Anda di halaman 1dari 2

RANCANG BANGUN ALAT BANTU MOBILITAS DAN PEMANTAUAN UNTUK

PENYANDANG TUNANETRA BUTA TOTAL BERBASIS SENSOR


ULTRASONIK, KOMPAS DAN GPS

Muhammad Reno Dwi Kusuma

Program Studi Diploma Teknologi Instrumentasi, Universitas Gadjah Mada

muhammad.reno2407@gmail.com

Abstrak

Tunanetra merupakan kondisi dimana seseorang mengalami gangguan pada indra penglihatannya.
Tingkatan tunanetra digolongkan menjadi dua yaitu yang masih mempunyai penglihatan (low vision)
dan buta total (total blindness). Kondisi ini membatasi mobilitas dan mengganggu aktivitas terutama
mereka yang menyandang buta total, sehingga membutuhkan sebuah alat bantu. Salah satu jenis
alat bantu orientasi dan mobilitas yang dikenal adalah Electronic Travel Aids (ETA). Rancang bangun
ETA yang dibuat dalam bentuk sarung tangan ini menggunakan mikrokontroler Arduino Nano dan
WeMos D1 Mini sebagai sistem kendali. Sistem Navigasi yang dirancang memanfaatkan sensor
ultrasonik yang bertujuan untuk memindai keberadaan objek dengan umpan balik dalam bentuk
virabsi yang dihasilkan oleh vibrator, serta sensor kompas yang digunakan untuk mengetahui arah
mata angin yang dituju pengguna dengan umpan balik suara yang dihasilkan oleh modul MP3. Sistem
pemantauan dirancang dalam bentuk aplikasi android yang didukung oleh sensor GPS dengan
mengetahui titik latitude dan longitude yang lalu dikirimkan ke basis data melalui internet. Rancang
bangun ETA berhasil dibuat dan dilakukan uji coba kepada lima orang yang menyandang buta total
dan mendapatkan hasil bahwa rancang bangun dapat melengkapi ragam bentuk cara peningkatan
orientasi dan mobilitas dalam beraktivitas. Selain itu didapatkan hasil nilai error pembacaan sensor
ultrasonik sebesar 0.11% dengan kalibrasi regresi linear bernilai Y = 0.978X + 0.2289, nilai error GPS
sejauh 6.10 m dan nilai kompas sebesar 2.51%. Sistem pemantauan berhasil dilakukan dengan
mengetahui titik lokasi pengguna melalui aplikasi android saat melakukan uji coba di Gelanggang
UGM Yogyakarta.

Kata Kunci : ETA, Tunanetra Buta Total, Orientasi dan Mobilitas,

PENDAHULUAN hal yang penting ini tidak dimiliki oleh mereka yang

Penglihatan merupakan isyarat utama yang menyandang tunanetra. Tunanetra sendiri

digunakan oleh manusia untuk melakukan orientasi merupakan kondisi dimana seseorang mengalami

dan mobilitas sehari-hari dengan melakukan gangguan atau hambatan dalam indra

pemindaian objek yang akan dilaluinya yang pada penglihatannya. Tunanetra berdasarkan tingkat

normalnya dilakukan oleh indra penglihatan. Namun gangguannya dikategorikan menjadi dua yaitu yang
masih mempunyai penglihatan (low vision) dan buta
total (total blindness). Bagi para penyandang buta
total, indra penglihatan harus digantikan dengan
mengandalkan indra lainnya yaitu indra
pendengaran dan indra peraba, namun hal ini
bukanlah proses yang mudah dan membutuhkan
proses adaptasi. Proses adaptasi dalam perubahan
pengindraan ini membatasi mobilitas dan aktifitas
para penyandang buta total, sehingga
mempengaruhi tingkat produktifitas suatu komunitas
yang akan menjadi suatu masalah besar yang
dimana jumlah penyandang tunanetra meningkat
tiap tahunnya.
Menurut statistik WHO yang dikutip Kumar
pada tahun 2013, 314 juta orang di seluruh dunia
menyandang tunanetra. Dari angka tersebut, 45 juta
orang mengalami buta total. Jumlah yang sudah bisa
dikatan cukup banyak ini sudah seharusnya menjadi
sebuah tantangan bagi para peneliti untuk ikut turun
tangan menemukan solusi dalam bentuk alat bantu
mobilitas dengan memanfaatkan teknologi yang
sudah berkembang saat ini.

Anda mungkin juga menyukai