Anda di halaman 1dari 1

dan fiqhnya.

Mereka ini pula sering disebut sebagai kelompok teroris, bagi orang yang melihat perbuatan
mereka sebagai tindakan teror.
Memang betul bahwa dalam memeluk agama tidak hanya perlu ucapan lisan, namun yang lebih penting
adalah keridhoan memeluk agama tersebut. Iman itu dikatakan dengan lisan, dibenarkan dengan hati
dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Seseorang yang dipaksa untuk memeluk agama, misalnya di
bawah pengaruh ancaman, walaupun seseorang itu mengucapkan dengan lisannya (dengan terpaksa)
bahwa ia memeluk agama “A” namun hatinya menolak maka percuma saja. Percuma saja lisan berkata
saya masuk agama “A” namun hatinya masih beragama “B”. Wajarlah bila Allah SWT berfirman:

Tidak ada paksaan untuk agama ; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia
telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. (Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 256)
Dalam penafsiran ayat di atas terdapat berbagai macam pandangan dari pada ulama. Ada yang
menyatakan bahwa ayat tersebut sudah dinaskh dengan ayat perang (ayat al-qital). Namun pendapat lain
menyatakan bahwa sebab turun ayat tersebut sebagai berikut:

1. Diriwayatkan dari Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Hibban, Ibnu Jarir dari Ibnu Abbad. Alkisah, ada
seseorang perempuan tidak punya anak. Ia berjanji pada dirinya bahwa sekirannya ia mempunyai
anak, maka anaknya akan dijadikan seorang Yahudi. Ia tak akan membiarkan anaknya memeluk
agama selain Yahudi. Dengan latar itu, ayat ini turun sebagai bentuk penolakan terhadap adanya
pemaksaan dalam agama. (1)
2. Ayat itu turun terkait peristiwa seorang laki-laki Anshar, Abu Hushain. Dikisahkan, Abu Hushain
adalah seorang Muslim yang memiliki dua anak Kristen. Ia mengadu kepada Nabi, apakah dirinya
boleh memaksa dua anaknya masuk Islam, sementara anaknya cenderung kepada Kristen. Ia
mengadukan kepada Nabi, apakah dirinya akan membiarkan mereka masuk neraka. Dengan
kejadian tersebut, turun firman Allah tadi yang melarang pemaksaan dalam urusan agama. (2)
Setelah mengetahui sebab turunnya ayat diatas, memang benar bahwa untuk memeluk agama itu perlu
kesadaran dari dalam, bukan paksaan dari luar. Tidak ada agama dengan paksaan sebagaimana tidak
ada cinta dengan paksaan. Namun, memeluk agama tanpa paksaan bukan berarti kita tidak diajarkan
untuk menyeru kepada Al-Islam. Menyeru orang lain untuk kebaikan atau kepada agama Islam
(berdakwah) sangat dianjurkan oleh Allah. Allah berfirman:

 Dan ini adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura dan orang-orang yang di luar
lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman
kepadanya dan mereka selalu memelihara sembahyangnya. (Qur’an Surat Al-An’am ayat 92)
 Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan
dihimpunkan kepada Tuhannya , sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi
syafa’atpun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa. (Qur’an Surat An-’am ayat 51)
 Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang
yang beriman. (Qur’an Surat Az-Zariyat ayat 55)
 Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan
senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami

Anda mungkin juga menyukai