Wa0005
Wa0005
Sesuai dengan faham yang ada dalam Islam, Tuhan menurut al-Kindi
adalah Pencipta. Alam bagi al-Kindi bukan kekal di zaman lampau (qadim), tetapi
mempunyai permulaan. Oleh karena itu al-Kindi dalam hal ini lebih dekat dengan
filsafat Plotinus, yang mengatakan bahwa Yang Maha Satu adalah sumber dari
alam dan sumber dari segala yang ada. Alam adalah emanasi dari Yang Maha Satu
(Harun Nasution, 1978).
1
dikerjakan oleh Allah. Ajaran Tauhid digambarka secara simple dan indah oleh
Al-Qur'an surat Al-Ihlash (112:1 – 4).
Lawan Ke-Esaan atau Tauhid adalah Syirik, artinya persekutuan yang jika
diambil jamaknya kalimat tersebut menjadi Syurakaa', artinya sekutu. Dalam Al-
Qur'an kalimat syirk digunakan dalam arti mempersekutukan Tuhan lain dengan
Allah, baik persekutuan itu mengenai Dzat-Nya, Sifat-Nya atau Af'al-Nya,
maupun mengenai ketaatan lain yang seharusnya ditujukan kepada Allah semata.
Dalam Al-Qur'an diterangkan bahwa syirk adalah perbuatan dosa paling berat
yang perlu dijauhi dan diwaspadai (31:13, 4:48, 2:30, 45:12 – 13, 2:34, 6:165,
7:140; 3:63, 9:31, 25:43, dsb).
Sedangkan kata Taqwa berasal dari kata Waqa, Yaqi, Wiqayah, artinya
takut, menjaga, memelihara dan melindungi. Sesuai dengan makna etimologi
tersebut, makna Taqwa adalah sikap memelihara keimanan yang diwujudkan
dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten (istiqamah).
2
Diantara makna Taqwa yang diterangkan dalam Al-Qur'an terdapat dalam 2:177.
Disana akan dijumpai setidaknya ada 5 indikator orang yang bertaqwa, yaitu :
1. Iman kepada Allah, para Malaikat, Kitab-kitab (suci), dan para Nabi.
Indikator pertama adalah memelihara fitrah iman.
4. Menepati janji
Indikator keempat adalah memelihara kehormatan diri (komitmen).
Secara garis besar, agama Islam dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu,
bagian teori atau yang lazim disebut dengan rukun iman dan bagian kedua adalah
bagian praktek, yang mencakup segala apa yang harus dikerjakan oleh orang
Islam. Bagian pertama bisa disebut Ushul (pokok) sedangkan bagian kedua
disebut Furu' (cabang). Keimanan seseorang adalah sebagai landasan bersikap,
berfikir dan perbuatan yang dilakukan dalam hidupnya. Sejauh dia berusaha
menjaga dan mengembangkan kualitas imannya, maka sejauh itu pula dia akan
mencapai derajat ketaqwaannya dihadapan Allah swt.
Dalam Hadits acap kali kata iman itu digunakan dalam pengertian
yang lebih luas, atau kadang untuk menggambarkan perbuatan baik yang
sederhana. Nabi saw pernah bersabda : "Iman mempunyai cabang enam
puluh lebih , dan rendah hati (Hayyaa') adalah salah satu cabang dari
Iman" (Bu.2:3). Dalam Hadits lain disabdakan : "Iman mempunyai cabang
tujuh puluh lebih, yang paling tinggi ialah kalimat Laa ilaaha illlallah,
sedang yang yang paling rendah ialah menyingkirkan apasaja yang bisa
mendatangkan benca dari jalan" (M. 1:12). Rasulullah pernah bersabda :
'Bahwa mencintai Shahabat Anshar adalah salah satu pertanda iman"
(Bu. 2:10). Sabda Beliau yang lain : "Salah seorang diantara kamu tidak
beriman, kecuali dia mencintai saudaranya seperti ia mencintai diri
sendiri (Bu. 2:7). Masih banyak lagi Hadits-Hadits yang senada seperti itu.
Singkat kata bahwa ketaqwaan itu adalah suatu implementasi dari
keimanan seseorang dalam hidupnya, yang sudah barang tentu juga
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi tertentu sebagai lingkunagannya.
3
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa semua rukun iman itu sebenarnya
landasan bagi perbuatan. Allah adalah Dzat yang mempunyai segala sifat
kesempurnaan. Jika orang diharuskan beriman kepada Allah, itu sebenarnya ia
harus berusaha memiliki sifat-sifat akhlak yang tinggi dengan tujuan mencapai
Sifat Ilahi. Dia harus menempatkan cita-cita yang amat luhur dan amat suci
sebagai idamannya, yang selalu terlintas dalam benaknya, serta dia harus berusaha
menyesuaikan tingkah lakunya dengan cita-cita itu. Adapun beriman kepada
Malaikat ialah agar dia menuruti bisikan yang baik, sehingga membentuk karakter
seperti Malikat, yaitu selalu taat kepada Allah dan sekali-kali tidak mendurhaka
kepada-Nya.
Beriman kepada Kitab Suci ialah agar manusia mengikuti petunjuk yang
termuat didalamnya guna mengembangkan daya batin dalam dirinya. Sedangkan
beriman kepada para Utusan ialah agar manusia mencontoh suri-tauladan yang
diberikan oleh mereka dan rela mengorbankan hidup untuk kepentingan sesama
manusia.Beriman kepada hari Akhir mengajarkan kepada manusia, bahwa
kemajuan material, fisik atau jasmani bukanlan tujuan hidup, akan tetapi tujuan
hidup yang sebenarnya ialah hidup abadi yang amat luhur, dimulai dari Hari
Kebangkitan (qiyamat). Akhirnya, Iman kepada Qadla' dan qodar memberi
kesadaran kepada manusia tentang Maha luasnya ketentuan-ketentuan Allah yang
harus difahami, baik yang tersirat dalam setiap gajala di alam semesta, maupun
yang tersurat pada Kitab-kitab Suci yang telah diturunkan kepada para Utusan-
Nya.
4
Iman kepada Allah dan Malaikat akan mendorong manusia kearah
perbuatan baik, sedangkan setan adalah makhluk yang mendorong manusia kearah
perbuatan jahat. Oleh sebab itu yang dimaksud mengimplementasikan iman
adalah, menerima suatu prinsip sebagai lendasan bagi perbuatan baik, yang
seluruh ajaran Islam cocok dengan kemajuan fitrah manusia. Dalam Islam tidak
ada dogma, tidak ada rahasia dan tidak ada kepercayaan yang tidak memerlukan
perbuatan. Tiap-tiap rukun iman adalah ajaran yang harus diwujudkan dalam
perbuatan, guna mencapai puncak perkembangan manusia.
5
sumbangan kemajuan ilmu pengetahuan akan mendatangkan kebahagiaan hidup
pribadi, bangsa bahkan dunia hingga akhirat melaui Islam.
Ada kalimat yang perlu direnungkan dalam hal ini, dari Dr. Albert Instein
yang mengandung saran untuk berusaha kearah penyatuan agama dan ilmu
pengetahuan, sebagai berikut :
"Emosi yang paling indah dan paling mendalam yang dapat kita alami adalah
kesadaran akan perkara yang sifatnya spiritual (mistis). Kesadaran itu merupakan
kekuatan segala ilmu pengetahuan sejati. Orang yang tidak mengenal emosi itu,
yang tidak dapat lagi merasa kagum dan terpesona karena rasa hormat yang
mendalam, boleh dikatakan mati. Mengetahui sesuatu yang tidak dapat kita
fahami itu sungguh ada dan menyatakan diri sebagai kebijaksanaan yang setinggi-
tingginya dan keindahan yang seindah-indahnya, dimana kesanggupan kita yang
tumpul itu hanya dapat memahaminya dalam bentuknya yang paling sederhana,
pengetahuan dan perasaan itu ialah pusat keagamaan yang sejati".
6
BAB II
SUMBER POKOK AJARAN ISLAM
2.1. Al-Qur'an
Sumber asli dari semua ajaran dan syari"at Islam ialah Kitab suci yang
lazim disebut Al-Qur'an. Kata Qur'an berulang-ulang disebutkan dalam Kitab itu
sendiri, diantaranya : 2:185; 10:37, 61; 17:106 dan sebagainya. Kata Qur'an
adalah isim masdar (bentuk infinitive) dari akar kata qoro'a yang arti aslinya
adalah mangumpulkan barang-barang menjadi satu (LL). Qur'an berarti pula
membaca, karena dalam membaca, huruf dan kata-kata dihubungkan satu sama
lain menjadi susunan kalimat (R). Jadi dengan demikian, secara harfiah kata Al-
Qur'an lazimnya diartikan dengan bacaan, karena pada kenyataannya Kitab itu
yang paling luas dibaca di seluruh dunia. Sedangkan menurut istilah Al-Qur'an
adalah kumpulan Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Melalui malaikat (Jibrlil) sebagai podoman hidup manusia sepanjang jaman. Oleh
karena itu seluruh ayat-ayat yang terdapat didalamnya adalah berbentuk Wahyu
Matluww, artinya Wahyu yang dibacakan oleh Malaikat.
Al-Qur'an pertama kali diturunkan oleh Allah swt. Pada suatu malam nan
Agung (97:1), yang diberkahi (44:3) dengan menggunakan bahasa Arab (44:58;
43:3). Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur, dan setelah penggalan-
penggalan itu diturunkan segera ditulis dan dihafalkan. Adapun lamanya Al-
Qur'an diturunkan selama kenabian Muhammad saw. adalah duapuluhtiga tahun,
yang selama itu beliau sibuk memperbaiki dunia yang dilanda kegelapan (17:106).
Al-Qur'an adalah Firman Allah yang dibawa oleh Ruh suci atau malaikat Jibril
dan disampaikan dalam bentuk kata-kata yang diucapkan (Matluww), Kepada
Nabi Muhammad saw, untuk disampaikan kepada umat manusia (26:192 – 195;
2:97; 16:102).
2.2. Al-Hadits
Al-Hadits atau As-Sunnah adalah sumber pokok syari'at Islam yang kedua
sesudah Al-Qur'an. Kata Hadits artinya adalah ucapan yang disampaikan kepada
manusia, sedangkan kata Sunnah artinya adalah laku, aturan, cara bertindak atau
tingkah laku. Dalam ajaran Islam dua istilah itu dimaksudkan semua ucapan atau
sabda, perbuatan dan ketetapan Nabi Muhammad saw semasa kenabiannya.
Sehingga kita mengenal adanya Hadits atau Sunnah qauli, fi'li dan taqriri. Dari
7
istilah Hadits dan Sunnah tersebut dalam perkembangannya yang sangat popular
adalah kata Hadits atau Al-Hadits (kata ma'rifat).
Setiap orang yang mempelajari Al-Qur'an pasti tahu bahwa pada umumnya
ayat-ayatnya membehas asas-asasnya atau aturan-aturan secara garis besar dan
jarang dibahas sampai pada yang sekecil-kecilnya. Pada umumnya penjelasan
yang sekecil-kecilnya tentang pembahasan yang terdapat dalam Al-Qur'a itu
didapatkan dalam Al-Hadits, baik berupa contoh tentang bagaimana melaksanakan
suatu perintah, maupun penjelasan secara lisan atau kata-kata. Maka disinilah arti
pertingnya Al-Hadits sebagai dasar pokok ajaran Islam setelah Al-Qur'an.
8
7. Kalimatnya menjelaskan hal-hal yang tidak idium dengan bahasa Arab,
atau tidak pantas dilakukukan oleh Nabi Muhammad saw.
8. Berisi ancaman dan hukuman yang berat untuk perbuatan dosa kecil, dan
menjanjikan pahala besar bagi amal yang tak seberapa.
9. Menjanjikan pemberian pahala oleh Nabi atau Rasulullah kepada orang
yang berbuat baik.
10. Ada pengakuan langsung dari perowi bahwa dia yang membuat-buat
Hadits itu.
Aturan penilaian Hadits yang sama juga disampaikan oleh Mullah Ali Qari
dalam kitabnya yang berjudul Maudlu'at, oleh Ibnu Al-Jauzi dalam kitabnya
Fathul Mughits, dan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya Nuzatun-Nazar.
Selain aturan-aturan tersebut, sebenarnya ada batu uji yang ampuh untuk
menetapkan keshahihan Al-Hadits, bahkan batu uji itu pemakaiannya
diperintahkan oleh Nabi saw. sendiri. Diriwayatkan bahwa beliau bersabda
sebagai berikut :
"Banyak orang yang meriwayatkan Hadits dari saya; maka ujilah itu dengan Al-
Qur'an; jika suatu Hadits cocok dengan Al-Qur'an, maka terimalah itu; tetapi
jika tidak cocok, maka tolaklah itu". Ada lagi pengakuan dari Beliau : "Aku
hanyalah manusia biasa, jika aku memerintahkan sesuatu kepada kamu tentang
agama, terimalah itu; dan jika aku memerintahkan tentang perkara dunia, aku
hanyalah manusia biasa" (MM. 1:6 – i).
2.3. Ijtihad
Ijtihad adalah sumber syariat islam yang nomor tiga.kata ijtihad berasal
dari kata jahd yang artinya berusaha keras atau berusaha sekuat tenaga; kata
ijtihad yang secara harfiah mengandung arti yang sama, ini secara teknis
diterapkan bagi seorang ahli hukum yang dengan kemampuan akalnya berusaha
keras untuk menentukan pendapat dilapangan hukum mengenai hal yang pelik dan
meragukan.
1. Qias
9
2. Istihsan
Istihsan yang makna aslinya menganggap baik suatu barang atau menyukai barang
itu, itu menurut terminologi pada ahli hukum, berarti menjalankan keputusan
pribadi, yang tak didasarkan atas Qias, melainkan didasarkan atas kepentingan
umum atau kepentingan keadilan.
3. Istidlal
Istidlal makna aslinya menarik kesimpulan suatu barang dari barang lain.
Dua sumber utama yang diakui untuk ditarik kesimpulannya ialah adat dan
kebiasaan; demikian pula undang-undang agama yang diwahyukan sebelum islam.
Diakui bahwa adat dan kebiasaan yang lazim di tanah arab pada waktu datangnya
islam yang tak dihapus oleh islam, ini mempunyai kekuasaan hukum. Demikian
pula, adat dan kebiasaan yang lazim dimana-mana, jika ini tidak bertentangan
dengan jiwa ajaran Qur’an, atau tak terang-terangan dilarang oleh Qur’an, ini juga
diperbalehkan; karena, menurut peribahasa para ahli hukum yang sudah terkenal,
diizinkannya sesuatu adalah prinsip asli , oleh karena adat itu diakui oleh sebagian
besar rakyat, maka adat ini mempunyai kekuatan ijmak dengan demikian, adat
mempunyai prioritas di atas tertib hukum yang diambil dari analogi.
4. Ijmak
Kata Ijmaa’ (di-Indonesiakan menjadi ijmak) berasal dari kata Jam”,
artinya menghimpun atau mengumpulkan, Ijmak mempunyai dua makna, yaitu,
menyusun dan mengatur suatu hal yang tak teratur, oleh sebab itu berarti
menetapkan dan memutuskan suatu perkara, dan berarti pula sepakat atau bersatu
dalam pendapat. Menurut istilah ulama fikih, Ijmak berarti kesepakatan pendapat
diantara mujtahid, atau persetujuan pendapat diantara ulama fikih dari abad
tertentu mengenai masalah hukum. Persetujuan pendapat ini disimpulkan dengan
tiga cara, pertama, dengan qoul (ucapan), yaitu pendapat tentang suatu masalah
yang dikeluarkan oleh para mujtahid yang diakui sah. Kedua, dengan fi’il
(perbuatan), yaitu apabila ada kesepakatan dalam praktek. Ketiga, dengan sukuut
(diam), yaitu apabila para mujtahid tak membantah suatu pendapat yang
dikeluarkan oleh salah satu atau beberapa mujtahid. Pada umumnya ulama
berpendapat, bahwa Ijmak berarti kesepakatan pendapat diantaranya para
mujtahid saja; jadi orang yang tak alim dalam hukum, tak boleh mengambil
bagian dalam Ijmak, tetapi sebagian ulama berpendapat bahwa Ijmak berarti
persetujuan pendapat diantara kaum muslimin; hanya anak kecil dan orang gila
sajalah yang tak diikutsertakan dalam Ijmak. Ada berbagai pendapat tentang
apakah ijmak itu hanya terbatas pada suatu tempat, atau terbatas pada satu atau
beberapa generasi. Imam Malik mendasarkan Ijtihad beliau atas kesepakatan
pendapat orang-orang madinah. Secara teori, pembatasan semacam itu tak dapat
dibenarkan. Jika diingat bahwa orang terpelajar itu tak hanya terbatas di Madinah
saja, bahkan di zaman Nabi Muhammad saw, mereka dikirim ke tempat-tempat
yang jauh di luar jazirah. Pendapat yang paling dapat diterima ialah bahwa Ijmak
Ahlus Sunnah wal Jamaah tak mengikutsertakan kaum Syiah dalam rencana Ijmak
10
bagitu pula sebaliknya. Kaum Syiah berpendapat bahwa hanya keturunan
Sayyidina Ali dan Siti Fatimah sajalah yang pantas melakukan ijtihad. Diantara
golongan Ahlus Sunnah wal jamaah, ada sebagian yang berpendapat bahwa ijmak
itu hanya terbatas bagi para Sahabat nabi, sedang sebagian yang lain berpendapat
bahwa ijmak itu meliputi generasi berikutnya, yaitu generasi Tabiin, tetapi
pendapat yang paling umum adalah bahwa ijmak itut tidak terbatas pada suatu
generasi, atau pada suatu Negara; oleh sebab itu, ijmak yang sebenarnya ialah
kesepakatan pendapat diantara sekalian mujtahid dari semua Negara dalam abad
apa saja, tetapi ini adalah sesuatu yang hampir-hampir tak mungkin.
Ada perbedaan pendapat yang cukup besar tentang apakah hukum ijmak
itu dibentuk dengan suara terbanyak diantara para mujtahid, ataukan dengan
kesepakatan pendapat dari seluruh mujtahid itu.
BAB III
11
HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
Manusia adalah ciptaaan Allah sebagai makhluk yang sempurna QS. Ath-
Thin 95 : 4 dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan demikian Al-Qur’an
memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis dan social. Manusia
sebagai basyar tunduk kepada taqdir Allah, sama dengan makhluk yang lain.
Manusia sebagai insan dan An-Nas bertalian dengan hembusan Ilahi atau Roh
Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau menentang
Taqdir Allah.
12
3.3. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah
Dua peran yang dipegang manusia dimuka bumi, sebagai khalifah dan
‘abdun merupakan keterpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan
dinamika hidup yang sarat dengan kreatifitas dan amaliyah yang selalu berpihak
pada nilai-nilau kebenaran.
13
Berdasarkan pemahaman ayat tersebut dapat dipahami, bahwa kwalitas
kemanusia sangat tergantung pada kwalitas komunikasinya dengan Allah melalui
ibadah dan kwalitas interaksi sasialnya dengan sesame manusia melalui
muamalah.
BAB IV
14
ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sestem tata nilai
suatu msyarakat tertentu. Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat,
karena itu yang menjadi standar baik dan buruk adalah akal manusia.
Moral secara lughawi berasal bahasa latin “mores” kata jamak dari kata
“mos” yang berarti adat kebiasaan, susila. Yang dimaksud adat kebiasaan dalam
hal ini adalah tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide umum yang diterima
oleh masyarakat, mana yang baik, dan wajar. Jadi bisa juga dikatakan moral
adalah prilaku yang sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan
yang oleh umum diterima meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.
Sementara kata “akhlak” merupakan bentuk jamak dari kata khuluk secara
etimologis artinya adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at.
Sedangkan secara terminologis akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara
baik dan buruk, antara yang terbaik dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan
manusia lahir dan batin berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Dalam definisi yang agak panjang Ahmad amin menjelaskan bahwa akhlak
adalah ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh sebagian manusia kepada yang lainnya. Menyatakan tujuan yang
harus dituju manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
15
Dalam ajaran Islam tentang tingkatan akhlak dalam kehidupan manusia itu
ada tiga macam :
a. Akhlak Radzilah
b. Akhlak Fadlilah
c. Akhlak Karimah
Orang yang suci hatinya akan tercermin dari air muka dan perilakunya
yang baik (akhlak karimah). Akhlak yang baik sebenarnya merupakan gambaran
dari hati yang suci, sebaliknya perilaku yang buruk adalah merupakan gambaran
hati yang kotor dan busuk. Dengan demikian, agar seorang mukmin akhlak yang
baik adalah dengan melaksanakan tasawuf secara sistematis. Yaitu melaksanakan
semua kewajiban (al-wajibaat), melaksanakan yang sunnah-sunnah (an-nafilah)
dan melaksanakan latihan spiritual (al-riyadlah). Inti al-riyadlah dalam Islam
adalah ingat akan kebesaran Allah (dzikir).
Kata Islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat, dan
patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama Islam adalah ajaran yang
mengandung nilai-nilai untuk menciptakan kedamaian, keselamatan, dan
kesejahteraan kehidupan manusia pada khususnya dan semua makhluk Allah pada
umumnya, serta penyerahan diri, mentaati, dan mematuhi ketentuan-ketentuan
Allah. Menurut ajaran, Mnusia yang diberikan amanat oleh Allah untuk menjadi
khalifah-Nya di bumi, harus dpat menciptakan kemaslahatan bagi sekalian
makhluk Allah. Artinya bahwa setiap perbuatan yang dilakukan manusia harus
membarikan kebaikan dan tidak boleh merugikan atau menyakiti pihak lain
dengan cara menegakkan aturan-aturan Allah. Itulah wujud rahmat dari agama
Islam sebagaimana dinyatakan oleh Allah dalam QS. Al-Anbiya’ 21 : 107
Adapun diantara implementasi dari ajaran tersebut bias di aktualisasikan dalam
bentuk-bentuk kerukunan hidup bermasyarakar berbangsa dan bernegara, yang
secara garis besar ada dua bentuk penjelasan dalam hal itu, yaitu :
16
Kata Ukhwah berarti persaudaraan, maksudnya perasaan simpati dan
empati antar dua orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki satu kondisi
yang sama, baik suka maupun duka, baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan
itu menimbulkan sikap timbale balik untuk saling membantu jika pihak lain
mengalami kesulitan, dan sikap untuk berbagi kesenangan kapada pihak lain jika
salah satu pihak menemukan kesenangan. Ukhwah ini jika berlaku oleh sesame
ummat Islam maka disebut Ukhwah Islamiyah, dan berlaku untuk sekalian umat
manusia yang tidak membedakan agama, suku, dan aspek-aspek kekhususan
lainnya, yang disebut ukhwah insaniyah.
Menurut abu Bakar Al-Jaziri, bahwa etika terhadap diri sendiri meliputi :
a. Al-Taubah, yaitu melaksanakan upaya insaf terhadap setiap kesalahan dan
berusaha mencapai pengampunan
b. Al-Muraqabah, yaitu berusaha mendekatkan diri kepada sang Khaliq
dengan mentaati perintah dan meninggalkan larangan-Nya.
c. Al-Muhasabah, yaitu berusaha intruspeksi dan evaluasi terhadap amaliyah
yang sudah dilakukannya.
d. Al-Mujahada, yaitu berusaha dengan sungguh melakukan upaya
mensucikan ruhani atau jiwa dengan peningkatan intensitas ibadah-ibadah
nafilah disamping ibadah-ibadah maktubah.
BAB V
17
HUKUM, HAK ASASI MANUSIA (HAM),
DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM
Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-
Nya yang kini terdapat dalam al-Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad
sebagai Rasul-Nya melalui sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik dalam
kitab-kitab hadis. Dalam masyarakat Indonesia berkembang berbagai macam
istilah, di mana istilah satu dengan lainnya mempunyai persamaan dan sekaligus
juga mempunyai perbedaan. Istilah-istilah dimaksud adalah syari’at islam, fikih
islam dan hukum islam.
18
Jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh hukum Islam ditetapkan oleh
Allah adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri, baik
keperluan hidup yang bersifat primer, sekunder maupun tertier. Oleh karena itu
apabila seorang muslim mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh
Allah, maka ia akan selamat baik dalam hidupnya di dunia maupun diakhirat
kelak.
Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa secara kodrati dianugrahi
hak dasar yang disebut hak asasi, tanpa perbedaan antara satu dengan lainnya.
Dengan hak asasi tersebut manusia dapat mengembangkan diri pribadi, peranan
dan sumbangannya bagi kesejahteraan hidup manusia. Hak Asasi Manusia (HAM)
sebagai suatu hak dasar yang melekat pada diri setiap manusia.
Ada perbedaan prinsip antara HAM dilihat dari sudut pandangan Barat dan
Islam. HAM menurut pandangan barat semata-mata bersifat antroposentris,
artinya segala sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan demikian manusia sangat
dipentingkan. Sebaliknya HAM ditilik dari sudut pandangan Islam bersifat
teosentris, artinya segala sesuatu berpusat pada Tuhan. Dengan demikian Tuhan
sangat dipentingkan. Dalam hal ini A.K. Brohi menyatakan : “Berbeda dengan
hak-hak asasi dan kemerdekaan dasar manusia sebagai sebuah aspek kualitas dari
kesadaran keagamaan yang terpatri di dalam hati, pikiran, dan jiwa penganut-
penganutnya. Perspektif Islam sungguh-sungguh bersifat teosentris”.
Dari uraian tersebut, sepintas lalu nampak bahwa seakan-akan dalam Islam
manusia tidak mempunyai hak asasi. Dalam konsep Islam seseorang hanya
mempunyai kewajiban-kewajiban atau tugas-tugas kepada Allah karena ia harus
mematuhi hukum-hukum-Nya. Namun secara paradoks, didalam tugas-tugas
inilah terletak semua hak dan kemerdekaannya. Menurut ajaran Islam, manusia
mengakui hak-hak dari manusia yang lain, karena hal ini merupakan sebuah
kewajiban yang ditintukan oleh hukum agama untuk mematuhi Allah. Oleh karena
itu, HAM dalam Islam tidak semata-mata menekankan kepada hak asasi manusia
saja, akan tetapi hak-hak itu dilandasi kewajiban asasi manusia untuk mengabdi
kepada Allah sebagai penciptanya.
19
Kewajiban yang diperintahkan kepada ummat manusia dapat dibagi ke
dalam dua kategori, yaitu haqqullah dan haqqul ‘ibad. Haqqullah (hak Allah)
adalah keawajiban-kewajiban manusia terhadap Allah swt yang diwujudkan dalam
berbagai ritual ibadah, sedangkan haqqul ‘ibad (hak-hak manusia) merupakan
kewajiban-kewajiban manusia terhadap sesamanya dan terhadap makhluk-
makhluk Allah lainnya. Hak-hak Allah tidak berarti bahwa hak-hak yang diminta
oleh Allah karena bermanfaat bagi Allah, akan tetapi hak-hak Allah itu
bersesuaian dengan hak-hak makhluk-Nya.
Namun, lepas dari konteks dan pemakaian lainnya, istilah-istilah ini sangat
penting dalam perdebatan menyangkut demokratisasi di kalangan masyarakat
muslim. Perlunya musyawarah merupakan konsekwensi politik kekhalifahan
manusia. Masalah musyawarah ini dengan jelas juga disebutkan dalam QS. 42 :
28, yang isinya berupa perintah kepada para pemimpin dalan kedudukan apapun
untuk menyelesaikan urusan mereka yang dipimpinnya dengan cara musyawarah.
Di samping musyawarah ada hal lain yang sangat penting dalam maslah
demokrasi, yakni konsensus atau ijma’. Konsensus memainkan peranan yang
menentukan dalah perkembangan hukum Islam dan memberikan sumbangan
sangat besar pada korpus hukum atau tafsir hukum. Namun hamper sepanjang
sejarah Islam, konsensus sebagai salah satu sumber hukum Islam cenderung
dibatasi pada consensus para cendikiawan, sedangkan konsensus rakyat
20
kebanyakan mempunyai makna yang kurang begitu penting dalam kehidupan
umat Islam. Namun dalam pemikiran muslim modern, potensi flesibilitas yang
terkandung dalam konsep konsensus akhirnya mendapat saluran yang lebih besar
untuk mengembangkan hukum Islam untuk mengembangkan hukum Islam dan
menyesuaikannya dengan kondisi yang terus berubah.
Disamping konsep syura dan ijma’ ada satu konsep lagi yang tidak kalah
pentingnya, yaitu Ijtihad. Bagi para pemikir muslim, upaya ini merupakan
langkah kunci menuju penerapan perintah Tuhan di suatu tempat dan waktu.
Musyawarah, konsensus, dan ijtihad merupakan konsep-konsep yang sangat
penting bagi artikulasi demokrasi Islam dalam kerangka Keesaan Tuhan dan
kewajiban-kewajiban manusia sebagai khalifah-Nya. Meskipun istilah-istilah ini
banyak diperdebatkan maknanya, namun lepas dari ramainya perdebatan
maknanya di dunia Islam, istilah-istilah ini memberikan landasan yang efektif
untuk memahami antara Islam dan demokrasi di dunia kontemporer.
21
BAB VI
MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMMAT
Sikap amar ma’ruf nahi munkar juga masih lemah. Hal itu dapat dilihat
dari fenomena-fenomena sosial yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti
angka krimilaitas yang tinggi, KKN yang terjadi disemua sektor, kurangnya
jaminan rasa aman dan sebagainya. Bila umat Islam Indonesia benar-benar
22
mencerminkan sikap hidup yang Islami, pasti bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang kuat dan sejahtera.
Yang dimaksud sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang terjadi
setelah prinsip ekonomi yang menjadi pedoman kerjanya, dipengaruhi dan
dibatasi oleh ajaran-ajaran Islam. Sistem ekonomi Islam tersebut di atas,
bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits yang dikembangkan oleh pemikiran
manusia yang memenuhi syarat dan ahli dalam bidangnya. Jika Al-Qur’an dan Al-
Hadits dipelajari secara seksama, tampak jelas bahwa Islam mengakui motif laba
(profit) dalam kegiatan ekonomi. Namun motif itu terikat atau dibatasi oleh
syarat-syarat moral, sosial tan temperance (pembatasan diri).
Dalam ajaran Islam ada dua dimensi utama hubungan yang harus
dipelihara, yaitu hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan
manusia lain dalam masyarakat. Kedua hubungan itu harus berjalan serentak.
Menurut ajaran Islam, dengan melaksanakan kedua hubungan itu hidup manusia
akan sejahtera baik di dunia maupun di akhirat kelak. Untuk mencapai tujuan
kesejahteraan dimaksud, di dalam Islam selain dari kewajiban zakat, masih
disyari’atkan untuk memberikan shadaqah, infaq, hibah, dan wakaf kepada pihak-
pihak yang memerlukan. Lembaga-lembaga tersebut dimaksud untuk
menjembatani dan memperdekat hubungan sesame manusia, terutama hubungan
antara kelompok masyarakat yang kuat dengan kelompok masyarakat yang lemah;
antara yang kaya dengan yang miskin.
Zakat ada dua macam yaitu zakat mal dan zakat fitrah. Zakat mal adalah
bagian dari harta kekayaan seseorang atau badan hukum yang wajib diberikan
kepada orang-orang tertentu setelah mencapai jumlah minimal tertentu dan setelah
dimiliki selama jangka waktu tertentu pula. Sedangkan zakat fitrah adalah zakat
yang diwajibkan pada akhir puasa Ramadlan. Hukumnya wajib bagi setiap
muslim, kecil atau dewasa, laki-laki atau perempuan, budak atau merdeka.
23
Zakat adalah salah satu bentuk distribusi kekayaan di kalangan umat Islam
sendiri, dari golongan umat yang kaya kepada golongan umat yang miskin, agar
tidak terjadi jurang pemisah di antara mereka serta untuk menghindari
penumpukan kekayaan pada golongan kaya saja. Untuk melaksanakan lembaga
zakat itu dengan baik dan sesuai dengan fungsi dan tujuannya tentu harus ada
aturan-aturan yang harus dilakukan dalam pengelolaannya. Pengelolaan zakat
yang berdasarkan prinsip-prinsip pengaturan yang baik jelas akan lebih
meningkatkan manfaatnya yang nyata bagi kesejahteraan masyarakat.
Sehubungan dengan pengelolaan zakat di Indonesia, pada tanggal 23 September
1999 Presiden RI, B. J. Habibie mengesahkan Undang-Undang RI Nomor 38
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Selanjutnya untuk melaksanakan Undang-
Undang RI tersebut, Menteri Agama RI manetapkan Keputusan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 581 Tahun 1999.
Sebagai salah satu lembaga sosial Islam, wakaf erat kaitannya dengan
sosial ekonomi masyarakat. Walaupun wakaf merupakan lembaga Islam, yang
hukumnya sunnah, namun lembaga ini dapat berkembang baik di beberapa Negara
misalnya Mesir, Yordania, Arab Saudi, Bangladesh dan lain-lain. Hal ini
barangkali karena lembaga wakaf ini dikelola dengan manajemen yang baik
sehingga manfaatnya sangat dirasakan bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
24
selama ini hanya dikelola secara kunsumtif dan tradisional, sudah saatnya kini
kini dikelola secara produktif.
Wakaf uang atau sekarang disebut wakaf tunai dan wakaf produktif
penting sekali untuk dikembangkan di Indonesia pada saat kondisi perekonomian
yang kian memburuk. Contoh sukses pelaksanaan sertifikat wakaf tunai di
Bangladesh dapat dijadikan teladan bagi umat Islam Indonesia. Jika umat Islam
Indonesia mampu melaksanakan dalam sekala besar, maka akan terlihat implikasi
positif dari kegiatan wakaf tunai tersebut. Wakaf tunai mempunyai peluang yang
unik bagi terciptanya investasi di bidang keagamaan, pendidikan, dan pelayanan
sosial.
25
BAB VII
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN SENI
(IPTEKS) DALAM ISLAM
Secara etimologis, kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang
terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai
bentuknya terulang sebanyak 854 kali dalam Al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam
arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan. Setiap ilmu
membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Oleh sebab itu orang yang
memperdalam ilmu-ilmu tertentu disebut sebagai spesialis. Dari sudut pandang
filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan.
Dalam pemikiran Islam, ada dua sumber ilmu, yaitu wahyu dan alam
semesta dengan segala macam gejala-gejalanya yang bisa ditangkap oleh akal
manusia. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan untuk
mengembangkan akalnya, dengan catatan dalam pengembangannya tetap terikat
dengan petunjuk wahyu dan tidak bertentangan dengan syari’at. Atas dasar itu
secara garis besar ilmu bisa dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu ilmu yang
bersifat abadi (perennial knowladga), tingkat kebenarannya bersifat mutlak
(absolute), karena bersumber dari wahyu Allah, dan ilmu yang bersifat perolehan
(aquired knowledge), sifat kebenarannya bersifat nisbi (relative), karena
bersumber dari akal pikiran manusia.
26
system ajaran yang disebut Dinul Islam Iman, Ilmu dan Amal merupakan satu
kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Iman
diidentikkan dari akar sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu
bagaikan batang dan dahan pohon itu yang mengeluarkan cabang-cabang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon. Ipteks
yang dikembangkan diatas nilai-nilai Iman dan Taqwa akan menghasilkan amal
shalih dan pelestarian alam semesta.
Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal shalih apabila perbuatan
tersebut tidak dibangun diatas nilai-nilai iman dan taqwa. Sama halnya
pengembangan IPTEKS sebagai bagian perbuatan baik yang lepas dari keimanan
dan ketaqwaan, tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan
kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya apabila tidak
dikembangkan atas dasar nilai-nilai iman dan taqwa.
Ada dua fungsi utama manusia didunia, yaitu sebagai ‘Abdullah (hamba
Allah) dan sebagai Khalifah Allah di bumi. Esensi dari ‘abdun adalah ketaatan,
ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah. Adapun
esensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ia mempunyai tanggungjawab
untuk menjaga alam dan lingkungannya tempat mereka tinggal. Manusia
diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya, serta
memanfaatkannya sebesar-besar kemanfaatan dan kemaslahatan. Karena manusia
diciptakan untuk manusia itu sendiri, yang dalam menggali potensi alam dan
memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan yang memadai.
27
BAB VIII
KEBUDAYAAN ISLAM
Secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil olah akal, budi,
ciptarasa, karsa, dan karya manusia. Kebudayan pasti tidak lepas dari nialai-nilai
ketuhanan. Budayaan yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang
universal berkembang menjadi peradaban. Dalam perkembangannya perlu
dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap
pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani sehingga akan merugikan dirinya
sendiri. Disini agama berfungsi untuk membimbing manusia dalam
mengembangkan akal budinya sehngga menghasilkan kebudayaan yang beradab
atau berperadaban Islam.
Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia karena yang akan
menjadi sasaran bimbingannya adalah umat manusia. Oleh sebab itu misi utama
Muhammad diangkat sebagai Rasul adalah menjadi Rahmat bagi seluruh umat
manusia dan alam. Mengawali tugas utamanya, Nabi meletakkan dasar-dasar
kebudayaan Islam yang kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Ketika
dakwah Islam keluar dari jazirah Arab, kemudian tersebar keseluruh dunia, maka
terjadilah suatu proses panjang dan rumit, yaitu asimilasi budaya-budaya setempat
dengan nilai-nilai Islam yang kemudian menghasilkan kebudayaan Islam.
Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu peradaban yang diakiai kebenarannya
secara universal.
28
agung filsafat Islam. Pada abad berikutnya lahir pula filosof besar Ibnu
Maskawaih pada tahun 930 M, yang terkenal memiliki pemikiran tentang
Pendidikan Akhlak. Selanjutnya Ibnu Sina tahun 1037 M, Ibnu Bajjah tahun 1138
M, Ibnu Tufail tahun 1147 M, dan Ibnu Rusyd tahun 1126 M.
Pada masa pertengahan, yaitu antara tahun 1250 – 1800 M, dalam catatan
sejarah pemikiran Islam pada masa ini merupakan fase kemunduran, karena
filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam sehingga ada kecenderungan akal
dipertentangkan dengan Wahyu, iman depertentangkan dengan ilmu, dan dunia
dipertentangkan dengan akhirat. Jika diperhatikan secara seksama pengaruhnya
masih terasa hingga sekarang. Sebagian ulama kontemporer sering melontarkan
tuduhan kepada Al-Ghazali sebagai yang pertama menjauhkan filsafat dengan
agama sebagaimana dalam tulisannya “Tahafutul Falasifah” (kerancuan filsafat).
Tulisan Al-Ghazali itu dijawab oleh Ibnu Rusyd dengan tulisan “Tahafutu
Tahafut” (kerancuan diatas kerancuan).
Pada saat ini ada pertanyaan mendasar yang sering dilontarkan oleh para
intelektual muda muslim. Mengapa umat Islam tidak bisa mengusai ilmu dan
teknologi modern ?. Jawabannya sangat sederhana, yaitu karena umat Islam tudak
mau melanjutkan tradisi keilmuan yang diwariskan oleh para ulama besar pada
masa klasik. Pada masa kejayaannya umat Islam terbuai dengan kemegahan yang
bersifat material. Sebagai contoh kasus pada zaman modern ini tidak lahir para
ilmuwan dan tokoh-tokoh kaliber dunia dikalangan umat Islam dari Negara-
negara kaya di Timur Tengah. Pada sisi yang lain umat Islam yang tinggal di
Negara-negara bekas jajahan sangat sulit membangun semangat kebangkitan
intelektual Islam karena keterbatasannya.
29
memberikan beasiswa bagi para pelajar dan mahasiswa, bahkan pengentasan
kemiskinan merupakan program utama masjid.
Pada saat ini kita akan sangat sulit menemukan masjid yang memiliki
program nyata dibidang pencerdasan keberagamaan umat. Kita (mungkin) tidak
menemukan masjid yang memiliki kurikulum terprogram dalam pembinaan
keberagamaan umat, terlebih-lebih lagi masjid yang menyediakan beasiswa dan
upaya pengentasan kemiskinan. Dalam perkembangan berikutnya muncul
kelompok-kelompok yang sadar untuk mengembalikan fungsi masjid
sebagaimana mestinya. Kini mulai tumbuh kesadaran umat akan pentingnya
peranan masjid untuk mencerdaskan dan mensejahterakan jamaahnya. Menurut
ajaran islam, masjid memiliki dua fungsi yang utama, yaitu (1) sebagai pusat
ibadah ritual dan; (2) berfungsi sebagai pusat ibadah social. Dari kedua fungsi
tersebut titik sentralnya bahwa fungsi utama masjid adalah sebagai pusat
pembinaan umat Islam.
30
BAB IX
SISTEM POLITIK ISLAM
Dalam term politik islam, politik iyu identik dengan siasah, yang secara
kebahasaan artinya mengatur. Fikih siasah adalah aspek ajaran islam yang
mengatur sistem kekuasan dan pemerintahan. Politik sendiri artinya segala urusan
dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagiannya) mengenai pemerintahan suatu
Negara, dan kebijakan suatu Negara terhadap Negara lain. Politik dapat berarti
kebijakan atau cara bertindak suatu Negara dalam menghadapi atau menangani
suatu masalah.
Dalam fikih siasah disebutkan bahwa garis besar fikih siasah meliputi:
Acep Djazuli, 2000: 15).
31
9.3. Prinsip-prinsip dasar siasah luar negeri
Menurut Ali Anwar, ada beberapa prinsip politik luar negeri dalam islam,
yakni: (Ali Anwar, 2002:195). (1) saling menghormati fakta-fakta dan traktat-
traktat (Q.s. 8: 58; 9: 4,7: 16: 91; 17: 34, (2) kehormatan dan integrasi
nasional(Q.s. 16:92), (3) keadilan universal (internasional) (Q.s. 5: 8), (4) menjaga
perdamaian abadi; (Q.s. 5: 61), (5) menjaga kenetralan Negara-negara lain (Q.s.
4 : 89, 90), (6) larangan terhadap eksploitasi para imperialis (Q.s. 6: 92), (7)
memberikan perlindungan dan dukungan kepada orang-orang islam yang hidup
dinegara lain (Q.s. 8: 72), (8) bersahabat dengan kekuasaan-kekuasaan netral (Q.s.
60: 8,9), (9) kehormatan dalam hubungan internasional (Q.s.55: 60), (10)
persamaan keadilan untuk para penyerang (Q.s. 2: 195; 16: 126; 42: 40).
Islam sebagai sebuah ajaran yang mencakup persoalan spiritual dan politik
telah memberikan kontribusi yang cukup signifikasi terhadap kehidupan politik di
Indonesia. Pertama ditandai dengan munculnya partai-partai berasaskan islam
serta partai nasionalis berbasis umat islam dan kedua dengan ditandai sikap pro
aktifnya tokoh-tokoh politik islam dan umat islam terhadap keutuhan Negara
kesatuan republic Indonesia, sejak proses awal kemerdekaan, hingga sekarang
jaman reformasi.
32
MATERI POKOK KULIAH AGAMA ISLAM
(Disusun Berdasarkan Edaran Dikti)
OLEH
Drs. H. Teguh Pramono, M.Pd.I
NIDN : 0529016301
33
2017
34