Anda di halaman 1dari 12

NurseLine Journal

Vol. 2 No. 2 Nopember 2017 p-ISSN 2540-7937 e-ISSN 2541-464X

STUDI FENOMENOLOGI: PENGALAMAN RESILIENSI PETANI PASKA ERUPSI GUNUNG


KELUD TAHUN 2014 DI DESA PUNCU KECAMATAN PUNCU KABUPATEN KEDIRI

(PHENOMENOLOGY STUDY: RESILIENCE EXPERIENCE OF FARMER AFTER ERUP-


TION OF KELUD MOUNTAIN IN 2014 IN PUNCU VILLAGE OF PUNCU DISTRICT KEDIRI
DISTRICT)

Lilik Setiawan1*, Retty Ratnawati2, Retno Lestari3


1
Mahasiswa Program Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya
2,3
Dosen Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya
Jl. Veteran Malang Kode Pos 65145, Telepon (0341) 560491, Fax 0341 564755
*e-mail: liliks1975@gmail.com

ABSTRAK

Kata kunci: Letusan gunung berapi mengakibatkan terjadinya kerusakan material, korban jiwa,
erupsi kerusakan lingkungan, serta dampak psikologis. Dampak psikologis akibat letusan gunung
petani merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian karena dapat menyebabkan
resiliensi terjadinya post traumatic stress disorder (PTSD). Tujuan dari penelitian ini mengeksplorasi
pengalaman resiliensi petani paska erupsi Gunung Kelud di Desa Puncu Kecamatan Puncu
Kabupaten Kediri. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi interpretif. Pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara
mendalam dengan panduan wawancara semi terstruktur yang melibatkan enam orang
partisipan dan dianalis dengan interpretif phenomenologi analisis (IPA). Penelitian ini
menghasilkan sembilan tema meliputi: 1) merasa tentram hidup di lereng gunung; 2)
meyakini aktifitas gunung aktif tidak pasti; 3) meyakini letusan membawa berkah; 4)
merasa dalam kondisi terpuruk; 5) menerima kenyataan yang terjadi; 6) berusaha bangkit
dari situasi sulit; 7) mencari ketenangan hati; 8) mengharap pengelolaan bencana dengan
baik; 9) menghidupkan tradisi masyarakat. Mengingat dampak yang akan muncul dari
kondisi ini jika tidak mendapatkan penanganan yang baik, diperlukan peran dari tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan pada petani yang terdampak erupsi gunung agar
dapat memahami, menjalani dan menerima kondisi yang terjadi secara adaptif.

ABSTRACT

Keywords: The eruption of the volcano resulted in material damage, loss of life, environmental
eruption damage, and psychological impact. The psychological impact of mount eruption is
farmer one that needs attention for psychological impact that can lead to post traumatic
resilience stress disorder (PTSD). The purpose of study was to explore resilience experience
of farmer after eruption of Kelud Mountain in 2014 in Puncu Village of Puncu
District, Kediri. The research design was qualitative with interpretive phenomenol-
ogy approach. Data collection used indepth interview method through semi struc-
tured interview guide involving six participants and analysis was conducted with
interpretive phenomenology analysis (IPA). This research produced nine themes
including: 1) feel comfortable to live in kelud montain slope; 2) believing mounth
activity can be unpredictable; 3) believes the eruption brings blessings; 4) feeling
98 NurseLine Journal Vol. 2 No. 2 Nopember 2017: 97-108

in a state of degradation; 5) accepting reality; 6) trying to rise from difficult situa-


tion; 7) looking for peace of mind; 8) hoping for good disaster management; 9)
reviving community tradition. The role of health personnel in providing services to
farmers affected by eruption of the mountain is needed so that they can under-
stand, live and accept the conditions adaptively.

PENDAHULUAN untuk tetap bertahan, bangkit dan menyesuaikan


dengan kondisi sulit inilah yang disebut sebagai
Indonesia merupakan salah satu negara yang resiliensi (Wagnild, 2009). Resiliensi komunitas
berstatus rawan bencana letusan gunung berapi. meliputi tiga aspek dasar, yaitu ketahanan, pemulihan
Gunung berapi yang ada di Indonesia berada dan modifikasi terhadap bencana yang telah terjadi
menyebar hampir diseluruh pulau, termasuk pulau (Boon et al., 2012).
Jawa. Di Jawa Timur sendiri juga terdapat beberapa Tinggal di penampungan atau pengungsian
gunung berapi, antara lain Gunung Kelud. Gunung menjadi pilihan terakhir para korban untuk berlindung
Kelud berada di tiga wilayah kabupaten yaitu dan tinggal sementara sambil menunggu redanya
Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten erupsi Gunung Kelud. Keterbatasan yang ada di
Malang. pengungsian menuntut kemampuan adaptasi yang baik
Letusan gunung berapi mengakibatkan agar bisa bertahan. Petani memiliki keinginan yang
terjadinya kerusakan material, korban jiwa, kerusakan kuat untuk kembali menempati rumahnya kembali.
lingkungan, serta dampak psikologis. Badan Nasional Keinginan ini menjadi alasan utama untuk tidak
Penanggulangan Bencana (2014) mencatat bahwa berlama-lama bertempat di pengungsian. Berbagai
letusan Gunung Kelud yang terjadi pada bulan alasan muncul dari para korban bencana untuk kembali
Pebruari tahun 2014 mengakibatkan terjadinya ke tempat asal mereka, mulai dari alasan yang bersifat
kerusakan fisik seperti rumah, fasiliatas umum dan sentimental hingga realistis (Guo et al., 2014).
lahan pertanian. Kerusakan tersebut mengena pada Kerusakan pada berbagai dimensi mulai dari
ke-empat kecamatan yang ada di lereng Gunung penghasilan, ekonomi, pekerjaan, rumah dan
Kelud yaitu Kecamatan Ngancar, Puncu, Kepung dan lingkungan memotivasi mereka untuk segera menata
Plosoklaten yang letaknya tidak jauh dari Gunung ulang kehidupannya dengan tulus dan cepat (Fauci,
Kelud. Dampak psikologis akibat letusan Gunung Bonciani, & Guerra, 2012). Keputusan petani untuk
Kelud merupakan salah satu yang perlu mendapatkan tetap tinggal di rumahnya didorong oleh semangat
perhatian. Dampak psikologis ini dapat menyebabkan bahwa letusan adalah sebuah resiko tinggal di lereng
terjadinya post traumatic stress disorder (PTSD). Gunung Kelud. Penelitian yang dilakukan Johnson et
Menurut Somasundaram & Sivayokan (2013) al (2014) menyatakan bahwa bertahan pada daerah
bencana alam yang terjadi banyak meninggalkan bencana merupakan bagian dari hidup mereka.
gejala sisa seperti gangguan psikososial dan psikiatris. Mereka memiliki kebanggaan tersendiri yang dapat
Gangguan ini menuntut penanganan yang lebih baik, menjadi pembeda dibandingkan orang lain. Keadaan
tidak hanya kearah fisik tetapi juga psikologis. ekonomi juga menjadi alasan utama sebagian besar
Penduduk di wilayah lereng Gunung Kelud korban bencana, untuk kembali ketempat tinggal asal
sebagian besar bekerja sebagai petani. Akibat dari dan melanjutkan kehidupan (Rademacher, 2013).
letusan Gunung Kelud tersebut, petani mengalami Kepasrahan dan ketabahan menjadi suatu
kerugian ganda, yaitu kerusakan rumah dan lahan kekuatan untuk bertahan hidup atau resiliensi dengan
pertanian. Kerugian tersebut tidak mengurangi tekad situasi yang serba sulit. Keadaan ini mendorong
warga petani untuk tetap tinggal di lereng Gunung petani lereng Gunung Kelud melakukan upaya-upaya
Kelud paska letusan terjadi, walaupun ancaman untuk bertahan hidup. Upaya mendekatkan diri
letusan lanjutan selalu membayangi setiap waktu. kepada Tuhan Yang Maha Esa dilakukan dengan
Tekanan psikologis petani tersebut memerlukan meningkatkan ibadah dan selalu mendatangi tempat
kemampuan untuk bangkit agar tetap bisa menjalani tempat pengajian. Kegiatan ini menjadikan mereka
hidup dengan ikhlas menerima segala sesuatu yang dapat menerima keadaan, bahwa apa yang terjadi pada
menimpanya dan beradaptasi secara positif dalam dirinya merupakan ujian dari Tuhan. Studi pendahuluan
kehidupan. Resiliensi dibangun melalui unsur yang dilakukan pada warga petani di Desa Puncu,
psikososial yang adaptif serta meningkatkan daya warga petani mengatakan pada saat terjadi letusan
tahan psikologis dan mampu untuk kembali dengan semua warga mengalami ketakutan yang luar biasa,
segera dari stresor lingkungan. Kemampuan individu pengungsian menjadi tempat yang aman. Setelah
Studi Fenomenologi: Pengalaman Resiliensi Petani 99

kondisi aman mereka keluar dari pengungsian untuk patterns across cases
segera melihat keadaan tempat tinggal dan
membenahi kerusakan yang terjadi. Tempat tinggal HASIL
menjadi prioritas utama. Lahan pertanian menjadi
perhatian berikutnya yang dapat diperbaiki secara Karakteristik Data Demografi Partisipan
perlahan-lahan. Dampak letusan Gunung Kelud saat Responden penelitian ini adalah petani yang
itu sangat besar rumah dan lahan pertanian rusak berpartisipasi berjumlah 6 orang dengan rincian:
termasuk tanaman sayuran dan buah durian tinggal Partisipan 1 berusia 54 tahun dengan latar
menunggu panen. Perasaan sedih sekali saat melihat belakang pendidikan terakhir SMP (sekolah menengah
panen yang ditunggu sekian lama sudah hilang. Petani pertama), partisipan adalah kepala keluarga,
Desa Puncu mengatakan bahwa untuk melanjutkan mengalami pengalaman letusan tiga kali, suku jawa,
kehidupan, petani bergotong-royong membersihkan agama Islam, penghasilan kurang lebih 2,5 juta ru-
rumah dan sawah agar dapat segera produktif piah per bulan (hasil petani tidak bisa dihitung pasti
kembali. Dengan bergotong-royong, warga merasakan karena tergantung hasil panen dan harga pasar).
beban yang mereka alami menjadi lebih ringan. Partisipan 2 berusia 56 tahun dengan latar
belakang pendidikan terakhir SMP (sekolah menengah
METODE pertama), partisipan adalah kepala keluarga,
mengalami pengalaman letusan tiga kali, suku jawa,
Penelitian ini menggunakan pendekatan agama Islam, penghasilan kurang lebih 3 juta rupiah
kualitatif, dengan metode fenomenologi interpretif. per bulan (hasil petani tidak bisa dihitung pasti karena
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengembangkan tergantung hasil panen dan harga pasar).
dan memperkaya pemahaman sebuah fenomena yang Partisipan 3 berusia 52 tahun dengan latar
terjadi di sekeliling kita (berasal dari lapangan) dan belakang pendidikan terakhir SMP (sekolah menengah
menjadikan sebuah gagasan dalam sebuah hubungan Pertama), partisipan adalah kepala keluarga,
fenomena. mengalami pengalaman letusan tiga kali, suku jawa,
Partisipan dalam penelitian ini adalah Petani agama Islam, penghasilan kurang lebih 3 juta rupiah
yang tinggal di lereng Gunung Kelud dan terkena per bulan (hasil petani tidak bisa dihitung pasti karena
dampak erupsi Gunung Kelud tahun 2014. Cara tergantung hasil panen dan harga pasar).
pemilihan partisipan dilakukan dengan purposive Partisipan 4 berusia 50 tahun dengan latar
sampling yaitu sampel yang diplilih berorientasi pada belakang pendidikan terakhir SMP (sekolah menengah
tujuan penelitian. Individu diseleksi atau dipilih secara pertama), partisipan adalah kepala keluarga,
sengaja karena memiliki pengalaman yang sesuai mengalami pengalaman letusan tiga kali, suku jawa,
dengan fenomena yang diteliti. agama Islam, penghasilan kurang lebih 3,5 juta ru-
Pada tahap rekruitmen peneliti menggunakan piah per bulan (hasil petani tidak bisa dihitung pasti
kriteria inklusi agar calon partisipan sesuai dengan karena tergantung hasil panen dan harga pasar).
tujuan penelitian. Kriteria inklusi tersebut antara lain: Partisipan 5 berusia 53 tahun dengan latar
1) petani sekaligus penggarap di Desa Puncu, belakang pendidikan terakhir SMP (sekolah menengah
Kecamatan Puncu yang terdampak erupsi Gunung pertama), partisipan adalah kepala keluarga,
Kelud dan masih berdomisili di daerah tersebut; 2) mengalami pengalaman letusan tiga kali, suku jawa,
usia 40-60 tahun karena peneliti berasumsi bahwa agama Islam, penghasilan kurang lebih 3 juta rupiah
individu sudah matang secara fisik dan kognitif, per bulan (hasil petani tidak bisa dihitung pasti karena
memiliki kemampuan resiliensi yang cukup terbentuk tergantung hasil panen dan harga pasar).
dengan pengalaman yang diperolehnya lebih dari dua Partisipan 6 berusia 55 tahun dengan latar
kali erupsi Gunung Kelud; 3) bersedia ikut sebagai belakang pendidikan terakhir SD (sekolah Dasar),
partisipan dengan menandatangani surat kesediaan partisipan adalah kepala keluarga,mengalami
menjadi partisipan; 4) dapat menceritakan pengalaman letusan tiga kali, suku jawa, agama Is-
pengalamannya dengan baik atau kooperatif. Analisa lam, penghasilan kurang lebih 3,5 juta rupiah per bulan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah interpre- (hasil petani tidak bisa dihitung pasti karena tergantung
tive phenomenological analysis (IPA) yang hasil panen dan harga pasar).
dijelaskan oleh Smith (2009) meliputi: reading and
re-reading, initial noting, developing emergent Tema Hasil Penelitian
themes, searching for connections across emer- Berdasarkan hasil analisis data didapatkan
gent themes, moving the next cases, looking for delapan tema-tema inti sebagai berikut, yaitu:
100 NurseLine Journal Vol. 2 No. 2 Nopember 2017: 97-108

Merasa Tentram Hidup di Lereng Gunung pada diri seseorang yang tinggal di sekitar gunung
Tema merasa tentram hidup di lereng gunung kelud, letusan ini tidak di duga oleh masyarakat sekitar
terdiri dari sub tema harus menerima hidup dalam gunung kelud karena meletusnya mendadak ini
bayangan letusan, merasa tentram hidup di lereng pertanda bahwa gunung kelud aktif tidak bisa di
gunung, merasa tersedianya pekerjaan di sekitar ramalkan oleh manusia hanya yang ALLAH yang
lereng gunung. Merasa tentram hidup dilereng gunung maha tahu.
adalah sesuatu kenyamanan dan kedamaiaan individu Hal tersebut seperti yang di ungkapkan
atau kelompuk pada sesuatu tempat hidup (lingkungan) beberapa partisipan:
karakter (sifat yang sama dengan kelompok atau
individu). Seperti yang diungkapkan beberapa “Yaa kalau masalah gunung meletus itu yang
partisipan meliputi: menentukan Gusti Alloh.” (p4).

“Pokok hati tentram, tenanglah hidup disini.” Meyakini Letusan Gunung Menjadi Merkah
(P5).
“Tambah kerukunan tidak gampang selisih
“Di kota itu bagi orang tidak punya seperti paham sama tetangga, gara-gara ada bencana
neraka…beda disini adem ayem, rukun, tolong sekarang mudah di atur, saling tolong menolong.”
menolong…wis enak pokok e.” (P6). (P2).

“Saya di sini tenang tidak ingin pindah-pindah.” “Setelah kejadian itu masyarakat itu guyub
(P2). rukun…mungkin merasa senasib gitu.” (P5).

Ungkapan di atas menunjukan bahwa untuk Peryataan di atas menunjukan bahwa


memenuhi kebutuhan hidup masyarat sekitar Gunung merupakan pemahaman masyarakat bahwa setelah
Kelud tidak terlalu sulit karena di sana banyak adanya letusan tersebut menyebabkan rasa saling
kekayaan alam yang bisa dimanfaatkan dan memiliki, saling membantu sesama tetanga meningkat.
menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup Mereka merasa bahwa kejadian itu memberi pelajaran
masyarakat sekitar Gunung Kelud. Hal tersebut bahwa hidup itu tidak boleh sombong, tidak boleh
seperti yang diungkapkan beberapa partisipan: mementingkan diri sendiri. Harta dan nyawa
sekalipun seperti kejadian kemarin semua bisa habis
“Ekonomi gunung kelud lak tidak sulit, cari sak dalam sesaat, apa yang bisa disombongkan dari
carine pokok mau keluar badan sehat wal afiat manusia semua bisa datang dan pergi sewaktu waktu.
bekerja mboh nyang alas dekat dapat uang Seperti yang diungkapkan beberapa partisipan:
mudah cari ekonomi.” (P1).
“Tambah kerukunan tidak gampang selisih
“Untuk orang gak punya cari uang mudah pokok paham sama tetangga, gara-gara ada bencana
mau kerja yaa dapat uang.” (P4). sekarang mudah di atur, saling tolong menolong.”
(P2).
Meyakini Aktifitas Gunung Aktif Tidak Dapat
Diprediksi “Setelah kejadian itu masyarakat itu guyub
rukun…mungkin merasa senasib gitu.” (P5).
“Pemikiran saya ya itu bencana alam... yang tidak
terduga...ya karena saya hidup di lereng gunung Merasa dalam Kondisi Terpuruk
kan gunung ….paas meletus tidak di Merupakan reaksi yang dialami seseorang
sangka.Misteri letusan gunung aktif.” (P1). yang mengalami kehilangan, kehilangan bisa materi
maupun nonmateri. Jika terjadi peristiwa seperti itu
“Yaa bagaimana lagi sekarang sudah reaksi yang terjadi adalah perasaan tidak percaya
meletus,,ibaratnya tidak janjian.. khan yaa alam pada kenyataan, yang membedakan antar setiap
to siapa yang bisa mengendalikan.” (P5). individu hanyalah waktu fase itu terjadi. Hal itu seperti
yang diungkapkan oleh beberapa partisipan:
Sub tema hanya Gusti Alloh yang tahu
merupakan ungkapan yang menunjukkkan suatu “Wah ya “njeleput” mas....hancur semua....
pemikiran yang mampu pasrah terhadap yang terjadi Rasanya sudah tidak karu-karuan. perasaan
Studi Fenomenologi: Pengalaman Resiliensi Petani 101

puyang-paying (pikiran kacau,bingung dan sedih allhamdulilah bisa untuk nyambung ekonomi...
campur jadi satu) tidak tahu harus bagaimana Selama setahun hasilnya masih sedikit sekali tidak
saat itu...” (P1). apalah yaa kita terima saja.” (P4).

“Saat itu waktunya panen lalu gunung meletus “Adanya kayak gitu saya ya tenang-tenang aja
…yaa perasaan sedih..nelongso..” (P5). pokoke mencukupi badanku sehat bekerja sak
kuate yang penting sehat ya pengalaman dari
Kondisi ini merupakan reaksi yang terjadi situ... ya itulah mas mau gimana lagi ,,yaa
pada seseorang saat melihat kerusakan kerusakan alhamdulilah masih sehat dan bisa dicari lagi,,
atau perubahan yang terjadi secara tiba-tiba. gusti alloh mesti menggnati to mas...” (P1).

“Tiba-tiba terkena musibah saja langsung habis Berusaha Bangkit dari Situasi Sulit
seperti ini ya sedih sekali....” (P2). Tema berusaha bangkit dari situasi sulit
merupakan merupakan usaha dari seorang petani agar
“Wah ya njeleput mas....hancur semua... Rasanya mereka secepatnya beralih dari situasi sulit. Petani
sudah tidak karu-karuan.perasaan puyang-pay- meyakini kondisi sulit tidak akan selesai kalau dirinya
ing (pikiran kacau,bingung dan sedih campur jadi tidak segera bangkit, mereka menyadari bahwa situasi
satu) tidak tahu harus bagaimana saat itu...” sesulit apapun akan ada jalan untuk menyelesaikan
(P1). asal mereka mau berusaha.

“kelihatane tidak bisa tanam melihat biasane “Ya setelah itu saya mengeluarkan pasir, ada tiga
subur pak waktu musim panen lombok sekitar sini trek kok dari rumah sini Rumah itu pokok sudah
waktu itu waktunya metik lombok yang di dapat bisa di buat tidur hati sudah tenang saya
kehancuran ya sedih sekali....” (P2). bersihkan ..saya isi bantuan ya menadon dari
bantuan yang datang, kemudian kebutuhan
Sub tema merasa ingin pindah merupakan makan sehari lima puluh ribu ,,,jadi benerin
ungkapan dari petani pada saat puncak kesedihan rumah pelan-pelan dulu.” (P1).
melihat kerusakan kerusakan yang dialaminya.
Seperti yang diungkapkan oleh beberapa partisipan: “Saya menghubungi saudara-saudara dan
teman-teman,,,, saya ajak mengeluarkan pasir
Ya,, ada perasaan tidak kembali melihat tanaman dari rumah, membersihkan kemudian di bantu
sekitar rusak, rumah rusak yang dapat dilihat itu asbes itu sama belakang itu kemudian saudara-
cuma pasir dan batu kecil, tidak ada hijau- saudara datang ke rumah baru saya bisa tenang.”
hijauan pak...(semua tanaman habis tinggal (P2).
batangnya). Tidak ada rumput dan daun harapan
untuk memelihara sapi sudah tidak ada..(P2) Mencari Ketenangan Hati
Setelah terjadinya bencana erupsi Gunung
Menerima Kenyatan yang Terjadi Kelud dengan berbagai kerusakan yang terjadi yang
Menerima kenyataan yang terjadi merupakan jelas petani akan mengalamai kesedihan yang
respon seseorang yang sudah melalui berbagai proses mendalam. semua warga terdampak khususnya petani
mulai menolak, menawar sampai menerima. tidak mau terlalu lama larut dalam kesedihanya.
Seperti yang diungkapkan oleh beberapa Mencari ketenangan hati merupakan salah satu
partisipan: tindakan yang dilakukan oleh warga terdampak agar
mereka segera mungkin melupakan semua peristiwa
“Ya itu menolong saya, jadi harga murah tapi yang dialami dan menatap ke arah masa depan yang
tetep bisa membantu, waktu itu harga lombok baik.
empat ribu....... Tapi panene campur petek
memang rejekine baru seperti ini...alhamdulilah.. “Hiburan ngobrol dengan teman-teman,,,,, Ya saat
Ya alhamdulillah yang kuasa memberikan selesai istirahat kerja yaa ngobrol dengan teman ,,itu
walaupun tidak pulih seratus persen,,,, namanya sedikit mengurangi beban......” (P1).
pemulihan saya tetap mensyukuri.....” (P1).
“Yaa saya sering ngobrol dengan keluarga jauh
“Yaa panen tapi masih belum normal…tapi yaa saya suruh kesini, kalau pas ada jaranan ya lihat
102 NurseLine Journal Vol. 2 No. 2 Nopember 2017: 97-108

itu saya senang itu.....” (P4). Menginginkan Kembali Tradisi Masyarakat


Sub tema hiburan mengurangi kesedihan Melestarikan tradisi lama masyarakat
merupakan tindakan yang dilakukan warga petani merupakan tema dari harapan masyarakat setelah
terdampak untuk mengurangi kesedihan yang mereka terjadinya erupsi Gunung Kelud. Tema tersebut
alami dengan aktif mencari hiburan. Hiburan yang dibangun oleh sub tema menggangap perlu penggerak
dimaksud dalam hal ini adalah hiburan yang ada di di desa, mengharap berkah dari melakukan tradisi,
dalam desa ini. meyakini hiburan tradisional dan gunung menjadi
tenang. Harapan melestarikan tradisi lama merupakan
“Melihat hiburan jaranan,,, Lha itu ada bantuan keinginan masyarakat khususnya petani supaya
kurang tahu dari mana itu…setiap minggu ada melakukan kebiasaan kebiasaan yang pernah
hiburan gratis jaranan dan elektonan…ya lihat dijalankan oleh leluhurnya.
itu lumayan bisa dapat hiburan gratis...” (P5). Ungkapan tersebut dari partisipan seperti di
bawah ini:
Mengharap Pengelolaan Bencana dengan Baik
Berbagai harapan masyarakat setelah “Ya harus yang tua ya kan, jadine di sini ya
terjadinya bencana erupsi adalah pengelolaan bencana kamituwo, lurah, golek duit cepet, memerintahkan
dengan baik. Penelolaan bencana alam yang menjadi pasti mau, lha sini tidake mas, di sini di biarin
harapan masyarakat lereng gunung berapi merupakan mas, gimana itu, alah yo bah ahirnya ya seperti
ungkapan keinginan atau cita-cita ke depan jika terjadi ini...” (P3).
letusan berdasar pada pengalaman yang dimiliki dari
berbagai kejadian letusan. “Intinya ya sodakoh, syukuran itu tidak ada
Seperti yang diungkapkan oleh partisipan salahnya to,,hasil dari alam bagus ya kita
sebagai berikut: sodakoh.” (P4).

“Masak sih pemerintah tidak membantu, ...ya di “kan harus seperti itu... jadi kita itu punya or-
bantu membersihkan ya di bantu makanan.” (P1). ang tua, lha anak gampang melaliakan orang tua,
memberikan makan orng tua, seumpama orang
“Kalau begini pemerintah turun tangan dan ada tua marah... ya tidak berlebihan ka juga namanya
harapan baru.” (P2). orang tua, lha iya to hitungane satu teman-teman
gampang marah.....” (P3).
Instruksi yang tepat dan tindakan tepat
merupakan merupakan harapan masyarakat petani Dengan sedekah alam akan bersahabat
itu mendapat perintah dari pemerintah dengan tepat, merupakan keinginan masyarakat agar desanya selalu
pemerintah diharapkan memasang alat yang canggih mendapatkan berkah ungkapan partisipan seperti di
sehingga bisa mendeteksi keberadaan status gunung. bawah ini:
Seperti yang diutarakan oleh beberapa
partisipan: “yaa itu…dulu mbah saya itu sering sodaqoh
kalau mau tanam saat tanam trus saat panen...”
“Seharusnya ada hubunganya alat pantau itu (P6).
dengan kabupaten …biar tanda bisa dilihat
pemerintah harus tanggap…jangan seperti “ wayang, kadang-kadang tayub, kadang-
kemarin itu tanda tidak jelas..masa lari semua. kadang jaranan,,,,, kan seneng di berikan seperti
Seharusnya ada hubunganya alat pantau itu itu mbahe...” (P3).
dengan kabupaten …biar tanda bisa dilihat.”
(P4). PEMBAHASAN

“Pemerintah lebih tanggap dalam pengamatan Pada bagian ini peneliti akan membahas hasil
sehingga kalau memberti perintah pas,,,” (P5). penelitian berupa tema-tema yang muncul dari analisis
data yang telah dilakukan.
“pihak pemerintah memberikan intruksi atau
pengertian.....biar semua orang tidak bingung, Merasa Tentram Hidup di Lereng Gunung
seperti kemarin itu petugas malah lari duluan.” Merasa tentram adalah sesuatu kenyamanan
(P3). dan kedamaiaan individu atau kelompuk pada sesuatu
Studi Fenomenologi: Pengalaman Resiliensi Petani 103

tempat hidup (lingkungan) karakter (sifat yang sama reaksi yang dialalmi seseorang yang mengalami
dengan kelompok atau individu). Menurut Wagnild kekecewaan dan kehilangan berat (kehilangan bisa
(2009) resiliensi terbagi menjadi lima karakteristik materi maupun non materi). Merujuk pada penelitian
dasar yaitu perseverances, equanimity, meaning- Wagnild (2009) Tema ini berada pada karakteristik
fulness, self reliance, existential aloneness. Pada resiliensi equanimity atau keseimbangan batin.
tema ini seorang petani merasa percaya diri tinggal Kejadian letusan Gunung Kelud merupakan peristiwa
di lereng gunung bahkan merasa tentram, merujuk yang sangat menegangkan dan membuat seluruh
dari karakteristik resiliensi kondisi itu berada pada self warga yang berdomisili di lereng gunung merasa
reliance (kepercayaan diri). Secara sosial, corak kepanikan yang luar biasa. Hasil penelitian Jia et al
kehidupan masyarakat di lereng gunung dapat (2013 ) mengatakan bahwa bukan hanya kerusakan
dikatakan masih homogen dan pola interaksinya hori- secara fisik, namun banyak keluarga yang kehilangan
zontal, banyak dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan. sanak-saudaranya. Kehilangan orang-orang yang
dicintai dan harta benda akan menjadi sebuah tekanan
Meyakini Aktifitas Gunung Aktif Tidak Dapat psikologis bagi warga yang terdampak letusan gunung
Diprediksi kelud sehingga dapat menyebabkan munculnya post
Tema meyakini aktifitas gunung aktif tidak traumatic stress disorder (PTSD). Korban bencana
dapat diprediksi merupakan pemahaman yang terjadi alam menghadapi situasi dan kondisi yang sangat
pada masyarakat, mereka menganggap gunung yang kompleks, baik secara fisik, psikis maupun sosial.
masih hidup itu akan meletus setiap saat, akan tetapi
waktu, materi dan besar kecilnya skala letusan itu Menerima Kenyataan yang Terjadi
serba tidak pasti. Tema ini merujuk pada penelitian Menerima kenyataan yang terjadi merupakan
resilinsi Wagnild (2009) berada pada karakteristik ex- respon seseorang yang sudah melalui berbagai proses
istential aloneness yaitu kesadaran bahwa setiap mulai menolak, menawar sampai menerima. Tema
individu adalah unik dan juga merupakan kesadaran ini berada pada karakteristik resiliensi equanimity atau
bahwa terdapat sebagian pengalaman yang bisa dibagi keseimbangan batin (Wagnild, 2009). Selain itu
kepada orang lain, namun pada sebagian lain dukungan sosial yang diterima korban dari lingkungan,
pengalaman tersebut harus dihadapi sendiri. Petani baik berupa dorongan semangat, perhatian,
lereng gunung sangat menyadari kalau yang namanya penghargaan, bantuan dan kasih sayang membuat
aktifitas gunung itu tidak dapat diprediksi seningga korban menganggap bahwa dirinya dicintai,
mereka harus selalu waspada. Seperti hasil penelitian diperhatikan, dan dihargai oleh orang lain dapat
dari Smet & Leysen (2012). menjadikan individu menjadi resiliensi (Kumalasari,
2012).
Meyakini Letusan Gunung Suatu Berkah
Tema berkah letusan Gunung Kelud Berusaha Bangkit Dari Situasi Sulit
merupakan pemahaman yang ada pada masyarakat Tindakan yang dilakukan oleh orang yang
bahwa letusan itu membawa berkah. Berkah adalah terkena dampak letusan gunung adalah memilah
sesuatu yang terjadi dan mempunyai manfaat (KBBI, kebutuhan yang mendesak, berusaha memulihkan
2017). Tema ini merujuk pada penelitian resilinsi ekonomi dan semangat bertani harus segera bangkit.
Wagnild (2009) berada pada karakteristik existen- Merujuk penelitian pada Wagnild (2009) kondisi ini
tial aloneness yaitu kesadaran bahwa setiap individu berada pada karakteristik resiliensi perseverances
adalah unik dan juga merupakan kesadaran bahwa adalah kemampuan untuk tetap menjalani kehidupan
terdapat sebagian pengalaman yang bisa dibagi kepada meskipun mengalami suatu peristiwa yang
orang lain, namun pada sebagian lain pengalaman menyedihkan. Berbagai alasan muncul dari para
tersebut harus dihadapi sendiri. Penelitian yang korban bencana untuk kembali ke tempat asal mereka
berkaitan dengan tema diatas seperti yang terjadi pada dari alasan yang bersifat sentimental hingga realistis
masyarakat Tengger daripada tertekan dengan kondisi (Guo et al., 2014). Penduduk yang menjadi korban
bencana, mereka lebih memilih untuk memaknainya letusan gunung meletus yang tinggal di pengungsian
sebagai berkah karena letusan tersebut akan selain memerlukan tempat tinggal sementara juga
membawa kesuburan bagi tanah mereka (Bahri et memerlukan perhatian terhadap gangguan fisik dan
al., 2014). psiokologis. Kebutuhan akan sandang dan pangan
merupakan masalah yang sering terjadi, kebutuhan
Merasa dalam Kondisi Terpuruk akan makanan, obat-obatan serta pakaian menjadi
Merasa dalam situasi terpuruk merupakan kebutuhan utama yang sering diutamakan dan
104 NurseLine Journal Vol. 2 No. 2 Nopember 2017: 97-108

kebutuhan akan kesehatan psikologis menjadi SIMPULAN


terabaikan (Wojcik & Cislak, 2013).
Motivasi petani Desa Puncu Kecamatan
Mencari Ketenangan Hati Puncu Kabupaten Kediri tetap tinggal karena merasa
Mencari ketenangan hati merupakan salah tentram hidup di lereng gunung. Persepsi petani
satu tindakan yang dilakukan oleh warga terdampak tentang erupsi meliputi meyakini aktifitas gunung aktif
agar mereka segera sebisa mungkin melupakan semua tidak dapat diprediksi dan meyakini letusan itu menjadi
peristiwa yang dialami dan menatap ke arah masa berkah. Perasaan petani setelah erupsi yaitu merasa
depan yang baik. Tema ini berada pada kategori terpuruk dan menerima kenyataan yang terjadi.
resiliensi meaningfulness yang berarti bahwa hidup Perilaku petani setelah erupsi meliputi berusaha
mempunyai tujuan sehingga diperlukan usaha untuk bangkit dari situasi sulit dan mencari ketenangan hati.
mencapai tujuan tersebut (Wagnild, 2009). Sedangkan Harapan petani setelah erupsi meliputi adanya
warga Merapi meyakini bahwa bencana itu dari pengelolan bencana dengan baik dan menginginkan
Tuhan, dan Tuhan-lah yang memberi jalan keluarnya, kembali tradisi masyarakat
sehingga mereka yakin dapat beradptasi. Yang
dilakukan warga dengan berzikir, sholat, sabar dan SARAN
syukur karena mayoritas dari para penyitas Gunung
Merapi beragama Islam (Subandi et al., 2014). Nilai Saran dari hasil penelitian ini yaitu dibuat
spiritualitas juga mendukung dalam proses adaptasi usulan kebijakan dalam upaya penanganan bencana
serta menguatkan hubungan dengan tuhan (Bahri et dengan memasukkan faktor-faktor psikologis dalam
al., 2014). upaya penanganan bencana seperti menambahkan
tenaga tenaga ahli dibidang kesehatan jiwa dan
Mengharap Pengelolaan Bencana Alam dengan psikologi. Penelitian ini hanya memfokuskan subjeknya
Baik pada petani tanpa melihat kriteria yang lain.
Berbagai harapan masyarakat setelah Hendaknya jika ada penelitian lanjutan, bisa dibuat
terjadinya bencana erupsi adalah pengelolaan bencana penelitian tentang pengalaman resiliensi dengan
dengan baik. Tema ini berada pada kategori mean- cakupan subjek yang lebih luas, yaitu pada anak-anak,
ingfulness yang berarti bahwa hidup mempunyai remaja, dewasa, dan lansia pada satu lokas penelitian
tujuan sehingga diperlukan usaha untuk mencapai yang sama. Dengan adanya penelitian tersebut, bisa
tujuan tersebut. Hidup tanpa tujuan sama dengan diketahui pengalam resiliensi yang mempengaruhi dan
hidup dalam kesia-siaan karena tidak memiliki arah membedakan resiliensi pada masing-masing kategori
atau tujuan yang jelas (Wagnild, 2009). Petani usia, dan bisa dibuat metode intervensi sebagai upaya
berharap jika suatu saat terjadi bencana dilakukan penurunan risiko bencana yang sesuai dengan kondisi
pengelolaan bencana dengan baik. Pengelolaan yang dan kebutuhan masyarakat dengan kategori usia yang
baik akan menjadikan masyarakat senang dan berbeda.
sebaliknya jika terjadi pengelolaan yang kurang baik
akan menimbulkan dampak perpecahan dan gesekan KEPUSTAKAAN
gesekan pada warga.
Afiyanti, Y. 2008. Validitas dan reliabilitas dalam
Menginginkan Kembali Tradisi Masyarakat penelitian kualitatif. Jurnal Keperawatan In-
Melestarikan kembali tradisi lama masyarakat donesia, 12(2), 137-141.
merupakan tema dari harapan masyarakat setelah Aldunce, P. 2014. Resilience for Disaster Risk Man-
terjadinya bencana erupsi Gunung Kelud. Merujuk agement in a Changing Climate: Practitio-
pada penelitian resiliensi Wagnild (2009) bahwa tema ners Frames and Practices. Global Environ-
tersebut termasuk pada kategori meaningfulness mental Change 30 (2015) 1-11.
yang berarti bahwa hidup seseorang mempunyai Aly & Howayda, A. 2010. Spirituality and Psycho-
tujuan sehingga diperlukan suatu usaha untuk logical Well Being in the Muslim Commu-
mencapai tujuan tersebut. Hidup tanpa tujuan sama nity: An ExploratoryStudy. UMI Disertation
dengan hidup dalam kesia-siaan karena tidak memiliki Publishing. UMI Number: 3430240.
arah atau tujuan yang jelas. Kepemimpinan memiliki Arnesen, Stacey, J., Cid, Victor, H., Scott, & John,
peran yang cukup penting dalam meneyelesaikan C. 2007. The central American Network for
beban masalah penduduk pasca bencana (Crossman, Disaster and Health Information. Journal of
2011). the Medical Library Association: page 316
Studi Fenomenologi: Pengalaman Resiliensi Petani 105

Azzahra, F. & Dharmawan, AH. 2015. Pengaruh Cahyani, RI. 2015. Resiliensi Komunitas Petani
Livelihood Assets terhadap resiliensi. Jurnal Menghadapi Serangan Hama Di Dusun
Sosiologi Pedesaan, 3(1), 1-9. Bengle, Kabupaten Karawang. [Skirpsi].
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Institut Pertanian Bogor. Bogor [ID]
2014. Jurnal Penanggulangan Bencana. Vol- Chavers, DJ. 2013. Relationships between Spiri-
ume 3 Nomor 1. Jakarta: BNPB. tuality, Religiosity, Mindfulness, Personality
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). and Resilience. University of South Alabama.
2008. Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi UMI Number: 1536881
Pasca Bencana, Jakarta: BNPB. Chukwuorji & John, BC., & Ajero Chukmuedozie,
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). K. 2014. Resilience in Igbo Rural Commu-
2013. Indek Resiko Bencana Indonesia, nity Adolescents and Young Adults. Jour-
Sentul-Jawa Barat: Direktorat Pengurangan nal of Social Science 10 (3): 86-96, 2014.
Risiko Bencana Deputi Bidang Pencegahan Connor, KM., & Davidson. 2006. Assessment of
dan Kesiapsiagaan Resilience in the Aftermath of Trauma.
Onanno & George, A. 2006. Psychological Resilience Journal Clinic Psychiatry. Vol. 67, No. 2:46-
After Disaster: New York City in the After- 49.
math of the September 11th Terrorist Attack. Creswell, JW. 2014. Penelitian Kualitatif & Desain
Psychological science 2006 17:181 DOI: Riset (3rd ed.). Pustaka Pelajar.
0.1111/j.1467- 9280.2006.01682.x. Cahyani, RI. 2015. Resiliensi komunitas petani padi
Boon, HJ., Cottrell, A., King, D., Stevenson, RB., & sawah dalam menghadapi serangan hama di
Millar, J. 2012. Bronfenbrenner' s bioecologi- dusun bengle, kabupaten karawang renita
cal theory for modelling community resilience intan cahyani. IPB, 1-121.
to natural disasters. Natural Hazards, 60(11), Crossman, J. 2011. Environmental and spiritual lead-
381-408. https://doi.org/10.1007/s11069-011- ership: Tracing the synergies from an orga-
0021-4. nizational perspective. Journal of Business
Braun, V. & Clarke, V. 2006. Using thematic analy- Ethics, 103(4), 553-565. doi:http://dx.doi.org/
sis inpsychology. Qualitative Research in 10.1007/s10551-011-0880-3
Psychology, 3(2), 77 101. Crossman, J., & Crossman, J. 2011. Environmental
Braun, V. & Clarke, V. 2012. Thematic analysis. In and Spiritual Leadership?: Tracing the Syn-
H. Cooper, P. M. Camic, D. L. Long, A. T. ergies from an Organizational Perspective.
Panter, D. Rindskopf & K. J. JOURNAL OF bUSINESSS eTHICS, 553-
Braun, V. & Clarke, V. 2013. Successful qualitative 565. https://doi.org/10.1007/s10551-011-
research: Apractical guide for beginners. 0880-3
London: Sage. Dharma, KK. 2011. Metode Penelitian Keperawatan;
Braun, V., Clarke, V. & Rance, N. 2014. How to use Panduan Melaksanakan dan Menerapkan
thematicanalysis with interview data (process Hasil Penelitian, Jakarta: Trans Info Media
research). In A. Vossler & N. Moller (Eds.), Dharmawan, AH. 2007. Pandangan Sosiologi nafkah
The counselling & psychotherapy (livelihood sociology) Mazhab Barat dan
researchhandbook. London: Sage. Mazhab Bogor. Jurnal Sodality. 01 (02): 1-
Ucciarelli, A. 2007. What Predicts Psychological 24. [Internet]. [dikutip 25 Februari 2014].
Resilience After Disaster? The Role of De- Dapat diunduh dari: http://
mographics, Resources, and Life Stress. download.Portalgaruda.org/ article.ph
Journal of Consulting and Clinical Psychol- p?article =83493&val=223
ogy, vol. 75 No. 5, 671-682 ESCAP. 2013. Building Resilience to Natural Disas-
Cahyani, RI. 2015. Resiliensi komunitas petani padi ter and Major Economic Crises. United Na-
sawah dalam menghadapi serangan hama di tions, 1-254.
dusun bengle, kabupaten karawang renita Eggerman, M., Kalin, M., Grimon, MP., & Brick, CP.
intan cahyani. IPB, 1-121. 2015. Trauma Memories, Menatl Health, and
Crossman, J. & Crossman, J. 2011. Environmental Resilience: a Prospective Study of Afghan
and Spiritual Leadership?: Tracing the Syn- Youth. Journal of Child Psychology and Psy-
ergies from an Organizational Perspective, chiatry. 56:7, pp 814-825.
553-565. https://doi.org/10.1007/s10551-011- Emrich, CT., Ash, KD., & Cutter, SL. 2014. The Ge-
0880-3 ographies of Community Disaster Resil-
106 NurseLine Journal Vol. 2 No. 2 Nopember 2017: 97-108

ience. USA: University of South Carolina Holistic Ecocentrism and Religious Beliefs.
Everall & Robin, D. 2006. Creating a future: A study Journal Relig Health, 52(3), 1038-1047. https:/
of resilience in suicidal female adolescents. /doi.org/10.1007/s10943-012-9589-6
Journal of counseling and development: JCD: Kumalasari, F., & Ahyani, LN. 2012. Hubungan
Fall 2006; 84,4; ProQuest antara dukungan sosial dengan penyesuaian
Fontaine, KL. 2009. Mental Health Nursing. Sixth diri remaja di panti asuhan. Jurnal Psikologi
edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall Pitutur, 1(1), 21-31.
Fauci, AJ., Bonciani, M., & Guerra, R. 2012. Quality MacKee, J., Haugen Askland, H., & Askew, L. 2014.
of life , vulnerability and resilience?: a quali- Recovering cultural built heritage after natu-
tative study of the tsunami impact on the af- ral disasters. International Journal of Disas-
fected population of Sri Lanka. Ann Ist Su- ter Resilience in the Built Environment, 5(2),
per Sanita, 48(2), 177-188. https://doi.org/ 202-212. https://doi.org/10.1108/IJDRBE-09-
10.4415/ANN 2012-0032
Fridayanti, N. 2013. Analisis struktur dan strategi Kako, M., Mitani, S., & Arbon, P. 2011. Literature
nafkah rumahtangga petani sekitar review of disaster health researchin Japan:
kawasan hutan konservasi di Desa Focusing on Disaster Nursing Education.
Cipeuteuy Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Prehospital and Disaster Medicine. Vol 27,
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor No. 2
Guo, S., Liu, S., Peng, L., & Wang, H. 2014. The Klasen, F., Daniels, J., Oettingen, G., & Hoyer, C.
impact of severe natural disasters on the live- 2010. Post Traumatic Resilience in Former
lihoods of farmers in mountainous areas: A Ugandan Child Soldiers. Journal Child De-
case study of Qingping Township, Mianzhu velopment, Volume
City. Natural Hazards, 73(3), 1679-1696. Kozier. 2004. Fundamental Nursing: Concepts, Pro-
https://doi.org/10.1007/s11069-014-1165-9 cess, and Practice. Seven Edition. New Jer-
Gaillard, JC. 2007. Resilience of Traditional Soci- sey: Pearson Education, Inc
eties in Facing Natural Hazards. Journal Krasny, ME. 2010. Resilience in Social Ecological
of Disaster Prevention and Management. System: The Roles of Learning and Edu-
Vol. 16. cation. Environ. Educ. Res. 16:463-474.
Haase, JE., & Peterson, SJ. 2013. Resilience. In: DOI: 10.1080/13504622.2010.505416
Peterson, S.J., Bredow, T.S. (Eds.), Middle Lestari, K. 2007. Hubungan Antara Bentuk-Bentuk
Range Theories: Application to Nursing Dukngan Sosial dengan Tingkat Resiliensi
Theories. Wolters Kluwers/Lippincott and Penyitas Gempa di Desa Canam Kecamatan
Wilkins, Philadelphia, pp. 278-279. Wedi Kabupaten Klaten. [Skripsi].
Hajaroh, M. 2009. Paradigma, Pendekatan dan [Internet]. [dikutip 28 April 2015]. Dapat
Metode Penelitian Fenomenologi. Jurnal diunduh dari: http://eprints.undip.ac.id/
Ilmiah FIP Universitas Negeri Yogyakarta, 1 0 4 3 4 / 1 / K U R N I YA _ L E S T A R I -
1-21. M2A003032.pdf
Jia, Z., Shi, L., Duan, G., Liu, W., Pan, X., Chen, Y., Malik & Akshay. 2013. Efficacy, Hope, Optimism
& Tian, W. 2013. Traumatic experiences and and Resilience at Workplace Positive Orga-
mental health consequences among child nizational Behavior. International Journal of
survivors of the 2008 Sichuan earthquake: a Scientific and Research Publications, Volume
community-based follow-up study. BMC 3, Issue 10.
Public Health, 13(1), 104. https://doi.org/ OCHA. 2012. Respon Bencana Di Asia Dan Pasifik,
10.1186/1471-2458-13-104 1-81.
Johnson, T., Henry, AM., Henry, AM., & Thompson, Pietrzak & Robert, H. 2012. Resilience in the Face
C. 2014. Qualitative Indicators of Social Re- of Disaster: Prevalence and Longitudinal
silience in Small- Scale Fishing Communi- Course of Mental Disorders Following Hur-
ties?: An Emphasis on Perceptions and Prac- ricane Ike. Institute of Psychiatry at the Fed-
tice Qualitative Indicators of Social Resil- eral University of Rio de Janeiro,
ience in Small-Scale Fishing Communities?: Rademacher, Y. 2013. Community disaster manage-
An Emphasis on Perceptions and Practice. ment assets: A case study of the farm com-
Uan, CS. 2013. Rethinking Psychosocial Interven- munity in Sussex County, Delaware. Inter-
tions in Natural Disasters?: Lessons from national Journal of Disaster Risk Science,
Studi Fenomenologi: Pengalaman Resiliensi Petani 107

4(1), 33-47. https://doi.org/10.1007/s13753- Subandi, MA., Achmad, T., Kurniati, H., & Febri, R.
013-0005-y. 2010. Spirituality , gratitude , hope and post-
Reivich, K., & Shatter, A. 2002. The Resilience Fac- traumatic growth among the survivors of the
tor: 7 Keys to Finding Your Inner Strength 2010 eruption of Mount Merapi in Java , In-
and Overcome Life's Hurdles. New York: donesia. Australian Journal of Disaster and
Broadway Books. Trauma Studies, 18(1), 19-26.
Somasundaram, D., & Sivayokan, S. 2013. Rebuild- San-juan, C. 2013. Rethinking psychosocial interven-
ing community resilience in a post-war con- tions in natural disasters: Lessons from ho-
text?: developing insight and recommenda- listic ecocentrism and religious beliefs. Jour-
tions - a qualitative study in Northern Sri nal of Religion and Health, 52(3), 1038-47.
Lanka Rebuilding community resilience in a doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10943-012-
post-war context?: developing insight and 9589-6.
recommendations - a qualitative study. Men- Somasundaram, D., & Sivayokan, S. 2013. Rebuild-
tal Health System, 2-24. ing community resilience in a post-war con-
Saraswati, Y., & Dharmawan, AH. 2014. Resiliensi text?: developing insight and recommenda-
Nafkah Rumah tangga Petani Hutan. tions - a qualitative study in Northern Sri
JURNAL Sosiologi Pedesaan, 2(1) Lanka Rebuilding community resilience in a
Seaton, Cherisse, L. 2013. The Role of Positive Emo- post-war context?: developing insight and
tions and Ego Resilience in Personal recommendations - a qualitative study. Men-
Strivings. Disertation in Psychology, Uni- tal Health System, 2-24.
versity of Northern British Columbia. Subandi, MA., Achmad, T., Kurniati, H., & Febri, R.
Shaumi, Haonis. 2012. Resiliensi Orang Jawa 2010. Spirituality , gratitude , hope and post-
Dewasa Muda Akhir yang menjadi traumatic growth among the survivors of the
Penyintas Erupsi Gunung Merapi 2010. 2010 eruption of Mount Merapi in Java , In-
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. donesia. Australian Journal of Disaster and
Sher. APA handbook of research methods in psy- TraumaStudies, 18(1), 19-26.
chology, Vol. 2. Research designs: Quantita- Tomey, AM., & Alligood, MR. 2006. Nursing Theo-
tive, qualitative, neuropsycho- logical, and rists and Their Work. Sixth Edition. St. Louis:
biological (pp. 57 71). Washington, DC: Mosby Elsevier.
American Psychological Association. Tsai, J., Rotem, IH., Pietrzak, RH., & Southwick, SM.
Sills & Laura, C. 2007. Psychometric Analysis and 2012. The Role of Coping, Resilience, and
Refinement of the Connor- Davidson Resil- Social Support in Mediating the Relation
ience Scale (CD-RISC): Validation of a 10- Between PTSD and Social Functioning in
Item Measure of Resilience. Journal of Trau- Veterans Returning from Iraq and Afganistan.
matic Stress, Vol. 20. No. 6, December Psychiatry 75 (2) Summer. Guilford Publi-
2007,pp.1019-1028. cations, Inc.
Southwick, Steven, M., Pietrzak, Robert, H., Rotem, Turasih & Adiwibowo, S. 2012. Sistem nafkah rumah
& Ilan, R. 2012. The Role of Coping, Resil- tangga petani kentang di dataran tinggi
ience, and Social Support in Mediating Dieng (kasus Desa Karangtengah,
the Relation Between PTSD and Social Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara,
Functioning in Veterans Returning from Iraq Provinsi Jawa Tengah). Jurnal Sodality. 06
and Afghanistan. Journal of Guilford Publi- (02): 196-207. [Internet]. [dikutip 20 Septem-
cation, Inc. ber 2014]. Dapat diunduh dari: journal.
Stuart, GW. 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan ipb.ac.id/index.php/sodality/article/ .../4727.
Kesehatan Jiwa Stuart. Edisi Indonesia oleh Turasih. 2011. Sistem nafkah rumahtangga petani
Budi Anna Keliat dan Jesika Pasaribu. kentang di dataran tinggi dieng (kasus Desa
Elsevier: Singapore. Karangtengah, Kecamatan Batur,
Sun, Y., Zhou, H., Wang, J., & Yuan, Y. 2012. Farm- Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa
ers' response to agricultural drought in paddy Tengah) [skripsi]. Bogor (ID): Institut
field of southern china: A case study of tem- Pertanian Bogor.
poral dimensions of resilience. Natural Haz- Townshend, I., Awosoga, O., Kulig, J., & Fan, HY.
ards, 60(3), 865-877. doi:http://dx.doi.org/ 2015. Social cohesion and resilience across
10.1007/s11069-011-9873-x communities that have experienced a disas-
108 NurseLine Journal Vol. 2 No. 2 Nopember 2017: 97-108

ter. Natural Hazards, 76(2), 913-938. https:/


/doi.org/10.1007/s11069-014-1526-4.
Wagnid, GM., & Young, HM. 2010. Discovering Your
Resilience Core. Diunduh dari http://
www.resiliencescale.com/papers/pdfs/dis-
covering your resilience core.pdf
Wagnild, GM. 2009. A Review of the Resilience
Scale. Journal of nursing measurement, 17
(2), 105-113
WHO & ICN. 2009. ICN Freamework of Disas-
ter Nursing Competencies. Genewa Swit-
zerland; WHO
Winarni, I. 2012. Materi pelatihan metodologi dan
penelitian kualitatif untuk dosen dan tenaga
edukatif. Universitas Brawijaya: Magister
Manajemen Rumah Sakit, Fakultas
Kedokteran.
Wingo, Aliza, P., Wrenn, G., Pelletier, T., Gutman, &
Alisa, R. 2010. Moderating Effects of Resil-
ience on Depression in Individuals with a
History of Childhood Abuse or Trauma Ex-
posure. Journal of Affective disorders- 04568
pages 4.
World Health Organization. 2013. Mental health ac-
tion plan 2013-2020. Geneva, (http://
w w w. w h o . i n t / m e n t a l _ h e a l t h /
action_plan_2013/en/
Wu, MS. 2010. General Belief in a Just World and
Resilience: Evidence from A Distress and
Collectivistic Culture. European Journal of
Personality, Eur. J.Press. DOI: 10..1002/
per.807.
Yin, RK. 2011. Qualitative research From start to
Finish. Uma ética para quantos? (Vol.
XXXIII). The Guilford Press. https://doi.org/
10.1007/s13398-014-0173-7.2

Anda mungkin juga menyukai