PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Roda perekonomian didalam suatu negara, tidak terlepas dari peran dan fungsi bank
dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf
hidup masyarakat di suatu negara. Kemudian pelaksanaan penghimpun dan penyaluran dana
masyarakat tersebut perlu diawasi dan diatur dengan suatu peraturan hukum yang diharapkan
dapat menciptakan ketertiban dan kepastian hukum, serta menjamin rasa adil bagi masyarakat
dalam aktifitas perbankan itu sendiri.
Pada awalnya bank hanyalah tempat pentimpanan benda-benda berharga milik
saudagar yang khawatir terhadap kejahatan pencurian. Kemudian perbankan pertama kali
didirikan di Italia, kota dagang Venesia dan Goa pada awal abad ke-14. Sedangkan di
Indonesia sendiri bank dikenal tahun 1824, pada zaman pemerintahan Hindia Belanda yang
dikenal dengan nama Handel Maatchappi (NHM), yang sekarang kita kenal dengan Bank
Ekspor Impor (BEI).
Seiring berjalannya waktu, perbankan juga mengalami perkembangan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Di Indonesia sendiri yang mayoritas penduduknya menganut Agama
Islam.
Kemunculan perbankan syariah dan lembaga-lembaga keuangan islam lainnya di
Indonesia ini merupakan fenomena menarik yang kehadirannya tidak terlepas dari pengaruh
beberapa factor. Pertama, kepercayaan kaum muslimin bahwa di samping sebagai sebuah
agama dalam pengertian sebuah system kepercayaan. Sejalan dengan tujuan pembangunan
nasional Indonesia untuk mencapai terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan
demokrasi ekonomi, dikembangkan system ekonomi yang berlandaskan pada nilai keadilan,
kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syariah.
Berdirinya perbankan syariah di Indonesia juga berada dalam pengawasan Dewan
Syariah Nasional dan ada undang-undang yang mengatur secara khusus tentang operasional
perbankan syariah. Maka di makalah ini akan sedikit membahas tentang beberapa aspek
hukum dalam perbankan syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum ?
2. Apa pengetian dan dasar hukum perbankan syariah ?
3. Apa saja produk penyaluran dana dalam perbankan syariah ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian hukum secara umum.
2. Untuk mengetahui pengertian dari perbankan syariah dan dasar hukum yang
melandasi beroperasinya perbankan syariah.
3. Untuk mengetahui produk apa saja yang termasuk dalam penyaluran dana perbankan
syariah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan. dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan
masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan
sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang
berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan
kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas
kekuasaan politik serta cara perwakilan mereka yang akan dipilih. Administratif hukum
digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari pemerintah, sementara hukum
internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari
perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan militer. filsuf Aristotle menyatakan bahwa
"Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari pada dibandingkan dengan peraturan
tirani yang merajalela."
Hingga saat ini, belum ada kesepahaman dari para ahli mengenai pengertian hukum.
Telah banyak para ahli dan sarjana hukum yang mencoba untuk memberikan pengertian atau
definisi hukum, namun belum ada satupun ahli atau sarjana hukum yang mampu memberikan
pengertian hukum yang dapat diterima oleh semua pihak. Ketiadaan definisi hukum yang
dapat diterima oleh seluruh pakar dan ahli hukum pada gilirannya memutasi adanya
permasalahan mengenai ketidaksepahaman dalam definisi hukum menjadi mungkinkah
hukum didefinisikan atau mungkinkah kita membuat definisi hukum? Lalu berkembang lagi
menjadi perlukah kita mendefinisikan hukum?
Ketiadaan definisi hukum jelas menjadi kendala bagi mereka yang baru saja ingin
mempelajari ilmu hukum. Tentu saja dibutuhkan pemahaman awal atau pengertian hukum
secara umum sebelum memulai untuk mempelajari apa itu hukum dengan berbagai macam
aspeknya. Bagi masyarakat awam pengertian hukum itu tidak begitu penting. Lebih penting
penegakannya dan perlindungan hukum yang diberikan kepada masyarakat. Namun, bagi
mereka yang ingin mendalami lebih lanjut soal hukum, tentu saja perlu untuk mengetahui
pengertian hukum. Secara umum, rumusan pengertian hukum setidaknya mengandung
beberapa unsure.
Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam masyarakat. Peraturan
berisikan perintah dan larangan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Hal
ini dimaksudkan untuk mengatur perilaku manusia agar tidak bersinggungan dan merugikan
kepentingan umum.
Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaga atau badan yang berwenang untuk itu.
Peraturan hukum tidak dibuat oleh setiap orang melainkan oleh lembaga atau badan yang
memang memiliki kewenangan untuk menetapkan suatu aturan yang bersifat mengikat bagi
masyarakat luas.
Penegakan aturan hukum bersifat memaksa. Peraturan hukum dibuat bukan untuk
dilanggar namun untuk dipatuhi. Untuk menegakkannya diatur pula mengenai aparat yang
berwenang untuk mengawasi dan menegakkannya sekalipun dengan tindakan yang represif.
Meski demikian, terdapat pula norma hukum yang bersifat fakultatif/melengkapi. Hukum
memliki sanksi dan setiap pelanggaran atau perbuatan melawan hukum akan dikenakan
sanksi yang tegas. Sanksi juga diatur dalam peraturan hukum.
Prinsip Sewa
Sewa menyewa pada dasarnya merupakan transaksi sewa guna usaha atau leasing. Oleh
karena itu sebagaimana dalam praktek, sewa guna usaha bisa dalam bentuk sewa guna usaha
dengan hak opsi atau financial lease dan sewa guna usaha tanpa hak opsi atau operating
lease.
1. Ijarah
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip
ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada objek
transaksinya. Bila pada jual beli objek transinya adalah barang, maka pada ijarah objek
transaksinya adalah jasa.
Dewan Syarah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa tentang ijarah No. 09/DSN-
MUI/VI/2000 tentang Pembiayaan Ijarah. Dimana didalamnya mengatur mengenai :
a. Rukun dan syarat ijarah
b. Ketentuan obyek ijarah
c. Kewajiban LKS dan nasabah dalam pembiayaan ijarah
d. Perselisihan
Bagi hasil atau profit sharing dalam perbankan berdasarkan prinsip syariah. Yang paling
banyak diimplementasikan dalam perbankan syariah ada dua prinsip bagi hasil, yaitu al-
mudharabah dan al-musyarakah.
1. Pembiayaan Mudharabah
Bentuk perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih di mana salah satu pihak
menyediakan dana dan pihak lainnya menyediakan tenaga atau keahlian. Pemilik modal
(shahibul maal) menyediakan seluruh kebutuhan modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola (mudharib).
a. Ketentuan pembiayaan
2. Pembiayaan Musyarakah
Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau keahlian dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Dalam perbankan biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek di mana nasabah dan
bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut.
Dewan Syarah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa tentang pembiayaan
musyarakah No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah. Dimana
didalamnya mengatur mengenai beberapa ketentuan :
a. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad)
b. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum
c. Obyek akad (modal, kerja, keuntungan, dan kerugian)
d. Biaya operasional dan persengketaan
Akad Pelengkap
1. Hawalah
Transaksi mengalihkan utang piutang. Dalam perbankan syarah fasilitas hawalah
lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan
produksinya. Karena kebutuhan supplier akan likuiditas, maka ia meminta bank untuk
mengambil alih piutangnya. Bank akan menerima pembayaran dari pemilik proyek.
Dewan Syarah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa tentang hawalah No.
12/DSN-MUI/VI/2000 tentang Hawalah. Dimana didalamnya mengatur mengenai :
a. Ketentuan Umum dalam Hawalah
b. Perselisihan
2. Wakalah
Dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank
untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C,
inkaso dan transfer uang.
Dewan Syarah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa tentang wakalah No.
10/DSN-MUI/IV/2000 tentang Wakalah. Dimana didalamnya mengatur mengenai :
a. Ketentuan tentang Wakalah
b. Rukun dan Syarat Wakalah
c. Perselisihan
3. Kafalah
Bisa dikatakan garansi bank, merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban piha kedua atau yang ditanggung.
Dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran.
Dewan Syarah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa tentang Kafalah No. 11/DSN-
MUI/VI/2000 tentang Kafalah. Dimana didalamnya mengatur mengenai :
a. Ketentuan umum kafalah
b. Rukun dan syarat kafalah
c. perselisihan
4. Qardh
Adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam empat hal,
yaitu sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan pinjaman
talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Nasabah akan
melunasinya sebelum keberangkatan haji.
Dewan Syarah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa tentang al-Qardh No.
19/DSN-MUI/IV/2000 tentang Al-Qardh. Dimana didalamnya mengatur mengenai :
a. Ketentuan umum al-Qardh
b. Sanksi
c. Sumber Dana
d. Perselisihan
5. Rahn
Merupakan perjanjian penyerahan barang untuk menjadi agunan dari fasilitas
pembayaran yang diberikan. Tujuan akad rahn untuk memberikan jaminan pembayaran
kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.
Dewan Syarah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa tentang rahn No. 25/DSN-
MUI/III/2002 tentang Rahn. Dimana didalamnya mengatur mengenai :
a. Hukum
b. Ketentuan Hukum
c. Ketentuan peutup
BAB III
PENUTUP
DAFTAR ISI