Obyektivisme
Burrell dan Morgan menggunakan istilah obyektivisme untuk menggambarkan jumlah
kerja sosiologi yang ditekankan pada batasan obyektivis dari paradigm fungsionalis.Hal ini
dikarakterkan dengan adanya derajat komitmen yang tinggi terhadap model dan metode yang
dihasilkan dari ilmu alam.Teori sistem sosial menggunakan pandangan fisik dan biologi
sebagai sarana analogi untuk mempelajari dunia sosial, sebagai sumber hipotesa dan
wawasan. Obyektivis, di lain pihak, menyatakan dunia sosial sebagai dunia yang alami, dan
struktur sosial adalah struktur fisiknya. Burrell dan Morgan mengemukakan adanya dua tipe
obyektivisme - perilaku dan empirisme abstrak yang akan dibahas secara umum dibawah ini.
Behaviourism/Perilaku
Prinsip perilaku adalah prinsip yang paling sering digunakan dalam kerja B.F.
Skinner, yang mencoba untuk mengembangkan teori akibat dari perilaku didasarkan atas
analisis stimulus dan responnya.Orang dikatakan tidak lebih dari mesin, yaitu merespon
secara deterministic terhadap kondisi eksternal yang ditemuinya. Dalam pandangan Skinner,
semua referensi kepada kondisi subyektif dikatakan tidak relevan - dan kontra produktif, bila
aspek penelitian adalah untuk ilmiah. Skinner menyatakan:
Cara Skinner terhadap studi perilaku manusia adalah dengan menggunakan metode
eksperimen yang umumnya digunakan dalam ilmu alam.Dia mendasarkan ini pada
pandangan bahwa pemahaman tentang phenomena dangan memanipulasi sejumlah stimuli
dalam kondisi terkontrol dan terpengaruh oleh lingkungan lainnya.Studi perilaku manusia
dengan persfektif seperti ini adalah sebuah aktivitas yang dimaksudkan untuk menemukan
hukum universal dan peraturan yang mendasari pengetahuan manusia.
Secara ontologism, pandangan Skinner bersifat realis.Secara epistemologis, kerjanya
merupakan tipe kerja positivisme.Pada dimensi perubahan radikal-teratur, skinner berada
dalam posisi yang ekstrim.Pandangannya tentang dunia sosial adalah salah satu pandangan
yang mendasarkan pemahamannya untuk mengambangkan teknologi perubahan perilaku dan
menjelaskan hubungan perilaku dalam konteks sosial yang lebih luas (Skinner, 1972).
Kami berpendapat bahwa prinsip perilaku Skinner berada dalam posisi ekstrim dari
dimensi paradigma fungsionalis.Teorisasi Skinner menjelaskan prinsip perilaku dalam bentuk
yang ekstrim, bertentangan dengan prinsip psikologi eksperimental, dan tidak bisa digunakan
sebagai model teori dan penelitian ilmu sosial. Ada sejumlah teori perilaku yang
berhubungan langsung dengan model Skinner, seperti teori pertukaran yang dikembangkan
oleh Homans (1958 dan 1961). Ada sejumlah teori menggunakan asumsi Skinner dikaitkan
dengan dimensi subyektif-obyektif. Pihak-pihak yang berupaya untuk menjelaskan perilkau
didasarkan atas hukum fisiologi universal masuk dalam kategori ini.
Empirisme Abstrak
Inti dari penjelasan prinsip interaksionisme, teori integrative, dan teori sistem sosial,
adalah berdasar pada fakta bahwa kerja dari sejumlah teoris dan peneliti selalu berakhir pada
empirisme abstrak. Istilah empirisme abstrak menjadi sangat popular pada kerja C. Wright
Mills (1959) yang mana, dalam kritismenya menggambarkan output dari peneliti yang
menggunakan metodologi yang terbentuk dari ilmu alam sebagai dominan dari kerjanya.
Empirisme abstrak menjelaskan kondisi dimana metodologi yang sangat nomothetik
digunakan untuk menguji teori yang didasarkan atas aspek ontology, epistemology dan teori
sifat manusia yang lebih subyektivis.
Sangat disayangkan, banyak sekali fakta yang menunjukkan bahwa sebagian besar
kerja penelitian dalam ilmu sosial sekarang ini berakhir dengan empirisme abstrak.Burrell
dan Morgan menyatakan bahwa empirisme abstrak adalah karakteristik dari batasan
obyektivis dari paradigm fungsionalis.Ini berdasarkan fakta bahwa sejumlah kerja ilmiah
merupakan hasil komitmen berlebihan terhadap metodologi nomothetik dimana ukuran
kuantitatif dari konstruksi sosial menjadi bagian dominan dalam kepentingan
penelitian.Kondisi semacam ini bisa ditemukan pada penelitian dunia sosial, dimana secara
metodologis menganggap sosial seperti dunia yang keras, konkret, realitas terukur, dimana
secara teoritis menganggap sosial adalah material yang bersifat subyektivis.