Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PRAKTIKUM KLINIK SANITASI

INSTRUMEN ALUR PELAYANAN KLINIK SANITASI DI


PUSKESMAS X

Dosen Pembimbing :
Imam Thohari, ST., M.MKes

Disusun Oleh :
1. Jerry Ryan Sumartono P27833116003
2. Umi Mardiyah P27833116012
3. Putri Ane Okta Y P27833116035

PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
SEMESTER V
2018
SKEMA ALUR PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI PUSKESMAS X
PADA PENDERITA PENYAKIT ISPA (Dalam Gedung)

Pasien/Penderita Loket R. Pemeriksaan Laboratoriun


ISPA Pendaftaran Umum/BKIA/Gizi

Klien/Masyarakat Klinik Terpadu Farmasi/Apotik


Umum sanitasi

Pulang

Alur Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas pada penyakit ISPA:

A. Pelayanan Pasien yang menderita penyakit ISPA yang diakibatkan oleh Faktor
Risiko Lingkungan

1) Pasien mendaftar di ruang pendaftaran.


Pendaftaran adalah tata cara penerimaan pasien yang akan berobat ke unit
pelayanan/poli dan merupakan bagian dari alur pelayanan kesehatan di puskesmas.
Langkah awal yang dilakukan sesampainya pasien di puskesmas adalah menuju ke
loket pendaftaran. Di loket pendaftaran ini pasien mengambil nomor antrian. Petugas
puskesmas akan menanyakan tujuan kedatangan pasien dan poli mana yang akan
dituju. Selain itu, petugas di loket pendaftaran akan menanyakan apakah pasien sudah
pernah berkunjung ke puskesmas tersebut atau belum untuk menentukan status pasien
lama atau baru.

2) Petugas pendaftaran mencatat/mengisi kartu status.


Setelah mengetahui status pasien lama/baru, petugas pendaftaran akan mengambil
berkas rekam medik pasien dan melakukan identifikasi pasien serta mengisi keluhan
pasien pada kartu status. Untuk pasien baru, petugas pendaftaran akan menanyakan
kartu identitas pasien (KTP/KK/Kartu identitas lain yang berlaku) kemudian petugas
pendaftaran akan membuatkan rekam medik dan kartu identitas berobat pada pasien
tersebut. Selanjutnya petugas pendaftaran melakukan identifikasi pasien serta mengisi
keluhan pasien pada kartu status

3) Petugas pendaftaran mengantarkan kartu status tersebut ke petugas ruang


pemeriksaan umum.
Petugas mempersilahakan pasien menuju ruang tunggu pelayanan yang
dibutuhkan. Untuk penderita ISPA biasanya berada di poli pemeriksaan umum.

4) Petugas di ruang pemeriksaan umum Puskesmas (Dokter, Bidan, Perawat)


melakukan pemeriksaan terhadap Pasien.
Langkah awal yang dilakukan adalah petugas melakukan anamnesa. Anamnesa
adalah suatu kegiatan wawancara antara pasien/keluarga pasien dan dokter atau
tenaga kesehatan lainnya yang berwenang untuk memperoleh keterangan-
keterangan tentang keluhan dan penyakit yang diderita pasien
Anamnesa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Auto-anamnesa yaitu kegiatan wawancara langsung kepada pasien karena
pasien dianggap mampu tanya jawab
2. Allo-anamnesa yaitu kegiatan wawancara secara tidak langsung atau dilakukan
wawancara/tanya jawab pada keluarga pasien atau yang mengetahui tentang
pasien.
Anamnesa pada pasien ISPA bisa berupa adanya demam,batuk,mata merah, lemah,
lesu, lekas lelah, pilek, dan suara serak. Setelah melakukan anamnesa, petugas
melakukan pemeriksaan fisik seperti adanya tonsil, kemerahan pada tenggorokan,
pembesaran tonsil, ada/tidak ronkhi, kecepatan nafas. Pemeriksaan juga dapat
dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium untuk mengecek adanya komplikasi
atau pekembangan mikroba sehingga menyebabkan ISPA. Setelah melakukan
pemeriksaan maka akan ditegakkan diagnosa. Petugas melakukan edukasi kepada
pelanggan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan dapat sembuh dengan
sendiri dalam beberapa hari, cukup dengan istirahat yang baik, makanan yang bergizi
dan pengobatan simptomatis. Apabila ada kecurigaan infeksi sekunder, petugas
member pelanggan resep dengan pengobatan simptomtis dan antibiotika. Apabila
dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa penyebab ISPA bisa karena faktor
lingkungan, petugas di poli umum akan merujuk pasien untuk menuju ke klinik
terpadu sanitasi agar mendapatkan konseling.

5) Pasien selanjutnya menuju Klinik Terpadu Sanitasi untuk mendapatkan


pelayanan Konseling.
Pelaksanaan konseling dilakukan dengan fokus pada permasalahan kesehatan
yang dihadapi pasien. Dalam melaksanakan Konseling kepada Pasien, Tenaga
Kesehatan Lingkungan menggunakan panduan Konseling serta media informasi/
alat peraga bila diperlukan seperti poster, lembar balik, leaflet, maket, serta alat
peraga lainnya. Tenaga Kesehatan Lingkungan dapat mengembangkan daftar
pertanyaan terhadap Pasien dengan diagnosis penyakit lain atau sesuai
kebutuhan. Tenaga Kesehatan Lingkungan dalam memberikan saran tindak
lanjut sesuai dengan permasalahan kesehatan lingkungan yang dihadapi
berdasarkan pedoman teknis yang berlaku. Ada enam langkah dalam
melaksanakan Konseling yang biasa disingkat dengan "SATU TUJU" yaitu :
SA = Salam, Sambut:

Petugas memberi salam, menyambut Pasien dengan hangat. Petugas menunjukkan


bahwa petugas memperhatikan pasien, mengerti keadaan dan keperluannya,
bersedia menolongnya dan mau meluangkan waktu. Petugas meyakinkan pasien
bahwa dia bisa dipercaya dan akan menjaga kerahasiaan percakapan petugas dengan
Pasien.
T - tanyakan :
Petugas akan menanyakan bagaimana keadaan atau meminta pasien untuk
menyampaikan masalahnya . Selain itu, petugas akan menanyakan apa peluang
yang dimiliki pasien serta apa hambatan yang dihadapinya. Hal ini diperlukan
untuk menolong mencari cara pemecahan masalah yang terbaik bagi Pasien.

U-Uraikan :

Petugas akan menguraikan tentang hal-hal yang ingin diketahuinya ,memahami


diri pasien, keadaan dan kebutuhannya untuk memecahkan masalah. Dalam
menguraikan petugas bisa menggunakan media Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi (KIE) supaya lebih mudah dipahami.

TU – Bantu :

Petugas akan membantu pasien mencocokkan keadaannya dengan berbagai


kemungkinan yang bisa dipilihnya untuk memperbaiki keadaannya atau
mengatasi masalahnya.
J - Jelaskan :

Petugas memberikan penjelasan yang lebih lengkap mengenai cara mengatasi


permasalahan yang dihadapi Pasien dari segi positif dan negatif serta
mendiskusikan upaya untuk mengatasi hambatan yang mungkin terjadi. Selain
itu juga dijabarkan berbagai pelayanan yang dapat dimanfaatkan untuk
memecahkan masalah tersebut.

U - Ulangi:

Petugas mengulangi pokok-pokok yang perlu diketahui dan diingatnya.

6) Untuk melaksanakan Konseling tersebut, Tenaga Kesehatan Lingkungan


mengacu pada Contoh Bagan dan Daftar Pertanyaan Konseling (terlampir).
Bagan dan contoh pertanyaan tentang ISPA dan penyakit berbasis lingkungan
lainnya mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No 13 Tahun 2015
tengatang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.
Petugas kesling akan menanyakan beberapa pertanyaan tentang penyakit ISPA
seperti lama sakit, berapa jumlah orang yang sakit dalam satu keluarga, keadaan
rumah (pintu dan jendela,lubang penghawaan, luas rumah,dll) bahan bakar
memasak, cerobong sap, kebiasaan tidur, perilaku batuk, dan lain-lain sehingga
diharapkan dapat menemukan penyebab dari timbulnya penyakit tersebut.
Biasanya beberapa masalah yang muncul sehingga menjadi penyebab penyakit
ISPA adalah tingkat hunian yang padat, ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi
syarat, serta perilaku keluarga yang tidak menerapkan PHBS. Dari masalah
masalah tersebut, petugas akan memberikan beberapa saran atau rekomendasi
perbaikan sehingga penyakit ISPA dapat dikendalikan dan dicegah.

7) Hasil Konseling dicatat dalam formulir pencatatan status kesehatan lingkungan


dan selanjutnya Tenaga Kesehatan Lingkungan memberikan lembar saran/tindak
lanjut dan formulir tindak lanjut Konseling kepada Pasien.
Pemberian saran atau rekomendasi dari petugas didasarkan pada masalah yang
dihadapi oleh pasien. Apabila pasien memiliki masalah tingkat hunian rumah
padat maka dapat diberikan rekomendasi agar Satu kamar dihuni tidak lebih dari
2 orang atau sebaiknya luas kamar > 8 m2/jiwa serta lantai rumah yang masih
berupa tanah dapat disemen. Untuk masalah ventilasi atau penghawaan yang
tidak memenuhi syarat dapat diberikan rekomendasi berupa Memperbaiki
lubang penghawaan/ ventilasi, Selalu membuka pintu/jendela terutama pada pagi
hari, Menambah ventilasi buatan. Dan beberapa saran rekomendasi terkait
perilaku hidup bersih dan sehat yaitu Tidak membawa anak/bayi saat/bayi saat
memasak di dapur, Menutup mulut bila batuk, Membuang ludah/riak pada
tempatnya, Tidak gunakan obat anti nyamuk bakar, Tidur sementara terpisah dari
penderita

8) Pasien diminta untuk mengisi dan menandatangani formulir tindak lanjut


Konseling.
Hal ini untuk meminta komitmen pasien untuk melaksanakan rekomendasi yang
telah diberikan.

9) Dalam hal diperlukan berdasarkan hasil Konseling dan/atau hasil surveilans


kesehatan menunjukkan kecenderungan berkembang atau meluasnya penyakit
atau kejadian kesakitan akibat Faktor Risiko Lingkungan, Tenaga Kesehatan
Lingkungan membuat janji Inspeksi Kesehatan Lingkungan.
Petugas kesehatan lingkungan membuat kesepakatan kapan akan dilakukan
kunjungan rumah untuk melihat kondisi atau keadaan rumah dan kehidupan
pasien. Diharapkan melalui inspeksi/kunjungan ke lapangan tersebut dapat
ditemukan penyebab pasti kejadian penyakit ISPA dan solusi untuk
memberantas dan mengendalikan penyakit tersebut.

10) Setelah Konseling di Klinik Terpadu Sanitasi, Pasien dapat mengambil obat di
Ruang Farmasi
Setelah melakukan konseling, pasien menuju ke ruang farmasi untuk mengambil
obat. Obat yang dapat dipakai adalah paracetamol 3 – 4 x 500mg (10 – 15
mg/kgBB/ 3-4 kali dalam 24 jam), amoxicilin 4 x 500 mg (10 – 15 mg/kgBB/ 24
jam), cotrimoxazole 2 x 960 mg (15 – 18 mg/kgBB/ 12 jam), dextromethorphan
3 x 10 mg, chloperheniraminmaletae 3 x 4 mg (0.35 mg/kgBB/ 24 jam),
gliserilguiakolat 3 x 100 mg dan Erithromycins 4 x 500 mg ( 30 – 50mg/ kgBB/
24jam)

11) Pasien pulang.

NB: Apabila pasien ISPA tidak memungkinkan untuk menerima konseling, maka
konseling diberikan kepada orang terdekat pasien keluarga atau pihak yang mendampingi.

B. Pelayanan Pasien yang datang untuk berkonsultasi masalah kesehatan lingkungan


(dapat disebut Klien)

1) Pasien mendaftar di Ruang Pendaftaran.


2) Petugas pendaftaran memberikan kartu pengantar dan meminta Pasien menuju
ke Klinik Terpadu Sanitasi.
3) Pasien melakukan konsultasi terkait masalah kesehatan lingkungan atau penyakit
dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan.
4) Tenaga Kesehatan Lingkungan mencatat hasil Konseling dalam formulir
pencatatan status kesehatan lingkungan, dan selanjutnya memberikan lembar
saran atau rekomendasi dan formulir tindak lanjut Konseling untuk ditindak
lanjuti oleh Pasien.
5) Pasien diminta untuk mengisi dan menandatangani formulir tindak lanjut
Konseling.
6) Dalam hal diperlukan berdasarkan hasil Konseling dan/atau kecenderungan
berkembang atau meluasnya penyakit atau kejadian kesakitan akibat Faktor
Risiko Lingkungan, Tenaga Kesehatan Lingkungan membuat janji dengan
Pasien untuk dilakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan dan selanjutnya Pasien
dapat pulang.

Daftar Pustaka
Anonim.2014. Pengertian Anamnesa, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang, Diagnosis,
Pronogsis, Terapi, dan Tindakan Medis. https://www.medric07.com, diakses online
tanggal 11 September 2018 jam 16.46 WIB
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 13 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
Standar Operasional Prosedur Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut UPTD
Puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri, berlaku mulai 30 September 2014.
UPTD Puskesmas Ponorogo Utara.2017. Pedoman Pelayanan Loket Pendaftaran
https://id.scribd.com diakses online 11 September 2018 ham 16.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai