Anda di halaman 1dari 8

UPEJ 3 (2) (2014)

Unnes Physics Education Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

IMPLEMENTASI STRATEGI TPCK DENGAN MEDIA SIMULASI


BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA KONSEP GETARAN DAN
GELOMBANG

E.D. Putriani, Sarwi


Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang,
Indonesia, 50229

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
SejarahArtikel: TPCK (Technological Pedagogical Content Knowledge) merupakan kerangka kerja guru dalam mengintegrasikan TIK
Diterima April 2014 dalam pembelajaran. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui penerapan strategi TPCK berbasis inkuiri
Disetujui April 2014 terbimbing terhadap peningkatan penguasaan konsep dan keaktifan belajar siswa.Metode penelitian yang
digunakan adalah control group pretest-posttest design. Dari hasil penelitian diperoleh t hitung > t tabel yang
Dipublikasikan Agustus
menunjukkan bahwa strategi TPCK berbasis inkuiri terbimbing efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep
2014
siswa. Data hasil observasi pada kelas eksperimen menunjukkan adanya peningkatan dalam hal keaktifan belajar
________________ siswa dari pertemuan I dan II. Secara umum kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah strategi
Keywords: TPCK berbasis inkuiri terbimbing berpengaruh positif dalam hal peningkatan penguasaan konsep dan keaktifan
TPCK, Concept of belajar siswa.
Vibrations and Waves,
Active Learning.
_____________________

Abstract
___________________________________________________________________
TPCK (Technological Pedagogical Content Knowledge) is the framework of teacher in integrating computer technology in
learning. The research aims to showed TPCK strategy based-on guided inquiry application was effective to improve
understanding of concept and active learning. The learning method used control group pretest-posttest design. The research
value showed thitung> ttabel.It’s mean TPCK strategy based-on guided inquiry was effective to improved to improve understanding
of concept. The observation on the experiment group results showed active learning improve from beginning until last meeting.
Overall conclusion, TPCK strategy based-on guided inquiry a positive effect of understanding of concept and active learning
improved.

© 2014 Universitas Negeri Semarang


Alamatkorespondensi: ISSN 2252-6935
Gedung D7 Lantai 2 Kampus UNNES,Semarang, 50229
E-mail: elizadephe@rocketmail.com
35

E . D. Putriani,dkk/ Unnes Physic Education Journal 3 (2) (2014)

PENDAHULUAN Rendahnya hasil belajar ditunjukkan oleh nilai rata-rata


Peran seorang guru dalam proses pembelajaran yang masih di bawah 76 (KKM kelas VIII SMP 1
sangat bergantung pada pencapaian tujuan progam Undaan), sedangkan pemahaman konsep yang sulit bagi
pendidikan di sekolah. Namun hal tersebut tidak sejalan siswa dikarenakan mahalnya alat atau keterbatasan alat
dengan masalah kualitas pengajar di Indonesia yang peraga untuk mengilustrasikan gejala fisika yang tidak
sedang terjadi. Berdasarkan Survey United Nations dapat diamati secara langsung. 80%-90% tenaga guru di
Educational, Scientific and Cultural Organization SMP 1 Undaan telah menguasai pengetahuan pedagogi
(UNESCO) tentang kualitas pendidikan di Negara- dan pemahaman konsep isi kandungan, hal tersebut
negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia terlihat dari progam sertifikasi. Di SMP N 1 Undaan
menempati peringkat 10 dari 14 negara dan untuk memiliki ruang multimedia yang lengkap dan telah
kualitas para guru, kualitasnya berada pada level 14 dari dilengkapi dengan WIFI, sekolah ini juga menyediakan
14 negara berkembang (Gumilar, 2013). LCD proyektor meskipun jumlahnya terbatas. Namun
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu IPA hanya 20% tenaga guru yang menggunakan teknologi
yang menjadi dasar perkembangan teknologi maju. dalam KBM di sekolah. Guru kurang memanfaatkan
Fisika dianggap sebagai pelajaran yang sulit teknologi karena minimnya prasarana seperti LCD yang
dikarenakan rumus-rumus yang banyak dan rumit. Hal tidak terpasang di setiap kelas, sehingga sebagian besar
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan guru lebih memilih metode ceramah yang
Handayanto di beberapa SMP dan SMA di Kota mengakibatkan pembelajaran hanya berpusat pada guru.
Bandung sebagaimana dikutip oleh Prapti (2010) yang Inovasi pembelajaran guru hanya menggunakan metode
menyatakan bahwa lebih setengah (56%) siswa kurang diskusi dan praktikum dalam proses pembelajaran fisika
menyenangi pembelajaran fisika, kemudianDepdiknas tanpa memanfaatkan teknologi secara optimal.
menyebutkan bahwa arah pembelajaran fisika yang Berdasarkan latar belakang di atas maka
cenderung merupakan hafalan, verbal, dan tidak terkait rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini
dengan kehidupan siswa. Dalam belajar fisika adalah :
hendaknya konsep tidak diterima secara prosedural 1. Bagaimana implementasi perangkat TPCK yang
tanpa pemahaman dan penalaran. Rendahnya minat dikembangkan untuk meningkatkan pemahaman
dan pemahaman siswa terhadap pembelajaran fisika konsep dan menumbuhkan keaktifan belajar siswa
mungkin disebabkan kurangnya kemampuan guru pada pokok bahasan getaran dan gelombang?
dalam mengefektifkan praktek pedagogi (ilmu mengajar) 2. Apakah penerapan strategi TPCK berbasis inkuiri
dan menguasai materi subjek (konten) dengan terbimbing menggunakan demonstrasi dan
mengintegrasikan sebuah teknologi di lingkungan simulasi lebih efektif dibanding model demonstrasi
pembelajaran. dan tugas untuk meningkatkan pemahaman
Technological Pedagogical Content Knowledge konsep siswa?
(TPCK) adalah suatu kerangka kerja untuk memahami 3. Bagaimana deskripsi aktivitas siswa pada kelas
dan menggambarkan jenis pengetahuan yang eksperimen dalam menggunakan strategi TPCK
dibutuhkan oleh seorang guru untuk mengefektifkan berbasis inkuiri terbimbing pada pokok bahasan
praktek pedagogi dan pemahaman konsep dengan getaran dan gelombang?
mengintregasikan sebuah teknologi di lingkungan Untuk tujuan dari penelitian ini diharapkan
pembelajaran (Misra et al., 2008). Ide pedagogical content dapat mengetahuiimplementasi strategi TPCK dengan
knowledge (PCK) pertama kali dinyatakan oleh Shulman media simulasi berbasis inkuiri terbimbing lebih efektif
(1986) dan TPCK didasarkan atas ide pokok melalui untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa
cakupan teknologi. Mishra & Koehler (2008), keduanya dibanding model demonstrasi dan tugas.
dari Michigan State University telah melakukan
pekerjaan yang ekstensif untuk membangun kerangka METODE
TPCK. Penelitian dilaksanakan di SMPN 1 Undaan
Hasil observasi awal dan wawancara dengan Kudus tahun ajaran 2013/2014. Populasi yang
guru mata pelajaran IPA di SMP N 1 Undaan digunakan adalah seluruh siswa kelas VIII. Sempel
menunjukan bahwa setengah dari seluruh siswa ditentukan dengan cara purposive sampling yaitu kelas
menganggap bahwa fisika merupakan pelajaran yang VIII A sebagai kelas kontrol dan kelas VIII B sebagai
sulit, karena banyak menghitung dan konsep yang susah kelas eksperimen. Desain penelitian yang digunakan
dipahami sehingga keaktifan dan hasil belajar kurang. adalah eksperimen dengan control group pretest-posttest
35
36

E . D. Putriani,dkk/ Unnes Physic Education Journal 3 (2) (2014)

design. Metode pengumpulan data penelitian kognitif yang menunjukkan penguasaan konsep siswa
menggunakan metode tes dan observasi. Instrumen terhadap materi yang diajarkan, serta implementasi
penelitian terdiri dari LKS, tes pilihan ganda beralasan, strategi TPCK juga dapat menumbuhkan keaktifan
dan lembar observasi. Uji analisis data menggunakan uji belajar siswa. Hasil dari implementasi stratregi TPCK
homogenitas, uji normalitas, uji t , dan uji gain. Uji berupa tahapan pembelajaran pada kelas eksperimen
homogenitas digunakan untuk mengetahui kedua mulai dari demonstrasi, siswa mengoperasikan
sempel mempunyai keadaan awal yang sama sebelum komputer, siswa mengamati animasi simulasi, sampai
diberi perlakuan. Uji normalitas digunakan untuk dengan siswa mengerjakan LKS inkuiri. Hasil belajar
mengetahui normal atautidaknya data yang akan kognitif yang berupa nilai pretest di uji homogenitasnya
dianalisis. Uji gain digunakan untuk mengetahui untuk mengetahui kedua sempel mempunyai keadaan
peningkatan penguasaan konsep pada siswa dan uji t awal yang sama sebelum diberi perlakuan. Nilai pretest
digunakan untuk mengetahui keefektifan dalam hal dan posttest selanjutnya diuji normalitas untuk
peningkatan penguasaan konsep antara kelas yang menunjukkan data yang diperoleh normal sehingga
menggunakan strategi TPCK dengan media simulasi hipotesis yang diujikan menggunakan statistik
berbasis inkuiri terbimbingdengan kelas yang parametris.
menggunakan demonstrasi dan tugas. Penguasaan Konsep
Data hasil penelitian yang diperoleh dari nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN pretest dan posttest di analisis untuk membuktikan
Hasil Penelitian hipotesis yang akan diajukan. Disajikan data hasil pretest
Hasil penelitian yang diperoleh adalah tahapan dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol pada
strategi TPCK yang telah diterapkan, hasil belajar Tabel 1.

Tabel 1. Data hasil pretest dan posttest


Eksperimen Kontrol
Komponen
Pretest Posttest Pretest Posttest
Jumlah siswa 28 28 28 28
Rata-rata 32,56 71,04 34,08 60,86
Nilai tertinggi 51,67 85,00 54,17 86,67
Nilai terendah 20,00 39,17 15,00 31,67

Tabel 1 menyajikan data pretest dan posttest yang (2,005) dengan dk 54 dan taraf signifikansi 5%. Hal ini
digunakan untuk uji-t, dari uji-t dapat diketahui berarti bahwa penguasaan konsep kelas eksperimen
perbedaan penguasaan konsep antara siswa pada kelas lebih efektif dari penguasaan konsep kelas kontrol,
eksperimen dan siswa pada kelas kontrol. Dari hasil dengan kata lain Ha diterima. Grafik peningkatan
analisis data diperoleh besarnya t hitung (2,942) > t tabel penguasaan konsep siswa di sajikan pada Gambar 1 :

Grafik Penguasaan Konsep


80 71.04
70
60.86
Nilai Rata-rata

60
50
34.08
40 32.56
30 eksperimen
20 kontrol
10
0
pretest posttest
Penguasaan Konsep

Gambar 1. Grafik penguasaan konsep siswa

36
37

E . D. Putriani,dkk/ Unnes Physic Education Journal 3 (2) (2014)

Uji gain dihitung menggunakan data hasil pretest eksperimen maupun kelas kontrol. Hasil uji gain
dan posttest. Hasil uji gain ini menunjukkan bahwa ada disajikan pada Tabel 2 .
peningkatan penguasaan konsep baik pada kelas

Tabel 2 Hasil Uji Gain Penguasaan Konsep


Kelas RerataPretest RerataPosttest <g> Kategori
Eksperimen 32,56 71,04 0,57 Sedang
Kontrol 34,08 60,86 0,41 Sedang

Keaktifan Belajar Siswa simulasi berlangsung. Ringkasan mengenai data


Data hasil observasi selama pembelajaran keaktifan belajar siswa kelas eksperimen disajikan pada
digunakan untuk mengetahui munculnya keaktifan Tabel 3.
belajar siswa selama proses pembelajaran dengan media

Tabel 3. Data keaktifan belajar siswa per indikator pada kelas eksperimen
Komponen Indikator P1(%) P2(%)
Keaktifan Bertanya kepada guru 43 68
Indera Terampil mengoperasikan media pembelajaran 79 96
Aktif berdiskusi dalam kelompok 76 92
Keaktifan Menjawab pertanyaan guru 89 87
Ingatan Membuat rangkuman 71 90
Menjawab soal diskusi berdasarkan data yang diperoleh 93 100
Keaktifan Siswa mengikuti jalannya pembelajaran 86 93
Emosi Emosional siswa mengoperasikan media pembelajaran 81 82
Berani menyajikan hasil diskusi 65 76
P1 = Pertemuan 1
P2 Pertemuan 2

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat selama dua perlakuan. Grafik persentase rata-rata keaktifan belajar
kali pertemuan, hampir seluruh indikator terjadi siswa pada pertemuan 1 sampai pertemuan disajikan
peningkatan. Hal ini membuktikan bahwa sudah Gambar 2.
munculnya keaktifan belajar siswa setelah diberi

100,00 92.46
90,00 85.32 84.52 83.73
80,00 77.38
70,00 65.87
60,00
50,00
40,00 Pertemuan I
30,00 Pertemuan II
20,00
10,00
0,00
Keaktifan Indera Keaktifan Ingatan Keaktifan Emosi

Indikator

Gambar 2. Grafik persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada pertemuan I dan II

37
38

E . D. Putriani,dkk/ Unnes Physic Education Journal 3 (2) (2014)

PEMBAHASAN hasil belajar ranah kognitif terutama pada aspek


Implementasi Strategi TPCK dengan Media pemahaman (C2) siswa terhadap materi getaran dan
Simulasi gelombang.
Implementasi strategi TPCK pada pokok Penerapan strategi TPCK pada kelas
bahasan getaran dan gelombang berupa media eksperimen dilaksanakan selama 2 kali pertemuan,
simulasi. Media simulasi yang diberikan berisi materi pada pertemuan pertama guru melakukan demonstrasi
pelajaran, animasi getaran pada pendulum dan pegas, getaran dengan menggunakan ayunan sederhana
animasi gelombang transversal dan longitudinal, setelah itu siswa dibimbing guru untuk
contoh soal, serta evaluasi berupa kuis. Pembelajaran mengoperasikan media pembelajaran yang di
dengan menggunakan media simulasi dilakukan dalamnya terdapat simulasi getaran sehingga siswa
setelah guru melakukan demonstrasi dan memberikan mampu memahami konsep getaran dan mampu
suatu permasalahan yang diberikan melalui LKS menjawab LKS yang telah diberikan guru. Pertemuan
inkuiri. kedua guru melakukan demonstrasi bentuk gelombang
Pada pertemuan pertama, masih ada sebagian dengan menggunakan tali dan slinki selanjutnya siswa
siswa yang perlu petunjuk dari guru dalam mengoperasikan media pembelajaran yang di
pengoperasian media. Hal ini karena sebelumnya siswa dalamnya terdapat simulasi jalannya gelombang
belum pernah melakukan pembelajaran fisika di ruang transversal dan longitudinal, kemudian siswa
multimedia yang siswanya dituntut untuk dapat menjawab LKS. Akhirnya, siswa mampu memahami
mengoperasikan dan memahami media simulasi konsep getaran dan gelombang serta siswa berani
sendiri. Namun setelah guru membimbing, siswa mempresentasikan hasil diskusinya. Harris et al (2009)
mampu untuk mengoperasikan tombol-tombol dan menyebutkan karakteristik perangkat TPCK yang
mampu memahami isi dari materi dalam media dikembangkan untuk meningkatkan pemahaman
simulasi tersebut. Pada pertemuan kedua siswa konsep dan menumbuhkan keaktifan belajar siswa
semakin aktif dalam proses pembelajaran. Siswa sudah yaitu identifikasi tujuan pembelajaran,
mampu mengoperasikan media simulasi tanpa bantuan mempertimbangkan konteks dan model pembelajaran,
dari guru. Salah satu daya tarik tersendiri bagi siswa memilih tahapan pembelajaran yang sesuai dengan
adalah animasi-animasi yang disajikan dalam media materi pelajaran, memilih dan mempertimbangkan
simulasi, misalnya animasi simulasi pegas, siswa dapat berbagai perangkat tes yang sesuai baik tes formatif,
menjalankan getaran pada pegas dan dapat merubah sumatif dan bentuk tes lainnya, memilih alat bantu
jumlah getaran pada pegas tersebut sesuai yang mereka TIK yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
inginkan. materi pelajarannya, menganalisis data-data yang
Penerapan strategi TPCK dengan media diperoleh siswa dalam melakukan pembelajaran,
simulasi ini member pengaruh positif pada siswa SMP merefleksikan kegiatan pembelajaran untuk perbaikan
N 1 Undaan yang dijadikan sebagai sempel penelitian. proses pembelajaran berikutnya.
Penerapan strategi TPCK ini memiliki kekuatan dan Kegiatan belajar mengajar pada kelas
daya tarik untuk menumbuhkan pembelajaran aktif eksperimen dengan memanfaatkan komputer sebagai
yang terfokus pada siswa. Namun pada pelaksanaan teknologi penunjang pembelajaran, terbukti memiliki
penelitian terdapat kekurangan yaitu apabila ruang dampak dalam meningkatkan pemahaman konsep
multimedia sedang digunakan oleh kelas lain maka siswa. Hal ini didukung dengan pendapat Chamichael
pembelajaran hanya bias berlangsung dengan et al (2010) yang menyebutkan bahwa Simulasi
demonstrasi saja. komputer disajikan kepada siswa dengan versi ideal
Penguasaan Konsep dari dunia nyata yang dapat mempengaruhi
Strategi TPCK diterapkan agar siswa berperan pemahaman konsep siswa. Hasil penelitian (Gambar
aktif menemukan sendiri konsep-konsep yang ada serta 1.) menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretest kelas
peningkatan pencapaian kompetensi fisika siswa pada eksperimen sebesar 32,56% dan kelas kontrol sebesar
34,08%, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal

38
39

E . D. Putriani,dkk/ Unnes Physic Education Journal 3 (2) (2014)

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berimbang. gurunya saja, melainkan siswa dibimbing untuk aktif
Setelah memberikan perlakuan yang berbeda pada belajar sendiri. Hal ini dapat didukung oleh pendapat
kelas eksperimen dengan menerapkan strategi TPCK (Mishra & Koehler, 2008) bahwa strategi TPCK dapat
menunjukkan rata-rata nilai posttest sebesar 71,04% dimaknai sebagai bentuk pergeseran pembelajaran
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu yang semula terpusat pada guru bergeser kepada
sebesar 60,86%. Hal ini terjadi karena pada kelas yang peserta belajar.
telah diberi perlakuan (eksperimen) mampu mengingat Keaktifan Belajar Siswa
konsep materi yang mereka temukan sendiri. Siswa Implementasi strategi TPCK pada pokok
pada kelas eksperimen lebih semangat dalam KBM bahasan getaran dan gelombang mampu
karena mereka merasa menemukan cara belajar yang menumbuhkan keaktifan belajar siswa. Menurut
baru dengan memanfaatkan teknologi komputer yang Mishra & Koehler (2008), interaksi antara komponen
didalamnya terdapat animasi simulasi getaran dan T, P dan C pada kerangka kerja TPCK memiliki
gelombang yang memberikan pemahaman lebih kekuatan dan daya tarik untuk menumbuhkan
dibandingkan kelas kontrol. Nilai akhir tidak hanya pembelajaran aktif yang terfokus pada peserta didik.
didapat dari hasil posttest saja, melainkan akumulasi Peneliti menilai keaktifan belajar siswa menggunakan
dari nilai LKS juga. Rata-rata nilai akhir pada kelas lembar obsevasi.
eksperimen lebih tinggi yaitu sebesar 82 dibandingkan Gambar 2. dapat diketahui seluruh indikator
dengan kelas kontrol sebesar 70. Dari 28 siswa dalam mengalami peningkatan antara pembelajaran
kelas eksperimen terdapat 3 siswa atau 10,71% yang pertemuan I dengan pertemuan II, indikator yang
belum tuntas karena siswa kurang aktif diskusi dengan diamati adalah keaktifan indera, keaktifan ingatan, dan
teman sekelompoknya ketika proses pembelajaran keaktifan emosi. Keaktifan indera terjadi peningkatan
berlangsung, jika diberi pertanyaan siswa hanya diam sebesar 19,45%, siswa aktif berdiskusi, sudah terampil
dan akibatnya pemahaman konsep siswa tersebut mengoperasikan media pembelajaran serta aktif
menjadi rendah. bertanya kepada guru terhadap konsep yang belum
Strategi TPCK (Technological pedagogical content mereka pahami. Keaktifan ingatan terjadi peningkatan
knowledge) dalam penelitian ini dapat diterapkan pada 7,94%, pada pertemuan I siswa masih ragu menjawab
pokok bahasan getaran dan gelombang, ditunjukkan bila diberi pertanyaan oleh guru, namun pada
pada sampel yang dijadikan sebagai kelas eksperimen pertemuan II banyak siswa yang sudah berani
dengan ketuntasan sebesar 82% dibandingkan dengan menjawab pertanyaan, selain itu siswa mampu
kelas kontrol sebesar 70%. Hasil posttest kelas membuat rangkuman terhadap konsep yang telah
eksperimen dan kelas kontrol telah dilakukan uji t dan mereka ketahui selama proses pembelajaran dan
uji gain. Tabel 1 menunjukkan adanya perbedaan yang mampu menjawab soal-soal diskusi berdasarkan data
signifikan pada penguasaan konsep antara kelas yang diperoleh. Selama proses pembelajaran siswa
eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini juga diperkuat mengikuti jalannya pembelajaran dengan baik,
dengan uji gain ditunjukkan pada tabel 2. yang sebagian besar siswa fokus saat menjalankan media
diketahui bahwa penerapan strategi TPCK dengan diketahui dari peningkatan sebesar 6,35% pada
metode demonstrasi dan simulasi lebih efektif dalam indikator keaktifan emosi. Pada akhir pembelajaran
meningkatkan penguasaan konsep dibanding siswa berani menyajikan hasil diskusi, namun ada
pembelajaran dengan model demonstrasi dan tugas. beberapa siswa yang belum berani menyajikan hasil
Hasil ini dipengaruhi oleh penerapan strategi TPCK diskusi karena kurang serius dalam menerima
dengan memanfaatkan sarana yang disediakan di pembelajaraan sehingga pemahaman konsepnya
sekolah yaitu lab. komputer. Siswa dibimbing untuk rendah. Peningkatan seluruh indikator yang terjadi
mengoperasikan media pembelajarannya sendiri dan juga didukung dengan uji gain keaktifan belajar siswa
memahami simulasi getaran dan gelombang, dengan yang menunjukkan bahwa gain kelas eksperimen
adanya media pembelajaran siswa mampu memahami sebesar 0,47 dengan kategori sedang. Hal ini
konsepnya sendiri. Disini yang aktif tidak hanya

39
40

E . D. Putriani,dkk/ Unnes Physic Education Journal 3 (2) (2014)

menunjukkan bahwa kelas eksperimen dengan DAFTAR PUSTAKA


penerapan strategi TPCK berbasis inkuiri terbimbing
mampu untuk menumbuhkan keaktifan belajar siswa. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pada pelaksanaan penelitian terdapat beberapa Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
kekurangan antara lain pada kelas kontrol peneliti
tidak mengukur keaktifan belajar siswa karena Carmichael, A., Chini, J.J., Robello, N.S.,
keterbatasan waktu. Peneliti diberikan waktu 8 jam Puntambekar, S. 2010. Comparing Student
pelajaran oleh guru pembimbing (guru mapel IPA) Learning in Mechanics Using Simulation and
dalam melaksanakan pembelajaran, kegiatan Hand-on Activities. Physics Education Research
demonstrasi pada kelas kontrol lebih membutukan Conforence, 1289, 89-92.
waktu yang lama dibanding kelas eksperimen, karena
pada kelas kontrol tiap kelompok memperagakan Finkelstein. 2005. When learning about the real world
kembali hasil demonstrasi guru dan guru aktif is better done virtually: A study of substituting
mengoreksi tiap kelompok, jadi butuh waktu yang computer simulations for laboratory equipment.
lebih jika harus menilai keaktifan siswa. Observer Physical Review Special Topics-Physics Education
kesulitan dalam pengamatan, dikarenakan kelompok Research, 1(010103).
belajar pada kelas kontrol lebih besar dibanding kelas
eksperimen. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan Gumilar, D. 2013. Pengaruh Kepemimpinan
kekurangan tersebut dapat diberikan solusi dengan Transormosional Kepala Sekolah dan Motifasi
baik. Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Mengajar
Guru pada SMK Negeri di Wilayah Kabupaten
PENUTUP Bandung Barat. Penelitian Ilmiah. Bandung:
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, Universitas Pendidikan Indonesia
dapat disimpulkan bahwa implementasi strategi TPCK
yang diterapkan berupa pemanfaatan media simulasi Harris, J., Mishra, P., & Koehler, M. 2009.
yang memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa. Media Teachers’technological pedagogical content
pembelajaran yang digunakan memiliki kelebihan knowledge and learning activity types:
diataranya isi materi mudah difahami, dilengkapi Curriculum-based technology integration
dengan kuis dan contoh soal, serta tombol-tombol yang reframed. Journal of Educational Computing
mempermudah pengoperasian. Dari kelebihan ini, Research, 32 (4), 329-340.
siswa lebih bersemangat dalam pembelajaran sehingga
keaktifan belajar siswa meningkat dan juga mampu Isnawati, E. 2013. Pemanfaatan Media Animasi dan
meningkatkan pemahaman konsep. Terdapat Simulasi Pada Pembelajaran Hukum Dasar Kimia
perbedaan yang signifikan antara pembelajaran dengan Menggunakan Kerangka TPCK untuk
strategi TPCK menggunakan demonstrasi dan simulasi Mengembangkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas XC
di bandingkan dengan model demonstrasi dan tugas di SMA N 8 Kota Jambi. Artikel ilmiah. Jambi:
dalam hal peningkatan penguasaan konsep pada materi Universitas Jambi.
yang diajarkan. Untuk keperluan pendidikan,
sebaiknnya strategi TPCK dengan menggunakan Mishra, P. & Koehler, M.J. 2006. Technological
media pembelajaran simulasi tidak hanya digunakan Pedagogical Content Knowledge: A
pada materi getaran dan gelombang, tetapi juga dapat Framework for Integrating Technology in
digunakan pada materi lain. Teacher Knowledge. Teacher College Record,
108(6), 1007-1054.

40
41

E . D. Putriani,dkk/ Unnes Physic Education Journal 3 (2) (2014)

Mishra, P. & Koehler, M.J. 2008. Introducing Prapti, S. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Technological Content Knowledge. Paper presented TAI Materi Gerak untuk Meningkatkan
at the Annual Meeting of the American Pemahaman Konsep Siswa SMP. Skripsi.
Educational Research Association New York Semarang: Universitas Negeri Semarang.
City, March 24-28-2008.
Shulman, L. 1986. Those who understand: Knowledge
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. growth in teaching. Educational Researcher,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 15(2), 4-14.
Sugiyono. 2006. StatistikauntukPenelitian. Bandung
:Alfabeta.

41

Anda mungkin juga menyukai