahan Internal


2.2.1 Klasifikasi Pengolahan Air
Pengolahan air dapat diklasifikasikan dalam dua golongan, antara lain :
- Pengolahan eksternal
Pengolahan eksternal dilakukan di luar titik penggunaan air yang bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan impurities. Jenis-jenis proses pengolahan eksternal ini antara
lain: sedimentasi, filtrasi, pelunakan (softening), deionisasi (Demineralization), deaerasi
- Pengolahan internal

Pengolahan internal adalah pengolahan yang dilakukan pada titik penggunaan air dan
bertujuan untuk menyesuaikan (conditioning) air kepada kriteria kondisi sistem dimana air
tersebut akan digunakan. Usaha untuk mencapai tujuan pengolahan internal dilakukan dengan
penambahan berbagai bahan kimia ke dalam air yang diolah.
2.2.2 Pengolahan Air Internal

Pengolahan air secara internal (internal water treatment) adalah proses


penambahan/penginjeksian suatu atau beberapa bahan kimia (chemicals) ke dalam air yang akan
digunakan untuk proses maupun pendukung proses. Bahan-bahan kimia tersebut, akan bereaksi
dengan impurities sehingga tidak menimbulkan gangguan dalam penggunaan air tersebut.
Oksigen, sebagai contoh, dapat diikat dengan menggunakan sodium sulfit atau hydrazine. Sifat
lumpur yang dapat melekat pada logam peralatan proses dihilangkan dengan penambahan bahan-
bahan organik yang termasuk dalam golongan tanin, lignin atau alginat.

Pengolahan air secara internal merupakan proses yang esensial, terlepas dari kenyataan
apakah air itu diolah atau sebelumnya. Oleh karena itu, pengolahan eksternal dalam beberapa hal
tidak diperlukan, sehingga air dapat langsung diolah dengan cara pengolahan internal saja.

Contoh proses Pengolahan internal adalah penambahan bahan kimia ke boiler untuk
mencegah pembentukan kerak. Senyawa pembentuk kerak diubah menjadi lumpur yang
mengalir bebas, yang dapat dibuang dengan blowdown. Metode ini terbatas pada boiler dimana
air umpan mengandung garam sadah yang rendah, dengan tekanan rendah, kandungan TDS
tinggi dalam boiler dapat ditoleransi, dan jika jumlah airnya kecil. Jika kondisi tersebut tidak
terpenuhi maka laju blowdown yang tinggi diperlukan untuk membuang lumpur. Senyawa yang
digunakan seperti sodium karbonat, sodium aluminat, sodium fosfat, sodium sulfitdan senyawa
inorganik.
2.2.3 Masalah-masalah umum yang membutuhkan pengolahan internal adalah :
1) Masalah korosi

Untuk mencegah korosi dan scale digunakan bahan-bahan anorganik seperti kromat, seng,
orthophospat maupun bahan organik seperti polimer sintetik, organic nitrogen compounds, dan
organic phosphorous compounds. Kekurangan penggunaan poliphospat adalah jika poliphospat
berubah menjadi orthophospat, yang dapat bereaksi dengan kalsium membentuk calsium phospat
scale. Untuk mencegah ini pH sistem perlu dijaga sekitar 7,0 dan juga perlu ditambahkan
polimer sintetik untuk menstabilkan calsium poliphospat.
2) Masalah pembentukan kerak
Bahan-bahan kimia yang biasa digunakan untuk menghambat terjadinya deposit :

a. Threshold inhibitor
Bahan kimia jenis ini adalah poliphospat dan organophosphorous dan polimer seperti
poliacrilatea dapat digunakan untuk mengurangi pengendapan yang ditimbulkan kalsium,
besi dan mangan.
b. Dispersant
Bahan kimia jenis ini adalah polielektrolit. Tujuan dari bahan kimia ini adalah untuk
mencegah pengendapan dari dari padatan yang tersuspensi.
c. Surfactants
Bahan kimia yang digunakan untuk mencegah deposit padatan dengan cara ini adalah
surface active agents. Bahan-bahan kimia jenis ini mengakibatkan padatan-padatan
tersuspensi tetap bergerak dalam air sehingga mencegah deposit. Surface active agents
yang biasa digunakan untuk mencegah terjadinya deposit akibat mikroorganisme adalah
dengan penambahan biocides. Biocide ini dapat digunakan untuk membunuh koloni
mikroba. Biocide yang sering digunakan adalah chlorine, yang efektif bekerja pada pH
7,0. Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah bromide, karena bromide tetap
efektif pada pH tinggi.
d. Pengubah susunan Kristal
Contoh dari bahan kimia jenis ini adalah tannin, lignin, dan polimer sintetik. Dengan
penambahan bahan kimia jenis ini, deposit tetap terbentuk tapi dengan struktur yang
lemah, sehingga mudah dihancurkan.

2.2.4 Keuntungan pengolahan air secara Internal


Keuntungan pengolahan air secara internal adalah meniadakan kebutuhan peralatan
pengolahan eksternal yang ekstensif . Hal ini merupakan keuntungan dalam segi ekonomi. Selain
itu, kesederhanaan program pengolahan secara internal memungkinkan penghematan dalam
tenaga kerja untuk pengumpanan dan pengendalian.
BAB III
KESIMPULAN

1. Air pendingin adalah air yang dilewatkan melalui alat penukar panas (heat
exchanger) dengan maksud untuk menyerap dan memindahkan panasnya. Air
pendingin merupakan air yang diperlukan untuk proses-proses
pertukaran/perpindahan panas dalam heat exchanger dengan tujuan untuk
memindahkan panas suatu zat di dalam aliran ke dalam air.
2. Pengolahan internal adalah pengolahan yang dilakukan pada titik penggunaan air
dan bertujuan untuk menyesuaikan (conditioning) air kepada kriteria kondisi
sistem dimana air tersebut akan digunakan. Usaha untuk mencapai tujuan
pengolahan internal dilakukan dengan penambahan berbagai bahan kimia ke
dalam air yang diolah.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Prarancangan Pabrik Furfuril Alkohol dari Furfural dan Hidrogen Kapasitas
20.000 Ton/Tahun. Lampung: Universitas Lampung.

Ariyandi. 2017. ww.endurra.co.id


Cheremisinoff, Nicholas P. 2002. Handbook of Water and Wastewater Treatment Technologies.
Butterworth-Heinemann : United Kingdom

Satriawan, Jefri. 2016. UTILITAS - Pengolahan Air.


http://chemicalengineeringatip.blogspot.com

Setiadi, Tjandra. 2016. Diktat Kuliah: Pengolahan dan Penyediaan Air untuk Industri.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Yudi, Anggi.. 2015. Pengolahan Air. https://www.scribd.com/document/

Anda mungkin juga menyukai