Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gangguan pada tumbuh kembang anak semakin sering dijumpai
belakangan ini. Contohnya seperti keterlambatan perkembangan motor halus
dan kasar, berbicara, kognisi, personal, kemampuan melakukan aktifitas
sehari-hari, serta sosial. Semakin lama jumlah anak yang mengalami
gangguan tersebut semakin bertambah.
Diantara beberapa jenis keterlambatan perkembangan umum,
keterlambatan bicara termasuk sebagai salah satunya mengalami gangguan
dalam bicara seperti gagap, dan tidak dapat mengucapkan kalimat secara
kompleks, Anak dengan masalah keterlambatan bicara tentu akan sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Meskipun sulit, anak dengan
keterlambatan bicara pasti akan menemukan cara agar dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.

Studi faktor risiko untuk keterlambatan bicara dan bahasa menunjukkan


hasil yang tidak konsisten, sehingga The US Preventive Services Task Force
tidak dapat mengembangkan daftar faktor risiko tertentu untuk memandu
dokter perawatan primer dalam penyaringan selektif. Faktor risiko yang
paling konsisten dilaporkan adalah riwayat keluarga bicara dan keterlambatan
bahasa, jenis kelamin laki-laki, prematuritas, dan berat lahir rendah. Faktor
risiko lain yang dilaporkan kurang konsisten termasuk tingkat pendidikan
orang tua, penyakit masa kanak-kanak, urutan kelahiran terlambat, dan
keluarga besar (McLaughlin, 2011).

Gangguan bahasa merupakan keterlambatan dalam sektor bahasa yang


dialami oleh seorang anak. Kemampuan berbahasa merupakan suatu indikator
seluruh perkembangan anak. Jika seorang anak tidak mampu berbahasa maka
dapat menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi dan mengungkapkan
perasaannya kelak. Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang
melibatkan berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain

1
kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi,
psikologis dan lain sebagainya.

Bahasa dibagi menjadi dua bagian yang disebut reseptif/ pemahaman dan
ekspretif atau pengungkapan secara verbal. Bahasa reseptif (pemahaman)
misalnya dengan menanyakan “mana hidung?” atau konsep dasar lainnya
sesuai dengan usia anak. Kemampuan ekspretif (berkata) misalnya dengan
menanyakan “ini apa?” dan anak menjawab pertanyaan sesuai dengan usia
Dalam makalah ini lebih dijelaskan tentang gangguan berbahasa ekspretif.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Gangguan berbahasa ekspresif


Gangguan bahasa ekspresif (ungkapan), yaitu suatu gangguan yang
terjadi saat seseorang menjalin komunikasi yang ditandai dengan
ketidakmampuan (deficit) dalam mengungkapkan perasaan atau ide-
idenya, meskipun pemahaman bicaranya normal (tidak mengalami
gangguan).
Seseorang anak dikatakan mengalami gangguan dalam bahasa
ekspresif bila terdapat jarak antara apa yang dimengerti (bahasa reseptif)
dengan apa yang ingin mereka katakan (bahasa ekspresif).
Gangguan bahasa ekspretif yaitu P a d a g a n g g u a n b a h a s a
ekspresif anak-anak berada di bawah kem ampuan
y a n g diharapkan dalam hal perbendaharaan kata, pemakaian keterangan
waktu (tenses) yang tepat, produksi kalimat yang kompleks dan
mengingat kata-kata. Gangguan ini sering terjadi tanpa adanya
kesulitan pemahaman, sedangkan disfungsi reseptif biasanya
juga mempengaruhi ekspresi bahasa.

B. Epidemiologi Gangguan berbahasa ekspresif


Prevalensi gangguan bahasa ekspresif antara 3-10% dari
semua anak usia sekolah. anak laki-laki dua-tiga kali lebih
sering daripada anak perempuan dengan sanak saudara y a n g
memiliki r i w a ya t keluarga gangguan fonologis atau
g a n g g u a n k o m u n i k a s i l a i n ya .

C. Etiologi Gangguan berbahasa ekspresif


penyebab gangguan bahasa ekspresi tidak diketahui. Kerusakan
serebral dan keterlambatan maturasi dalam perkembangan serebral

3
telah didalilkan sebagai penyebab yang mendasari,tetapi tidak ada
bukti yang mendukung teori tersebut.
penyebab gangguan bicara dan bahasa pada anak dapat kita lihat
pada tabel berikut :
penyebab efek pada perkembangan bicara
1. Lingkungan.
a. Sosial ekonomi kurang
b. tekanan keluarga
c. Keluarga bisu
d. dirumah menggunakan bahasa bilingual
2. Emosi
a. Ibu yang tertekan
b. Gangguan serius pada orang tua
c. Gangguan serius pada anak
3. Masalah pendengaran
a. Konginetal
b. Di dapat
4. Perkembangan terlambat
a. Perkembangan lambat
b. Perkembangan lambat, tetapi masih dalam batas rata-rata
c. Retardasi mental
5. Cacat bawaan
6. Kerusakan otak

D. Manifestasi klinis Gangguan bahasa ekspresif


Ciri khusus anak dengan gangguan bahasa ekspresi adalah
gangguan yang terlihat dengan perkembangan bahasa
ekspresi ya n g sesuai dengan usia, ya n g
m e n ye b a b k a n pemakaian bahasa verbal/isyarat yang jelas dibawah
tingkat yang diharapkan mengingat kapasitas intelektual non verbal anak.

4
Aram DM(1997) dan (1983), menyatakan bahwa
d i c u r i g a i a d a n ya g a n g g u a n p e r k e m b a n g a n k e m a m p u a n
bahasa pada anak. Jika ditemukan gejala -gejala berikut:
1) Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serat
kepalanya terhadap suara yang datang dari belakang atau samping
2) Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan
namanya sendiri.
3) Pada umur 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap
kata-kata jangan dan sebagainnya
4) Pada usia 18 bulan tidak dapat menyebutkan sepuluh kata tunggal
5) Pada usia 21 bulan tidak dapat memberikan reaksi terhadap
perintah misalnya duduk, kemari, berdiri
6) Pada usia 24 bulan tidak bias menyebutkan bagian-bagian tubuh
7) Pada usia 24 bulan belum mampu mengetegahkan ungkapan yang
terdiri dari 2 buah kata
8) Setelah usia 24 bulan hanya mempunyai pembedaharaan kata yang
sangat sedikit/tidak mempunyai kata-kaata huruf Z pada frase
9) Pada usia 30 bulan ucapanya tidak dapat dimengerti oleh anggota
keluarga
10) Pada usia 36 bulan dapat mempergunakan kalimat-kalimat
sederhana
11) Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan
kalimat Tanya yang sederhana
12) Pada usia 36 bulan ucapanya tidak dapat dimengerti oleh orang
diluar keluarganya
13) Pada usia 3,5 tahun selalu gagal untuk menyebutkan kata akhir
14) Setelah 4 tahun tidak lancer berbicara/gagap
15) Setelah usia 7 tahun masih ada kesalahan ucapan
16) Pada usia berapa saja terdapat hipernasalitas dan hiponasalitas
yang nyata atau mempunyai suara yang menonton tanpa berhenti,

5
sangat keras dan tidak dapat didengar serta terus menerus
memperdengarkan suara yang serak

E. Diagnosis Gangguan berbahasa ekspresif


Diagnosis gangguan bahasa ekspresif terdapat adanya bahasa
verbal atau isyarat bahasa yang jelas dibawah tingkat usianya, disertai
oleh skor yang rendah pada tes verbal ekspresif yang baku. Gangguan ini
tidak disebabkan oleh gangguan perkembangan pervasif, karena anak
menunjukan keinginan untuk berkomunikasi. Jika anak menggunakan
satu bahasa, maka sangat terbatas perbendaharaan katanya, sangat
teretardasi, kata bahasa sederhana, dan artikulasinya bervariasi (Kaplan,
sadock dan grebb 2003).
Pedoman diagnosis gangguan bahasa ekspresif menurut PPDGJ III,
sebagai berikut :
1. G a n g g u a n perkembangan khas dimana
kemampuan anak dalam m e n g e k s p r e s i k a n bahasa
dengan berbicara jelas di bawah rata-rata anak dalam usia
mentalnya, tetapi pengertian bahasa dalam batas normal, dengan
atau tanpa gangguan artikulasi.
2. m e s k i p u n t e r d a p a t v a r i a s i i n d i v i d u a l ya n g l u a s
dalam perkembangan bahasa ya n g normal, tidak
adanya kata atau beberapa kata yang muncul pada usia
2 tahun, dan ketidakmampuan dalam mengerti kata
majemuk sederhana pada usia 3 tahun, dapatdiambil
sebagai tanda yang bermakna dari keterlambatan.
3. Kesulitan-kesulitan yang tampak belakangan termasuk
perkembangan kosa kata yang terbatas, kesulitan dalam
memilih dan mengganti kata-kata yang tepat,
penggunaan berlebih dari sekelompok kecil kata-kata umum,
memendekkan ucapan yang panjang, struktur kalimat yang
mentah, kesalahan kalimat, kehilangan awalan atau

6
akhiran yang khas, dan salah atau gagal dalam
menggunakan aturan tata bahasa seperti
kata penghubung, kata ganti, kata sandang, dan kata kerja dan
kata benda yang terinfleksi (berubah). d a p a t d i j u m p a i
generalisasi berlebihan ya n g tidak tepat dari
aturan tata bahasa,seperti kekurangan dalam
pengucapan kalimat dan kesulitan mengurut
k e j a d i a n - kejadian yang telah lewat.
4. Ketidakmampuan dalam bahasa lisan sering disertai
dengan kelambatan atau kelainan dalam bunyi kata yang
dihasilkan.
5. P e n g g u n a a n bahasa nonverbal (seperti
senyum, dan gerakan tubuh) dan
b a h a s a ’internal’ yang tampak dalam imajinasi atau dalam
permainan khayalan harus secara relatif utuh, dan kemampuan
dalam komunikasi sosial tanpa kat-kata tidak terganggu.
6. Sebagai kompensasi dari kekurangannya, anak akan
berusaha berkomunikasi dengan menggunakan
demonstrasi, lagak (gesture), mimic, atau bunyi yang non
bahasa.

F. Diagnosis Banding Gangguan berbahasa ekspresif


1. Retardasi Mental
Pasien memiliki gangguan keseluruhan dalam
f u n s i i n t e l e k t u a l s e d a n g k a n p a d a gangguan bahasa
ekspresif kapasitas dan fungsi intelektual non verbal
dalam batas normal.
2. Gangguan bahasa reseptif & ekspresif campuran
Pemahaman bahasa jelas di bawah tingkat
yang diharapkan menurut usianya sedangkan
gangguan bahasa ekspresif dalam batas normal.

7
3. Gangguan perkembangan pervasif
Pasien tidak memiliki inner language, rencana
simbolik atau khayalan, pemakaiangerak isyarat yang
sesuai, atau kapasitas untuk membentuk hubungan
sosial yang hangat dan penuh arti. selain itu, pada gangguan
pervasif, pasien tidak menunjukkan keinginan untuk
berkomunikasi.

4. Mutisme Selektif
anak memiliki riwayat perkembangan bahasa yang normal dan
pembicaraan mereka terbatas pada anggota keluarga tertentu.

G. Terapi Gangguan berbahasa ekspresif


Terapi bahasa harus dimulai segera setelah diagnosis
gangguan bahasa ekspresif. Terapi tersebut terdiri dari latihan
pendorong perilaku dan praktik dengan fonem (unit suara), perbendaharan
kata, dan kontruksi kalimat. Konseling parental suportif mungkin
diindikasikan pada beberapa kasus. Psikoterapi biasanya tidak
diindikasikan kecuali anak d e n g a n gangguan bahasa
menunjukkan tanda kesulitan perilaku atau emosional
y a n g bersamaan atau sekunder.

H. Prognosis Gangguan berbahasa ekspresif


Pada umumnya, prognosis gangguan bahasa ekspresi f
adalah baik. Kecepatan dan derajat pemulihan tergantung pada
keparahan gangguan, motivasi anak untuk berperan serta dalam terapi,
dan pemberian bahasa yang tepat waktu dan intervensi terapitik
lain. Adanya atau tidak adanya faktor lain seperti kehilangan
pendengaran yang sedang sampai yang parah, r e t a r d a s i m e n t a l
ringan, dan masalah emosional parah.

8
J u g a m e m p e n g a r u h i p r o g n o s i s pemuluhan. Sebanyak 50
% anak-anak dengan ganguan bahasa ekspresi ringan pulih spontan tanpa
adanya tanda gangguan bahasa, tetapi anak - anak dengan gangguan
bahasa ekspresi berat mungkin selanjutnya menunjukkan ciri-ciri
gangguan bahasa ringan sampai sedang.

9
BAB III
KESIMPULAN

Manusia yang normal fungsi otak dan alat bicaranya, tentu dapat
berbahasa dengan baik. Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi
otak dan alat bicaranya, tentu mempunyai kesulitan dalam berbahasa, baik
produktif maupun reseptif.
Jadi, kemampuan bahasanya terganggu. Gangguan berbahasa ini
secara garis besar dapat dibagi dua. Pertama, gangguan akibat faktor medis
dan kedua akibat faktor lingkungan sosial. Yang dimaksud dengan faktor
medis adalah gangguan baik akibat kelainan fungsi otak maupun akibat
kelainan alat-alat bicara. Sedangkan yang dimaksud dengan faktos sosial
lingkungan adalah lingkungan kehidupan yang tidak alamiah manusia,
seperti tersisih atau terisolasi kehidupan masyarakat manusia
yangsewajarnya.
Secara medis menurut sidharta (1984) gangguan berbahasa itu dapat
dibedakan atas tiga golongan, yaitu (1) gangguan berbicara, (2) gangguan
berbahasa, (3) gangguan berpikir. Karena gangguan itu masih dapat diatasi
kalau penderita itu mempunyai daya dengar yang normal bila tidak tentu
menjadi sukar atau sangat sukar.
Berbicara merupakan aktivitas motorik yang mengandung
modalitas psikis. Oleh karena itu, gangguan berbicara ini dapat
dikelompokkan kedalam dua kategori. Pertama, gangguan mekanisme
berbicara yang berimplikasi pada gangguan organik, dan kedua gangguan
berbicara psikogenik.

10

Anda mungkin juga menyukai