Pada Subbab IV.1, analisis isotop stabil mata air dingin di daerah penelitian
menghasilkan persamaan garis air meteorik lokal, yaitu:
δ2H = 8 δ18O + 12 (Persamaan IV.1).
18
Garis air meteorik lokal ini menunjukkan nilai isotop O yang lebih ringan
dibandingkan garis air meteorik global, seperti yang terlihat pada Gambar IV.1.
Penentuan komposisi isotop 2H dan 18O fluida reservoir dihitung berdasarkan proses-
proses yang memengaruhi fluida panasbumi sebelum hadir di permukaan sebagai
manifestasi. Perhitungan dilakukan berdasarkan kesetimbangan massa seperti
menghitung kandungan klorida (Cl) fluida reservoir di Subbab IV.5. Perhitungan
komposisi isotop di reservoir menggunakan rumus kesetimbangan panas, massa, dan
isotop yang disajikan di Lampiran C.
Komposisi air reservoir pada sistem panasbumi Gunung Gede adalah -7,1‰ δ18O dan
-64‰ δ2H, sehingga titik potong ke arah garis air meteorik lokal adalah -9,5‰ δ18O
dan -64‰ δ2H (Gambar V.1) untuk air resapan. Sistem panasbumi Gunung Pancar
memiliki komposisi isotop air reservoir -6,6 ‰ δ18O dan -44,1 ‰ δ2H, titik potong
dengan garis air meteorik lokal adalah -7‰ δ18O dan -44,1‰ δ2H (Gambar V.2) untuk
air resapan.
Dalam pembahasan isotop hidrogeologi (Subbab IV.1) hubungan linear antara isotop
18
O dan 2H terhadap elevasi dan garis lintang telah menghasilkan empat persamaan
garis lurus (Persamaan IV.2 – IV.5). Kandungan isotop air resapan kemudian diplot
pada diagram elevasi terhadap isotop 18O dan 2H, serta diagram garis lintang terhadap
isotop 18O dan 2H, seperti terlihat pada Gambar V.4 dan V.5.
Hasil plot pada Gambar V.4 dan V.5 menunjukkan bahwa secara umum area resapan
airtanah di daerah penelitian berada pada ketinggian 800-2.500 meter dan garis lintang
9.253.200-9.265.800 mS (Tabel V.1). Daerah resapan airtanah tersebut dibatasi oleh
topografi daerah penelitian dan juga keterdapatan manifestasi panasbumi Gunung Gede
dan Gunung Pancar.
Tabel V. 1 Hasil penentuan daerah resapan airtanah untuk sistem panasbumi Gunung
Gede dan Gunung Pancar.
Gunung Gede Gunung Pancar
18O -9,5 -7,0
Isotop (‰)
2H -64 -44,3
18O 2.450 800
Elevasi (m)
2H 2.500 900
18O 9.254.000 9.265.000
Garis lintang (mS)
2H 9.253.200 9.266.000
Ketiga sampel tritium memiliki nilai antara 2,04 – 3,66 TU. Berdasarkan Motzer
(2008), nilai tritium unit 0,8 – 4 TU merupakan campuran airtanah submoderen dengan
airtanah yang baru meresap. Airtanah submoderen adalah airtanah yang meresap
sebelum tahun 1952. Nilai tritium air dingin menunjukkan bahwa air dingin memiliki
umur 10 hingga 65 tahun.
Gambar V.6 menunjukkan bahwa daerah resapan sistem panasbumi Gunung Gede
berada pada zona FFD cukup tinggi (30-60 km/100km2). Daerah ini merupakan bagian
dari satuan batuan vulkanik Gunung Gede, Gunung Mas, dan Gunung Pangrango
(Gambar V.7), setiap satuan batuan vulkanik tersebut terdiri dari lava dan endapan
piroklastik andesitik.
Berdasarkan peta geologi pada Gambar III.2, bagian utara hingga baratlaut Gunung
Gede dipengaruhi oleh litologi batuan vulkanik lebih tua (produk vulkanik Gunung
Mas dan Gunung Pangrango) dibandingkan bagian timur (produk vulkanik Gunung
Gede). Bagian utara hingga baratlaut Gunung Gede sudah mengalami proses erosi dan
juga tektonik yang lebih intensif. Dengan demikian, litologi di daerah utara dan
baratlaut diperkirakan lebih permeabel untuk tempat infiltrasi air hujan.
Gambar V. 3 Diagram hubungan elevasi terhadap isotop 18O dan 2H untuk penentuan
elevasi daerah resapan air meteorik lokal sistem panasbumi Gunung Gede (a) dan
Gunung Pancar (b).
Gambar V. 4 Diagram hubungan garis lintang terhadap isotop 18O dan 2H untuk
penentuan garis lintang daerah resapan air meteorik lokal sistem panasbumi Gunung
Gede (a) dan Gunung Pancar (b).
Manifestasi mata air panas di daerah Gunung Gede menunjukkan konsentrasi isotop
18
O dan 2H yang lebih ringan dibandingkan konsentrasi isotop 18
O dan 2H reservoir
(Gambar V.1). Perubahan konsentrasi isotop diakibatkan oleh proses-proses bawah
permukaan yang menyertai pergerakan fluida. Pemisahan fasa (pendidihan) pada
18
umumnya memungkinkan pengayaan isotop O dan 2H pada fasa cairan (liquid),
namun percampuran antara air reservoir, air sisa kondensasi uap, dan air meteorik di
dekat permukaan membuat konsentrasi isotop manifestasi lebih ringan (Gambar IV.1).
Hal ini ditandai dengan tingginya nilai magnesium (Mg2+) pada sampel mata air panas
Gunung Gede (APGP5) dan Green Apple (APGP3), yaitu 91,46 dan 152,22 mg/kg.
Informasi geologi dan geokimia di atas mengindikasikan bahwa air meteorik untuk
mata air panas di daerah Gunung Gede mengalir melalui batuan pada jarak yang lebih
menengah, yaitu daerah resapan dan daerah keluaran manifestasi melewati suatu
tinggian (Toht, 1964).
Mata air panas di daerah Gunung Pancar menunjukkan konsentrasi isotop 18O dan 2H
lebih ringan dibandingkan di reservoir (Gambar V.2), yang dapat terjadi karena proses
interaksi air dengan batuan. Berdasarkan peta geologi (Gambar III.2), peta FFD
(Gambar III.4) dan juga data geofisika pada Subbab III.5, mata air panas di daerah
Gunung Pancar berada di dekat struktur geologi. Keberadaan sesar memungkinkan
percampuran airtanah yang baru meresap dengan air panas tersebut, sehingga pengaruh
percampuran dengan airtanah di dekat permukaan cukup dominan. Hal ini dapat dilihat
pada plot isotop 18O dan 2H manifestasi air panas Gunung Pancar yang berada di dekat
garis air meteorik lokal pada Gambar IV.1, selain itu konsentrasi Mg2+ untuk
manifestasi Gunung Pancar (7,8 mg/kg) dan Kawah Merah (17,5 mg/kg) juga cukup
tinggi (Tabel IV.2). Berdasarkan hasil analisis di atas, air tanah pada sistem panasbumi
Gunung Pancar terinfiltrasi pada jarak menengah.
Gambar V. 5 Tumpang tindih antara peta topografi, FFD, dan juga elevasi daerah resapan sistem panasbumi Gunung Gede dan
Gunung Pancar.
Gambar V. 6 Tumpang tindih peta geologi, FFD, dan juga darah resapan sistem panasbumi Gunung Gede dan Gunung Pancar.