Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS

Selulitis Preseptal

Pembimbing
dr. Sophia Marviani, Sp.M

Disusun oleh
Michael Jaya 2014-061-151
Yosephine Santoso 2014-061-152
Stefano Giovani 2014-061-154

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA
RSUD R. SYAMSUDIN, SH - SUKABUMI
PERIODE 13 FEBRUARI – 18 MARET 2017

BAB I
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
 Nama : Ny. ER
 Umur : 63 tahun
 Alamat : Cisaat
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Pendidikan : SD
 Status pernikahan : Janda
 Agama : Islam
 Tanggal Masuk : 21 Februari 2017
 Tanggal Pemeriksaan : 22 Februari 2017

II. Anamnesis (Aloanamnesis)


A. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan bengkak dan merah pada sekeliling mata kanan 7 hari SMRS

B. Keluhan Tambahan
Nyeri pada bengkak di sisi mata kanan dan mata kanan merah

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke poli bagian mata karena mengeluhkan adanya bengkak dan merah
pada sekeliling mata kanan sejak 7 hari SMRS. Bengkak tersebut muncul tiba-tiba setelah
bangun tidur pagi hari 7 hari SMRS lalu bewarna kemerahan pada kulit dan mata serta
disertai nyeri pada bagian tersebut. Pasien hanya meneteskan obat rohto pada mata kanan 3
kali sehari. Bengkak dirasakan membesar dan menyebar sampai ke bagian dahi dan pipi
kanan. 1 hari SMRS, pasien mengeluhkan muncul darah bercampur nanah dari bagian
ujung mata bawah dekat pipi kanan, sehingga pasien berobat ke poli bagian mata.
Pasien tidak mengeluhkan adanya demam, silau, rasa gatal pada kelopak, sulit
membuka mata dipagi hari, dan adanya penyakit infeksi sebelumnya.Pasien mempunyai
gangguan penglihatan tetapi sudah terjadi sudah sejak lama dan tidak bertambah buruk
sejak munculnya keluhan ini. Pasien mengatakan bahwa keluhan ini baru muncul pertama
kali.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat Diabetes Mellitus tidak terkontrol sejak 5 tahun SMRS
 Riwayat Hipertensi tidak terkontrol sejak 5 tahun SMRS
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat trauma : disangkal
 Riwayat operasi : disangkal
 Riwayat penyakit mata : disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga


 Pasien menyangkal adanya keluhan yang serupa yang dialami oleh anggota
keluarga lainnya.

F. Riwayat Pengobatan
 Pasien memberikan obat tetes rohto 6 hari SMRS pada mata kanan

III. Pemeriksaan Fisik

1
A. Status Generalis
 Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 160/90 mmHg
 Nadi : 65 kali/ menit
 Laju napas : 18 kali/ menit
 Suhu : 370C
 Berat badan : 40 kg
 Kalvarium : normocephali, deviasi (-)
 Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
 Hidung : deviasi (-), sekret -/-, darah -/-, hipertrofi mukosa (-)
hiperemis (-)
 Mulut : mukosa oral basah, angular chelitis (-)
 Telinga : sekret -/-, darah -/-, KGB preaurikula tidak teraba
 Leher : trakea di tengah, struma (-), KGB tidak teraba
 Paru : bunyi nafas vesikular +/+, ronki -/-, wheezing -/-
 Jantung : bunyi jantung 1 & 2 reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen:
Inspeksi : cembung
Auskultasi : BU +, 5 kali per menit
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani seluruh regio abdomen

B. Pemeriksaan Oftalmologi
Variabel Oculus Dextra Oculus Sinistra
Visus 5/30 5/20
Kedudukan Bola Mata Ortoforia Ortoforia
Proptosis (-) Proptosis (-)
Gerakan Bola Mata Normal ke segala arah Normal ke segala arah
Konjungtiva
Tarsalis Superior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Tarsalis Inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Bulbi Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi silier (-) Injeksi silier (-)
Chemosis (-) Chemosis (-)
Subkonjungtiva Perdarahan Perdarahan
subkonjungtiva (-) subkonjungtiva (-)
Kornea Jernih Jernih
Edema (-) Edema (-)

2
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Bilik Mata Depan Jernih Jernih
Kedalaman: dalam Kedalaman: dalam
Hifema (-) Hifema (-)
Hipopion (-) Hipopion (-)
Iris Warna coklat kehitaman Warna coklat kehitaman
Kriptus (+) Kriptus (+)
Edema (-) Edema (-)
Sinekia (-) Sinekia (-)
Pupil Isokor Isokor
Bulat Bulat
Diameter 3 mm (tanpa Diameter 3 mm (tanpa
midriatikum) midriatikum)
Refleks Pupil Direk (+) dan indirek (+) Direk (+) dan indirek (+)
Lensa Keruh pada pinggir Keruh pada pinggir
lensa; shadow test (-) lensa; shadow test (-)
Sekret (-) (-)
Tekanan Intraokular Palpasi : Normal Palpasi : Normal
Tonometri digital : tidak Tonometri digital : tidak
dilakukan dilakukan
Tonometri Schiotz: tidak Tonometri Schiotz: tidak
dilakukan dilakukan
Kelopak mata bagian Hiperemis (-) Hiperemis (-)
atas Edema (-) Edema (-)
Pustule (-) Pustule (-)
Kelopak mata bagian Hiperemis (+) Hiperemis (-)
bawah Krusta (+) Krusta (-)
Darah (-) Darah (-)
Pus (-) Pus (-)
Fluktuasi (-) Fluktuasi (-)
Edema (-) Edema (-)
Pustule (-) Pustule (-)

C. Pemeriksaan Penunjang
Gula darah sewaktu : 363 g/dL

IV. Resume

3
Pasien wanita, 63 tahun, datang ke poli bagian mata karena mengeluhkan adanya
bengkak dan merah pada sekeliling mata kanan sejak 7 hari SMRS yang muncul tiba-tiba
dan disertai rasa nyeri. Pasien hanya meneteskan obat rohto pada mata kanan 3 kali sehari.
Bengkak dirasakan membesar dan menyebar sampai ke bagian dahi dan pipi kanan. 1 hari
SMRS, pasien mengeluhkan muncul darah bercampur nanah dari bagian ujung mata bawah
dekat pipi kanan, sehingga pasien berobat ke poli bagian mata. Pasien mempunyai
gangguan penglihatan tetapi sudah terjadi sudah sejak lama dan tidak bertambah buruk
sejak munculnya keluhan ini. Pasien mengatakan bahwa keluhan ini baru muncul pertama
kali.
Pasien mempunyai riwayat diabetes mellitus dan hipertensi tidak terkontrol sejak 5
tahun SMRS

Pemeriksaan Generalisata
Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 160/90 mmHg
 Nadi : 65 kali/ menit
 Laju napas : 18 kali/ menit
 Suhu : 370C

Pemeriksaan Oftalmologi
Visus : 5/30 5/20
Lensa : Keruh pada pinggir lensa ODS, shadow test (-)
Kelopak mata bagian bawah kanan : hiperemi(+), krusta (+), fluktuasi (-),
darah dan pus (-)
Pemeriksaan penunjang : GDS : 363 g/dL

V. Diagnosis Kerja
Sellulitis Preseptal OD
Low Vision ODS ec katarak senilis insipient dd/ suspek DM retinopati , suspek
hipertensi retinopati
Diabetes mellitus tipe II tidak terkontrol
Hipertensi grade II

VI. Penatalaksanaan
Rawat dalam bangsal
Ceftriaxone 2 x 1 gr IV selama 3 hari
Ofloxacin 6 x 2 gtt OD
Paracetamol 3 x 500 mg jika nyeri
Konsul IPD untuk kontrol diabetes mellitus dan hipertensi

VII. Prognosis
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : bonam
 Quo ad sanationam : dubia

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Orbita

5
Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir yang berada di
antara fossa kranial anterior dan sinus maksilaris. Tiap orbita berukuran sekitar 40
mm pada ketinggian, kedalaman, dan lebarnya. Orbita dibentuk oleh 7 buah tulang:
 Os. Frontalis
 Os. Maxillaris
 Os. Zygomaticum
 Os. Sphenoid
 Os. Palatinum
 Os. Ethmoid
 Os. Lacrimalis

Secara anatomis orbita dibagi menjadi enam sisi, yaitu:

1. Dinding medial, terdiri dari os maxillaris, lacrimalis, ethmoid, dan sphenoid.


2. Dinding lateral, terdiri dari sebagian tulang sphenoid dan zygomaticum.
3. Langit- langit, berbentuk triangular, terdiri dari tulang sphenoid dan frontal.
4. Lantai, terdiri dari os. Palatina, maxillaris, dan zygomaticum.
5. Basis orbita, merupakan bukaan anterior orbita.
6. Apeks orbita, merupakan bagian posterior orbita dimana keempat dinding
orbita bekonvergensi, memiliki dua orifisium yaitu kanal optikus dan fisura
orbital superior.

2.2. Selulitis preseptal


Selulitis preseptal adalah infeksi pada jaringan subkutan di anterior septum orbital.
Selulitis preseptal harus dibedakan dengan selulitis orbita yang lebih jarang terjadi
namun merupakan penyakit yang lebih serius. Selulitis preseptal dapat secara cepat
berkembang menjadi selulitis orbital.

Etiologi
Trauma pada kulit seperti laserasi atau gigitan serangga dapat menyebabkan selulitis
preseptal. Organisme yang biasanya menjadi peanyebab adalah S. aureus dan S.

6
pyogenes. Selain itu juga dapat merupakan penyebaran dari infeksi local, seperti dari
hordeolum akut, dacryocystitis, atau sinusitis. Sumber lainnya adalah dari infeksi
daerah lain seperti saluran pernapasan atas atau telinga bagian tengah yang menyebar
secara hematogen.

Manifestasi klinis
Selulitis preseptal bermanifestasi sebagai inflamasi pada kelopak mata unilaterall
yang merah dan nyeri dengan edema periorbital. Untuk membedakan dengan selulitis
orbital, pada selulitis preseptal tidak ditemukan proptosis dan chemosis, tidak ada
gangguan pada akuitas visual, reaksi pupil, dan motilitas okular.

Diagnosis
CT scan menunjukkan opaksifikasi pada anterior dari septum orbital.

Tata Laksana
Antibiotik dapat diberikan secara oral dengan coamoxiclav 500/125 mg setiap 8 jam.
Namun untuk infeksi yang berat mungkin membutuhkan antibiotic secara intravena.

2.3. Selulitis orbita


Selulitis orbita merupakan infeksi yang mengancam nyawa pada jaringan lunak di
belakang septum orbita. Selulitis orbita dapat terjadi pada berbagai sia namun lebih
umum terjadi pada anak-anak. Bakteri yang menjadi penyebab yang paling umum
adalah S. pneumoniae, S. aureus, S. pyogenes, dan H. influenzae.

Patogenesis

Infeksi dapat berasal dari sinus, yang paling sering adalah ethmoid, dan biasanya
menyerang anak-anak dan dewasa muda. Ekstensi dari selulitis preseptal melalui
septum orbita juga dapat berkembang mejadi selulitis orbita. Penyebaran lokal dari
dacryocystitis yang berdekatan, infeksi gigi atau wajah bagian tengah. Infeksi gigi
dapat menyebabkan selulitis orbita melalui perantara sinusitis maksilaris. Penyebaran
infeksi juga bisa terjadi secara hematogen. Selulitis pasca trauma merupakan infeksi
yang berkembang dalam 72 jam setelan cedera yang menembus septum orbita. Gejala
klinis yang timbul dapat bercampur dengan hematoma dan laserasi terkait. Selulitis
orbital pasca pembedahan dapat menjadi komplikasi dari pembedahan retina,
lakrimal, atau orbita.

Manifestasi klinis
Gejala meliputi onset yang cepat dari adanya nyeri hebat, demam, dan gangguan
penglihatan. Adanya edema kelopak mata dan periorbital unilateral yang merah,

7
hangat, dan nyeri. Proptosis seringkali terhalang oleh pembengkakan kelopak mata,
seringkali pada sisi lateral dan mengarah ke bawah. Dapat disertai ophthalmoplegia
yang nyeri dan disfungsi saraf optik.

Diagnosis
CT scan menunjukkan opaksifikasi pada posterior dari septum orbita.

Komplikasi
Komplikasi ocular meliputi keratopathy, peningkatan tekanan intraocular, oklusi pada
arteri atau vena retina sentral, endophthalmitis, dan neuropathy optik. Komplikasi
intracranial, yang jarang terjadi namun sangat serius, meliputi meningitis, abses otak,
dan thrombosis sinus kavernosa. Thrombosis sinus kavernosa merupakan komplikasi
yang sangat serius yang harus dicurigai ketika ditemukan adanya infeksi bilateral,
proptosis yang cepat memburuk, dan kongesti vena konjungtiva, retina, dan fasial.
Komplikasi tambahan meliputi gejala klinis yang berhubungan dengan kelemahan
yang muncul tiba-tiba, nyeri kepala berat, mual dan muntah. Abses subperiosteal
paling sering terjadi di sepanjang dinding orbita medial.

Tata Laksana
Perawatan di dalam rumah sakit dengan pemeriksaan otolaringologis dan peninjauan
ophthalmik berkala harus dilakukan. Terapi antibiotik meliputi pemberian ceftazidime
secara intravena dengan pemberian metronidazole secara oral untuk mengatasi bakteri
anaerob. Vancomycin juga dapat diberikan sebagai alternative pada keadaan adanya
alergi penisilin. Terapi antibiotic harus diberikan sampai pasien tidak demam selama 4
hari.
Fungsi nervus optik harus diperiksa setiap 4 jam denga memeriksa reaksi pupil,
akuitas visual, penglihatan warna, dan tanggapan terhadap penyinaran cahaya.
Pemeriksaan yang sesuai terhadap hitung sel darah putih, kultur darah, CT scan orbita,
sinus, dan otak. CT scan orbita berguna untuk menyingkirkan abses subperiosteal.
Juga dapat dilakukan pungsi lumbal apabila ditemukan gejala meningeal atau
serebral.
Intervensi pembedahan di mana dilakukan drainase terhadap penumpukan pada orbita
dan sinus yang terinfeksi dapat diakukan apabila adanya kondisi sebagai berikut:
 Respon terhadap antibiotic yang tidak adekuat
 Abses subperiosteal atau intracranial
 Gambaran atipikal, yang mungkin membtuhkan biopsy

8
9

Anda mungkin juga menyukai