Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
2. Apa saja Etiologi Hisprung?
3. Apa saja Patofisiologi dari Hisprung?
4. Apa saja manifestasi klinis dari Hisprung?
5. Bagaimana komplikasi dari Hisprung?
6. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik dari Hisprung?
7. Bagaimana Penatalaksanaan medis dari Hisprung?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada
para pembaca khususnya kepada mahasiswa ilmu keperawatan mengenai penyakit hisprung.
Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi syarat dalam proses pembelajaran pada mata kuliah
keperawatan anak.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan
tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rektum tidak dapat berelaksasi sehingga
mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus
dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada
Mega Colon.
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan
relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses
terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal
terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut
melebar.
2.4 Manifestasi Klinis
1) Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan.
2) Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja seperti pita.
3) Obstruksi usus dalam periode neonatal.
4) Nyeri abdomen dan distensi serta gangguan pertumbuhan.
5) Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluai
mekonium.
6) Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik secara
spontan maupun dengan edema.
7) Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut.
8) Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Diare
berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
Masa Neonatal:
1) Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.
2) Muntah berisi empedu.
3) Enggan minum.
4) Distensi abdomen.
Masa bayi dan anak-anak:
1) Konstipasi.
2) Diare berulang.
3) Tinja seperti pita, berbau busuk.
4) Distensi abdomen.
5) Gagal tumbuh.
4
2.5 Komplikasi
1) Gawat pernapasan (akut).
2) Enterokolitis (akut).
3) Striktura ani (pasca bedah).
4) Inkontinensia (jangka panjang).
5) Obstruksi usus.
6) Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit.
7) Konstipasi.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1) Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2) Biopsi otot rektum, yakni pengambilan lapisan otot rektum, dilakukan dibawah narkos.
Pemeriksaan ini bersifat traumatik.
3) Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsi asap. Pada penyakit ini klhas
terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
4) Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus.
5) Foto abdomen untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
6) Enema barium untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
7) Biopsi rektal untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
8) Manometri anorektal untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan eksterna.
2.7 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis hirsprung ada dua cara, yaitu dengan cara teknik pembedahan
dan konservatif.
1. Teknik Pembedahan
Pembedahan pada mega kolon/penyakit hisprung dilakukan dalam dua tahap.
Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double barrel sehingga tonus dan ukuran usus
yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3 sampai
4 bulan). Tiga prosedur dalam pembedahan diantaranya, yaitu:
1) Prosedur duhamel
Dengan cara penarikan kolon normal ke arah bawah dan menganastomosiskannya
di belakang usus aganglionik, membuat dinding ganda yaitu selubung aganglionik dan
bagian posterior kolon normal yang telah ditarik.
2) Prosedur swenson
5
Membuang bagian aganglionik kemudian menganastomosiskan end to end pada
kolon yang berganglion dengan saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter
dilakukan pada bagian posterior
3) Prosedur soave
Dengan cara membiarkan dinding otot dari segmen rektum tetap utuh kemudian
kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis
antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.
2. Teknik Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui
pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan mekonium dan
udara.
6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HISPRUNG
STUDI KASUS
Seorang anak M (pr) berusia 1 bulan dibawa ibunya ke rumah sakit pada tanggal 31 oktober 2018
dikarenakan perutnya kembung dan tidak bisa BAB. Setelah mendapatkan pelayanan dari rumah
sakit, ibu mengatakan, anaknya baru bisa BAB jika diberi obat lewat dubur, anaknya sudah tidak
muntah dan sudah bisa BAB, jadi sudah sembuh, mestinya boleh pulang, ibu klien bingung karena
dokter umum membolehkan pulang dan rawat jalan tapi dokter spesialis anak belum boleh karena
sekalian mau di operasi.
3.1 Pengkajian
1. Biodata
Data bayi
Nama : By. M
Jenis kelamin : perempuan
Tanggal Lahir : 30 September 2018
Tanggal MRS : 31 Oktober 2018
BB/PB : 2900 g/ 54cm
Dx medis : hirsprung
Pengkajian : 1 November 20
Data Ibu
Nama : Ny. K
Pekerjaan : Tidak kerja
Pendidikan : SLTA
Alamat : Kedinding Tenagh SBY
Nama ayah : Tn T
Pekerjaan : PT PAL
Pendidikan : SLTA
2. Keluhan utama
Tidak bisa BAB sehingga perut anak besar sehingga tidak mau makan dan minum
7
3. Riwayat penyakit sekarang
Kembung, pasien muntah setelah minum susu, muntah berupa susu yang diminum,
muntah sejak 3 hari yang lalu.
6. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 90/60mm/hg
Denyut nadi : 114/menit
Suhu tubuh : 36,5
RR : 40/menit
b. Pemeriksaan persistem
B1 reathing : normal
B2 Blood : normal
B3 Brain : normal
B4 Bladder : normal
B5 Bowel : kembung, bising usus 10x/ menit, muntah,
Peningkatan nyeri abdomen
B6 Bone : normal
7. Data Tambahan :
Radiologi :
Torax Foto (2-6-08):
Cor : besar & bentuk kesan normal
Pulmo : tidak tampak infiltrat, sinus phrenicocostalis D.S tajam
Thymus : positif
8
Kesimpulan : foto torax tidak tampak kelainan
Baby gram (2-6-08):
Dilatasi dan peningkatan gas usus halus dan usus besar
BOF (2-6-08)
Dilatasi dan peningkatan gas usus halus dan usus besar (menyokong gambaran
Hirsprung Disease
Colon in loop (5-6-08):
Tampak pelebaran rectosigmoid
Tampak area aganglionik di rektum dengan jarak ± 1,5 cm dari anal dengan
daerah hipoganglionik diatasnya.
Tampak bagian sigmoid lebih besar dari rektum.
Kesimpulan : Sesuai gambaran Hirschprung Diseases
Analisis Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
9
1 DS: Ibu Klien mengatakan : Aganglionisis parasimpatikus Konstipasi
-Anaknya baru bisa BAB jika diberi ↓
obat lewat dubur. Mesenterikus
-BAB 1-2×/hr, konsisitensi lembek, ↓
berwarna kuning. Daya dorong lemah
↓
DO: Feses tidak bisa keluar
- Tampak distensi abdomen. ↓
- Lingkar abdomen 39 cm. Konstipasi
- Bising usus 10×/mnt
DO:
- Wajah tampak kusut
- Kurang perhatian (rambut dan
baju acak-acakan)
- Interaksi dengan Ibu-Ibu lain
kurang.
- Afek datar
- Emosi rendah
- Tidak ada diaforesis
10
- T = 130/80
- N = 80×/mnt
- RR = 20 ×/mnt
11
5. Intake cairan yang
5. Membantu adekuat dapat
memperlancar membantu
defekasi untuk melunaakkan
melunakkan feses feses
dengan
menambah intake
cairan
2 Ansietas (ibu) Tujuan: Ansietas (ibu) 1. Anjurkan pada 1. Pengungkapan
berhubungan berkurang dalam 24 jam orangtua untuk perasaan
dengan kurang Kriteria Hasil: mengekspresikan membantu
pengetahuan 1. Ibu mangungkapkan suatu perasaan mengurangi rasa
tentang pemahaman yang baik cemas
penyakit dan tentang proses penyakit 2. Gunakan komunikasi 2. Komunikasi yang
terapi yang anaknya terapeutik (kontak tepat sebagai
diprogramkan 2. Ibu memahami terapi yang tubuh, sikap tubuh) wujud rasa empati
diprogramkan tim dokter 3. Jelaskan pada
1. Jelaskan pada ibu orangtua mengenai 3. Informasi
tentang penyakit yang penyakit anak, membantu
diderita anaknya. perawatan dan orangtua
2. Berikan ibu jadwal pengobatan memahami kondisi
pemeriksaan diagnostic penyakit anak,
3. Berikan informasi perawatan dan
tentang rencana operasi 4. Libatkan orangtua pengobatan
4. Berikan penjelasan pada dalam perawatan 4.Orangtua merasa
ibu tentang perawatan anak tenang
setelah operasi 5. Anjurkan berdoa
5. Meningkatkan sesuai keyakinan 5.Dengan berdoa
pengetahuan ibu membuat hati
tenang, cemas
berkurang
12
3.3 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1. Konstipasi 1. Memberikan microlac rektal tiap S: Ibu;
berhubungan hari -Anaknya baru bisa BAB jika diberi obat
dengan 2. Memberikan ASI lwat dubur.
aganglionisis 3. Mengobservasi bising usus, -BAB 1-2×/hr, konsisitensi lembek,
parasimpatis area distensi abdomen, lingkar berwarna kuning.
rektum abdomen
4. Mengobservasi frekuensi dan O:
karakteristik feses tiap BAB - Tampak distensi abdomen.
5. Mengetahui peristaltic usus - Lingkar abdomen 39 cm.
6. Membantu memperlancar - Bising usus 10×/mnt
defekasi untuk melunakkan A: Konstipasi teratasi.
feses denagn menambah intake P : rencana tindakan 1 dihentikan,
cairan rencana 2, 3,4 dan 5 dilanjutkan
2 Ansietas (ibu) 1. Menganjurkan pada orangtua S:
berhubungan untuk mengekspresikan perasaan - Ibu mengatakan, kondisi anaknya sudah
dengan kurang 2. Menggunakan komunikasi tidak muntah dan sudah bisa BAB, jadi
pengetahuan terapeutik (kontak tubuh, sikap sudah sembuh, mestinya boleh pulang.
tentang penyakit tubuh) - Ibu mengatakan, saya bingung karena
dan terapi yang 3. Menjelaskan pada orangtua dokter satu membolehkan pulang dan
diprogramkan mengenai penyakit anak, rawat jalan tapi dokter satunya belum
perawatan dan pengobatan boleh karena sekalian mau dioperasi.
4. Melibatkan orangtua dalam
perawatan anak O:
5. Menganjurkan orangtua (ibu) - Wajah tampak kusut
berdoa sesuai keyakinan - Kurang perhatian (rambut dan baju
acak-acakan)
- Interaksi dengan Ibu-Ibu lain kurang.
- Afek datar
- Emosi rendah
13
- Tidak ada diaforesis
- T = 130/80
- N = 80×/mnt
- RR = 20 ×/mnt
A: Ansietas ibu berkurang sebagian
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik masalah
fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak dengan
penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang mengusahakan
agar anaknya bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah baru bagi
bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung harus difahami dengan benar
oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan
perlu terjalin hubungan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun
tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
4.2 SARAN
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang penyakit
hisaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3. Jakarta
: EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih (Fd), Monica Ester
(Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit. Jakarta : EGC.
Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^. Jakarta : EGC
15