1
STIKES Sari Mulia Banjarmasin
2
Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
ISSN: 2086-3454
ABSTRAK
Latar Belakang : Jumlah kematian bayi masih cukup tinggi, salah satu penyebabnya yaitu BBLR.
Umur, paritas dan preeklampsia mempengaruhi kejadian BBLR.
Tujuan :
Metode : Survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu yang melahirkan bayi BBLR di ruang VK bersalin RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin dari bulan januari-desember tahun 2014 dengan jumlah 344. Jumlah sampel 185.
Teknik sampling menggunakan systematic random sampling. Pengumpulan data menggunakan
buku register. Analisis dengan uji korelasi sperman rank (p = 0,05).
Hasil : Umur tidak berhubungan dengan kejadian BBLR (p = 0,216) dengan koefisien korelasi -
0,091. Paritas tidak berhubungan dengan kejadian BBLR (p = 0,974) dengan koefisien korelasi
0,002. Preeklampsia tidak berhubungan dengan kejadian BBLR (p = 0,539) dengan koefisien
korelasi 0,045.
Kesimpulan : Umur, paritas dan preeklampsia tidak berhubungan dengan kejadian BBLR.
92
Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan...
PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization dibanding pada bayi dengan berat badan lahir
(WHO) pada tahun 2012 angka kematian bayi lebih dari 2500 gram. Hal ini dapat terjadi
di dunia 39 per 1000 kelahiran hidup. Di bahkan dipengaruhi oleh beberapa faktor
perkirakan 17 juta bayi lahir di Negara seperti ibu mempunyai penyulit yang langsung
Berkembang, dari jumlah tersebut sekitar 80% berhubungan dengan kehamilan dan usia ibu
lahir di Asia. BBLR menjadi masalah (Alya, 2014).
kesehatan masyarakat terutama berdasarkan Angka kejadian BBLR di Indonesia
rekomendasi internasional (Verawati, 2014). nampak bervariasi, secara nasional berdasarkan
Di ketahui bersama bahwa pada saat ini analisa lanjut SDKI angka BBLR sekitar 7,5%.
angka kematian bayi (AKB) di Indonesia Angka kejadian tersebut masih belum
adalah tertinggi di Negara Asean (Association memenuhi target BBLR yang ditetapkan pada
Of The South East Asia Nation). Di Indonesia sasaran program perbaikan gizi menuju
secara umum berdasarkan Survey Demografi Indonesia sehat 2010 yaitu maksimal 7% (Alya,
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka 2014).
Kematian Bayi (AKB) berada pada angka 32 Profil Kesehatan Kalimantan Selatan
per 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut tahun 2014 jumlah kematian bayi pada tahun
masih jauh lebih tinggi jika dikaitkan dengan 2013 berjumlah 727, sedangkan pada tahun
target Millenium Development Goals (MDGs) 2014 jumlah kematian bayi berjumlah 699.
Indonesia tahun 2015 yaitu menurunkan AKB Meskipun jumlah kematian bayi berkurang,
hingga 23 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab tenaga kesehatan harus tetap berupaya untuk
kematian terbanyak pada bayi baru lahir menurunkan jumlah kematian bayi dengan
(neonatus) di sebabkan oleh kegawat daruratan meningkatkan pelayanan kesehatan. Jumlah
dan penyulit pada masa neonatus salah satunya kematian bayi di Banjarmasin tahun 2014
Barat Badan Lahir Rendah (BBLR) berjumlah 57 bayi. Penyebab kematian bayi
(Permatasari, 2013). paling tinggi di Banjarmasin disebabkan oleh
Prevalensi BBLR menurut WHO pada BBLR. Kategori berat badan lahir
tahun 2012 diperkirakan 15% dari seluruh dikelompokkan menjadi tiga, yaitu <2500 gram
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-3,8% (BBLR), 2500-3999 gram normal, dan ≥4000
dan lebih sering terjadi di negara-negara gram bayi besar (Dinkes Provinsi Kalsel,
berkembang atau sosial ekonomi rendah. 2014).
Secara statistik menunjukkan 90% kejadian Faktor-faktor yang menyebabkan
BBLR didapatkan di negara berkembang dan terjadinya BBLR antara lain faktor ibu yang
angka kematiannya 35 kali lebih tinggi meliputi gizi saat hamil yang kurang, umur ibu
93
Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan...
94
Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan...
Tabel 2 Distribusi frekuensi responden menurut umur ibu Tabel 4 Distribusi frekuensi responden menurut preeklampsia
Umur Frekuensi Persentase (%) Preeklampsia Frekuensi Persentase (%)
Beresiko 59 31,9% Preeklampsia 48 25,9%
Tidak beresiko 126 68,1% Tidak preeklampsia 137 74,1%
Jumlah 185 100% Jumlah 185 100%
Sumber: Buku Register Sumber: Buku Register
frekuensi paritas tidak aman yang paling Jumlah 165 89,2 6.5 8 3 89,2 185 100
Sumber: Buku Register
banyak yaitu 103 (55,7%), sedangkan yang
paling sedikit paritas yang aman yaitu 82
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa
(44,3%).
ada 50 (27,0%) bayi dengan BBLR yang
d. Preeklampsia
dilahirkan dari ibu dengan umur beresiko, ada 7
Hasil penelitian pada ibu bersalin di
(3,8%) bayi dengan BBLSR yang dilahirkan
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
dari ibu dengan umur beresiko, dan ada 2
menurut preeklampsia adalah sebagai berikut:
95
Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan...
(1,1%) bayi dengan BBLASR yang dilahirkan di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
dari ibu dengan umur beresiko. Banjarmasin.
Hasil uji rank sperman didapatkan nilai p c. Hubungan preeklampsia dengan kejadian
= 0,216 α = 0,05 maka p > α, sehingga Ho di BBLR
terima dan Ha di tolak, artinya tidak ada Hubungan preeklampsia dengan kejadian
hubungan antara umur dengan kejadian BBLR BBLR di ruang bersalin RSUD Dr. H. Moch.
di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Ansari Saleh Banjarmasin dapat dilihat pada
Banjarmasin. Tabel 7 sebagai berikut:
b. Hubungan paritas dengan kejadian BBLR
Tabel 7 Analisis hubungan preeklampsia dengan kejadian BBLR
Hubungan paritas dengan kejadian BBLR BBLR Total
96
Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan...
keguguran, persalinan prematur, berat bayi BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama
lahir rendah, kelainan bawaan, mudah terjadi kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR
infeksi, anemia kehamilan, keracunan nampak meningkat.
kehamilan, kematian ibu yang tinggi. 3. Paritas
Bertambahnya usia pada wanita sangat Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa
berpengaruh terhadap jumlah sel telur yang frekuensi paritas tidak aman yang paling
belum dikeluarkan dari ovarium. Selain jumlah banyak yaitu 103 (55,7%), sedangkan yang
sel telur yang tinggal sedikit, faktor usia (di paling sedikit paritas yang aman yaitu 82
atas 35 tahun) juga berpengaruh terhadap (44,3%).
kemampuan rahim untuk menerima bakal janin Paritas tidak aman yaitu paritas 1 dan >
atau embrio. Dalam hal ini, kamampuan rahim 3, paritas 1 masih memiliki pengetahuan yang
untuk menerima janin menurun. Faktor kurang dan belum memiliki pengalaman
penuaan juga akan menyababkan embrio yang tentang kehamilan sehingga dapat berpengaruh
dihasilkan wanita di atas 35 tahun terkadang dalam kehamilannya. Kesiapan dalam
mengalami kesulitan untuk melekat di lapisan menghadapi kehamilan baik secara fisik
endometrium, hal ini dapat meningkatkan maupun mental cenderung masih kurang
resiko abortus. sehingga dapat berpengaruh pada pola
Barat bayi lahir rendah juga berkolerasi pemeliharaan kesehatan janin yang
dengan usia ibu. Ibu-ibu yang terlalu muda dikandungnya. Paritas > 3 jauh lebih
seringkali secara emosional dan fisik belum berpengalaman dalam perawatan bayi, dan
matang, selain pendidikan pada umumnya kesiapan dalam menghadapi kehamilan baik
rendah, ibu yang masih muda masih tergantung secara fisik maupun mental lebih baik
pada orang lain sehingga dapat merugikan dibandingkan ibu dengan paritas 1.
kesehatan ibu maupun perkembangan dan Ibu yang pernah hamil dan melahirkan
pertumbuhan janin. Kelahiran bayi BBLR lebih anak lebih dari tiga kali, maka kemungkinan
tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari akan banyak di temui keadaan kesehatan ibu
20 tahun. Remaja sering kali melahirkan bayi akan terganggu seperti anemia yang dapat
dengan berat lebih rendah, hal ini trjadi karena menyebabkan kelahiran BBLR, disini juga akan
mereka belum matur dan mereka belum terjadi kekendoran pada dinding rahim yang
memiliki sistem transfer plasenta seefisien dapat menyebabkan robekan pada dinding
wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun rahim.
mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi Resiko paritas 1 dapat ditangani dengan
badannya serta kesehatannya sudah mulai asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko
menurun sehingga dapat mempengaruhi pada pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah
intra uterin dan dapat menyababkan kelahiran dengan keluarga berencana. Sebagian
98
Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan...
kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
direncanakan. Banjarmasin.
4. Preeklampsia Hasil penelitian ini kurang sejalan dengan
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa teori bahwa penyulit pada kehamilan usia muda
frekuensi tidak preeklampsia yang paling lebih tinggi dibandingkan dengan “kurun waktu
banyak yaitu 137 (74,1%), sedangkan yang reproduksi sehat” antara umur 20-30 tahun.
paling sedikit preeklampsia yaitu 48 (25,9%). Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat
Ibu hamil dengan preeklampsia reproduksi untuk hamil, sehingga dapat
mengalami penurunan perfusi utero plasenta, merugikan kesehatan ibu maupun
hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel perkembangan dan pertumbuhan janin.
endotel pembuluh darah plasenta. Kelainan Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila
pembuluh darah plasenta pada ibu di tambah dengan tekanan (stress) psikologis,
preeklampsia/ eklampsia dapat menyebabkan sosial, ekonomi sehingga memudahkan terjadi
hipoksia kronis dan gangguan nutrisi janin keguguran, persalinan prematur, berat bayi
sehingga sering terjadi retardasi pertumbuhan lahir rendah, kelainan bawaan, mudah terjadi
janin yang dapat berakhir pada berat badan infeksi, anemia kehamilan, keracunan
lahir rendah (BBLR). kehamilan, kematian ibu yang tinggi
Untuk ini perlunya peran bidan dalam Bertambahnya usia pada wanita sangat
melakukan penyuluhan tentang pentingnya berpengaruh terhadap jumlah sel telur yang
pemeriksaan ANC dan mengetahui komplikasi belum di keluarkan dari ovarium. Selain jumlah
BBLR agar masyarakat paham dan dapat sel telur yang tinggal sedikit, faktor usia (di
melakukan kunjungan ANC sehingga dapat atas 35 tahun) juga berpengaruh terhadap
mencegah terjadinya BBLR. kemampuan rahim untuk menerima bakal janin
5. Hubungan umur dengan kejadian BBLR atau embrio. Dalam hal ini, kamampuan rahim
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa untuk menerima janin menurun. Faktor
ada 50 (27,0%) bayi dengan BBLR yang penuaan juga akan menyababkan embrio yang
dilahirkan dari ibu dengan umur beresiko, ada 7 dihasilkan wanita di atas 35 tahun terkadang
(3,8%) bayi dengan BBLSR yang dilahirkan mengalami kesulitan untuk melekat di lapisan
dari ibu dengan umur beresiko, dan ada 2 endometrium, hal ini dapat meningkatkan
(1,1%) bayi dengan BBLASR yang dilahirkan resiko abortus.
dari ibu dengan umur beresiko. Barat bayi lahir rendah juga berkolerasi
Hasil uji rank sperman didapatkan nilai p dengan usia ibu. Ibu-ibu yang terlalu muda
= 0,216 α = 0,05 maka p > α, sehingga Ho di seringkali secara emosional dan fisik belum
terima dan Ha di tolak, artinya tidak ada matang, selain pendidikan pada umumnya
hubungan antara umur dengan kejadian BBLR rendah, ibu yang masih muda masih tergantung
99
Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan...
pada orang lain sehingga dapat merugikan menurunkan metabolisme jaringan sehingga
kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin akan terhambat dan
pertumbuhan janin. Kelahiran bayi BBLR lebih berakibat BBLR.
tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari Status gizi yang baik selama hamil sangat
20 tahun. Remaja sering kali melahirkan bayi berpengaruh dalam hal persiapan kondisi
dengan berat lebih rendah, hal ini trjadi karena kesehatan fisiologis tubuh ibu untuk
mereka belum matur dan mereka belum menyediakan rahim yang menunjang
memiliki sistem transfer plasenta seefisien pertumbuhan dan perkembangan janin yang
wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun akan dikandungnya. Kurang gizi selama
mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi kehamilan bukan hanya melemahkan fisik dan
badannya serta kesehatannya sudah mulai membahayakan jiwa ibu tetapi juga
menurun sehingga dapat mempengaruhi pada mengancam kesehatan janin. Ibu hamil dengan
intra uterin dan dapat menyababkan kelahiran status gizi yang buruk akan menghadapi risiko
BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama melahirkan bayi dengan BBLR 2-3 kali lebih
kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR besar dibandingkan mereka yang berstatus gizi
nampak meningkat. baik. Dalam penelitian ini, anemia dan status
Melihat keadaan tersebut mungkin terjadi gizi memang tidak diteliti.
pengingat bahwa ada faktor lain yang lebih Hasil dalam penelitian ini tidak
dominan terhadap kejadian BBLR seperti berhubungan, sama dengan hasil penelitian
penyakit yang menyertai kehamilan yaitu dalam jurnal Trihardiani (2010) tidak ada
anemia, bahwa anemia dapat menyebabkan hubungan antara umur dengan kejadian BBLR.
kejadian BBLR. Anemia pada ibu hamil adalah 6. Hubungan paritas dengan kejadian BBLR
suatu keadaan yang menunjukkan kadar Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa
hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah ada 92 (49,7%) bayi dengan BBLR yang
dari nilai normal yaitu 11 gr/dl. Kehamilan dilahirkan dari ibu dengan paritas tidak aman,
memerlukan tambahan zat besi untuk ada 6 (3,2%) bayi dengan BBLSR yang
meningkatkan jumlah sel darah merah dan dilahirkan dari ibu dengan paritas tidak aman,
membentuk sel darah merah janin dan placenta. dan ada 5 (2,7%) bayi dengan BBLASR yang
Anemia terjadi karena tidak cukupnya zat gizi dilahirkan dari ibu dengan paritas tidak aman.
besi yang diserap dari makanan sehari-hari Hasil uji rank sperman didapatkan nilai p
guna pembentukan sel darah merah sehingga = 0,974 α = 0,05 maka p > α, sehingga Ho di
menyebabkan ketidakseimbangan antara terima dan Ha di tolak, artinya tidak ada
pemasukan dan pengeluaran zat besi dalam hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR
tubuh, hal ini dapat menyebabkan distribusi di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
oksigen ke jaringan akan berkurang yang akan Banjarmasin.
100
Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan...
Hasil penelitian ini kurang sejalan dengan dikandungnya sehingga berpengaruh terhadap
teori bahwa paritas tidak aman yaitu paritas 1 berat badan lahir. Ibu hamil yang jarak
dan > 3, paritas 1 masih memiliki pengetahuan kelahirannya kurang dari dua tahun, kesehatan
yang kurang dan belum memiliki pengalaman fisik dan kondisi rahimnya masih butuh
tentang kehamilan sehingga dapat berpengaruh istirahat yang cukup. Ada kemungkinan juga
dalam kehamilannya. Kesiapan dalam ibu masih harus menyusui dan memberikan
menghadapi kehamilan baik secara fisik perhatian pada anak yang dilahirkan
maupun mental cenderung masih kurang sebelumnya, sehingga kondisi ibu yang lemah
sehingga dapat berpengaruh pada pola ini akan berdampak pada kesehatan janin dan
pemeliharaan kesehatan janin yang berat badan lahirnya.
dikandungnya. Paritas > 3 jauh lebih Kehamilan kembar adalah suatu
berpengalaman dalam perawatan bayi, dan kehamilan dengan dua janin atau lebih. Berat
kesiapan dalam menghadapi kehamilan baik badan janin pada kehamilan kembar lebih
secara fisik maupun mental lebih baik ringan daripada janin pada kehamilan tunggal
dibandingkan ibu dengan paritas 1. pada umur kehamilan yang sama. Berat badan
Ibu yang pernah hamil dan melahirkan bayi yang umumnya baru lahir pada kehamilan
anak lebih dari tiga kali, maka kemungkinan kembar kurang dari 2500 gram. Pada
akan banyak di temui keadaan kesehatan ibu kehamilan kembar cenderung untuk terjadinya
akan terganggu seperti anemia yang dapat BBLR. Dalam penelitian ini jarak kelahiran dan
menyebabkan kelahiran BBLR (Berat Bayi kehamilan kembar memang tidak diteliti.
Lahir Rendah), disini juga akan terjadi Hasil dalam penelitian ini tidak
kekendoran pada dinding rahim yang dapat berhubungan, sama dengan hasil penelitian
menyebabkan robekan pada dinding rahim. dalam jurnal Sistiarani (2008) tidak ada
Mungkin ada faktor lain yang lebih hubungan antara paritas dengan kejadian
dominan terhadap kejadian BBLR seperti jarak BBLR.
kelahiran yang pendek akan menyebabkan 7. Hubungan preeklampsia dengan kejadian
seorang ibu belum cukup waktu untuk BBLR
memulihkan kondisi tubuhnya setelah Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa
melahirkan sebelumnya. Ibu hamil dalam ada 44 (23,8%) bayi dengan BBLR yang
kondisi tubuh kurang sehat inilah yang dilahirkan dari ibu dengan preeklampsia, ada 2
merupakan salah satu faktor penyebab (1,1%) bayi dengan BBLSR yang dilahirkan
kematian ibu dan bayi yang dilahirkan serta dari ibu dengan preeklampsia, dan ada 2 (1,1%)
risiko terganggunya sistem reproduksi. Sistem bayi dengan BBLASR yang dilahirkan dari ibu
reproduksi yang terganggu akan menghambat dengan preeklampsia.
pertumbuhan dan perkembangan janin yang
101
Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan...
Hasil uji rank sperman didapatkan nilai p dan budaya sangat berperan dalam kejadian
= 0,539 α = 0,05 maka p > α, sehingga Ho di BBLR, karena ekonomi keluarga dapat
terima dan Ha di tolak, artinya tidak ada menunjukkan gambaran kemampuan keluarga
hubungan antara preeklampsia dengan kejadian dalam memenuhi kebutuhan gizi ibu selama
BBLR di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh hamil yang berperan dalam pertumbuhan janin.
Banjarmasin. Keadaan sosial ekonomi sangat berperan
Hasil penelitian ini kurang sejalan dengan terhadap timbulnya BBLR. Kejadian tertinggi
teori bahwa Ibu hamil dengan preeklampsia terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah,
mengalami penurunan perfusi utero plasenta, hal ini disebabkan keadaan gizi yang kurang
hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel baik dan periksa hamil yang kurang. Sedangkan
endotel pembuluh darah plasenta. Kelainan budaya sangat berperan karena budaya masih
pembuluh darah plasenta pada ibu mengikuti keyakinan bahwa masih ada pantang
preeklampsia/ eklampsia dapat menyebabkan makanan, sehingga nutrisi yang diperlukan ibu
hipoksia kronis dan gangguan nutrisi janin tidak mencukupi. Dalam penelitian ini
sehingga sering terjadi retardasi pertumbuhan pelayanan antenatal, ekonomi dan budaya tidak
janin yang dapat berakhir pada berat badan diteliti.
lahir rendah (BBLR).
Melihat keadaan tersebut mungkin terjadi UCAPAN TERIMA KASIH
pengingat bahwa ada faktor lain yang lebih Peneliti sangat berterima kasih kepada
dominan terhadap kejadian BBLR seperti RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal yang telah memberikan izin serta tempat untuk
adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu melakukan penelitian.
selama masa kehamilan dengan minimal 4 kali
kunjungan antenatal. Kejadian BBLR berkaitan DAFTAR PUSTAKA
dengan kurangnya kualitas pelayanan antenatal. Alya Dian. 2014. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Bayi Berat Lahir
Ibu yang menerima pelayanan kesehatan secara
Rendah (BBLR). Tersedia dalam website:
dini dan berkelanjutan dan lengkap akan dapat http://simtakp.stmikubudiyah.ac.id ⦋di
akses pada tanggal 14-01-2015⦌.
memiliki hasil akhir kehamilan yang lebih baik
Dina P. 2013. Hubungan Umur dan Paritas Ibu
dibandingkan ibu yang tidak menerimanya. Ibu dengan Kejadian BBLR. Skripsi, Stikes
Sari Mulia Banjarmasin.
yang tidak menerima pelayanan antenatal
Dinkes Provinsi Kal-Sel. 2014. Data Seksi
mempunyai kemungkinan resiko untuk Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan.
melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu
Banjarmasin.
yang menerima pelayanan antenatal. Manuaba Chandranita, dkk. 2010. Kegawat-
Daruratan Obstetri-Ginekologi dan
Faktor pemungkin lain yang
Obstetri-Ginekologi Sosial untuk Profesi
mempengaruhi kejadian BBLR yaitu ekonomi Bidan. Jakarta: EGC.
102
Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Lestari et al., Hubungan Umur, Paritas, dan...
103