Anda di halaman 1dari 6

OPTIMALISASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN BATUBARA

UNTUK PENGEMBANGAN PADI DI KALIMANTAN TIMUR

M. Hidayanto, Yossita F. dan M. Chary Septyadi


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur
Jl. P.M. Noor-Sempaja, Samarinda, Kalimantan Timur
e-mail: mhidayanto@yahoo.com

ABSTRAK

Lahan bekas penambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara cukup luas dan belum
dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan tanaman pangan. Penelitian ini dilakukan
di lahan bekas penambangan batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara, pada kawasan
pengembangan pertanian terpadu Kelompok Tani Ternak Mandiri Bersama pada tahun
2012. Pada lahan seluas 0,5 ha yang dikelola dengan konsep pengelolaan lahan dan tanaman
terpadu (integrated crops land management) ramah lingkungan dalam upaya untuk
mendapatkan produktivitas hasil tanaman yang tinggi dengan menggunakan pupuk organik,
pupuk hayati dan pupuk kimia. Budidaya tanaman padi, pada tahun pertama penelitian ini
(rencana selama 3 tahun) telah diujicobakan varietas towuti. Persiapan lahan 3-4 minggu
sebelum tanam dengan cara mekanisasi (tracktor rotari) dan manual (dicangkul) bersamaan
dengan pemberian pupuk organik kotoran ayam (600 kg/ha), pengapuran (400 kg/ha) dan
penambahan pupuk hayati (20 kg/ha), kemudian dicampur rata lalu disebar secara merata
keseluruh lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) produktivitas hasil padi towuti
yaitu sekitar 6 ton/ha, (2) hasil panen padi towuti dari kawasan bekas penambangan
batubara ini dapat diadobsi oleh masyarakat sekitar, (3) model pengelolaan lahan dan
tanaman terpadu lahan bekas penambangan batubara potensial untuk pengembangan padi,
khususnya mendukung swasembada beras di Kalimantan Timur.
Kata kunci: optimalisasi, lahan bekas tambang, swasembada beras

Pendahuluan
Luas lahan di Kalimantan Timur yang dimanfaatkan untuk usaha pertambangan
mencapai 4,4 juta hektare, terdiri dari 3,1 juta hektare untuk 1.212 izin usaha pertambangan
(IUP) dan 1,3 juta hektare lahan untuk 33 IUP khusus (http://green.kompasiana.com/).
Potensi bahan tambang di Kalimantan Timur (terutama batubara) cukup besar dan
menyumbang 45,83% pendapatan daerah (BPS, 2009). Namun demikian sampai saat ini
ribuan hektar lahan bekas penambangan batubara di daerah ini baik yang telah direklamasi
maupun yang dibiarkan terlantar, belum memberikan manfaat kepada masyarakat di sekitar
tambang, dan bahkan sebaliknya menimbulkan kerusakan lingkungan.
Kalimantan Timur merupakan salah satu wilayah yang kaya akan lahan tambang,
salah satunya adalah batubara. Kegiatan penambangan batubara di Kaltim umumnya
dilakukan dengan teknik penambangan terbuka yaitu dengan membuka lahan, mengupas
tanah lapisan atas (top soil), memindahkan tanah lapisan atas, dan selanjutnya menambang
batubara. Teknik ini mengakibatkan kerusakan fisik, kimia dan biologis tanah, sehingga

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,


Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 169
tidak cocok untuk tempat tumbuh tanaman karena miskin unsur hara (Yustika dan Talaouhu,
2006; Siti Latifah, 2003).
Lahan bekas penambangan batubara merupakan lahan marginal yang miskin akan
hara. Hara yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman sangat rendah, sehingga untuk
mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal perlu pasokan hara dari luar. Lahan bekas
penambangan batubara potensial untuk pertanian setelah diberi pupuk kandang dari kotoran
ternak (sapi, kambing, ayam), yang berfungsi sebagai pembenah tanah. Peranan pupuk
kandang atau kotoran ternak ini penting terutama pada tanah bekas tambang batubara yang
miskin akan bahan organik. Telah diketahui bahwa sistem pertanian akan bisa menjadi
sustainable (berkelanjutan) jika kandungan bahan organik tanah lebih dari 2 %
(Handayanto, 1999). Peran bahan organik penting untuk suplai hara bagi tanaman, terutama
kaitannya dengan kesuburan fisik tanah. Apabila tanah kandungan humusnya semakin
berkurang, maka lambat laun tanah akan menjadi keras, kompak dan bergumpal, sehingga
menjadi kurang produktif (Stevenson, 1982). Dengan sistem integrasi tanaman ternak,
limbah tanaman hasil budidaya dimanfaatkan sebagai tambahan sumber pakan ternak sapi
atau kambing. Selain tanaman pakan ternak, tanaman tanaman lain yang diusahakan di lahan
bekas penambangan dilakukan secara selektif dengan memilih jenis tanaman yang punya
toleransi tinggi terhadap kondisi lahan, tetapi memiliki nilai ekonomi dan merupakan
komoditas unggulan daerah.
Oleh karena itu, dipandang perlu melakukan kegiatan pengelolaan lahan bekas
tambang batubara dengan tanaman pangan khususnya padi. Optimalisasi ini adalah
bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan sumberdaya lahan bekas penambangan batubara
yang sementara belum optimal pemanfaatannya atau tidak diusahakan.

Metodologi

Bahan
Penelitian dilaksanakan di lahan bekas penambangan batubara di Kabupaten Kutai
Kartanegara, di Kelompok Tani Ternak Mandiri Bersama pada tahun 2012. Pada lahan
seluas 0,5 ha yang dikelola dengan konsep pengelolaan lahan dan tanaman terpadu
(integrated crops land management), menggunakan pupuk organik, pupuk hayati dan pupuk
kimia. Tanaman padi yang diujicobakan adalah varietas Towuti. Persiapan lahan 3-4 minggu
sebelum tanam dengan cara mekanisasi (tracktor rotari) dan manual (dicangkul) bersamaan
dengan pemberian pupuk organik kotoran ayam (600 kg/ha), pengapuran (400 kg/ha) dan
penambahan pupuk hayati (20 kg/ha).

Metode
Penelitian ini merupakan kegiatan lapangan, yang dilaksanakan untuk
membandingkan antara kegiatan sebelum dan setelah dilakukan kegiatan (before and after)
terutama dalam rangka peningkatan produktivitas lahan bekas tambang. Pengelolaan lahan
dilakukan secara terpadu dengan memperhatikan antara ketersediaan hara tanah dan
keperluan hara bagi pertumbuhan tanaman yang optimal. Dilakukan dengan memadukan
beberapa unsur pendukung pertumbuhan tanaman, yaitu penggunaan pupuk hayati, pupuk
organik (cair maupun granule) dan pupuk kimia (an-organik), ZPT (zat pengatur tumbuh).
Kegiatan lapangan yang dilakukan meliputi:

M. Hidayanto et al. : Optimalisasi lahan bekas penambangan batubara | 170


1. Desk Study dan RRA
Diawali dengan desk study, kemudian dilanjutkan dengan melakukan RRA (Rapid
Rural Appraisal) guna memahami kondisi awal lokasi kegiatan serta melakukan
pendekatan before dan after, yaitu membandingkan produktivitas lahan bekas
penambangan batubara antara sebelum dan setelah kegiatan penelitian dilakukan.
Lokasi terpilih kemudian dilakukan persiapan lahan dan diambil contoh tanah secara
komposit untuk analisis tanah awal.
2. Persiapan Lahan dan Plotting
Lahan dipersiapkan 3 - 4 minggu sebelum tanam dengan cara mekanisasi (tracktor
rotari) dan manual (dicangkul) bersamaan dengan pemberian pupuk organik (kotoran
ayam), pengapuran dan penambahan pupuk hayati, dengan masing-masing dosis per
hektarnya adalah: 600 kg (pupuk organik), 400 kg (kapur) dan 20 kg (pupuk hayati),
kemudian dicampur rata lalu disebar secara merata keseluruh lahan. Pupuk
anorganik (NPK) digunakan sesuai dengan dosis yang diperlukan (sekitar 200 kg/ha),
dan diberikan dua kali selama pertumbuhan tanaman. Setelah lahan siap, dilanjutkan
dengan plotting.
3. Penanaman dan Pemeliharaan
Penanaman dilakukan sesuai dengan luasan areal lahan penelitian yag telah disiapkan
dan dengan mempertimbangkan umur tanaman agar panen dapat dilakukan tepat
waktu atau musim. Padi varietas towuti digunakan pada kegiatan ini, dengan jarak
tanam 25x25 cm. Selanjutnya dilakukan penyiangan dan pemberantasan hama dan
penyakit sesuai dengan kondisi di lapangan.
4. Panen
Panen dilakukan berdasarkan pengamatan kondisi fisiologis tanaman (sesuai dengan
deskripsi tanaman yang diterbitkan oleh Litbang Pertanian). Produktivitas tanaman
diukur melalui teknik sampling (BPS, 2007).
5. Pengumpulan Data dan Analisis Usahatani
Data yang dikumpulkan meliputi data potensi dan kendala lahan bekas penambangan
batubara, data biofisik tanah sebelum dilakukan penelitian, data agronomis tanaman,
data komponen hasil produksi (produktivitas). Data analisa usahatani dikumpulkan
dan dianalisis untuk mengetahui biaya komponen teknologi meliputi data produksi,
biaya produksi yang dikeluarkan sampai panen dan penerimaan hasil produksi.

Hasil Dan Pembahasan


Dengan konsep integrated crops land management, yang memadukan penggunaan
pupuk organik, pupuk kimia dan pupuk hayati, lahan bekas penambanhan batubara dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian khususnya padi. Untuk penyediaan pupuk
organik atau pupuk kandang, sistem integrasi ternak dan tanaman sangat dianjurkan. Dalam
skala penelitian, kegiatan optimalisasi lahan bekas penambangan batubara telah berhasil
meningkatkan produktivitas lahan dan diharapkan dapat direplikasi atau dikembangkan pada
kawasan lain.

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,


Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 171
Produktivitas Padi Gogo
Padi gogo varietas Towuti dapat beradaptasi dengan baik di lahan bekas
penambangan batubara dan mampu menghasilkan produktivitas cukup tinggi. Produktivitas
padi Towuti dengan pengelolaan khusus, sekitar 6,6 ton/ha. Produktivitas tersebut
dipengaruhi oleh gabah bernas mencapai 98%, dan hasil pengukuran berat per 1000 butir
gabah rata-rata 28 g.
Tabel 1. Produktivitas Padi Gogo (varietas Towuti)
Produktivitas (t/ha)
No Uraian Kegiatan
GKP GKG
1. Sampling I 7.04 6,09
2. Sampling II 8,32 7,19
Rata-rata 7,68 6,64

Hasil Analisis Tanah


Hasil analisis contoh tanah awal sebelum dilakukan kegiatan lapangan selengkapnya
pada Tabel 2. Pada Tabel tersebut terlihat bahwa pH tanah termasuk masam, kadar bahan
organik rendah, demikian juga ketersediaan hara terutama N, P dan K juga rendah.
Tabel 2. Hasil Analisis Contoh Tanah Awal
Hasil
No. Kriteria Uji Satuan Metode
Sampel 1 Sampel 2
1. Kadar Air 9.81 11.60 % Gravimetri & Oven (105O)
2. pH H2O 5.28 4.29 pH H2O
3. pH KCl 4.90 3.67 pH KCl
Bahan Organik
4. - C 0.89 0.92
% Spektrofotometri
- N 0.01 0.01
P dan K tot
5.
- P 133.41 8.22
Mg/100 g Ekstract HClO4
- K 127.61 140.51
6. Al-dd 5.02 1.15
Cmol+/kg Titrasi
5. H- dd 0 0
Unsur Makro
- Ca 5779.47 11080.21
7.
- Mg 10914.09 26131.23 % Ekstract HClO4
- K td 2259.05
Unsur Mikro
8. - Fe 489.69 1184.45 ppm Ekstract HClO4
- Zn 25.21 72.16
Tekstrur
- Debu 68 8
9.
- Pasir 17 41 % Pipet
- Liat 15 51
Sumber: Laboratorium Tanah BPTP Kaltim, 2012

M. Hidayanto et al. : Optimalisasi lahan bekas penambangan batubara | 172


Kesimpulan
1. Lahan bekas penambangan batubara yang miskin akan unsur hara, dapat dimanfaatkan
untuk pengembangan padi dengan sistem pengelolaan khusus atau yang disebut dengan
integrated crops land management (ICLM). Sistem ini memadukan penggunaan bahan
organi, pupuk hayati dan pupuk anorganik.
2. Model pengelolaan lahan dan tanaman terpadu lahan bekas penambangan batubara,
potensial untuk pengembangan padi, khususnya dalam upaya untuk mendukung
swasembada beras di Kalimantan Timur.
3. Hasil panen padi varietas towuti (ubinan) dari kawasan bekas penambangan batubara
cukup tinggi (ubinan), sehingga model ini dapat dianjurkan untuk dikembangkan oleh
masyarakat di sekitar kawasan bekas penambangan batubara batubara di Kutai
Kartanegara.

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2007. Buku Pedoman Pengumpulan dan Pengolahan Data Tanaman
Pangan. Jakarta. 180 halaman
Badan Pusat Statistik. 2009. Kalimantan Timur Dalam Angka. BPS Kalimantan Timur,
Samarinda
Handayanto, E. 1999. Komponen biologi tanah sebagai bioindikator kesehatan dan
produktivitas tanah. Universitas Brawijaya, Malang.
Siti Latifah, 2003. Kegiatan Reklamasi Lahan Pada Bekas Tambang. Program Ilmu
Kehutanan Jurusan Manajemen Hutan. USU, Medan.
Stevenson, F.T. (1982). Humus Chemistry. John Wiley and Sons, Newyork.
Yustika, RD dan Talaohu, SH. 2006. Bisakah Lahan Bekas Tambang Batubara untuk
Pengembangan Pertanian. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, vol 28
No 2.
http://green.kompasiana.com/

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”,


Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 173
Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Towuti
Nama Varietas : Towuti
SK : 707/kpts/tp.240/6/99 tanggal 22 Juni tahun 1999
Tahun : 1999
Tetua : S499b-28/Carreon//IR64///IR64
Rataan Hasil : 3,5 t/ha (lahan kering), 5-7t/ha (lahan sawah)
Pemulia : Z. A. Simanulang, Tarjat T, Aan A.Daradjat, Ismail B. P. dan
Nomor pedigri : E.Sumadi
S3385-5e-16-3-2
Golongan : Cere
Umur tanaman : 115-125 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 95-100 cm
Anakan produktif : 13-15 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna daun telinga : Putih
Warna lidah daun : Putih
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar sebelah bawah daun
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Bobot 1000 butir : 26-27 gram
Kadar amilosa : 23 %
Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3
terhadap
Penyakit hama : Agak tahan hawar daun bakteri strain III dan IV dan agak tahan
Anjuran : terhadap blas dilahan sawah, maupun lahan kering pada musim
Cocok ditanam
hujan, untuk lahan kering sebaiknya tidak lebih dari 500 m.dpl

M. Hidayanto et al. : Optimalisasi lahan bekas penambangan batubara | 174

Anda mungkin juga menyukai