Anda di halaman 1dari 1

 lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati

batas. (Qur’an Surat Kahfi Ayat 28)


 Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.
(Qur’an Surat Ali Imran ayat 104)
Namun dalam memberi peringatan atau mendakwahkan agama Islam itu, Allah SWT juga kembali lagi
memperingatkan bahwa tugas kita hanyalah memberi peringatan (berdakwah) tanpa pemaksaan . Allah
SWT berfirman:

 Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.
Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Qur’an Surat Al-Ghaasyiyah ayat 21-22)
 Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali-kali bukanlah seorang
pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut dengan
ancaman-Ku. (Qur’an Suran Qaaf ayat 45)
Tidak dibolehkannya melakukan pemaksaan dalam agama ini bisa dimaklumi karena Allah memposisikan
manusia sebagai makhluk berakal. Dengan akalnya, manusia bisa memilih agama mana yang terbaik
buat dirinya. Tentang kebebasan ini, Allah berfirman :

Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah
sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka
meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (Qur’an
Surat Al-Kahfi ayat 29)
Ayat diatas menunjukkan bahwa mau beriman atau kafir itu keputusannya di tangan manusia. Manusia
itu makhluk berakal, ia bisa menggunakan akalnya untuk meneliti agama manakah yang benar dan baik
karena sesugguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Tidak ada paksaan untuk
agama ; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat… (Qur’an Surat Al-
Baqarah ayat 256). Bila telah tahu mana agama yang benar dan baik, tapi masih juga tidak mau beriman
maka tanggung sendiri akibatnya yaitu (kembali lagi lihat surat Al-Kahfi ayat 29):

“…Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung
mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi
yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang
paling jelek” (Qur’an Surat Al-Kahfi ayat 29)
Toleransi dan tidak memaksakan agama sendiri inipun telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Pada
saat di Madinah, Nabi menyusun Piagam Maidah bersama umat agama lain untuk menjamin kebebasan
beragama. Dalam Pasal 25, Piagam Madinah disebutkan, “Bahwa orang-orang Yahudi Bani Auf adalah
satu umat dengan kaum Muslimin. Orang-orang Yahudi bebas berpegang kepada agama mereka dan
orang-orang Muslim bebas berpegang kepada agama mereka, termasuk pengikut mereka dan diri
mereka sendiri. Bila diantara mereka ada yang melakukan anaiaya dan durhaka, maka akibatnya akan
ditanggung oleh dirinya dan keluarganya”. Pasal 37 menjelaskan, orang-orang Muslim dan Yahudi perlu
bekerja sama dan saling menolong dalam menghadapi pihak musuh (3). Sebuah hadis menyebutkan,
barangsipa membunuh orang non-Muslim yang sudah berkomitmen tentang kedamaian (mu’ahad) maka
ia tidak akan pernah mencium bau harum surga(4).

Anda mungkin juga menyukai