PENDAHULUAN
Tonsilitis merupakan suatu inflamasi pada tonsil palatina yang disebabkan oleh virus
ataupun bakteri.1 Tonsil palatina sendiri adalah sepasang organ limfoid yang terletak di antara
lipatan palatoglosal (pilar anterior) dan lipatan palatofaringeus (pilar posterior) disebut fosa
tonsilaris, dikelilingi oleh kapsul tipis yang memisahkan tonsil dari otot konstriktor faringeus
superior dan otot konstriktor faringeus bagian tengah.2 Tonsil palatina merupakan bagian dari
cincin Waldeyer, dimana cincin Waldeyer ini terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat
didalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatine (tonsil faucial), tonsil
lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/Gerlach’s
Tonsil).3
Klasifikasi tonsilitis dari jenis dan waktu dapat dibedakan menjadi tonsillitis akut,
tonsillitis membranosa, tonsillitis residivan/rekuren, dan tonsillitis kronik.3,4 Tonsilitis akut dapat
didefinisikan sebagai inflmasi dari tonsil atau amandel yang berlangsung selama 3 hari sampai 2
minggu. Tonsilitis membranosa dibagi menjadi tonsilitis difteri, tonsilitis septik, angina plaut
Vincent, penyakit kelainan darah dan lainlain. Tonsilitis akut residivan adalah tonsillitis yang
didiagnosis jika seseorang mengalami beberapa kali tonsilitis dalam setahun namun infeksi dapat
merespon antibiotik dengan baik atau sembuh dengan terapi yang diberikan. Tonsillitis kronik
sendiri adalah tonsillitis yang berlangsung lebih dari dua minggu atau bahkan bertahun-tahun.3,4,5
Tonsilitis akut residivan sering didapatkan pada penderita tonsillitis akut dengan jenis
bakteri penyebab yang berbeda-beda pada setiap serangan. Karena perbedaan jenis bakteri inilah
sehingga serangan tonsilitis akut menjadi berulang. Hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan tonsil
palatina yang masih rentan karena telah melewati fase akut sebelumnya dan didukung oleh pola
makan pasien yang tidak baik dan tidak menjaga kebersihan mulutnya. Selain itu tonsillitis akut
residivan bisa terjadi karena kepekaan antibiotik yang menurun terhadap jenis bakteri penyebab
tonsillitis akut.4,6
Gejala dan tanda tonsilitis berbeda dari setiap klasifikasi. Namun pada dasarnya pasien
mengeluhkan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Selain itu dapat pula disertai demam, rasa lesu,
rasa nyeri di sendi-sendi, dan nyeri pada telinga. Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan tonsil
yang membengkak dan hiperemis serta terdapat detritus. Penegakan diagnosis tonsilitis
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang untuk mendapatkan
Penatalaksanaan tonsilitis perlu kerjasama yang baik antar dokter dan pasien. Pasien
harus beristirahat cukup dan minum banyak air. Terapi farmakologi dapat diberikan antibiotik
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tonsilitis akut merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer dan disebabkan oleh virus ataupun bakteri. Tonsilitis akut residivan adalah tonsilitis
yang didiagnosis jika seseorang mengalami beberapa kali tonsilitis akut dalam setahun namun
pada awalnya merespon terapi dengan baik atau dengan kata lain pasien telah sembuh
sempurna.3,4
B. Etiologi
Tonsilitis dapat disebabkan oleh virus ataupun bakteri. Virus penyebab tonsilitis yang
paling sering adalah virus Epstain barr, Hemophylus influenza dan virus Coxschakie. Bakteri
penyebab tonsiliti adalah grup Streptococcus β hemoliticus grup A, Streptococcus viridian dan
Streptococcus piogenes.3
C. Epidemiologi
Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-anak. Namun kondisi ini jarang terjadi pada anak-
anak dibawah usia 2 tahun. Tonsilitis yang disebabkan oleh spesies Streptococcus biasanya
terjadi pada usia 5-15 tahun, sedangkan tonsilitis viral lebih sering terjadi pada anak-anak yang
lebih muda.6
3
D. Anatomi
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar
dibagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus
menyambung ke esophagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, kedepan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus
orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah
berhubungan dengan esophagus. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring, dan laringofaring
(hipofaring).3
4
a. Nasofaring
Batas nasofaring dibagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah palatum
mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra servikal.
Nasofaring yang relative kecil, mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa struktur
penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang
disebut fossa Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional
hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring diatas penonjolan kartilago tuba
Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh n.glossofaring, n.vagus dan n.asesorius
spinal saraf kranial dan v.jugularis interna, bagian petrosus ps temporalis dan foramen laserum
5
b. Orofaring
Orofaring disebut juga mesofaring, dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas
bawah adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke belakang adalah
vertebra servikal. Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring,
tonsil palatina, fossa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan
foramen sekum.3
6
c. Fossa Tonsil
Fossa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. Batas lateralnya adalah
m.konstriktor faring superior. Pada batas atas yang disebut kutub atas (upper pole) terdapat suatu
ruang kecil yang dinamakan fossa supra tonsil. Fossa ini berisi jaringan ikat jarang dan biasanya
merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses. Fossa tonsil diliputi oleh fasia yang
merupakan bagian dari fasia bukofaring, dan disebut kapsul yang sebenarnya bukan merupakan
7
d. Tonsil
Tonsil adalah massa yang teridiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat
dengan kriptus didalamnya. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil palatina, tonsil faringeal
(adenoid), tonsil palatine, dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang
disebut cincin Waldayer. Tonsil palatina adalah sepasang organ limfoid yang terletak di antara
lipatan palatoglosal (pilar anterior) dan lipatan palatofaringeus (pilar posterior) disebut fossa
tonsilaris. Dikelilingi oleh kapsul tipis yang memisahkan tonsil dari otot konstriktor faringeus
Embriologi Tonsil
Tonsil palatina berasal dari proliferasi sel-sel epitel yang melapisi kantong faringeal
kedua. Perluasan ke lateral dari kantong faringeal kedua diserap dan bagian dorsalnya tetap ada
dan menjadi epitel tonsil palatine. Pilar tonsil berasal dari arcus branchial kedua dan ketiga.
Kripta tonsilar pertama terbentuk pada usia kehamilan 12 minggu dan kapsul terbentuk pada usia
8
kehamilah 20 minggu. Pada sekitar bulan ketiga, tonsil secara gradual akan diinfiltrasi oleh sel-
sel limfatik.
Histologi Tonsil
Secara histologis tonsil mengandung 3 unsur utama, yaitu jaringan ikat trabekula
(sebagai rangka penunjang pembuluh darah, saraf dan limfa), folikel germinativum (sebagai
pusat pembentukan sel limfoid muda) serta jaringan interfolikel (jaringan limfoid dari berbagai
stadium).9
Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong
faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial
tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang
melapisi tonsil ialah epitel skuamous yang juga meliputi kriptus. Didalam kriptus biasanya
ditemukan leukosit, limfosit, epitel tang terlepas, bakteri dan sisa makanan. Dengan demikian
tonsil bekerja sebagai garis depan pertahanan dalam infeksi yang tersebar dari hidung, mulut dan
tenggorokan. Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul
9
tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan diseksi pada
tonsilektomi.3
Vaskularisasi
Tonsil mendapat darah dari a. palatina minor, a. palatina asendens, cabang tonsil arteri
maksila eksterna, a. faring asendens dan a. lingualis dorsal. Tonsil lingual terletak didasar lidah
dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glossoepiglotika. Di garis tengah, disebelah anterior
massa ini terdapat foramen sekum pada apex, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla
sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara
klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid) atau kista duktus
tiroglosus.3
10
E. Fisiologi dan Imunologi Tonsil
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan
proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu: menangkap
dan mengumpulkan benda asing dengan efektif. Tempat produksi antibodi yang dihasilkan oleh
sel plasma yang bersal dari diferensiasi limfosit B. Limfosit terbanyak ditemukan dalam tonsil
adalah limfosit B. Bersama-sama dengan adenoid limfosit B berkisar 50-65% dari seluruh
limfosit pada kedua organ tersebut. Limfosit T berkisar 40% dari seluruh limfosit tonsil dan
adenoid. Tonsil berfungsi mematangkan sel limfosit B dan kemudian menyebarkan sel limfosit
terstimulus menuju mukosa dan kelenjar sekretori di seluruh tubuh. 15 Antigen dari luar, kontak
dengan permukaan tonsil akan diikat dan dibawa sel mukosa ( sel M ), antigen presenting cells
(APCs), sel makrofag dan sel dendrit yang terdapat pada tonsil ke sel Th di sentrum
germinativum. Kemudian sel Th ini akan melepaskan mediator yang akan merangsang sel B. Sel
B membentuk imunoglobulin (Ig)M pentamer diikuti oleh pembentukan IgG dan IgA. Sebagian
sel B menjadi sel memori. Imunoglobulin (Ig)G dan IgA secara pasif akan berdifusi ke lumen.
Bila rangsangan antigen rendah akan dihancurkan oleh makrofag. Bila konsentrasi antigen tinggi
akan menimbulkan respon proliferasi sel B pada sentrum germinativum sehingga tersensititasi
terhadap antigen, mengakibatkan terjadinya hiperplasia struktur seluler. Regulasi respon imun
merupakan fungsi limfosit T yang akan mengontrol proliferasi sel dan pembentukan
imunoglobulin.12 Aktivitas tonsil paling maksimal antara umur 4 sampai 10 tahun. Tonsil mulai
mengalami involusi pada saat puberitas, sehingga produksi sel B menurun dan rasio sel T
terhadap sel B relatif meningkat. Pada Tonsilitis yang berulang dan inflamasi epitel kripta
retikuler terjadi perubahan epitel squamous stratified yang mengakibatkan rusaknya aktifitas sel
imun dan menurunkan fungsi transport antigen. Perubahan ini menurunkan aktifitas lokal sistem
11
sel B, serta menurunkan produksi antibodi. Kepadatan sel B pada sentrum germinativum juga
berkurang.10
F. Patogenesis
Patogenesis tonsilitis episode tunggal masih belum jelas. Diperkirakan akibat obstruksi
kripta tonsil, sehingga mengakibatkan terjadi multiplikasi bakteri patogen yang dalam jumlah
kecil didapatkan dalam kripta tonsil yang normal. Pendapat lain patogenesis terjadinya infeksi
pada tonsil berhubungan erat dengan lokasi maupun fungsi tonsil sebagai pertahanan tubuh
terdepan. Antigen baik inhalan maupun ingestan dengan mudah masuk ke dalam tonsil terjadi
Peradangan akut pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh virus seperti adenovirus,
virus Epstein Barr, influenza, para influenza, herpes simpleks, virus papiloma. Peradangan oleh
virus yang tumbuh di membran mukosa kemudian diikuti oleh infeksi bakteri. Keadaan ini akan
semakin berat jika daya tahan tubuh penderita menurun akibat peradangan virus sebelumnya.
Tonsilitis akut yang disebabkan oleh bakteri ini disebut peradangan lokal primer. Setelah terjadi
serangan tonsilitis akut ini tonsil akan benar-benar sembuh atau bahkan tidak dapat kembali
sehat seperti semula. Penyembuhan yang tidak sempurna akan menyebabkan peradangan ringan
pada tonsil. Apabila keadaan ini menetap atau berulang, bakteri patogen akan bersarang di dalam
tonsil dan terjadi peradangan yang kronis. Infeksi pada tonsil dapat terjadi akut, kronis dan
Flora polimikrobial yang terdiri dari bakteri aerobic dan anaerobic telah diamati pada
kultur inti tonsil dalam kasus faringitis berulang, dan anak-anak dengan tonsilitis berulang
12
memiliki populasi bakteri yang berbeda dari anak-anak yang tidak memiliki banyak infeksi.
yang paling umum yang diisolasi pada tonsilitis berulang/berulang, dan Bacteroides fragilis
adalah bakteri anaerobic yang paling umum yang diisolasi pada tonsilitis berulang.6
Masa inkubasi tonsilitis akut adalah 2-4 hari. Gejala dan tanda yang sering ditemukan
antara lain :
- Nyeri tenggorokan
- Rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga
(atalgia). Rasa nyeri di telinga ini karena nyeri alih (referred pain) melalui saraf
n.glosofaringeus (n.IX).
berbentuk folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu. Kelenjar submandibular
13
H. Derajat Tonsil
14
I. Diagnosis
pasien. Selain itu dilakukan pemeriksaan pada tenggorokan pasien, yang akan didapatkan
pembengkakan tonsil, hiperemis, dan adanya detritus pada tonsil. Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan adalah pemeriksaan bakteriologi dari tonsil melalui pemeriksaan sediaan swab
secara gram dengan pewarnaan Ziehl-Nelson atau denganpemeriksaan biakan dan uji kepekaan.
Pemeriksaan ini dapat diambil dari swab permukaan tonsil maupun jaringan inti tonsil. Daerah
Permukaan tonsil mengalami kontaminasi dengan flora normal di saluran nafas atas.
Patogen yangdidapatkan dari daerah ini bisa jadi bukan merupakan bakteri yang menginfeksi
tonsil. Pemeriksaan kultur dari permukaan tonsil saja tidak selalu menunjukkan bakteri patogen
yang sebenarnya. Pemeriksaan kultur dari inti tonsil dapat memberikan gambaran penyebab
tonsilitis yang lebih akurat. Bakteri yang menginfeksi tonsil adalah bakteri yang masuk ke
J. Diagnosis Banding
- Tonsilitis Difteri
Seperti gejala infeksi lainnya terdapat kenaikan suhu tubuh namun biasanya subfebris,
gejala local berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama
makin meluas dan bersatu membentuk membrane semu. Membrane semu ini melekat
15
- Tonsilitis Kronis Eksaserbasi Akut
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus
melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Rasa ada yang mengganjal di
K. Penatalaksanaan
ditujukan untuk mengatasi infeksi yang terjadi baik pada tonsilitis akut maupun tonsilitis rekuren
atau tonsilitis kronis eksaserbasi akut. Antibiotik jenis penisilin merupakan antibiotik pilihan
pada sebagian besar kasus. Pada kasus yang berulang akan meningkatkan terjadinya perubahan
bakteriologi sehingga perlu diberikan antibiotik alternatif selain jenis penisilin. Pada bakteri
16
penghasil enzim β laktamase perlu antibiotik yang stabil terhadap enzim ini seperti amoksisilin
clavulanat.3,10
Selain terapi medikamentosa, terapi pembedahan atau tonsilektomi juga diperlukan pada
kasus-kasus tertentu. Tonsilektomi sendiri merupakan prosedur operasi pengangkatan tonsil yang
dilakukan dengan atau tanpa adenoidektomi. Prosedur ini dilakukan dengan mengangkat seluruh
tonsil dan kapsulnya dan otot dinding fossa tonsil. Indikasi tonsilektomi dahulu dan sekarang
tidak berbeda, namun terdapat perbedaan prioritas relative dalam menentukan indikasi
tonsilektomi pada saat ini. Dahulu tonsilektomi diindikasikan untuk terapi tonsilitis kronik dan
berulang. Saat ini, indikasi yang lebih utama adalah obstruksi akibat hipertrofi tonsil. Obtruksi
yang mengakibatkan gangguan menelan maupun gangguan nafas merupakan indikasi absolut.
Namun, indikasi relative tonsilektomi pada keadaan non emergensi dan perlunya batasan usia
a. Indikasi Absolut
- Abses peritonsil.
17
b. Indikasi Relatif
- Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik yang
adekuat
- Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi
medis
- Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik
- Sakit tenggorokan ditambah setidaknya salah satu dari gejala berikut ini memenuhi
syarat sebagai episode penghitungan: Suhu lebih dari 100,9 ° F (38,3 ° C),
Adenopati cervical (kelenjar getah bening membesar lebih dari 2 cm), terdapat
- Difteri tonsil.
serangan tonsilitis akut berulang lebih dari 4 kali dalam satu tahun kalender, atau lebih dari 7 kali
dalam 1 tahun, 5 kali setiap tahun selama 2 tahun, atau 3 kali setiap tahun selama 3 tahun. Bila
masih diragukan berikan antibiotic spektrum luas sebelum didapatkan hasil kultur tonsil
kemudian lanjutkan dengan antibiotik sesuai kultur. Bila terdapat rekurensi dalam 1 tahun
diindikasikan untuk tonsilektomi. Bila ditemukan gejala yang persisten yang nyata lebih dari 1
bulan dengan eritema peritonsil indikasi untuk tonsilektomi. Bila gejala dimaksud masih
diragukan berikan antibiotik selama 3-6 bulan sesuai kultur, jika gejala masih menetap indikasi
tonsilektomi.10
18
L. Komplikasi
Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut, sinusitis, abses peritonsil
(Quinsy thorat), abses parafaring, bronchitis, glomerulonephritis akut, miokarditis, artitis, serta
septicemia akibat infeksi v. Jugularis interna (Sindrom Lemierre). Akibat hipertrofi tonsil akan
menyebabkan pasien bernapas melalui mulut, tidur mendengkur (ngorok), gangguan tidur karena
terjadinya sleep apnea yang dikenal sebagai Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS).3
19
DAFTAR PUSTAKA
3. Soepardi Arsyad, Iskandar Nurbaiti, Bashiruddin Jenny, dan Restuti D R. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Ed 7. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2012: p. 190-202.
4. Hayes Kristin. Chronic and Reccurent Tonsillitis: What to Know. 2018. Diakses pada
tanggal 14 Oktober 2018, di https://www.verywellhealth.com/chronic-and-recurrent-
tonsillitis-1191984.
6. Shah K, MD, FACS, FAAP. Tonsillitis and Peritonsilar Abcess. 2018. Diakses pada
tanggal 14 Oktober 2018, di https://emedicine.medscape.com/article/871977-overview.
9. Embriologi dan Anatomi Tonsil. 2017. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2018, di
https://kupdf.net/download/anatomi-tonsil_59113d8cdc0d60973e959f00_pdf.
20
11. Trimartani dkk. Panduan Praktis Klinis Tindakan. Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga
Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia. Vol 84 (5). 2015.
12. Randel A. AAO-HNS Guidelines For Tonsillectomy in Children and Adolescents. 2011
21