BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PDF
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PDF
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar
antara 13 sampai 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja bermula dari 16 atau
17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum, dengan demikian
akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat (Hurlock, 2000).
Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis,
yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada
kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang
mengganggu (Ekowati, 1993). Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh
lingkungan yang kurang kondusif dan sifat kepribadian yang kurang baik akan
menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-
perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat
yang biasanya disebut dengan kenakalan remaja.
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke
dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah
sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-
aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku
menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat
membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku
menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang
harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah
menyimpang (Masngudin, 2006)
Untuk mengetahui latarbelakang perilaku menyimpang perlu
membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang
disengaja, diantaranya karena pelaku kurang memahami aturan-aturan yang
ada, perilaku menyimpang yang disengaja, bukan karena pelaku tidak
mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku
1
2
menyebut angka 30% dari 40-150.000, dan Irwanto menyebut angka 87.000
pelacur anak atau 50% dari total penjaja seks (Maria, 2007).
Kenakalan remaja juga terjadi pada beberapa remaja di daerah Demak.
Bentuk kenakalan remaja yang ditemukan pada tahun 2009 yaitu kebut-
kebutan dijalan sebanyak 95 orang, yang menewaskan 10 remaja. Perilaku
ugal-ugalan, berandalan, urakan, yang mengacaukan ketentraman sekitar juga
dilakukan pada 105 remaja di Kota Wali ini. Perkelahian antar gang, antar
kelompok, antar sekolah, antar suku (tawuran) sebanyak 98 orang dan
membawa 34 korban luka-luka. Selain itu, polisi juga pernah menjumpai
remaja yang membolos sekolah sebanyak 57 orang, dan saat diselidiki
ternyata sambil merokok, minum minuman keras, bahkan menggunakan
narkotika (Iqbal, 2009).
Dari hasil survey yang peneliti lakukan antara dua sekolah yaitu SMA
Futuhiyyah dengan SMA Pembangunan Mranggen menyatakan bahwa kedua
sekolah tersebut memang mempunyai kontribusi terhadap kenakalan remaja,
hal tersebut dibuktikan dengan karakteristik kedua sekolah tersebut yaitu tidak
tersedianya pintu gerbang maupun satpam keamanan dimana siswa-siswa
dengan bebasnya keluar masuk kelas tanpa izin saat jam pelajaran, tata tertib
sekolah yang tidak berjalan sebagaimana mestinya contoh saat ada jam kosong
siswa-siswa banyak yang keluar kelas dan bercanda ataupun bergerombol
diteras kelas, dari latar belakang sekolah islami dalam segi pelajaran SMA
Futuhiyyah lebih banyak dibekali dalam ilmu agama jadi secara logika
ahklaqnya harus lebih baik dibanding SMA lain, sedangkan di SMA
Pembangunan yang mempunyai latar belakang sekolah umum tidak
mendapatkan bekal agama yang lengkap dengan kata lain hanya pelajaran
agama saja.
Menurut hasil wawancara dengan salah satu anggota polisi di PolSek
Mranggen didapatkan data bahwa kejadian kenakalan remaja pada bulan
Januari tahun 2010 dikalangan pelajar didaerah kecamatan Mranggen tingkat
SMA maupun SMP merata dengan kata lain sudah umum terjadi, disetiap
sekolah mempunyai indikasi kenakalan remaja namun tingkat sedang
4
B. Rumusan masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, diketahui bahwa kejadian
kenakalan remaja dikalangan pelajar didaerah kecamatan Mranggen tingkat
5
SMA maupun SMP merata dengan kata lain sudah umum terjadi, disetiap
sekolah mempunyai indikasi kenakalan remaja namun tingkat sedang
diantaranya : membolos, merokok, bermain PS diwaktu jam pelajaran,
membawa gambar maupun video porno, miras dan berkelahi antar teman
sekolah. Dibuktikan dengan hasil wawancara dengan Anggota Polsek
Mranggen pernah menjaring siswa yang sedang melakukan tindak kenakalan
remaja diantaranya SMA Pembangunan Mranggen, SMK Bhakti Nusantara
Mranggen, dan SMA Futuhiyyah Mranggen (Kapolsek Mranggen Demak,
2010).
Dari hasil survey yang peneliti lakukan antara dua sekolah yaitu SMA
Futuhiyyah dengan SMA Pembangunan Mranggen menyatakan bahwa kedua
sekolah tersebut memang mempunyai kontribusi terhadap kenakalan remaja,
hal tersebut dibuktikan dengan karakteristik kedua sekolah tersebut yaitu tidak
tersedianya pintu gerbang maupun satpam keamanan dimana siswa-siswa
dengan bebasnya keluar masuk kelas tanpa izin saat jam pelajaran, tata tertib
sekolah yang tidak berjalan sebagaimana mestinya contoh saat ada jam kosong
siswa-siswa banyak yang keluar kelas dan bercanda ataupun bergerombol
diteras kelas, dari latar belakang sekolah islami dalam segi pelajaran SMA
Futuhiyyah lebih banyak dibekali dalam ilmu agama jadi secara logika
ahklaqnya harus lebih baik dibanding SMA lain, sedangkan di SMA
Pembangunan yang mempunyai latar belakang sekolah umum tidak
mendapatkan bekal agama yang lengkap dengan kata lain hanya pelajaran
agama saja.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka masalah penelitian
yang dapat dirumuskan adalah “adakah perbedaan kenakalan remaja di SMA
Pembangunan Mranggen dengan SMA Futuhiyyah Mranggen?”
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui perbedaan kenakalan remaja Di SMA
Pembangunan Mranggen dengan SMA Futuhiyyah Mranggen.
6
2. Tujuan khusus
a. Untuk mendiskripsikan kenakalan remaja di SMA Pembangunan
Mranggen
b. Untuk mendiskripsikan kenakalan remaja di SMA Futuhiyyah
Mranggen.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi institusi
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pendidik tentang
psikologi perkembangan remaja sehingga pendidik dapat membimbing
anak didiknya dalam upaya mencegah atau meminimalkan terjadinya
kenakalan remaja.
2. Bagi perawat
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan perawat tentang
perkembangan psikologi anak terutama anak remaja dengan
penyimpangan sosial.
3. Bagi orang tua
Sebagai tambahan atau masukan bagi orang tua dalam memberikan
pengasuhan yang tepat sehingga dapat mendorong para remaja untuk
menghindari perilaku yang menyimpang atau kenakalan remaja.