Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi seperti sekarang ini sudah banyak di Indonesia


pesantren-pesantren yang berbasis modern, dimana pesantren tersebut memiliki
kurikulum berbasis salafiah dan negri. Pesantren modern ini tidak jauh tingkat
pendidikannya dengan SMA dan SMP maupun sejajarannya. Dilihat dari kualitas
pesantren ini sama dengan instansi pendidikan lainnya sehingga kuantitas santri
juga menjulang tinggi sehingga menyebabkan munculnya permasalahan dibidang
kesehatan ditinjau dari prilaku hidup bersih dan sehat santri.
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat
penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan
dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh individu dan
kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya disebabkan oleh masalah kebersihan
yang kurang di perhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah
kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut di biarkan terus
menerus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum (Wartonah, 2003).

Mandi setiap hari minimal 2 kali sehari secara teratur dengan


menggunakan sabun, muka harus bersih, telinga juga harus dibersihkan serta
bagian genitalia. Tangan harus dicuci sebelum menyiapkan makanan dan
minuman, sebelum makan, sesudah buang air besar atau buang air kecil.Kuku
digunting pendek dan bersih, agar tak melukai kulit atau menjadi sumber infeksi.
Pakaian perlu diganti sehabis mandi dengan pakaian yang habis dicuci bersih
dengan sabun/detergen, dijemur di bawah sinar matahari dan disetrika (Wolf,
2000).

Berdasarkan penelitian Ma’rufi (2005) di Pondok Pesantren Lamongan,


penilaian higiene perorangan dalam penelitian tersebut meliputi frekuensi mandi,
memakai sabun atau tidak, pakaian dan handuk bergantian,dan kebersihan alas
tidur. Sebagian besar santri di Pesantren Lamongan (63%) mempunyai higiene
perorangan yang jelek dengan prevalensi penyakit skabies 73,70%. Perilaku yang
tidak mendukung berperilaku hidup bersih dan sehat dalam mencegah skabies
diantaranya adalah sering memakai baju atau handuk bergantian dengan teman
serta tidur bersama dan berhimpitan dalam satu tempat tidur.
Bakteri, bersama-sama dengan jamur dengan jamur dan virus, dapat
menyebabkan banyak penyakit kulit. Infeksi bakteri pada kulit yang paling sering
adalah pioderma. Manifestasi klinis infeksi bakteri pada kulit sangat bervariasi,
sesuai dengan bakteri penyebabnya, bagian tubuh yang dikenai, dan keadaan
imunologik penderita (Harahap, 2000).

Scabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau
yang bahasa latinnya sarcoptes scabei. Scabies biasanya adanya rasa gatal pada
malam hari merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan
produktivitas. Penyakit skabies merupakan penyakit yang mudah menular.
Penyakit ini dapat ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit)
misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan melalui hubungan seksual.
Penularan secara tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan selimut (Djuanda, 2007).

Pengetahuan dasar tentang penyakit scabies ini ditemukan oleh Bemomo


pada tahun 1687 ,penyebabnya ditemukan pertama kali oleh Melanby dengan
melakukan percobaan induksi pada sukarelawan pada perang dunia ke II.
Penyakit scabies sudah di kenal lebih dari 100 tahun yang lalu, sebagian akibat
infestasi tungau yang dinamakan Acurws scabies atau Sarcoptes scabiei.Yaian
hominis kutu ini khusus menyerang dan menjalani siklus hidupnya dalam lapisan
tanduk kulit manusia. ( Him Anwar makatutu, 1990).

Scabies adalah suatu penyakit yang banyak terdapat di negara kita,


terutama dikenal umum pada masa pendudukan tentara Jepang, sering disebut
orang pada masa itu sebagai Penyakit Prajurit Jepang atau (PPJ) karena pada
umumnya di derita pada orang PPJ. Penyakit ini juga banyak terjadi pada jaman
gestapu (gerakan 30 September) sehingga pada jaman itu disebut sebagai
penyakit gestapur. (Jonatan Oswari, l99l).

Penyakit scabies dapat menyerang negara beriklim tropis maupun


subtropis, seperti Afrika, Mesir, Amerika tengah dan selatan, Australia tengah
dan utara, kepulauan Karibia, Asia tenggara dan India. Jenis kelamin, usia, ras
dan status sosial ekonomi tidak mempengaruhi penyakit ini namun banyak
dipengaruhi kepadatan hunian dan kemiskinan (Shelley & Currie, 2007). Menurut
WHO tahun 1980 di India skabies pada anak menjadi penyakit kulit paling tinggi .
Setiap tahun terdapat 300 juta orang di seluruh dunia menderita skabies pada
akhir abad 19 (Zayyid et al, 2010).
Di indonesia sendiri menurut Depkes RI menunjukkan bahwa prevalensi
skabies di Indonesia tahun 2002 sebanyak 4,6%-12,95% dan skabies menduduki
urutan ketiga dari 12 kejadian penyakit kulit terbanyak. Bagian Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1988, dijumpai
704 kasus skabies merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru. Tahun 1989 dan
1990 prevalensi skabies adalah 6% dan 3,9%. Dan pada tahun 2008 menurut
Depkes RI angka kejadian skabies adalah 5,6-12,95% (Depkes RI, 2004).

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan pengamatan sepintas, tentang hal-hal yang bisa menyebabkan
penularan pada penyakit scabies, terutama pada pondok pesantren yang dimana
satu ruangan asrama atau kamar mandi bisa dipakai berbarengan dan kebiasaan
santri untuk saling berbagi handuk, sabun, pakaian, hubungan seksual dan
sebagiannya yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit scabies, maka
perumusan masalah yang dapat dikembangkan adalah bagaimana hubungan
prilaku hidup sehat dan bersih terhadap penyakit scabies di Pondok Pesantren
Darul Arqam Muhammadiyah Garut tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungannya prilaku hidup sehat dan bersih
terhadap penyakit scabies di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah
Garut tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui hubungan kebersihan tempat tidur dan sprei


terhadap penyakit scabies di Pondok Pesantren Darul Arqam
Muhammadiyah Garut.
1.3.2.2 Untuk mengetahui hubungan kebersihan kamar tidur dan kamar
mandi terhadap penyakit scabies di Pondok Pesantren Darul
Arqam Muhammadiyah Garut.
1.3.2.3 Untuk mengetahui hubungan prilaku hidup sehat dan bersih
terhadap penyakit scabies di Pondok Pesantren Darul Arqam
Muhammadiyah Garut.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi Pondok Pesantren


Dapat menjadi masukan terhadap perbaikan kebiasaan hidup yang
merugikan bagi kesehatan Pondok pesantren terutama pada prilaku kebersihan
yang kurang baik, sehingga dapat menjaga kesehatan diri khususnya yang
berkaitan dengan penyakit kulit infeksi.
1.4.2 Manfaat bagi Peneliti lain
Dapat digunakan sebagai masukan yang berkaitan dengan penyakit kulit
infeksi untuk penelitian lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai