Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah anugrah yang tidak bisa digantikan dengan uang. Orang yang
memiliki kekayaan akan berhitung dalam menghadapi penyakit karena
kemungkinan dalam sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk
mengobati penyakit yang dideritanya.Begitu pula dengan resiko kecelakaan dan
kematian. Suatu peristiwa yang tidak kita harapkan namun bias terjadi kapan saja
sebab kecelakaan dapat menyebabkan merosotnya kesehatan, kecacatan, ataupun
kematian karenanya kita kehilangan pendapatan, baik sementara maupun
permanen.

Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. UUD 1945 mengamanatkan bahwa jaminan
kesehatan bagi masyarakat, khususnya yang miskin dan tidak mampu, adalah
tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Pada UUD 1945 Perubahan, Pasal
34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah menjalankan UUD 1945 tersebut dengan
mengeluarkan UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) untuk memberikan jaminan sosial menyeluruh bagi setiap orang dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya
masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Dalam UU No 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan juga ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

Mulai 1 Januari 2014, program-program jaminan kesehatan sosial yang telah


diselenggarakan oleh pemerintah dialihkan kepada BPJS Kesehatan. Kementerian

1
kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program Jamkesmas. Kementerian
Pertahanan,TNI dan POLRI tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan
kesehatan bagi pesertanya, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu berkaitan
dengan kegiatan operasionalnya yang ditentukan dengan Peraturan Pemerintah.
PT Jamsostek (Persero) tidak lagi menyelenggarakan program jaminan kesehatan
pekerja.

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan amanat UUD 1945 yang
mewajibkan negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu, sesuai dengan martabat
kemanusiaan. Program ini akan diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) yang merupakan penyatuan dari beberapa BUMN yang
ditunjuk, yaitu PT. Jamsostek, PT. Askes, PT. Taspen, dan PT. Asabri. Dalam
penyelenggaraannya, BPJS terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
Dalam APBN 2013, Pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk persiapan
pelaksanaan SJSN, antara lain berupa penyertaan modal negara, peningkatan
kapasitas puskemas dan rumah sakit milik Pemerintah. Selain itu, Pemerintah juga
menyediakan anggaran untuk peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat
pelayanan kesehatan, serta anggaran sosialisasi, edukasi dan advokasi kepada
masyarakat tentang SJSN dan BPJS. Mulai 2014, Pemerintah menanggung iuran
bagi masyarakat miskin dan kurang mampu (yang disebut sebagai Penerima
Bantuan Iuran atau PBI) untuk menjamin keikutsertaan mereka dalam program ini.
Dengan berbagai kebijakan tersebut, alokasi belanja negara akan meningkat secara
signifikan.

Peraturan perundangan jaminan sosial yang efektif akan berdampak pada


kepercayaan dan dukungan publik akan transformasi badan penyelenggara. Publik
hendaknya dapat melihat dan merasakan bahwa transformasi badan penyelenggara
bermanfaat bagi peningkatan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan SJKN,
sebagai salah satu pilar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Pembangunan

2
dukungan publik diiringi dengan sosialisasi yang intensif dan menjangkau segenap
lapisan masyarakat. Sosialisasi diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran
pentingnya penyelenggaraan SJKN dan penataan kembali penyelenggaraan
program jaminan kesehatan nasional agar sesuai dengan prinsip-prinsip jaminan
sosial yang universal, sebagaimana diatur dalam Konstitusi dan UU SJKN

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah
antara lain sebagai berikut : Bagaimana Penegertian dan tujuan JKN, Mengetahui
Prinsip pelaksanaan program JKN dan Mengetahui prinsip Kepesertaan JKN.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui Latar Belakang dan tujuan JKN

2. Untuk Mengetahui Prinsip pelaksanaan program JKN

3. Untuk Mengetahui prinsip Kepesertaan JKN

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian JKN dan Tujuan JKN

1. Pengeetian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Program JKN ini adalah merupakan salah satu program khusus yang
berasal dari Pemerintah Indonesia yang akan membawa angin segar bagi
seluruh lapisan masyarakat dan rakyat Indonesia. Tentunya tujuan serta
manfaat dari program ini adalah bagi rakyat Indonesia secara keseluruhan.

Jaminan Kesehatan Nasional JKN ini adalah jaminan berupa


perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayar oleh pemerintah. Sedangkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan kesehatan. Dan BPJS Kesehatan mulai operasional pada
tanggal 1 Januari 2014.

Program Jaminan Kesehatan Sosial Nasional adalah merupakan salah


satu jaminan yang diselenggarakan BPJS. Jaminan kesehatan yang diberikan
bukan hanya pada saat memiliki penyakit kronis seperti jantung atau kanker
namun juga termasuk di dalamnya usaha-usaha pencegahan, seperti imunisasi.
Selain itu pelayanan jaminan kesehatan ini dapat diterima diberbagai rumah
sakit, baik milik pemerintah maupun swasta apabila telah menandatangani
kontrak. Dimana mutu pelayanan yang diberikan merata terhadap setiap orang
tidak bergantung pada besarnya iuran, sehingga rakyat miskin tidak perlu
khawatir mendapat perlakuan berbeda.

4
Seperti yang telah kita kenal bahwa jaminan asuransi kesehatan adalah
seperti halnya PT Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES), Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ASABRI), Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN) yang
kesemuanya itu masuk dalam bagian jaminan asuransi kesehatan di Indonesia
belum termasuk yang swasta.

Semua warga negara Indonesia wajib menjadi peserta JKN termasuk


warga negara asing yang sudah tinggal di Indonesia lebih dari 6 bulan dan
wajib membayar iuran kepada BPJS, bagi yang tidak mampu iuran dibayarkan
pemerintah (PBI) yang pesertanya ditetapkan pemerintah. Konsep iuran BPJS
bagi pekerja maupun PNS adalah 3 persen ditanggung pemberi kerja
(perusahaan) dan 2 persen ditanggung pekerja itu sendiri, sehingga totalnya 5
persen berdasarkan upah.

Dasar landasan dan dasar hukum dari jaminan kesehatan nasional ini
adalah Undang - undang No 40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial
nasional ( SJSN ) , Undang- undang No 24 tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ), PP No 101/ 2012 tentang Penerima
Bantuan Iuran ( PBI ) , Perpres No 12 / 2103 tentang Jaminan Kesehatan
Nasional , Roadmap JKN, Rencana aksi pengembangan pelayanan kesehatan,
Permenkes, Peraturan BPJS.

Peran Pemerintah Pusat dan Daerah dalam Pembiayaan Kesehatan


diantaranya dalam pembiayaan operasional fasilitas kesehatan akan dibiayai
dari hasil pendanaan jaminan kesehatan, namun pada masa transisi untuk
fasilitas sistem pelayanan kesehatan daerah masih membutuhkan subsidi
operasional dari pemerintah daerah.
Sedangkan ASKES yang dibawahi pusat akan tetap menjadi tanggung jawab
Pemerintah Pusat. Ketersediaan dan pemenuhan kebutuhan SDM kesehatan

5
termasuk pendistribusiannya menjadi tanggung jawab pusat dan daerah.
Kementerian Kesehatan (pusat) akan fokus pada pengaturan termasuk
pedoman, standar-standar dan penyeimbang anggaran berdasarkan fiskal
daerah.

2. Tujuan Jaminan Kesehatan Nasional

Tujuan penyelenggaraan JKN adalah menjamin peserta memperoleh


manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan. (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 19). Manfaat jaminan
kesehatan yang bisa diperoleh dari sistem ini adalah bersifat pelayanan
perseorangan yang mencakup daripada pelayanan preventif, kuratif dan
rehabilitatif termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan.

Bagi para peserta akan memperoleh pelayanan kesehatan dengan


mengikuti prosedur pelayanan. Seperti halnya dalam mengikuti sistem rujukan
yang berjenjang, adapun fasilitas kesehatan yang digunakan dalam JKN
meliputi fasilitas primer, sekunder dan tersier, baik milik pemerintah maupun
swasta yang bekerjasama dengan BPJS, manfaatnya terdiri dari medis dan non
medis serta pelayanan ambulans.

B. Pelaksanaan Program JKN?

I. Prinsip Program JKN

JKN secara nasional diijalankan berdasarkan prinsip asuransi social


dan prinsip equitas. Sesuai dengan UU No 40 Tahun 2004 tentang SJSN,
maka Jaminan Kesehatan Nasional dikelola dengan prinsip :

II. Prinsip asuransi social

 Gotong royong.

6
Dengan kewajiban semua peserta membayar iuran maka akan
terjadi prinsip gotong royong dimana yang sehat membantu yang sakit,
yang kaya membantu yang miskin

 Nirlaba.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tidak diperbolehkan


mencari untung. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana
amanat, sehingga hasil pengembangannya harus dimanfaatkan untuk
kepentingan peserta.

 Keterbukaan, kehati – hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.

Prinsip manajemen ini mendasari seluruh pengelolaan dana


yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangan

 Portabilitas.

Prinsip ini menjamin bahwa sekalipun peserta berpindah tempat


tinggal atau pekerjaan, selama masih di wilayah Negara Republik
Indonesia tetap dapat mempergunakan hak sebagai peserta JKN

 Kepesertaan bersifat wajib.

Agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi.


Penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat
dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.

 Dana Amanat.

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan


kepada badan penyelenggara untuk dikelola sebaik – baiknya demi
kepentingan peserta.

7
Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan untuk sebesar – besar kepentingan
peserta.

III. Prinsip Equitas

Prinsip ekuitas adalah kesamaan dalam memperoleh pelayanan


kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis yang tidak terkait dengan
besaran iuran yang telah dibayarkan. Prinsip ini diwujudkan dengan
pembayaran iuran sebesar prosentase tertentu dari upah bagi yang memiliki
penghasilan dan pemerintah membayarkan iuran bagi mereka yang tidak
mampu.

3. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional

Ada 2 (dua) manfaat Jaminan Kesehatan, yakni berupa pelayanan


kesehatan dan Manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans.
Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan
dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Pelayanan yang
diberikan bersifat paripurna (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif) tidak
dipengaruhi oleh besarnya biaya premi bagi peserta. Promotif dan preventif
yang diberikan dalam konteks upaya kesehatan perorangan (personal
care). Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian
pelayanan:

A. Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan


mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan
sehat.

B. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis


Tetanus dan HepatitisB (DPTHB), Polio, dan Campak.

8
C. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan
tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga
berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar
disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

D. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk


mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko
penyakit tertentu.

Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif


namun masih ada yang dibatasi, yaitu kaca mata, alat bantu dengar (hearing
aid), alat bantu gerak (tongkat penyangga, kursi roda dan korset). Sedangkan
yang tidak dijamin meliputi:

a. Tidak sesuai prosedur

b. Pelayanan diluar Faskes yang bekerjasama dengan BPJS

c. General check up, pengobatan alternative dan Pelayanan bertujuan kosmetik

d. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, Pengobatan Impotensi

e. Pelayanan Kesehatan Pada Saat Bencana

f. Pasien Bunuh Diri /Penyakit Yg Timbul Akibat Kesengajaan Untuk Menyiksa


Diri Sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba

C. Pembiayaan

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur
oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan
Kesehatan (pasal 16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan). Tarif
Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka olehBPJS
Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkanjumlah peserta

9
yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlahpelayanan kesehatan yang
diberikan. Sedangkan Tarif Non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh
BPJS Kesehatankepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan
jumlahpelayanan kesehatan yang diberikan.

Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-
CBG’sadalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada
FasilitasKesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan
kepadapengelompokan diagnosis penyakit.

Pembayaran iuran dibedakan menjadi:

1. Bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.

2. Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh Pemberi


Kerja dan Pekerja.

3. Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja
iuran dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.

4. Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui


Peraturan Presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan
perkembangan sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak.

Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan


persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal
tertentu (bukan penerima upah dan PBI). Setiap Pemberi Kerja wajib
memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran peserta yang menjadi
tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada
BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan).
Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada
hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda

10
administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak
dan dibayar oleh Pemberi Kerja.

Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib
membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan palinglambat tanggal
10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN
dapat dilakukan diawal.

BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN sesuai


dengan Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan
pembayaran iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada
Pemberi Kerja dan/atau Peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak
diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran
diperhitungkan dengan pembayaran Iuran bulan berikutnya.

Iuran premi kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


Kesehatan pekerjainformal. Besaran iuran bagi pekerja bukan penerima upah
itu adalah Rp25.500 per bulan untuk layanan rawat inap kelas III, Rp42.500
untuk kelas II dan Rp59.500 untuk kelas I.

BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat


pertama denganKapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan,
BPJS Kesehatan membayar dengan sistem paket INA CBG’s. Mengingat
kondisi geografis Indonesia, tidak semua Fasilitas Kesehatan dapat dijangkau
dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak memungkinkan pembayaran
berdasarkan Kapitasi, BPJS Kesehatan diberi wewenang untuk melakukan
pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih berhasil.

Semua Fasilitas Kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan


BPJS Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah
keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas

11
kesehatan tersebut wajib merujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan.

BPJS Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan yang tidak


menjalin kerjasama setelah memberikan pelayanan gawat darurat setara dengan
tarif yang berlaku di wilayah tersebut.

D. Pelayanan

Dalam Jaminan Kesehatan Nasional peserta mendapatkan pelayanan sebagai


berikut:

I. Jenis Pelayanan

Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN,
yaitu berupapelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan
ambulans (manfaat non medis). Ambulans hanya diberikan untuk pasien
rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh
BPJS Kesehatan.

II. Prosedur Pelayanan

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus


memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama.
Bila Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu
harus dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama,
kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

III. Kompensasi Pelayanan

Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi


syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, BPJS Kesehatan
wajib memberikan kompensasi, yang dapat berupa: penggantian uang tunai,

12
pengiriman tenaga kesehatan atau penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu.
Penggantian uang tunai hanya digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan
transportasi.

IV. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan

Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan


yang menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan
milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta yang memenuhi persyaratan
melalui proses kredensialing dan rekredensialing.

V. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional


merupakan bagian dari sistem kendali mutu dan biaya. Kegiatan ini
merupakan tanggung jawab Menteri Kesehatan yang dalam pelaksanaannya
berkoordinasi dengan Dewan Jaminan Kesehatan Nasional. Pengawasan
terhadap BPJS dilakukan secara eksternal dan internal. Pengawasan
internaloleh organisasi BPJS meliputi: a. Dewan pengawas; dan b. Satuan
pengawas internal. Sedangkan Pengawasan eksternal dilakukan oleh:

a. DJSN

b. Lembaga pengawas independen.

E. KEPESERTAAN JKN

Sebagaimana telah dijelaskan dalam prinsip pelaksanaan program JKN di atas,


maka kepesertaan bersifat wajib. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing
yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar
iuran. Peserta JKN terdiri dari Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Peserta
Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI).

13
1. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima


Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan, diantaranya disebutkan bahwa:

a. Kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu ditetapkan oleh Menteri
Sosial setelah berkoordinasi dengan Menteri dan/atau pimpinan lembaga
terkait.

b. Hasil pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu yang dilakukan oleh
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik
(BPS) diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri Sosial untuk dijadikan data
terpadu.

c. Data terpadu yang ditetapkan oleh Menteri Sosial dirinci menurut provinsi
dan kabupaten/kota dan menjadi dasar bagi penentuan jumlah nasional
PBI Jaminan Kesehatan

d. Menteri Kesehatan mendaftarkan jumlah nasional PBI Jaminan Kesehatan


sebagai peserta program Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan.

e. Untuk tahun 2014, peserta PBI JKN berjumlah 86,4 juta jiwa yang
datanya mengacu pada Basis Data Terpadu (BDT) hasil Pendataan
Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang dilaksanakan pada tahun 2011
oleh BPS dan dikelola oleh Sekretariat Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).

Namun demikian, mengingat sifat data kepesertaan yang dinamis, dimana


terjadi kematian, bayi baru lahir, pindah alamat, atau peserta adalah PNS,
maka Menteri Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 149 tahun 2013
yang memberikan kesempatan kepada Pemerintah Daerah untuk
mengusulkan peserta pengganti yang jumlahnya sama dengan jumlah peserta

14
yang diganti. Adapun peserta yang dapat diganti adalah mereka yang sudah
meninggal, merupakan PNS/TNI/POLRI, pensiunan PNS/TNI/POLRI, tidak
diketahui keberadaannya, atau peserta memiliki jaminan kesehatan lainnya.
Disamping itu, sifat dinamis kepesertaan ini juga menyangkut perpindahan
tingkat kesejahteraan peserta, sehingga banyak peserta yang dulu terdaftar
sebagai peserta Jamkesmas saat ini tidak lagi masuk ke dalam BDT.

2. Peserta Non Penerima Bantuan Iuran (Non PBI)

Yang dimaksud dengan Peserta Non PBI dalam JKN adalah setiap
orang yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu, yang
membayar iurannya secara sendiri ataupun kolektif ke BPJS Kesehatan.
Peserta Non PBI JKN terdiri dari :

a. Peserta penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu Setiap orang yang
bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah, antara lain
Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara,
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, dan
Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah

b. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu setiap orang
yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, antara lain pekerja di luar
hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan lain sebagainya

c. Bukan pekerja penerima dan anggota keluarganya, setiap orang yang tidak
bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, antara lain
Investor, Pemberi kerja, Penerima pensiun, Veteran, Perintis kemerdekaan,
dan bukan pekerja lainnya yang memenuhi kriteria bukan pekerja
penerima upah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang


Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan, disebutkan pada pasal 11 ayat 1b

15
bahwa ‘penambahan data Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu untuk
dicantumkan sebagai PBI Jaminan Kesehatan karena memenuhi kriteria Fakir
Miskin dan Orang Tidak Mampu’. Kemudian pada ayat 2 disebutkan bahwa
‘Perubahan data PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diverifikasi dan divalidasi oleh Menteri. Sementara itu, Menteri Kesehatan
melalui Surat Edaran Nomor HK/Menkes/32/I/2014 tentang Pelaksanaan
Pelayanan Kesehatan bagi Peserta BPJS Kesehatan pada Fasiitas Kesehatan
Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan yang mulai berlaku sejak 1
Januari 2014 menjelaskan tentang Penjaminan terhadap bayi baru lahir
dilakukan dengan ketentuan:

a. Bayi baru lahir dari peserta PBI secara otomatis dijamin oleh BPJS
Kesehatan. Bayi tersebut dicatat dan dilaporkan kepada BPJS Kesehatan oleh
fasilitas kesehatan untuk kepentingan rekonsiliasi data PBI

b. Bayi anak ke-1 (satu) sampai dengan anak ke-3 (tiga) dari peserta pekerja
penerima upah secara otomatis dijamin oleh BPJS Kesehatan

Bayi baru lahir dari:

1) Peserta pekerja bukan penerima upah;

2) Peserta bukan pekerja; dan

3) Anak ke-4 (empat) atau lebih dari peserta penerima upah, dijamin hingga
hari ke-7 (tujuh) sejak kelahirannya dan harus segera didaftarkan sebagai
peserta.

Apabila bayi sebagaimana dimaksud dalam huruf c tidak didaftarkan hingga


hari ke-7 (tujuh) sejak kelahirannya, mulai hari ke-8 (delapan) bayi tersebut
tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan.

16
3. Hak dan Kewajiban Peserta BPJS Kesehatan

A. Hak Peserta

1. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh


pelayanan kesehatan;

2. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta


prosedur pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

3. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang


bekerjasama dengan BPJS Kesehatan; dan

4. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau


tertulis ke Kantor BPJS Kesehatan.

B. Kewajiban Peserta

1. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang


besarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku ;

2. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan,


perceraian, kematian, kelahiran, pindah alamat atau pindah fasilitas
kesehatan tingkat I;

3. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh
orang yang tidak berhak.

4. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem Jaminan Kesehatan Nasional adalah adalah jaminan berupa


perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar
oleh pemerintah.

Beberapa Prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional, antara lain :

a. Prinsip kegotong royongan.

b. Prinsip nirlaba.

c. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas.

d. Prinsip portabilitas.

e. Prinsip kepesertaan bersifat wajib.

f. Prinsip dana amanat.

g. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial Nasional

Tujuan penyelenggaraan JKN adalah menjamin peserta memperoleh manfaat


pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan,

Manfaat jaminan kesehatan yang bisa diperoleh dari sistem ini adalah bersifat
pelayanan perseorangan yang mencakup daripada pelayanan preventif, kuratif dan
rehabilitatif termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan.

18
DAFTAR PUSTAKA

_______2004, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial


Nasional

_______2009, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


_______2009, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tenatng Rumah Sakit
_______2011, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial _______2012, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun


2012 Tentang Penerima

Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan _______2013, Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun


2013 tentan Jaminan

Kesehatan Nasional, Republik Indonesia _______2012, Peta Jalan Menuju Jaminan


Kesehatan Nasional 2012-2019,

Republik Indonesia Kemenkes. 2013, Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan


Nasional (JKN)

dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Pusat Informasi JKN http://www.jamkesindonesia.com/jkn/detail/prinsip

19

Anda mungkin juga menyukai