Anda di halaman 1dari 50

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI

SERTA
TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI

Disusun Oleh :

Rustan Ardinoto ST.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 0


1. PENDAHULUAN
Pengetahuan mengenai alterasi dan mineralisasi dalam dunia eksplorasi
khususnya eksplorasi bahan galian emas sangat mutlak diperlukan, supaya dapat
membedakan ciri-ciri secara fisik dari tipe-tipe batuan hasil proses alterasi dan
mineralisasi yang notabene setiap daerah berbeda bentuk dan proses
pembentukannya. Tetapi jika kita sudah menguasai dasar materinya paling tidak
ada sedikit gambaran dan tidak terlalu “hideung ngabelegbeg” alias blank alias
“lieur” tidak “puguh” apa yang harus dikerjakan.

Pada intinya setelah kita menguasai dasar alterasi dan mineralisasi, akan kita
apakan zonasi tersebut, apakah mau “dipelong” saja atau membuat kesepakatan
dengan teman dengan membuat perjanjian “ Bro... kita tidak pernah melihatnya
kan??” atau “samain aja lah...!!!” (biasanya hal ini sering dilakukan jika
mendapat sesuatu yang tidak diketahui atau tidak bisa terpecahkan...hayoo
ngaku....heheh..)

Terpikirkan untuk sedikit berbagi pengalaman (secara garis besar nya saja tapi
yaa...) yang saya dapat dari para suhu yang sudah fasih di dunia eksplorasi emas
kepada kawan-kawan yang mungkin membutuhkan. Tulisan ini saya susun
dengan bahasa santai tetapi tidak mengurangi kualitas dari isi yang akan saya
sampaikan.

Oh iya sebelum berlanjut saya mau berpesan...jangan berfikir susah terlebih


dahulu yaa...kalo kata bahasa sunda nya “ think simple” baca sampai selesai biar
ga ngambang, ga ada yang susah jika kita punya kemauan, kalo ditanya apa yang
susah?? baru jawabannya “menciptakan emas”, Nah itu baru susah hehhe..... jadi
woles aja kalo kata bahasa anak mudanya.

Satu lagi sebelum beranjak ke permasalahan alterasi-mineralisasi diharapkan


anda telah menguasai petrologi batuan beku karna proses pembentukan alterasi-
mineralisasi berhubungan erat sekali dengan proses intrusi. (nah loo...ayooo
dibuka kembali buku semester 2 nya..hehhe....).

Kalau anda sudah siap, “ let us Begin...!” (eeuuhh....manehmah kalah


peureum....).

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 1


2. ALTERASI DAN MINERALISASI
Alterasi atau ubahan adalah suatu proses yang menyebabkan adanya pelepasan
dan pengikatan salah satu atau beberapa unsur kimia dari mineral pembentuk
batuan yang disebabkan oleh adanya interaksi antara fluida panas magma, air
magmatik ataupun air meteorik dengan batuan yang diterobosnya pada tekanan
dan temperature tertentu, baik itu lewat patahan, pori-pori batuan, ketidak
selarasan dan lain sebagainya. Dimana salah satu atau beberapa mineral akan
berubah menjadi mineral lainya dengan rumus molekul yang lebih stabil pada
tekanan dan temperature tersebut.

Mineralisasi adalah proses terkonsentrasinya mineral yang dapat terbentuk


akibat adanya proses alterasi. Mineral ini berasal dari fluida magma itu sendiri
yang memang membawa mineral-mineral berharga pada saat menerobos
menuju ke permukaan, berinteraksi (kalo bahasa alay nya “hati kita berdua telah
menyatu” hahha..) dengan batuan samping yang diterobosnya.

Pengayaan juga dapat terjadi karena adanya interaksi antara air meteorik yang
merembes ke bawah permukaan dengan fluida panas magma yang membawa
mineral berharga, yang kemudian dapat menyebabkan mineralisasi tersebar
merata (disseminations) atau dapat pula terkonsentrasi mengisi patahan dan
retakan-retakan yang biasanya hadir sebagai urat (vein, veinlets, stringer,
stockwork) dan lain sebagainya.

Jadi secara simple nya kalau sudah ada proses mineralisasi sudah pasti
teralterasi, tetapi kalau ada proses alterasi belum tentu menyebabkan
mineralisasi.

( Nah gimana teman sudah sedikit ada gambaran???... fahami per kata, kalo
kamu sudah dapat kesimpulan atau sudah faham dengan alterasi dan
mineralisasi, yuukkk kita lanjuuutt.....!!. kalo belum silahkan pengertian diatas
dibaca berulang-ulang sampai maksudnya kalian fahami ).

Menurut Poulsen (2000) dan Robert (2004), pembentukan emas dibagi menjadi
tiga bagian yaitu :
1. OXIDIZED INTRUSION RELATED
2. REDUCED INTRUSION RELATED
3. OROGENIC
Lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar dibawah ini.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 2


Gambar 2.1. Menunjukan tiga proses utama pembentukan emas secara umum dengan masing-
masing kedalamannya (dimodifikasi dari Poulsen (2000) dan Robert (2004).

Tetapi dalam tulisan kali ini, saya hanya akan mengulas proses alterasi dan
mineralisasi di bagian Oxidized Intrusion Related, mungkin dilain kesempatan
mudah-mudahan dengan izin ALLAH saya bisa membahas dua sistem utama yang
lainnya. (ngeles alias belum cukup ilmunya....maaf yak pemirsah...saya juga
masih dalam tahap belajar..hehe).

Dalam sistem Oxidized Intrusion Related atau berhubungan dengan intrusi yang
teroksidasi berdasarkan kedalaman nya juga secara umum dibagi menjadi dua
bagian yaitu sistem epithermal (bagian lebih dangkal dari kerak bumi), dan
sistem porphyry dengan kedalaman + 1-2 km (Corbett 2004). Berdasarkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan penemu dari berbagai penelitian, sistem
Oxidized Intrusion Related dibagi lagi dalam beberapa sistem yang lebih banyak.
Tetapi dikarenakan tulisan ini hanya sebagai pengenalan awal alterasi-
mineralisasi, maka yang akan dibahas adalah sitem yang secara umum sering
dijumpai di Indonesia.

( jika kurang puas, saya harap anda tidak akan pernah puas dengan ilmu
pengetahuan, silahkan mengembangkan sendiri dengan mencari di berbagai
literatur. Saya harap tulisan saya ini hanya sebagai pengenalan dasar dan
pemicu bagi anda untuk lebih tertarik terhadap alterasi-mineralisasi ).
DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 3
2.1. Sistem Epithermal

Di bagian epithermal dibagi kedalam dua sistem alterasi-mineralisasi yaitu Low


Sulfidation dan High Sulfidation.

2.1.1. Low Sulfidation

Low Sulfidation (LS) atau lebih dikenal dengan sebutan vein system, Terjadi
karena adanya reaksi keseimbangan antara fluida yang naik ke permukaan
dengan batuan samping, kemudian fluida tersebut tereduksi menjadi fluida
berpH mendekati Netral. Biasanya sistem ini penyebarannya dikontrol oleh
struktur yang berkembang di daerah tersebut.

Secara umum ore yang ditemukan pada sistem LS berasosiasi dengan kuarsa
dan/atau kalsedonik, adularia, calcite, rhodochrosite, K mica (Illite atau sericite),
chlorite dan pyrite.

Penciri sistem LS ini secara umum sering dijumpai adanya vein yang bisa berupa
tekstur colloform – crustiform banded, cavity filling, cockade, comb structure dan
lain-lain, atau bisa juga berupa stockwork. Dan salah satu penciri paling dominan
adalah adanya silica sinter dibagian permukaan yang merupakan Petunjuk paleo-
surface dan paleo-watertable.

Mengacu kepada model yang dibuat oleh om saya yaitu Buchanan 1981
(ngimpii..hehhee...!!!), Alterasi yang berkembang pada sistem LS bisa dilihat dari
gambar 2.2.

Pada gambar 2.2, dapat dijelaskan sebagai berikut:

 bagian terluar dari sistem di tempati oleh alterasi propylitic, dengan


penciri hadirnya mineral chlorite, carbonate, clay dan pyrite. (warna
kuning);

 Semakin kedalam ditempati oleh alterasi Argilic dengan penciri hadirnya


illite, sericite (warna hijau muda);

 Kemudian di bagian inti terdapat zona alterasi silicification atau silicic


dengan penciri biasanya berupa vein kuarsa termasuk didalamnya
adularia dan albite (warna merah);

 Sedangkan sebagai penutup sistem LS di bagian atas terdapat sinter


(warna orange);

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 4


 Dibawah zona sinter, terbentuk alterasi advance argilic dengan ciri
hadirnya mineral alunite dan kaolinite. Di beberapa lokasi hadir native
sulphur, jarosite, dan pyrite (warna biru).

Tetapi alterasi yang umum ditemukan pada LS hanya dibagi kedalam tiga zona
yaitu propylitic, Argilic dan Silicification/Silicic/Vein. Warna disini hanya sebagai
ilustrasi dan bukan sebagai warna alterasi. Warna yang biasa digunakan untuk
alterasi yaitu hijau untuk propylitic, kuning untuk argilic, orange untuk advance
argilic dan merah untuk silicification/silicic. Tetapi itu semua tidak terlalu penting
untuk diperdebatkan, biasanya pewarnaan ditentukan sesuai kesepakatan
bersama, yang tujuannya hanya untuk membedakan antar zonasi.

Gambar 2.2. Menunjukan pembagian zona alterasi dan penyebaran mineralisasi terhadap
kedalaman di bawah permukaan bumi.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 5


Dibawah ini saya akan sertakan foto-foto contoh batuan yang telah teralterasi
dan termineralisasi pada sistem low sulfidation.

Foto 2.1. Bentuk texture, structure, alterasi dan mineralisasi pada low sulfidation system.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 6


Foto 2.2. Foto 2.3.

Foto 2.4. Foto 2.5.

Foto 2.6. Foto 2.7.

Foto 2.8. Foto 2.9.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 7


Pada sistem low sulfidation juga terdapat zona base metal yang mencirikan
bahwa jika ketika kita melakukan eksplorasi kemudian menemukan mineral base
metal seperti zn, tembaga, sphalerite atau galena (yang paling mudah dikenali
oleh kasat mata) dengan tingkat kehadiran lebih dominan dibandingkan dengan
mineral yang lain, maka dapat diperkirakan daerah tersebut sudah berada di
zona paling bawah jika dilihat dari model buchanan.

Dapat dikatakan pula bahwa daerah tersebut sudah mengalami erosi yang cukup
kuat, tipis kemungkinan akan ditemukan Au yang Ekonomis untuk dilakukan
penambangan.

Berikut saya akan share foto-foto yang mengindikasikan berada pada zona base
metal.

Foto2.10. Foto2.11.

Foto2.12. Foto2.13.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 8


Foto2.14. Foto2.15.

Foto2.16. Foto2.17.

Foto2.18. Foto2.19.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 9


Foto 2.20. Foto 2.21.

Foto 2.22. Foto 2.23.

Foto 2.24. Foto 2.25.

Tetapi di lapangan memang tidak semudah seperti yang ada pada model, akan
banyak variasi tentunya, dan tidak selamanya model ini dapat kita jadikan acuan.
Masih banyak model alterasi pada sistem LS yang lain yang mungkin lebih sesuai
dengan daerah yang anda eksplorasi.

( naahh gimana makin penasaran kan??... selamat mencari model dari peneliti
yang lain yaa...kalo sudah menemukan jangan lupa di share dengan penulis yaa..
karna penulis juga masih sangat-sangat haus ilmu nih ..heehe...).

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 10


2.1.2. High Sulfidation

Sistem ini atau yang sering disebut dengan “HS” adalah sistem dengan Fluida
panas tinggi (200-3000C), asam tinggi (pH 0-2) dan air yang teroksidasi kemudian
bereakasi menyebabkan pencucian terhadap batuan di kedalaman yang dangkal.
Batuan asal yang ‘tercuci’ (leached) akibat fluida asam tersebut terbentuk di
lingkungan hidrotermal yang berdekatan dengan volkanik aktif. Kehadiran
mineral-mineralnya mengindikasikan kondisi oksidasi yang terjadi pada sistem
magmatik-hydrothermal aktif. Komponen reaktif dari sumber magmatik yang
teroksidasi naik ke dekat permukaan dengan sedikit interaksi dengan batuan
yang dilewati. Gas yang kaya SO2 and HCl terserap oleh air tanah menyebabkan
SO2 menjadi H2SO4 dan H2S, kemudian diikuti dengan peruraian H2SO4 and HCl.

Secara umum zona alterasi yang terbentuk biasanya menyerupai bentuk jamur
dikarenakan pada sistem ini sangat dikontrol oleh lithologi yang dilewati oleh
larutan hydrothermal. Semakin porous batuan yang dilewati maka akan semakin
luas penyebaran alterasi dan mineralisasinya. Biasanya alterasi akan berkembang
baik pada batuan piroklastik.

(ayoo....dibuka lagi buku pelajaran vulkanologi nya yaa...!!!...hehehhe).

Ciri khas yang sering dijumpai pada sistem ini adalah adanya tekstur vuggy silica
yaitu berupa rongga-rongga pada silica yang merupakan hasil leaching dari
mineral yang menyusun batuan samping, biasanya feldspar. Rongga yang
terbentuk tersebut di sebagian tempat biasanya terisi oleh native sulphur, alunite
atau crystalin quartz.

Alterasi yang dapat dijumpai pada sistem HS dari zona terluar menuju zona inti
adalah sebagai berikut:

 Propylitic Alteration : dicirikan dengan hadirnya mineral chlorite, epidote,


carbonate (calcite), minor pyrite.

 Argilic Alteration : dicirikan dengan hadirnya mineral kaolinite, illite-


smectite, quartz dan disseminated pyrite.

 Advance Argilic Alteration : dicirikan dengan hadirnya mineral quartz,


alunite, diaspore, pyrophyllite, native sulphur, pyrite, hematite.

 Silicification Alteration : dicirikan dengan adanya textur vuggy, hadir


mineral chalcedony, alunite (semakin banyak), barite, pyrite, jarosite,
hematite.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 11


Gambar 2.3. Menunjukan pembagian zona alterasi yang berkembang pada High Sulfidation
System.

Gambar 2.4. Menunjukan pembagian zona alterasi secara terperinci pada High Sulfidation
System.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 12


Dibawah ini akan saya berikan contoh foto karakteristik alterasi dan mineralisasi
yang berkembang pada lingkungan High Sulfidation System.

Foto 2.26. Foto karakteristik alterasi dan mineralisasi yang berkembang pada lingkungan High
Sulfidation System.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 13


2.1.3. Porphyry

Gambar 2.5. Menunjukan pembagian zona alterasi secara terperinci pada Porphyry (Corbet).

Porphyry adalah suatu sistem alterasi-mineralisasi yang terbentuk pada


kedalaman 1-2 km di bawah permukaan bumi (corbett 2004). Alterasi ini dapat
terjadi jika ada beberapa faktor pendukung, diantaranya adalah adanya batuan
beku yang memiliki tekstur porphyrytic, adanya multiple intrusion pada daerah
dan batuan yang sama. Batuan yang sering dijumpai di indonesia sebagai ore
body dari sistem Porphyry adalah Tonalite, Quartz Diorite dan Diorite.

Semakin banyak intrusi yang terjadi pada batuan beku yang mempunyai tekstur
porfiritik, maka batuan beku yang terbentuk pertama atau yang paling tua akan
memiliki kandungan logam mulia (khususnya tembaga) yang semakin banyak.

Ciri khas dari sistem ini adalah muncul banyaknya stockwork yang diakibatkan
oleh ada banyaknya retakan akibat desakan dari magma yang mengintrusi.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 14


Jika di daerah sekitar intrusi terdapat batuan karbonat misalkan limestone yang
memiliki porositas yang baik, maka di batuan ini besar kemungkinan akan
terbentuk sistem alterasi-mineralisasi yang disebut Skarn.

Cara pemetaan yang paling efisien untuk daerah dengan sistem porphyry adalah
dengan melakukan soil sampling dengan cara gridding untuk spasi grid
tergantung dengan kebutuhan dan ketersediaan budget, semakin rapat spasi grid
akan semakin bagus karna data yang di dapat akan semakin akurat. Jika setelah
diambil sampling dan dilakukan analisa, idealnya bagian terluar akan
memperlihatkan anomali unsur Pb dan Zn dan dibagian tengah akan muncul
anomali unsur Cu-Au-Mo yang meningkat. Dibagian tengah inilah yang akan kita
fokuskan untuk dilakukan penelitian lebih detil lagi, termasuk merencanakan
letak titik untuk dilakukan pemboran.

Alterasi yang berkembang pada sistem ini adalah :

 Prophylitic Alteration

Alterasi ini biasanya menempati bagian terluar dari sistem.

 Phylic Alteration

Merupakan zona alterasi yang berada dibagian tengah dari sistem


Porphyry yang biasanya disebut juga dengan zona QSP (Quartz-Sericite-
Pyrite), dikarenakan mineral quartz-sericite-pyrite ini memang lebih
mendominasi di zona ini.

 Potasic Alteration

Zona ini merupakan zona inti dari sistem porphyry, biasanya dicirikan
dengan hadirnya mineral secondary biotite dan/atau secondary
k.feldspar, mineral tembaga seperti, chalcopyrite, tennantite (copper
arsenic sulphide) atau copper oxide seperti (malachite, azurite, bornite),
dan lain sebagainya.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 15


Dibawah ini akan saya berikan beberapa contoh foto yang sering dijumpai pada
sistem porphyry.

Foto 2.27. Mineralisasi pada sistem Porphyry.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 16


Foto 2.28. sheeted quartz vein pada sistem Porphyry.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 17


Foto 2.29. beberapa contoh bentuk quartz vein yang sering dijumpai pada sistem
Porphyry.

Sebetulnya masih banyak lagi pembahasan mengenai sistem Porphyry, ini hanya
sebagai pengenalan dasar saja, silahkan temen-temen mencari literatur lain yang
lebih detil membahas sistem ini.

3. TAHAPAN EKSPLORASI EMAS


Nah kawan-kawan setelah kita mengetahui dasar dari alterasi dan mineralisasi,
mari kita berlanjut ke tahapan aplikasi yang biasa diterapkan pada eksplorasi
emas. Inilah tahapannya....(eng...ing....eeng......).

3.1. Tahapan Reconnaissance

Tahapan awal dari eksplorasi emas yaitu kita mencari anomali keberadaan emas
dari endapan material yang berada di sungai dengan cara bleg sampling, Stream
Sediment dan Panned Concentrate.

Tidak lupa juga sebagian team melakukan traverse sungai dengan cara tape and
compass supaya lokasi pengambilan sampel dapat diketahui secara akurat.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 18


Cara ini sangat efektif untuk mengetahui ada dan tidaknya keberadaan emas di
suatu daerah yang sama sekali belum diketahui. Cara pengambilannya antara
lain:

 Sampel diambil dari bagian endapan sungai aktif,

 Diambil pada sungai utama atau cabang utama dengan lebar sungai >
10 meter,

 Luas cakupan area > 20 Km2,

 Lokasi pengambilan conto harus berada + 100 meter kearah hulu


sungai sehingga tidak terlalu dekat dengan muaranya,

 Lakukan pencatatan lokasi project, nama sungai, posisi koordinat,


nomor conto, tipe conto, tanggal dan bulan pengambilan sampel,

 Hitung berapa banyak jumlah butiran emas sesuai dengan ukurannya


(dust, colors, grain atau nugget).

Kegiatan ini terus dilakukan sampai kita temukan daerah yang merupakan source
dari endapan emas tersebut.

Gambar 3.1. Cara pengambilan Bleg sampling pada sungai aktif.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 19


Gambar 3.2. Cara pengambilan Stream Sediment Sampling.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 20


Gambar 3.3. Cara pengambilan Panned Concentrate atau Dulang.

3.2. Tahapan Semi Detil

Pada tahapan ini setelah kita menemukan dimana source-nya, maka selanjutnya
pekerjaan yang kita lakukan adalah melakukan pengambilan sampel pada batuan
baik itu di sungai, di punggungan atau di lereng bukit yang diduga merupakan
sumber dimana alterasi dan mineralisasi berkembang. Jangan lupa untuk

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 21


mencatat lokasi project, nama sungai / bukit, posisi koordinat, nomor sampel,
tipe sampel, tanggal dan bulan pengambilan, pada buku catatan lapangan anda.

Ada beberapa cara pengambilan sampel batuan pada tahapan ini diantaranya
adalah :

3.2.1. Rock Folat (RF)

Sampel float dapat memberikan informasi tentang host rock dan keberadaan
tempat asalnya, float sering kali ditemukan cukup jauh dari sumbernya
tergantung ukuran, jenis alterasi - mineralisasi serta media yang membawanya.
Pengambilan sampel float ini bisa juga dilakukan bersamaan dengan pekerjaan
yang dilakukan pada tahapan reconnaissance.

3.2.2. Rock Grab (RG)

Sampel grab diambil dari permukaan singkapan/outcrop setelah bagian atasnya


dibersihkan terlebih dahulu, sampel ini diambil hanya sebagian, terserah di
bagian mana saja pada outcrop atau subcrop yang tersingkap, dimasukan
kedalam karung sampel seberat 3-5 kg. Cara pengambilan sampel ini memang
tidak mewakili terhadap suatu singkapan secara keseluruhan, akan tetapi sangat
efektif sebagai tahap awal untuk melihat anomali geokimia.

3.2.3. Rock Chip (RO)

Sampel chip diambil dari permukaan outcrop setelah bagian atasnya dibersihkan
terlebih dahulu, conto diambil dengan spasi teratur berkisar 10 - 30 cm dengan
jarak interval 1 - 10 meter secara menerus disesuaikan dengan panjang outcrop
yang ditemukan. Pengambilannya dilakukan dengan cara mengambil sedikit-
sedikit (Chip) sesuai spasi dan interval pada suatu singkapan secara keseluruhan,
bagian yang diambil tersebut dikumpulkan kedalam satu karung sampel dan
penomoran yang sama seberat 3-5 kg untuk satu buah sampel.

Semua lokasi pengambilan sampel di plot pada peta beserta analisa geokimianya,
dari sini kita sudah bisa mengetahui arah penyebaran alterasi secara regional
pada peta yang kita buat untuk melakukan pekerjaan pada tahapan selanjutnya.

3.3. Tahapan Detil

Setelah semua pekerjaan pada tahapan semi detil dilakukan, maka pada tahapan
ini kita sudah mulai fokus melakukan pekerjaan sampling yang lebih detil pada
area zona alterasi yang telah di boundary pada tahapan sebelumnya untuk
DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 22
mengetahui batas penyebaran zona alterasi secara lebih detil. Pada tahap ini
pekerjaan yang kita lakukan adalah melakukan pengambilan soil sample dengan
sistem griding dan rock sample dengan sistem channel sampling. Sebagian
sampel batuan diambil untuk dianalisa petrografi, fluid inclusion dan analisa XRF.

3.3.1. Soil Sampling

Metoda pengambilan soil sampling dapat memberikan informasi keadaan


anomali geokimia daerah prospek dengan cepat, efisien dan akurat. sampel
diambil disepanjang punggungan atau ridge and spur, sedang untuk daerah yang
telah diketahui zona alterasi-mineralisasinya dilakukan dengan metoda griding.
Sampel diambil pada Horison C dengan cara menggali atau menggunakan Hand
Auger untuk setiap interval jarak yang telah ditentukan. Sampel yang diambil
harus dari soil yang bersifat insitu dan bukan soil hasil transported (biasanya
dataran aluvium atau dataran banjir di tepi sungai).

Gambar 3.4. Auger dan penampang horizon tanah.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 23


Gambar 3.5. Contoh Ridge, Spur dan Grid Soil Sampling

3.3.2. Channel Sampling

Sampel Channel diambil dari outcrop setelah bagian atasnya dibersihkan terlebih
dahulu, sampel diambil dengan cara membuat alur memanjang dan menerus
memotong tegak lurus suatu urat atau zona mineralisasi dengan panjang interval
pengambilan tiap sampel nya antara 1 – 2 meter, channel yang memotong
interval harus sistematis, hal tersebut untuk memudahkan penggambaran dan
interpretasi nantinya.

Jika outcrop yang ditemukan hanya tersingkap sedikit di permukaan, bisa


dilakukan pembuatan trenching atau paritan untuk mengetahui batas
penyebaran outcrop atau alterasi yang ditemukan, setelah itu baru dilakukan
pengambilan channel sampling (Perhatikan foto 3.1 dan 3.2).

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 24


Foto 3.1. Contoh pengambilan channel sample pada trench / paritan.

Foto 3.2. Contoh pengambilan channel sample pada outcrop.

Gambar 3.6. Contoh cara pengambilan sample channel pada batuan yang telah mengalami
alterasi dan mineralisasi.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 25


Foto 3.3. Contoh alat pemotong dan cara pengambilan sample channel pada outcrop.

3.3.3. Petrography Sampling

Tujuan pengambilan sampel ini untuk melihat mineral yang dominant serta
mineral-mineral lainnya yang membentuk batuan tersebut sehingga pemberian
nama batuan lebih spesifik. Disamping itu juga bisa memberikan informasi
adanya mineral ubahan hasil alterasi dan mineral berharga hasil mineralisasi,
hubungan mineral yang satu dengan yang lainnya, dan lain sebagainya.

3.3.4. Fluid Inclusion Sample

Analisa fluid inclusion adalah analisa untuk mengetahui temperatur


pembentukan batuan. Batuan yang diambil adalah batuan yang terbentuk oleh
mineral yang memiliki inclusi udara di dalamnya, biasanya berukuran mikro.
Sampel yang diambil untuk dilakukan analisa ini biasanya dari kuarsa yang
menunjukkan adanya gelembung gas ukuran mikro. Seperti pada gambar 3.7 di
bawah ini.

Gambar 3.7. Inclusi pada kuarsa.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 26


3.3.5. XRF Sample

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui jenis mineral clay yang terdapat pada
batuan yang telah teralterasi secara spesifik seperti mineral illite, smectite,
kaolinite, monmorilonite atau mineral clay yang lainnya.

3.4. Tahapan Pengukuran Geophysic

Tahapan selanjutnya setelah pengambilan sampel adalah tahapan pengukuran


geophysic yang terdiri dari pengukuran Induced Polarization dan Ground
Magnetic. Induced Polarization bertujuan untuk mengukur tingkat relatifitas
tahanan (resistivity) batuan yang akan diasumsikan dengan penyebaran silica
ataupun kuarsa hasil alterasi-mineralisasi. Sedangkan chargebility adalah
pengukuran nilai relatif yang di asumsikan dengan penyebaran mineralisasi
sulfida pada batuan tersebut.

Sedangkan Survey Ground Magnetic ditujukan untuk mengukur nilai kemagnetan


dari batuan dimana biasanya daerah mineralisasi logam menunjukan daerah
anomaly, disamping itu juga dapat membantu memberikan informasi untuk
interpretasi batuan intrusif yang bersifat basa di bawah permukaan.

Dibawah ini saya berikan contoh model hubungan antara nilai resistivity dan
chargebility dengan penyebaran alterasi.

Gambar 3.8. hubungan antara zona alterasi dan nilai resistivity.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 27


Setelah semua kegiatan dilakukan, pekerjaan selanjutnya adalah mempersiapkan
peta sebagai output dari serangkaian kegiatan yang telah kita lakukan. Berikut ini
jenis peta yang biasa disajikan dalam kegiatan eksplorasi emas.

1. Factual Map
2. Geological Interpretation Map
3. Alteration and Mineralization Interpretation Map
4. Rock Sample Number and Locations Map
5. Rock Trench Sample Numbers and Locations Map
6. Ridge and Spur Soil Sample Numbers and Locations Map
7. Grid Soil Sample Numbers and Locations Map
8. Rock Au Assay Results Map
9. Soil Au Assay Results Map
10. Rock Trench Au Assay Results Map
11. Ridge and Spur Soil Assay Results Map
12. Grid Soil Au Assay Results Map
13. Rock Au Anomalous Map
14. Soil Au anomalous Map
15. Drilling Target Locations Map

3.5. Tahapan Drilling / Pengeboran

Setelah semua tahapan kegiatan diatas dilalui, lakukan evaluasi apakah data yang
kita dapatkan layak dilanjutkan atau tidak ketahap selanjutnya yaitu tahap
pengeboran untuk membuktikan di bawah permukaan kemenerusan zona yang
telah kita cover pada pemetaan di permukaan.

Jika daerah pemetaan sudah yakin berpotensi besar dan pemilik modal siap
melanjutkan ke tahap drilling...yuukk kita mulai bahas apa saja yang kita lakukan
pada aktifitas pengeboran.

Meskipun kegiatan drilling secara teknis tidak dilakukan oleh geologist, tetapi
alangkah baiknya kita mengetahui bagian-bagian yang secara umum mudah
dikenali dan perlu diingat. Bermacam type diamond drill rig yang biasa dipakai
untuk eksplorasi mineral seperti Long Year, Jacro dan lain-lain.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 28


Dibawah ini saya akan berikan contoh bagian-bagian pada mesin rig.

Gambar 3.9. Beberapa instrumen pada mesin rig.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 29


3.5.1. Persiapan Drilling

Sebelum melakukan kegiatan pengeboran alangkah lebih baiknya kita lakukan


berbagai persiapan, supaya semua kegiatan berjalan lancar dan apa yang
menjadi tujuan dapat tercapai.

Berikut ini berbagai persiapan yang harus kita lakukan.

 Pastikan lokasi drill pad dan koordinat titik yang akan dibor sudah benar;
 Posisikan rig menghadap ke koordinat titik yang akan dibor, tentukan
arahnya memakai compass sunto dengan cara menembak balik pada
jarak ± 10 meter dari hadapan muka rig agar jarum compass tidak
terpengaruh oleh kemagnetan dari logam rig tersebut;
 Tentukan kemiringan yang diinginkan dengan cara menempelkan salah
satu sisi dinding clinometer pada bagian atas permukaan sumbu tengah
drill road yang sudah siap ditancapkan;
 Ukur dan catat panjang mata bor, ukur dan catat juga panjang drill road
yang terpasang;
 Perhatikan kondisi tanah dipermukaan, jika tanah itu gembur dan
diperkirakan gembur, mudah longsor, maka persiapkan beberapa casing
untuk menanggulanginya;
 Persiapkan core box dan pembatas core yang sesuai dengan ukuran mata
bor dan drill road nya (PQ, HQ atau NQ);
 Persiapkan alat tulis, busur derajat, clifboard, meteran ukuran 3 meter,
spidol permanent dan geotechnical log sheet.

3.5.2. Kegiatan Drilling

Tujuan utama pengeboran adalah untuk mendapatkan core dimana sebagian


dari core tersebut dapat dianalisa di laboratorium untuk mengetahui kadar unsur
logam mulia dan mineral ikutannya.

Hasil analisa tersebut di atas akan representatif (mewakili) jika core recovery
mendekati atau hingga 100% dan cara pengambilan sampel core nya benar. Oleh
karena itu hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Catat panjang mata bor ditambah panjang pipa pertama berapa meter
panjangnya;
2. Catat berapa meter run ke 1 (satu) bisa tembus pada batuan kebawah
dari permukaan, kemudian catat berapa meter drill road yang tersisa di

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 30


permukaan. Pada saat core dikeluarkan, letakan pada paralon ukuran PQ
yang telah dibagi 2 sama besar yang panjangya ± 3,5 meter, ingat jangan
terbalik antara top dan bottomnya. Ukur dan catat panjang core yang
dihasilkan dengan terlebih dahulu menyusun rapih pasangan core yang
pecah-pecah menjadi menyatu kembali sehingga tidak ada ruang antara
core yang pecah-pecah tersebut;
3. Masukan core pada core box dimulai dari top (bagian atas core) ke dalam
kolom pertama terus berurutan dan selalu dimulai dari bagian atas hingga
bagian bawahnya. Gunakan hammer untuk memecah batuan pada tepi
batas jalur kolom yang sedang diisi core dalam sebuah core box;
4. Tandai bagian top core dan bagian bottom dengan spidol permanent pada
sudut core box yang saling berhadapan atau dalam garis diagonal;
5. Berikan label pada sisi luar dinding core box dengan Nama Perusahaan,
Nama Proyek, Nama Prospek, Nomor Lubang Bor, nomor core box, dari
kedalaman berapa sampai berapa meter, tanggal drilling. Lakukan hal ini
pada semua core box secara konsisten;
6. Kerjakan pengisian geotechnical log sheet dengan deskripsi litologi,
alterasi dan mineralisasi secara simple (bukan detail, tapi mewakili).
Sehingga kolom deskripsi litologi, alterasi dan mineralisasinya dapat
digunakan untuk laporan progress harian yang harus dilaporkan kepada
Senior Manager Eksplorasi;
7. Berikan tanda kedalaman setiap run dan core lose pada sekat kayu yang
telah disiapkan;
8. Tutup bagian atas core box yang sudah terisi penuh core, kemudian ikat
supaya core tidak jatuh bercampur dan terkontaminasi;
9. Pindahkan core box yang sudah terisi dan sudah tertutup serta terikat
rapih ke area core yard;
10. Buka tutup core box, kemudian cuci core dengan air memakai kuwas
dengan mempersiapkan air dalam ember. Hal ini dilakukan supaya
texture dan structure batuan pada permukaan core tersebut dapat
terlihat dengan jelas;
11. Selanjutnya, letakan core box tersebut di atas meja khusus untuk
pemotretan dengan terlebih dahulu memberikan label yang diperlukan
(lihat gambar 3.11);
12. Lakukan pemotretan dengan camera digital yang mempunyai resolusi
tinggi dan lakukan dengan teliti, close up untuk hal-hal yang menarik dari
core tersebut, isi lembaran isian daftar fotonya. Lakukan pemotretan

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 31


pada pagi hari atau sore hari jangan pada terik matahari supaya hasilnya
bagus.

Gambar 3.10. Cara memasukan inti bor ke dalam core box (A, B, C dan D) dan beberapa
pekerjaan utama dalam program pengeboran.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 32


Setelah pemotretan, pindahkan core box ke atas meja panjang dan susun
berurutan core box tersebut untuk selanjutnya di deskripsi geotek dan
litologinya pada core log sheet khusus yang telah disediakan. Biasakan
deskripsi apapun itu menggunakan bahasa inggris dan tersusun dengan
gaya telegram yaitu singkat, padat, jelas dan seragam.
Contoh deskripsi batuan: Nama batuan (kalau sudah teralterasi, pakai
imbuhan alterasinya), warna, texture, structure, type alterasi dan
intensitasnya yang dominan kemudian type alterasi yang lain dan
intensitasnya, macam mineralisasinya apa saja bentuknya seperti apa
tebalnya berapa cm dan membentuk sudut berapa derajat terhadap
sumbu core, terakhir tingkat oksidasi dan pelapukannya.

Gambar 3.11. Posisi Meja dan Core box dan labeling untuk pmotretan.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 33


13. Untuk deskripsi geotek, perhatikan segment / potongan-potongan core
pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.12. Skema Ilustrasi batasan logging fracture

14. Untuk dapat merekontruksi structure bawah permukaan yang dapat


dikorelasikan dengan di permukaan, lakukan penandaan posisi bawah
dan atas core di setiap interval 50 meter penambahan kedalaman bor.
Caranya adalah dengan meluncurkan tombak runcing besi dengan
kecepatan sedang supaya tanda yang di dapat dekat dengan bagian
bawah lingkaran core, berupa titik dan jauh dari sumbu core tersebut.
Kemudian letakkan core yang sudah ada tanda titik tersebut pada
goniometer yang telah disiapkan dan diposisikan searah dengan arah dan
kemiringan bor dimana titik jejak tombak juga diposisikan paling bawah di
atas goniometer tersebut. Selanjutnya dapat dilakukan pengukuran
structure yang terlihat pada core tersebut.
Titik jejak tombak ini dapat dipakai untuk menarik garis tanda bahwa itu
adalah bagian permukaan bawah dari lubang bor. Lakukan penarikan
garis tanda ini sebelum dilakukan sampling.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 34


A

Gambar 3.13. (A) memperlihatkan tombak dan tanda pada core, (B) memperlihatkan
jejak tombak yang sempurna.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 35


Gambar 3.14. (A) menunjukan cara mentransfer titik jejak tombak ke bagian samping
core, (B) memperlihatkan cara meletakan dua titik hasil transferan titik jejak tombak ke
permukaan dinding samping luar core, (C) menunjukan cara membuat garis lurus yang
melewati kedua titik tersebut pada papan yang dibentuk seperti huruf V.

Gambar 3.15. Goniometer dimana papan kayu tempat meletakan batuan inti bor dapat
dinaikan dan diturunkan sudutnya disesuaikan dengan kemiringan bornya.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 36


Gambar 3.16. Skema gambar pengukuran sudut alpha dan beta pada Inti Bor
DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 37
15. Jika pengeboran sudah sampai kedalaman ± 100 meter, sebaiknya
dilakukan “down hole survey” atau pemotretan bawah permukaan untuk
mengetahui perubahan arah dan kemiringan bor tersebut di bawah
permukaan. Di bawah kedalaman 100 meter, lakukan lagi down hole
survey tersebut setiap 50 meter tambah kedalaman dan terakhir sebelum
bor dicabut pada akhir target kedalaman yang dicapai.

3.5.3. Kegiatan Core Sampling

Sebelum melakukan pengambilan sampel pada core, lakukan dulu pengukuran


SG (Specific Gravity) untuk mengetahui berat jenis dari masing-masing core.

Cara sampling pada inti bor / core adalah dengan membagi dua core sama besar
seperti terlihat pada gambar 3.17 di bawah ini. Vein-vein yang terbagi dua harus
sama besar / simetris dan harus konsisten dari awal sampai akhir kedalamannya,
bagian sebelah kiri setengah potongan core disimpan sebagai duplikat, dan
potongan bagian kanan disampling untuk dianalisa di laboratorium.

Gambar 3.17. Cara sampling pada Inti bor / core.

Jika ketebalan urat kuarsa kurang dari 50 cm, satukan saja dengan batuan
sampingnya yang dominant menjadi satu sample, kecuali kalau ternyata setelah
dianalisa di laboratorium kadar mineral logam mulianya significant, maka sampel
harus dipisahkan.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 38


Perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar 3.18. Contoh Cara Sampling Batuan pada Inti bor atau Paritan.

Foto 3.4. Kegiatan pemotongan core di core shed.

Setelah core dibelah dan dilakukan spacing sampling, masukkan sebagian core
untuk sampel kedalam calico bag (kantong yang terbuat dari kain), beri nomor
dengan spidol permanent dan juga code sampel type nya, disamping itu juga
masukkan kartu nomor sample yang sama dengan yang ditulis pada bagian luar
calico bag.

Buat catatan daftar sample di dalam buku besar secara teratur dari mulai tanggal
sampling, yang melakukan sampling tersebut, tanggal pengiriman sampel,
sampel nomor berapa sampai berapa, timbang masing-masing sampel, berapa
berat dan jumlah total sampel yang telah terambil, dan masukan kedalam
sample dispatch.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 39


Masukan sample yang sudah berada dalam calico bag kedalam karung plastic
ukuran 25 kg, mungkin masing-masing karung dapat diisi 5 calico bag,
selanjutnya cantumkan kelima nomor sampel di bagian luar karung beserta berat
total kelima sampel tersebut.

3.5.4. Kegiatan Akhir Drilling

Segera lakukan pembuatan tanda pada lokasi titik bor dengan menyematkan
tanggal start dan finish drilling, nama perusahaan, nomor bor dan kedalaman
terakhir pada pipa paralon dan tembok semen pada saat belum keras setiap kali
setelah selesai drilling di setiap lokasi yang berbeda seperti contoh gambar di
bawah ini.

Foto 3.5. kegiatan cementing dan pemberian identitas pada bekas lubang bor.

Dan “Horeee.....” selesai deh semua kegiatan yang harus dikerjakan.

Setelah itu data dikumpulkan dan dibuat modeling untuk mengetahui bentuk
tubuh bijih beserta perhitungan cadangannya melalui software modeling seperti
Datamine atau Micromine. Tetapi yang digunakan di perusahaan tempat saya
bekerja yaitu Micromine.

4. PENUTUP
Demikian temen-temen hal yang bisa saya sharing untuk saat ini, yaitu dimulai
dari tahap awal eksplorasi sampai dengan tahapan pengeboran, dikarenakan
baru sampai tahap ini saja yang sudah penulis lakukan untuk kegiatan eksplorasi
emas. Mudah-mudahan kedepannya saya bisa sharing kembali mengenai hal apa
saja yang dipersiapkan dan dilakukan pada tahapan eksploitasi.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 40


5. LAMPIRAN

Batuan Beku
And Andesite Lat Latite
Ano Anorthosite Maf Mafic rock undiff
Apl Aplite Mnz Monzonite
Acd Acid rock undiff. Nor Norite
Bas Basalt Peg Pegmatite
Cbn Carbonatite Phn Phonolite
Dac Dacite Per Peridotite
Dol Dolerite Pyx Pyroxenite
Dun Dunite Rhd Rhyodacite
Dio Diorite Rhy Rhyolite
Fel Felsic rock undiff. Sep Serpentinite
Gab Gabbro Spl Splilite
Grd Granodiorite Syn Syenite
Gra Granite Ton Tonalite
Hzb Harzburgite Tra Trachyandesite
Int. Intermediate rock undiff Trc Trachyte
Kim Kimberlite Umf Ultramafic
Lam Lamprophyre

Batuan Metamorf
Amp Amphibolite Gnt Granulite Mvl Metavolcanic

Cal Calcsilicate Hnf Hornfels Phy Phyllite

End Endoskarn Mbl Marble Qte Quartzite

Exo Exoskarn Mig Migmatite Sch Schist

Fsc Felsic schist Msd Metasediment Skn Skarn

Gns Gneiss Msc Mafic schist Slt Slate

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 41


Batuan Sedimen
Ark Arkose Grw Greywacke Sis Siltstone

Alv Alluvium lim Limestone Sds Sandstone


Banded iron Qtz
Bif Mud Mudstone Quartz Sandstone
form. Sds
Cng Conglomerate Mrl Marl

Cls Claystone Shl Shale

Batuan Vulkanik
Agv Volcanic Agglomerate Int Intermediate Tuff
Ant Andesitic Tuff Lit Lithic Tuff

Clt Crystal Lithic Tuff Lvt Lithic Vitric Tuff

Cvt Crystal Vitric Tuff Rht Rhyolithic Tuff

Dat Dacitic Tuff Tf Tuff

Fst Felsic Tuff Tfs Tuffaccous Sandstone


Ign Ignimbrite

Tipe Breksi
Bmt Matrix Supported Bft Fault Breccia

Bcl Clast Supported Bfc Fluid. Crackel Breccie

Bsk Crackle Breccia Hbx Hydrothermal Breccia

Bin Intrusive Breccia Mbx Monomic Breccia

Bml Milled Breccia Pbx Polymic Breccia

Singkatan Umum
Alt Altered Fsp Feldspathic
App Approximately Frg Fragments
Ang Angular Frt Fractured
Bdd Bedded Gos Gossaneous

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 42


Blc Bleached Hrd Hard
Bst Basaltic Jnt Jointed
Bx(x) Breccia(-ted) Lam Laminated
Cal Calcareous Lch Leached
Cgt Conglomeratic Leu Leucocratic
Cly Clayey/Clay Mas Massive
Cty Cherty Mel Melanocratic
Drk Dark Mod Moderate
Diss Disseminated Ox Oxdized
Ext Extrusive Pot potassic
Fer Ferruginous Rdd Rounded
Shd Sheared Una Unaltered
Sed Sediment Ven Vein
Str Strong Vug Vughy
Spg Supergene Xen Xenolith
Swk Stockwork

Warna
Lig Light Org Orange
Blk Black Pnk Pink
Blu Blue Pur Purple
Brn Brown Red REd
Grn Green Wht White
Gry Grey Ylw Yellow

Mineral Pada Batuan


Actinolite AT Hematite HE
Adularia AD Hornblende HO
Alunite AN Hypersthene HY
Amphibole AB Ilmenite IL
Anhydrite AH Jarosite JA
Apatite AP Kaolin Group KA

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 43


Accessory AC K-Feldspar KF
Ankerite AK Leucite LE
Augite AG Limonite LM
Barite BA Mafic MF
Biotite BI Magnetite MG
Calcite CA Mica Group MI
Cerussite CS Manganese MN
Carbonates CB Muscovite MU
Chlorite CH Plagioclase PL
Clay CY Pyroxene PR
Clay, Kaolin CK Quarts QZ
Corundum CO Rhodochrosite RD
Diopside DI Zircon ZI
Dolomite DO Rutile RU
Epidote EP Sericite SE
Feldspar General FX Serpentine SR
Flourite FL Sphene SP
Iron General FE Spinel Group SL
Garnet GA Siderite ST
Glouconite GL Gypsum GY
Geothite GO Talc TA

Common "Ore" Minerals or associated minerals Especially sulphides


Arsenopyrite FeAsS AS
Azurite Cu3(CO3)2(OH)2 AZ
Bornite Cu5FeS4 BN
Cassiterite SnO2 CT
Chalocite Cu2S CC

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 44


Chalcopyrite CuFeS2 CP
Chromite (Fe, Mg)O(Fe, Al, Cr)2O3 CR
Cinnabar HgS CI
Copper Cu (native) Cu
Covellite CuS CO
Chrysocolla Cu2H2(Si2O5)(OH)4 CL
Digenite Cu9S5 DG
Enargite Cu3AsS4 EN
Epsomite MgSO47H2O EP
Ferrimoliybdite PbS FM
Galena PbS GL
Gold Au (native) AU
Goethite FeO(OH) GO
Hematite Fe2O3 HE
Ilmenite FeTiO3 IL
Jarosite KFe2(SO4)2(OH)6 JA
Limonite FeO(OH).nH2O LM
Magnetite (Fe,Mg)Fe2O4 MG
Malachite Cu2CO3(OH)2 MC
Marcasite FeS2 MA
Mercury Hg (native) HG
Molybdenite MoS2 MO
Manganese Wad Hyd. Mn Oxides MN
Orpiment As2S3 OR
Pyrite FeS2 PY
Pyrrhotite Fe1-xS. x = Oto 0.2 PR
Realgar AsS RE
Rutile TiO2 RU

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 45


Sphalerite ( Zn, Fe )S SP
Stannite Cu2FeSnS4 SN
Stibnite Sb2S3 SB
Sulphur S Native SU
Tennantite ( Cu,Fe,Zn,Ag)12As4S13 TN
Tetrahedite ( Cu,Fe,Zn,Ag)12Sb4S14 TE

Tekstur
AP = Aphanitic (0.004 – 0.06 mm)
BD = Bedded
BN = Banded
BR = Brecciated
CB = Contorted
CL = Clayey
CM = Chilled Margin
CT = Clastic
CR = Cenulated
CS = Closed – Structured/Framework supported
DR = Drusy
EQ = Equigranular
FB = Flow Banded
FE = Felted
FG = Fragmental
GA = Graded Bedding
GB = Granoblastic
GF = Graphic
GL = Granulose
GN = Gneissic

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 46


GP = Glomero - Porphyritic
GR = Granular
GS = Glassy
GT = Granitic
GY = Greasy
HT = Heterogeneous
HO = Homogeneous
HF = Hornfelsic Stractured
IB = Interbedded
IG = Ignimbritic
IM = Imbricated
IN = Indurated
IQ = Inequigranular
IR = Irregular

Struktur
BD = Bedding
BN = Banding in Igneous Rock
CL = Cleavage
FA = Fault
FO = Fold
JO = Joint/Joint Set
LI = Lineation
ME = Metamorphic Foliation

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 47


DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 48
6. REFERENSI
Corbet, G J, 2004. “Epithermal and Porphyry Gold – Geological Model”.
Cook and Simmons, 2000, “Characteristics and Genesis of epithermal Gold
Deposits” Reviews in Economic Geology, V,13, p.221-224.
Silitoe, R.H. 2004, “Styles of High-Sulphidation Gold, Silver and Copper
Mineralization in Porphyry and Epithermal Environments” in Proceedings of the
Pacific Rim 204 Conference, Astralasian Institute of Mining and Metallurgy.
Suherman, Endang, 2010. “Pengenalan Alterasi dan Mineralisasi”.
Suherman, Endang, 2010. “Panduan Teknis Kerja Eksplorasi Mineral”.
Thompson, A.J.B. & J.F.H. Thompson, MDD Series editor: K.P.E. Dunne, 1996).
“Atlas of Alteration; A Field and Petrographic guide to Hydrothermal Alteration
minerals”.

DASAR ALTERASI DAN MINERALISASI SERTA TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI 49

Anda mungkin juga menyukai