PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gangguan pada tumbuh kembang anak semakin sering dijumpai
belakangan ini. Contohnya seperti keterlambatan perkembangan motor halus
dan kasar, berbicara, kognisi, personal, kemampuan melakukan aktifitas
sehari-hari, serta sosial. Semakin lama jumlah anak yang mengalami
gangguan tersebut semakin bertambah.
Diantara beberapa jenis keterlambatan perkembangan umum,
keterlambatan bicara termasuk sebagai salah satunya mengalami gangguan
dalam bicara seperti gagap, dan tidak dapat mengucapkan kalimat secara
kompleks, Anak dengan masalah keterlambatan bicara tentu akan sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Meskipun sulit, anak dengan
keterlambatan bicara pasti akan menemukan cara agar dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.
1
kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi,
psikologis dan lain sebagainya.
Bahasa dibagi menjadi dua bagian yang disebut reseptif/ pemahaman dan
ekspretif atau pengungkapan secara verbal. Bahasa reseptif (pemahaman)
misalnya dengan menanyakan “mana hidung?” atau konsep dasar lainnya
sesuai dengan usia anak. Kemampuan ekspretif (berkata) misalnya dengan
menanyakan “ini apa?” dan anak menjawab pertanyaan sesuai dengan usia
Dalam makalah ini lebih dijelaskan tentang gangguan berbahasa ekspretif.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
telah didalilkan sebagai penyebab yang mendasari,tetapi tidak ada
bukti yang mendukung teori tersebut.
penyebab gangguan bicara dan bahasa pada anak dapat kita lihat
pada tabel berikut :
penyebab efek pada perkembangan bicara
1. Lingkungan.
a. Sosial ekonomi kurang
b. tekanan keluarga
c. Keluarga bisu
d. dirumah menggunakan bahasa bilingual
2. Emosi
a. Ibu yang tertekan
b. Gangguan serius pada orang tua
c. Gangguan serius pada anak
3. Masalah pendengaran
a. Konginetal
b. Di dapat
4. Perkembangan terlambat
a. Perkembangan lambat
b. Perkembangan lambat, tetapi masih dalam batas rata-rata
c. Retardasi mental
5. Cacat bawaan
6. Kerusakan otak
4
Aram DM(1997) dan (1983), menyatakan bahwa
d i c u r i g a i a d a n ya g a n g g u a n p e r k e m b a n g a n k e m a m p u a n
bahasa pada anak. Jika ditemukan gejala -gejala berikut:
1) Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serat
kepalanya terhadap suara yang datang dari belakang atau samping
2) Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan
namanya sendiri.
3) Pada umur 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap
kata-kata jangan dan sebagainnya
4) Pada usia 18 bulan tidak dapat menyebutkan sepuluh kata tunggal
5) Pada usia 21 bulan tidak dapat memberikan reaksi terhadap
perintah misalnya duduk, kemari, berdiri
6) Pada usia 24 bulan tidak bias menyebutkan bagian-bagian tubuh
7) Pada usia 24 bulan belum mampu mengetegahkan ungkapan yang
terdiri dari 2 buah kata
8) Setelah usia 24 bulan hanya mempunyai pembedaharaan kata yang
sangat sedikit/tidak mempunyai kata-kaata huruf Z pada frase
9) Pada usia 30 bulan ucapanya tidak dapat dimengerti oleh anggota
keluarga
10) Pada usia 36 bulan dapat mempergunakan kalimat-kalimat
sederhana
11) Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan
kalimat Tanya yang sederhana
12) Pada usia 36 bulan ucapanya tidak dapat dimengerti oleh orang
diluar keluarganya
13) Pada usia 3,5 tahun selalu gagal untuk menyebutkan kata akhir
14) Setelah 4 tahun tidak lancer berbicara/gagap
15) Setelah usia 7 tahun masih ada kesalahan ucapan
16) Pada usia berapa saja terdapat hipernasalitas dan hiponasalitas
yang nyata atau mempunyai suara yang menonton tanpa berhenti,
5
sangat keras dan tidak dapat didengar serta terus menerus
memperdengarkan suara yang serak
6
akhiran yang khas, dan salah atau gagal dalam
menggunakan aturan tata bahasa seperti
kata penghubung, kata ganti, kata sandang, dan kata kerja dan
kata benda yang terinfleksi (berubah). d a p a t d i j u m p a i
generalisasi berlebihan ya n g tidak tepat dari
aturan tata bahasa,seperti kekurangan dalam
pengucapan kalimat dan kesulitan mengurut
k e j a d i a n - kejadian yang telah lewat.
4. Ketidakmampuan dalam bahasa lisan sering disertai
dengan kelambatan atau kelainan dalam bunyi kata yang
dihasilkan.
5. P e n g g u n a a n bahasa nonverbal (seperti
senyum, dan gerakan tubuh) dan
b a h a s a ’internal’ yang tampak dalam imajinasi atau dalam
permainan khayalan harus secara relatif utuh, dan kemampuan
dalam komunikasi sosial tanpa kat-kata tidak terganggu.
6. Sebagai kompensasi dari kekurangannya, anak akan
berusaha berkomunikasi dengan menggunakan
demonstrasi, lagak (gesture), mimic, atau bunyi yang non
bahasa.
7
3. Gangguan perkembangan pervasif
Pasien tidak memiliki inner language, rencana
simbolik atau khayalan, pemakaiangerak isyarat yang
sesuai, atau kapasitas untuk membentuk hubungan
sosial yang hangat dan penuh arti. selain itu, pada gangguan
pervasif, pasien tidak menunjukkan keinginan untuk
berkomunikasi.
4. Mutisme Selektif
anak memiliki riwayat perkembangan bahasa yang normal dan
pembicaraan mereka terbatas pada anggota keluarga tertentu.
8
J u g a m e m p e n g a r u h i p r o g n o s i s pemuluhan. Sebanyak 50
% anak-anak dengan ganguan bahasa ekspresi ringan pulih spontan tanpa
adanya tanda gangguan bahasa, tetapi anak - anak dengan gangguan
bahasa ekspresi berat mungkin selanjutnya menunjukkan ciri-ciri
gangguan bahasa ringan sampai sedang.
9
BAB III
KESIMPULAN
Manusia yang normal fungsi otak dan alat bicaranya, tentu dapat
berbahasa dengan baik. Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi
otak dan alat bicaranya, tentu mempunyai kesulitan dalam berbahasa, baik
produktif maupun reseptif.
Jadi, kemampuan bahasanya terganggu. Gangguan berbahasa ini
secara garis besar dapat dibagi dua. Pertama, gangguan akibat faktor medis
dan kedua akibat faktor lingkungan sosial. Yang dimaksud dengan faktor
medis adalah gangguan baik akibat kelainan fungsi otak maupun akibat
kelainan alat-alat bicara. Sedangkan yang dimaksud dengan faktos sosial
lingkungan adalah lingkungan kehidupan yang tidak alamiah manusia,
seperti tersisih atau terisolasi kehidupan masyarakat manusia
yangsewajarnya.
Secara medis menurut sidharta (1984) gangguan berbahasa itu dapat
dibedakan atas tiga golongan, yaitu (1) gangguan berbicara, (2) gangguan
berbahasa, (3) gangguan berpikir. Karena gangguan itu masih dapat diatasi
kalau penderita itu mempunyai daya dengar yang normal bila tidak tentu
menjadi sukar atau sangat sukar.
Berbicara merupakan aktivitas motorik yang mengandung
modalitas psikis. Oleh karena itu, gangguan berbicara ini dapat
dikelompokkan kedalam dua kategori. Pertama, gangguan mekanisme
berbicara yang berimplikasi pada gangguan organik, dan kedua gangguan
berbicara psikogenik.
10