Anda di halaman 1dari 13

DEFINISI

Cerebrovascular accident (CVA) atau biasa dikenal sebagai stroke, merupakan suatu keadaan di
mana terjadi gangguan pada suplai oksigen di otak. Gangguan suplai oksigen ini disebabkan oleh 2
hal, yaitu iskemik (85% kasus) dan hemoragik (15% kasus). Stroke iskemik terjadi akibat pembuluh
darah mengalami sumbatan, sehingga mengakibatkan hipoperfusi pada jaringan otak. Sedangkan
stroke hemoragik terjadi akibat adanya ekstravasasi darah/perdarahan pada otak (Smeltzer and
Barre, 2010).

Intracerebral Hemorrhage (ICH)

Adalah suatu keadaan perdarahan yang terjadi dalam substansi otak, seringkali terjadi pada
pasien hipertensi dan atherosclerosis serebral karena perubahan degenaratif kedua penyakit tersebut
menyebabkan ruptur pada pembuluh darah. Perdarahan/hemoragi yang terjadi juga dapat diakibatkan
oleh keadaan patologi pada arteri, tumor otak, dan penggunaan medikasi seperti antikoagulan oral,
amfetamin, dan obat-obatan narkotik (kokain).

Perdarahan yang terjadi biasanya pada pembuluh darah arteri dan berada pada lobus serebral,
ganglia basalis, thalamus, batang otak (terutama pons), serta serebelum. Hemoragik yang terjadi
mengakibatkan rupture pada dinding ventrikel lateral dan menyebabkan hemoragi intraventrikular,
yang sering bersifat fatal pada penderitanya.
ETIOLOGI

Faktor Resiko yang Dapat dimodifikasi Faktor Resiko yang Tidak Dapat
dimodifikasi
- Tekanan darah tinggi - Usia tua
- Merokok - Jenis kelamin (banyak terjadi
- Diabetes Mellitus
pada laki-laki)
- Aterosklerosis
- Herediter/genetik
- Atrial fibrilasi
- Riwayat stroke atau serangan
- Penyakit jantung lain
- Transient ischemic attack jantung sebelumnya
- Anemia bulan sabit
- Kolesterol tinggi
- Obesitas
- Intake alkohol yang tinggi
- Penggunaan obat-obatan ilegal

KLASIFIKASI

Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu :

a. Stroke Haemorhagi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau
saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
b. Stroke Non Haemorhagic
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder . Kesadaran umummnya baik.

MANIFESTASI KLINIS

Gejala CVA sesuai dengan Area arteri yang terkena


hemiparesis dysphasia Perubahan Penurunan ataksia
visual level
kesadaran
Carotid v v v v
Cerebral tengah v v v v
vertebrobasilar v v

- Penurunan level kesadaran : penurunan Glasgow coma scale


- Ataksia : kegagalan otak untuk mengontrol pergerakan tubuh, sehingga gerakan tubuh
menjadi tidak terkendali

manifestasi jangka pendek manifestasi jangka panjang


- Deteriorasi neurologic - Fungsi motorik terganggu
- Resiko kegagalan respirasi - Apasia
- Emosi labil
- Ketidakmampuan dalam memenuhi
ADL
- Pengabaian unilateral
- Homonymous hemianopsia

PATOFISIOLOGI

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark
bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi
kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak
dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan
spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap ortak, thrombus dapat berasal dari
flak arterosklerotik , atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan
lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan ;
1. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
2. Edema dan kongesti disekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema
dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya tidak
fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada
dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis , atau jika sisa infeksi berada pada
pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal iniakan me
yebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih
disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah.. Perdarahanintraserebral yang
sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh
anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia
lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
satunya cardiac arrest.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 CT-scan : dapat mengetahui ukuran dan lokasi arteri yang mengalami hemoragik.
 EEG (elektro enchepalografi)
 Arteriogram
 MRI

PENATALAKSANAAN

Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke ischemic. Pendara
an tersebut biasanya besar dan catastrophic, khususnya pada orang yang mengalami tekanan darah
tinggi yang kronis. Lebih dari setengah orang yang mengalami pendarahan besar meninggal dalam b
eberapa hari. Mereka yang bertahan hidup biasanya kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersam
aan dengan waktu. Meskipun begitu, kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang.

Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke ischemic. Anticoagulant (seper
ti heparin dan warfarin), obat-obatan trombolitik, dan obat-obatan antiplatelet (seperti aspirin) tidak dib
erikan karena membuat pendarahan makin buruk. Jika orang yang menggunakan antikoagulan meng
alami stroke yang mengeluarkan darah, mereka bisa memerlukan pengobatan yang membantu peng
gumpalan darah seperti :

a. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse.


b. Transfusi atau platelet. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan pengangkatan
platelet (plasma segar yang dibekukan).
c. Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam darah yang memba
ntu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan).
Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan di dalam tengkorak,
bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang dilakukan karena operasi itu sendiri bisa merus
ak otak. Juga, pengangkatan penumpukan darah bisa memicu pendarahan lebih, lebih lanjut kerusak
an otak menimbulkan kecacatan yang parah. Meskipun begitu, operasi ini kemungkinan efektif untuk
pendarahan pada kelenjar pituitary atau pada cerebellum. Pada beberapa kasus, kesembuhan yang
baik adalah mungkin. Menurut Corwin (2009) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra Cerebral He
matom adalah sebagai berikut :
a. Observasi dan tirah baring terlalu lama.
b. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom secara bedah.
c. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.
d. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok.
e. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk pemberian diuretik dan o
bat anti inflamasi.

KOMPLIKASI

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi , komplikasi ini dapat
dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi ; infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,
konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas
dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak : epilepsi dansakit kepala.
4. Hidrocephalus

ASUHAN KEPERAWATAN

Data subjektif :
Identitas (pasien dan keluarga/penanggung jawab) meliputi: Nama, umur,jenis kelamin, suku ba
ngsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, dan hubungan pasien dengan keluar
ga/pengirim).
1. Keluhan utama: Bagaimana pasien bisa datang ke ruang gawat darurat, apakah pasien sadarata
u tidak, datang sendiri atau dikirim oleh orang lain?
2. Riwayat cedera, meliputi waktu mengalami cedera (hari, tanggal, jam), lokasi/tempat mengalami
cedera.
3. Mekanisme cedera: Bagaimana proses terjadinya sampai pasien menjadi cedera.
4. Allergi (alergi): Apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan (jenisnya), obat, da
n lainnya.
5. Medication (pengobatan): Apakah pasien sudah mendapatkan pengobatan pertama setelah ced
era, apakah pasien sedang menjalani proses pengobatan terhadap penyakit tertentu?
6. Past Medical History (riwayat penyakit sebelumnya): Apakah pasien menderita penyakit tertentu
sebelum menngalami cedera, apakah penyakit tersebut menjadi penyebab terjadinya cedera?
7. Last Oral Intake (makan terakhir): Kapan waktu makan terakhir sebelum cedera?
Hal ini untuk memonitor muntahan dan untuk mempermudah mempersiapkan bila harus dilakuk
an tindakan lebih lanjut/operasi.
8. Event Leading Injury (peristiwa sebelum/awal cedera): Apakah pasien mengalami sesuatu
hal sebelum cedera, bagaimana hal itu bisa terjadi?
a. Pengkajian ABCD FGH
1. AIRWAY
 Cek jalan napas paten atau tidak
 Ada atau tidaknya obstruksi misalnya karena lidah jatuh kebelakang, terdapat cairan, darah,
benda asing, dan lain-lain.
 Dengarkan suara napas, apakah terdapat suara napas tambahan seperti snoring, gurgling,
crowing.
2. BREATHING
 Kaji pernapasan, napas spontan atau tidak
 Gerakan dinding dada simetris atau tidak
 Irama napas cepat, dangkal atau normal
 Pola napas teratur atau tidak
 Suara napas vesikuler, wheezing, ronchi
 Ada sesak napas atau tidak (RR)
 Adanya pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu pernapasan
3. CIRCULATION
 Nadi teraba atau tidak (frekuensi nadi)
 Tekanan darah
 Sianosis, CRT
 Akral hangat atau dingin, Suhu
 Terdapa perdarahan, lokasi, jumlah (cc)
 Turgor kulit
 Diaphoresis
 Riwayat kehilangan cairan berlebihan

4. DISABILITY
 Kesadaran : composmentis, delirium, somnolen, koma
 GCS : EVM
 Pupil : isokor, unisokor, pinpoint, medriasis
 Ada tidaknya refleks cahaya
 Refleks fisiologis dan patologis
 Kekuatan otot
5. EXPOSURE
 Ada tidaknya deformitas, contusio, abrasi, penetrasi, laserasi, edema
 Jika terdapat luka, kaji luas luka, warna dasar luka, kedalaman
6. FIVE INTERVENTION
 Monitoring jantung (sinus bradikardi, sinus takikardi)
 Saturasi oksigen
 Ada tidaknya indikasi pemasangan kateter urine, NGT
 Pemeriksaan laboratorium
7. GIVE COMFORT
 Ada tidaknya nyeri
 Kaji nyeri dengan
P : Problem
Q : Qualitas/Quantitas
R : Regio
S : Skala
T : Time
8. H 1 SAMPLE
 Keluhan utama
 Mekanisme cedera/trauma
 Tanda gejala
9.H 2 HEAD TO TOE
 Fokus pemeriksaan pada daerah trauma
 Kepala dan wajah

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Ketidak efektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak terhambat
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
c. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan kerusakan
neurovaskuler
d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
f. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
g. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
h. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran

N Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


o Keperawatan

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan NIC :


Perfusi jaringan keperawatan selama 3 x 24
serebral b.d aliran jam, diharapkan suplai aliran Intrakranial Pressure (ICP)
darah ke otak darah keotak lancar dengan Monitoring (Monitor tekanan
terhambat. kriteria hasil: intrakranial)

NOC : Berikan informasi kepada keluarga

Circulation status Set alarm

Tissue Prefusion : cerebral Monitor tekanan perfusi serebral

Kriteria Hasil : Catat respon pasien terhadap stimuli

1. mendemonstrasikan status Monitor tekanan intrakranial pasien dan


sirkulasi yang ditandai respon neurology terhadap aktivitas
dengan :
Monitor jumlah drainage cairan
Tekanan systole dandiastole serebrospinal
dalam rentang yang
Monitor intake dan output cairan
diharapkan
Restrain pasien jika perlu
Tidak ada ortostatikhipertensi
Monitor suhu dan angka WBC
Tidk ada tanda tanda
peningkatan tekanan Kolaborasi pemberian antibiotik
intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHg) Posisikan pasien pada posisi
semifowler
2. mendemonstrasikan
kemampuan kognitif yang Minimalkan stimuli dari lingkungan
ditandai dengan:
Terapi oksigen
berkomunikasi dengan jelas
dan sesuai dengan1. Bersihkan jalan nafas dari sekret
kemampuan
2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif
menunjukkan perhatian,
3. Berikan oksigen sesuai intruksi
konsentrasi dan orientasi
4. Monitor aliran oksigen, kanul
memproses informasi
oksigen dan sistem humidifier
membuat keputusan dengan
5. Beri penjelasan kepada klien tentang
benar
pentingnya pemberian oksigen
3. menunjukkan fungsi sensori
6. Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran mambaik,7. Monitor respon klien terhadap
tidak ada gerakan gerakan
involunter pemberian oksigen

8. Anjurkan klien untuk tetap memakai


oksigen selama aktifitas dan tidur

2 Kerusakan komunikasi Setelah dilakukan tindakan 1. Libatkan keluarga untuk membantu


verbal b.d penurunan keperawatan selama 3 x 24 memahami / memahamkan informasi
sirkulasi ke otak jam, diharapkan klien mampu dari / ke klien
untuk berkomunikasi lagi
dengan kriteria hasil: 2. Dengarkan setiap ucapan klien
dengan penuh perhatian
dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan 3. Gunakan kata-kata sederhana dan
perawat pendek dalam komunikasi dengan
klien
dapat mengerti dan
memahami pesan-pesan4. Dorong klien untuk mengulang kata-
melalui gambar kata

5.
dapat mengekspresikan Berikan arahan / perintah yang
perasaannya secara verbal sederhana setiap interaksi dengan
maupun nonverbal klien

6. Programkan speech-language
teraphy

7. Lakukan speech-language teraphy


setiap interaksi dengan klien

3 Defisit perawatan diri; Setelah dilakukan tindakan NIC :


mandi,berpakaian, keperawatan selama 3x 24
makan, toileting b.d jam, diharapkan kebutuhan Self Care assistance : ADLs
kerusakan mandiri klien terpenuhi,
Monitor kemempuan klien untuk
neurovaskuler dengan kriteria hasil:
perawatan diri yang mandiri.
NOC :
Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
Self care : Activity of Daily bantu untuk kebersihan diri,
Living (ADLs) berpakaian, berhias, toileting dan
makan.
Kriteria Hasil :
Sediakan bantuan sampai klien mampu
Klien terbebas dari bau badan secara utuh untuk melakukan self-
care.
Menyatakan kenyamanan
terhadap kemampuan untuk Dorong klien untuk melakukan aktivitas
melakukan ADLs sehari-hari yang normal sesuai
Dapat melakukan ADLS kemampuan yang dimiliki.
dengan bantuan
Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.

Ajarkan klien/ keluarga untuk


mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.

Berikan aktivitas rutin sehari- hari


sesuai kemampuan.

Pertimbangkan usia klien jika


mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

4 Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan tindakan NIC :


fisik b.d kerusakan keperawatan selama 3x24
neurovaskuler jam, diharapkan klien dapat Exercise therapy : ambulation
melakukan pergerakan fisik
Monitoring vital sign sebelm/sesudah
dengan kriteria hasil :
latihan dan lihat respon pasien saat
Joint Movement : Active latihan

Mobility Level Konsultasikan dengan terapi fisik


tentang rencana ambulasi sesuai
Self care : ADLs dengan kebutuhan

Transfer performance Bantu klien untuk menggunakan


tongkat saat berjalan dan cegah
Kriteria Hasil : terhadap cedera

Klien meningkat dalam aktivitas Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan


fisik lain tentang teknik ambulasi

Mengerti tujuan dari Kaji kemampuan pasien dalam


peningkatan mobilitas mobilisasi

Memverbalisasikan perasaan Latih pasien dalam pemenuhan


dalam meningkatkan kebutuhan ADLs secara mandiri
kekuatan dan kemampuan sesuai kemampuan
berpindah
Dampingi dan Bantu pasien saat
Memperagakan penggunaan mobilisasi dan bantu penuhi
alat Bantu untuk mobilisasi kebutuhan ADLs ps.
(walker)
Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.

Ajarkan pasien bagaimana


merubah posisi dan berikan bantuan
jika diperlukan
5 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan NIC :
berhubungan dengan perawatan selama 3 x 24 jam,
penurunan kesadaran diharapkan pola nafas pasien
efektif dengan kriteria hasil : Airway Management
Buka jalan nafas, guanakan teknik
- Menujukkan jalan nafas chin lift atau jaw thrust bila perlu
paten ( tidak merasa tercekik,
irama nafas normal, frekuensi Posisikan pasien untuk
nafas normal,tidak ada suara memaksimalkan ventilasi
nafas tambahan
Identifikasi pasien perlunya
- NOC : pemasangan alat jalan nafas buatan

Respiratory status : Ventilation Pasang mayo bila perlu

Respiratory status : Airway Lakukan fisioterapi dada jika perlu


patency
Keluarkan sekret dengan batuk
Vital sign Status atau suction

Kriteria Hasil : Auskultasi suara nafas, catat


adanya suara tambahan
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang Lakukan suction pada mayo
bersih, tidak ada sianosis dan
Berikan bronkodilator bila perlu
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, Berikan pelembab udara Kassa
mampu bernafas dengan basah NaCl Lembab
mudah, tidak ada pursed lips)
Atur intake untuk cairan
Menunjukkan jalan nafas yang mengoptimalkan keseimbangan.
paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, Monitor respirasi dan status O2
frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)

Tanda Tanda vital dalam


Oxygen Therapy
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan Bersihkan mulut, hidung dan secret
trakea

Pertahankan jalan nafas yang paten

Atur peralatan oksigenasi

Monitor aliran oksigen

Pertahankan posisi pasien

Onservasi adanya tanda tanda


hipoventilasi

Monitor adanya kecemasan pasien


terhadap oksigenasi
6 Resiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan NIC : Pressure Management
integritas kulit b.d perawatan selama 3 x 24 jam,
immobilisasi fisik diharapkan pasien mampu Anjurkan pasien untuk menggunakan
mengetahui dan mengontrol pakaian yang longgar
resiko dengan kriteria hasil :
Hindari kerutan padaa tempat tidur
NOC : Tissue Integrity : Skin
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
and Mucous Membranes
dan kering
Kriteria Hasil :
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
Integritas kulit yang baik bisa setiap dua jam sekali
dipertahankan (sensasi,
Monitor kulit akan adanya kemerahan
elastisitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi) Oleskan lotion atau minyak/baby oil
pada derah yang tertekan
Tidak ada luka/lesi pada kulit
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Perfusi jaringan baik
Monitor status nutrisi pasien
Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan kulit Memandikan pasien dengan sabun
dan mencegah terjadinya dan air hangat
sedera berulang

Mampu melindungi kulit dan


mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

7 Resiko Aspirasi Setelah dilakukan tindakan NIC:


berhubungan dengan perawatan selama 3 x 24 jam,
penurunan tingkat diharapkan tidak terjadi Aspiration precaution
kesadaran aspirasi pada pasien dengan
Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk
kriteria hasil :
dan kemampuan menelan
NOC :
Monitor status paru
Respiratory Status : Ventilation
Pelihara jalan nafas
Aspiration control
Lakukan suction jika diperlukan
Swallowing Status
Cek nasogastrik sebelum makan
Kriteria Hasil :
Hindari makan kalau residu masih
Klien dapat bernafas dengan banyak
mudah, tidak irama, frekuensi
Potong makanan kecil kecil
pernafasan normal Haluskan obat sebelumpemberian

Pasien mampu menelan, Naikkan kepala 30-45 derajat setelah


mengunyah tanpa terjadi makan
aspirasi, dan
mampumelakukan oral
hygiene

Jalan nafas paten, mudah


bernafas, tidak merasa
tercekik dan tidak ada suara
nafas abnormal

8 Resiko Injury Setelah dilakukan tindakan NIC : Environment Management


berhubungan dengan perawatan selama 3 x 24 jam, (Manajemen lingkungan)
penurunan tingkat diharapkan tidak terjadi
kesadaran trauma pada pasien dengan Sediakan lingkungan yang aman untuk
kriteria hasil: pasien

NOC : Risk Kontrol Identifikasi kebutuhan keamanan


pasien, sesuai dengan kondisi fisik
Kriteria Hasil : dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
penyakit terdahulu pasien
v Klien terbebas dari cedera
Menghindarkan lingkungan yang
v Klien mampu menjelaskan berbahaya (misalnya memindahkan
cara/metode untukmencegah perabotan)
injury/cedera
Memasang side rail tempat tidur
v Klien mampu menjelaskan
factor resiko dari Menyediakan tempat tidur yang
lingkungan/perilaku personal nyaman dan bersih

v Mampu memodifikasi gaya Menempatkan saklar lampu ditempat


hidup untuk mencegah injury yang mudah dijangkau pasien.
Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada Membatasi pengunjung

Mampu mengenali Memberikan penerangan yang cukup


perubahan status kesehatan
Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.

Mengontrol lingkungan dari kebisingan

Memindahkan barang-barang yang


dapat membahayakan

Berikan penjelasan pada pasien dan


keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek GM, Butcher HW, Dochterman JM. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC) ed5.St
Louis: Mosby Elsevier.

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi ed 3. Jakarta: EGC.

Davey, P. 2005. At A Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

Herdman H. 2012. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions and Classifications 2012-
2014. Oxford: Wiley Blacwell.
Mitchell, et al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit ed.7. Jakarta: EGC.

Morrhead S, Johnson M, Maas ML, Swanson E. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) ed4.
St Louis: Mosby Elsevier.

Smeltzer, S., and Barre, B. 2010. Medical Surgical Nursing. Philadelphia : Davis Comp.

Williams, SH., Hopper. 2003. Understanding Medical Surgical Nursing. Philadelphia: Davis Comp.

PATHWAY
Riwayat merokok, konsumsi lemak tinggi

Factor resiko
Hipertensi Aterosklerosis Penggunaan
tidak serebral obat-obatan
herediter
terkontrol narkotik, Jenis kelamin laki2
Penumpukan antikogulan
Peningkatan
blood clot pada oral
tekanan pada
sistem vaskular pembuluh
serebral darah dalam ↑ kekakuan
jangka waktu vaskuler
lama
Rembesan
Gangguan darah Gangguan
Deficit darah
ketidakefektifan perfusi mengenai
Kelainan pada
lobus struktur
Ruptur pembuluh darah mobilitas
perawatan komunikasi lobus
mengenai
↑jaringan
tahananserebral
vasospasme
vaskuler Darah
Metabolisme
masuk
↑ tekanan
Hemoragik
ke dalam
otak
intracranial
serebral
jaringan
tergangguserebral pembuluh Resiko
motorik injuri speech
fisik diri darah otakverbal

Anda mungkin juga menyukai