Anda di halaman 1dari 24

TUGAS BESAR

MATA KULIAH MODEL DAN KOMPUTASI PROSES

SIMULASI DAN PERANCANGAN REAKTOR BATCH


SERI REVERSIBEL EKSOTERMIS NON-ADIABATIS PADA PROSES
PEMBUATAN DYOTIL PHTALATE DENGAN SOFTWARE SCILAB
5.5.2

Oleh:
Dedi Cristian Situmorang NIM. 21030116120029
Dita Aulia Azizah NIM. 21030116120026
Ghalih Hakiki Kavisa NIM. 21030116140126
Izazi Haibati NIM. 21030116140134

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri kimia merupakan sektor penting dalam pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Peran industri kimia secara dinamis memberi dampak
positif dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia mendorong
sarjana teknik kimia untuk terus berkembang dalam bidang pemrosesan
bahan baku menjadi produk dengan nilai guna yang lebih tinggi. Dalam
industri kimia, reaktor merupakan unsur penting dalam unit proses. Reaktor
merupakan suatu bejana tempat terjadinya reaksi kimia sehingga terjadi
perubahan bahan baku menjadi produk. Berdasarkan jenis prosesnya reaktor
ada 3 jenis yaitu reaktor kontinyu, reaktor batch, dan reaktor semi-batch
sedangkan berdasarkan bentuknya ada reaktor alir pipa dan reaktor alir
tangki berpengaduk (Levenspiel, 1999). Produk yang dihasilkan dari reaktor
biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena itu,
dalam perancangan reaktor perlu memperhatikan spesifikasi produk yang
diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Perancangan reaktor ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh-pengaruh setiap kondisi operasi
terhadap kinetika reaksi untuk mencapai kondisi operasi yang optimal dan
konversi yang maksimal.
Reaktor adalah suatu alat proses tempat dimana terjadinya segala
tempat terjadinya suatu reaksi berlangsung, baik dalam ukuran kecil seperti
tabung reaksi sampai ukuran yang besar seperti reaktor skala industri
(Odina, 2014). Reaktor batch adalah reaktor yang berkerja dengan fungsi
waktu, pada reaktor ini juga tidak ada input dan output yang terjadi selama
proses. Reaktor jenis ini memiliki pengaduk untuk mencampur reaktan dan
dalam prosesnya harus berurutan antara mengisi bahan baku, operasi,
pengeluaran produk, cleaning, dan conditioning untuk mengolah bahan
baku berikutnya (Budiman, 2017). Reaktor batch biasanya digunakan pada
industri obat-obatan, industri polimer dan industri produk yang memiliki
banyak reaksi samping. Keuntungan dalam menggunakan reaktor batch
adalah pengoperasian dan pengontrolan yang lebih mudah dengan harga
yang relatif murah. Reaktor batch dapat diaplikasikan pada proses
pembuatan DOP (Dioctyl Phtalate) karena penggunaannya yang sederhana
dan dapat mencapai konversi yang tinggi. Proses pembuatan DOP dilakukan
dengan reaksi seri antara PAN (Phthalic Anhydride) dan 2-EH (Ethylhexyl)
yang menghasilkan MOP, kemudian sisa 2-EH direaksikan dengan MOP
sehingga terbentuklah DOP. DOP merupakan salah satu jenis plasticizer
yang berguna sebagai bahan penunjang bagi industri plastik, berfungsi
sebagai bahan aditif untuk menambah sifat plastis bahan, membentuk sifat
kekenyalan atau keliatan bahan, bahan mudah dibentuk dan tidak mudah
pecah. Dalam industri, DOP banyak digunakan sebagai bahan pembantu
pada pembuatan barang-barang plastik seperti kulit imitasi dari jenis PVC
leather, kabel listrik, kabel telepon, pipa PVC, sol sepatu, sandal plastik,
slang plastik, dan sebagainya (Fathurrohman dkk., 2001).
Teknik kimia sangat berkaitan erat dengan reaktor terutama dalam
perancangan reaktor yang didalamnya terdapat pemilihan reaktor sesuai
kondisi operasi, perhitungan neraca massa, neraca energi, kinetika reaksi,
dan sebagainya. Salah satu metode yang digunakan dalam perancangan
reaktor adalah metode numerik yang disertai penyelesaian perhitungan
matematika kompleks. Simulasi merupakan aktivitas untuk menirukan
kejadian atau keadaan yang sesungguhnya. Sehingga pengguna akan
mendapatkan gambaran, fenomena atau kinerja dari sistem atau proses yang
dikaji dengan menggunakan alat bantu simulator. Ada berbagai macam
bentuk simulator, akan tetapi dalam hal ini digunakan simulator dengan
bantuan (berbasis) komputer (selanjutnya disebut dengan simulasi
komputer) sebagai alat bantu analisis objek kajian. Dalam industri, simulasi
komputer dapat juga digunakan sebagai training operator sehingga dapat
meningkatkan kemampuannya dalam mengoperasikan sistem proses
ataupun satuan operasi (Sasongko, 2008). Salah satu program yang dapat
digunakan untuk simulasi ini adalah Scilab. Dalam laporan ini akan
digunakan Scilab 5.5.2 untuk menyelesaikan kasus dalam perancangan
reaktor. Seorang engineer diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan
dalam perancangan reaktor dalam bentuk algoritma sehingga dapat
diaplikasikan ke dalam program dan didapatkan penyelesaian dengan
pemodelan matematis dengan waktu efisien dengan kesalahan yang
minimum.

1.2 Rumusan masalah

Keseluruhan proses kimia untuk membentuk produk yang spesifik


sangat ditentukan oleh reaktor. Oleh karena itu, perancangan reaktor
membutuhkan perhitungan yang teliti meliputi perhitungan neraca massa,
neraca energi, neraca panas, kinetika reaksi, kecepatan reaksi dan konversi
yang dihasilkan. Aplikasi komputasi merupakan salah satu sarana yang
dapat mempermudah sarjana teknik kimia untuk menyelesaikan
perhitungan tersebut. Scilab 5.5.2 merupakan aplikasi pemrograman untuk
menyelesaikan permasalahan perhitungan matematis yang kompleks karena
penyelesaian dinyatakan dalam notasi matematika. Pada proses pembuatan
DOP dengan menggunakan reaktor batch pada kondisi nonadiabatis
eksotermis reversible dengan reaksi monomolekuler secara paralel
dibutuhkan berbagai perhitungan yang kompleks meliputi perhitungan
neraca massa, neraca panas, kinetika dan lain-lain. Sehingga untuk
memperoleh nilai konsentrasi reaktan dan produk serta konversi dari
simulasi pembuatan DOP dengan reaktor batch secara nonadiabatis
diperlukan permodelan matematis dengan menggunakan aplikasi Scilab
5.5.2.

1.3 Tujuan masalah

1. Menyusun program komputasi dan proses untuk perancangan


reaktor batch nonadiabatis pada proses pembuatan DOP berbasis
Scilab 5.2.2.
2. Mencari hubungan waktu dengan konversi yang dihasilkan
3. Mencari hubungan waktu dengan suhu
4. Mencari hubungan waktu dengan konsentrasi
5. Pembuktian neraca massa
6. Pembuktian neraca panas
1.4 Manfaat

Mahasiswa mampu menyusun program dan proses untuk


perancangan reactor nonadiabatis pada proses pembuatan DOP berbasis
scilab 5.2.2. Dengan menggunakan scilab 5.2.2 mahasiswa mampu mencari
hubungan waktu dengan konversi yang dihasilkan, suhu, dan konversi.
Mahasiswa juga mampu membuktikan neraca massa dan panas dengan
menggunakan scilab.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Jenis-jenis Reaktor
Reaktor kimia adalah segala tempat tejadinya reaksi kimia, baik
dalam ukuran kecil seperti tabung reaksi maupun reakor ukuran skala
industri. Reaktor kimia harus mengutamakan efisiensi kinerjanya agar
menghasilkan produk yang maksimal dengan biaya yang minimum, baik
biaya modal maupun biaya operasi (Budiman, 2015).
Reaktor dapat dibedakan berdasarkan jenis operasi, fase reaksi dan
geometri (arah aliran). Berdasarkan jenis operasinya, reaktor dibedakan
menjadi reaktor batch dan kontinyu. Berdasarkan fase reaksinya, reaktor
dibedakan menjadi homogen dan heterogen. Berdasarkan geometrinya,
reaktor dibedakan menjadi stirred tank reactor, tubular reactor, packed
bed reactor, dan fluidized bed reactor (Nanda dan Pharm, 2008). Dalam
pemilihan reaktor tersebut, diperlukan analisis mengenai spesifikasi
bahan baku, proses dan produk apa yang akan dihasilkan. Adapun kriteria
pemilihan reaktor sebagai berikut:
1. Mudah dalam pengambilan contoh maupun analisa produk.
2. Kemampuan reaktor untuk bekerja isotermal.
3. Tingkat efektifitas kontak antara reaktan dengan katalis.
4. Kemudahan penanganan katalis yang telah rusak.
5. Biaya operasi maupun kontruksi
(Eunike, 2012)
Tujuan utama dalam memilih jenis reaktor adalah alasan ekonomis,
keselamatan, dan kesehatan kerja, serta pengaruhnya terhadap
lingkungan. Sedangkan, pemilihan jenis reaktor yang akan digunakan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Fase zat pereaksi dan hasil reaksi
2. Tipe reaksi dan persamaan kecepatan reaksi, serta ada tidaknya reaksi
samping
3. Kapasitas produksi
4. Harga alat (reaktor) dan biaya instalasinya
5. Kemampuan reaktor untuk menyediakan luas permukaan yang cukup
untuk perpindahan panas
(Budiman, 2015)
Pemilihan jenis reaktor dipengaruhi oleh fase zat pereaksi dan hasil
reaksi, tipe reaksi dan persamaan kecepatan reaksi, ada tidaknya reaksi
samping, kapasitas produksi, harga alat (reaktor) dan biaya instalasinya,
serta kemampuan reaktor untuk menyediakan luas permukaan yang
cukup untuk perpindahan panas (Fogler, 2006).
Input Reaktor Output
(Akumulasi)

Gambar 2.1 Bagan Neraca Massa Suatu Sistem


Tiga hal penting dalam perhitungan neraca massa meliputi input,
akumulasi, dan output. Input merupakan zatzat pereaksi (reaktan) yang
masuk sebagai umpan yang kemudian akan bereaksi dan berakumulasi
dalam reaktor. Kemudian akan keluar menjadi produk (output). Pada
reaktor yang berkerja secara unsteady state, dalam reaksi tersebut
𝑑𝑁𝐴
terdapat akumulasi produk ( ≠ 0) sedangkan pada reaktor yang
𝑑𝑡

beroperasi secara steady state akumulasi di dalam reaktor adalah nol


𝑑𝑁𝐴
( = 0) (Levenspiel, 1999).
𝑑𝑡

Jenis-jenis reaktor adalah sebagai berikut:


1. Reaktor Batch
Reaktor batch, atau sering juga disebut sebagai reaktor tertutup
adalah suatu reactor di mana tidak aliran masuk maupun keluar selama
reaksi berlangsung. Reaktan dimasukkan sekaligus pada saat awal,
kemudian hasil reaksi diambil setelah jangka waktu tertentu (Fadhly,
2012). Mekanisme dalam reaktor batch yaitu bahan baku atau reaktan
dimasukkan semua pada awal proses kedalam container, kemudian
dicampur merata dan dibiarkan bereaksi pada jangan waktu tertentu.
Setelah reaksi selesai, produk dikeluarkan. Proses yang terjadi
merupakan proses unsteady state atau tidak tetap dimana komposisi
berubah bergantung waktu, akan tetapi komposisi saat berada dalam

reaktor tetap konstan (Levenspiel, 1999).

Gambar 2.2 Reaktor Batch dengan Jaket Penukar Panas


(Caccavale dkk., 2011)
Pada reaktor batch, konsentrasi dari reaktan maupun produk
dapat diketahui dengan berdasarkan neraca massa. Neraca massa
reaktor batch adalah sebagai berikut:
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
[ 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐴 ] − [ 𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐴 ] + [ 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 ]
𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑆𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑆𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝐴 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑆𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
𝐴𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
= [ 𝐴 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 ]
𝑆𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
𝑑𝑁𝐴
FA0 – FA – (-rA. V) = 𝑑𝑡

Pada reaktor batch, tidak ada aliran A masuk maupun aliran A


keluar sistem sehingga nilai FA0 dan FA adalah 0
𝑑𝑁𝐴
( ) = 0 – 0 + (-rA.V)
𝑑𝑡
𝑑𝑁𝐴 𝑑[𝑁𝐴(1−𝑋𝐴)] 𝑑𝑥
= = NA0 𝑑𝑡 = -rA.V
𝑑𝑡 𝑑𝑡

Untuk densitas konstan:


𝑋𝐴 𝑑𝑥 𝑋𝐴 𝑑𝑥 𝐶𝐴 𝑑𝐶𝐴
t = NA0 ∫0 −𝑟𝐴.𝑉 = CA0 ∫0 −𝑟𝐴 = ∫𝐶𝐴0 −𝑟𝐴

Untuk densitas berubah:


𝑋𝐴 𝑑𝑥 𝑋𝐴 𝑑𝑥
t = NA0 ∫0 = CA0 ∫0
−𝑟𝐴.𝑉0(1+𝜀.𝑋𝐴) −𝑟𝐴.𝑉0(1+𝜀.𝑋𝐴)

Neraca energi reaktor batch:


𝑑𝑇
Nt.Cp 𝑑𝑡 = U.A.(Ts – T) + (-∆HRX)(-rA)V
(Levenspiel, 1999)
Reaktor jenis ini merupakan reaktor yang sering kali digunakan
untuk memperoleh data-data kinetika reaksi yang nantinya dapat di-
scale up pada skala industri. Reaktor batch sering digunakan pada
industri obat-obatan karena dapat dengan mudah dioperasikan untuk
memproduksi obat yang berbeda-beda setiap harinya. Produk kimia
lain yang juga diproduksi menggunakan reaktor ini yaitu polimer, dan
produk yang memiliki banyak reaksi samping (Fogler, 2006).
Reaktor batch biasa digunakan pada kondisi operasi isothermal
dan volume konstan karena reaktor batch dapat mudah membantu
menginterpretasikan hasil reaksi. Reaktor ini relatif mudah dan
adaptable pada ukuran atau skala kapasitas laboratorium, serta hanya
perlu sedikit membutuhkan penyesuaian peralatanperalatan
tambahannya (Levenspiel, 1999). Namun reaktor batch memiliki
keuntungan maupun kerugian, yaitu sebagai berikut:
Keuntungan reaktor batch:
 Lebih murah dibanding reaktor alir
 Lebih mudah pengoperasiannya
 Lebih mudah dikontrol
Kerugian reaktor batch:
 Tidak begitu baik untuk reaksi fase gas (mudah terjadi kebocoran
pada lubang pengaduk
 Waktu yang dibutuhkan lama, tidak produktif (untuk pengisian,
pemanasan zat pereaksi, pendinginan zat hasil, pembersihan
reaktor, waktu reaksi).
 Biaya penanganan dan tenaga kerja tinggi dan sering kali
membutuhkan waktu yang panjang pada saat shut down.
 Kontrol kualitas dari produk rendah
(Fadhlly, 2012)
2. Continous Stirred Tank Reactor (CSTR)
Reaktor ini umumnya digunakan untuk reaksi fase cair, namun
dapat pula untuk tujuan eksperimental reaksi fase gas maupun reaksi
katalitis. Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) bisa berbentuk
dalam tanki satu atau lebih dari satu dalam bentuk seri. Reaktor ini
digunakan untuk reaksi fase cair dan biasanya digunakan untuk reaksi
kimia organik.
CSTR memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Reaktor ini dilengkapi dengan pengaduk/impeller. Maka pada
reaktor ini diasumsikan pencampuran homogen. Sehingga tidak ada
variasi suhu, konsentrasi dan laju reaksi di dalam reaktor
b. Reaktor berbentuk tangki dengan aliran input dan output reaktor
dalam sistem tertutup
c. Densitas arus input berbeda dengan arus output sehingga laju alir
volumetriknya dapat berbeda
d. Reaktor dapat dilengkapi alat penukar panas untuk mengontrol suhu
e. Arus output reaktor mempunyai komposisi dan sifat kimia yang
sama dengan yang di dalam reaktor
f. Reaktor dapat dioperasikan steady state maupun unsteady state
Keuntungan dari reaktor ini adalah kualitas produk yang bagus,
kontrol yang otomatis dan tidak membutuhkan banyak tenaga
operator.
Karakteristik dari reaktor ini adalah beroperasi pada kondisi
steady state dengan aliran reaktan dan produk secara kontinyu.
Reaktor CSTR dilengkapi leh pengaduk. Keberhasilan operasi suatu
proses pengolahan sering kali bergantung pada efektifnya pengadukan
dan pencampuran zat cair dalam proses itu. Istilah pengadukan dan
pencampuran sebenarnya tidak sinonim satu sama lain. Pengadukan
(agitation) menunjukkan gerakan yang tereduksi menurut cara
tertentu pada suatu bahan di dalam bejana, dimana gerakan itu
biasanya mempunyai semacam pola sirkulasi. Pencampuran (mixing)
ialah peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak, dimana bahan
yang satu menyebar ke dalam bahan yang lain dan sebaliknya, sedang
bahan-bahan itu sebelumnya terpisah dalam dua fase atau lebih
(Hakim, 2014).
Gambar 2.3 Continous Stirred Tank Reactor dengan jaket penukar
panas
(Plugiesi, 2009)

Neraca massa CSTR:


[input] – [output] + [pembentukan karena reaksi] = [akumulasi]
Akumulasi = 0
𝑑𝑁𝐴 𝑑𝑁𝐴
FA0 – FA + rA.V = , dimana =0
𝑑𝑡 𝑑𝑡

FA0 = CA0.V0 , maka volume reaktor sebagai fungsi space time untuk
reaksi fasa cair dan densitas konstan V = V0

Neraca energi CSTR:

(Levenspiel, 1999)
3. Plug Flow Reactor (PFR)
Plug flow reactor adalah suatu alat yang digunakan untuk
mereaksikan suatu reaktan dalam hal ini fluida dan mengubahnya
menjadi produk dengan cara mengalirkan fluida tersebut dalam pipa
secara berkelanjutan (continiuous). Biasanya reaktor ini dipakai
untuk mempelajari berbagai proses kimia yang penting seperti
perubahan senyawa kimia, reaksi termal dan lain-lain. dimana katalis
diletakkan pada suatu pipa lalu dari sela-sela katalis dilewatkan
bahan baku seperti air melewati selasela pasir pada saringan.
Umumnya reaktor jenis ini terdiri dari pipa-pipa yang disusun
paralel, dapat digunakan untuk fase cair dan fase gas. Perbedaan
jenis reaktor ini dengan CSTR terletak pada karakteristik
pengadukannya (Siagian, 2014).
Secara umum, karakteristik reaktor plug flow yaitu:
 Aliran berada dalam pipa, arus input dan output belum tentu
mempunyai laju alir yang sama
 Reaktor berada dalam system tertutup
 Massa dalam reaktor belum tentu tetap
 Tidak ada pengadukan dalam arah axial (arah aliran), hanya
ada dalam arah radial, sehingga sifat dan komposisi seragam
dalam arah ini
 Densitas, sifat dan komposisi bervariasi dalam arah axial (arah
aliran)
 Reaktor dapat dioperasikan steady state maupun unsteady state
 Reaktor dapat dilengkapi dengan alat penukar panas

Gambar 2.4 Plug Flow Reactor


Dikatakan ideal jika zat pereaksi dan hasil reaksi mengalir
dengan kecepatan yang sama diseluruh penampang pipa.
Keuntungan menggunakan PFR adalah reaktor ini memberikan
volume yang lebih kecil daripada RATB, untuk konversi yang sama.
Kerugian dari penggunaan PFR adalah:
a. Harga alat dan biaya instalasi tinggi.
b. Memerlukan waktu untuk mencapai kondisi steady state.
c. Untuk reaksi eksotermis kadang-kadang terjadi “Hot Spot”
(bagian yang suhunya sangat tinggi) pada tempat pemasukan
d. Dapat menyebabkan kerusakan pada dinding reaktor.
(Siagian, 2014)
Neraca massa PFR saat steady state:

Jika diambil pada diferensial volume maka:

Dengan space time (τ):

Jika reaksi berlangsung pada fase cair (v=0)

Neraca energi PFR

(Levenspiel, 1999)

2.1.2 Kondisi Operasi


Perancangan reaktor membutuhkan kondisi operasi yang tepat agar
dapat menghasilkan produk berkualitas sesuai yang dibutuhkan pasar.
Dua di antara kondisi operasi adalah kondisi operasi adiabatis dan non-
adiabatis.
1. Kondisi Operasi Reaksi Adiabatis
Kondisi adiabatis adalah kondisi proses yang berlangsung
tanpa adanya pertukaran panas atau kalor antara sistem dan
lingkungannya (Q=0). Biasanya reaktor dengan kondisi adiabatis
tidak menggunakan alat penukar panas seperti jaket pemanas atau
pendingin. Namun reaktor adiabatis ini disekat atau terisolasi
sehingga tidak ada pertukaran panas. Pada kondisi adiabatis,
temperatur akan naik dalam reaksi eksotermis dan turun dalam
reaksi endotermis.
Neraca energi reaktor batch sistem adiabatis:

Neraca energi CSTR sistem adiabatis:

Neraca energi PFR system adiabatis:

(Levenspiel, 1999)
2. Kondisi Operasi Sistem Non Adiabatis
Sedangkan kondisi non-adiabatis merupakan kondisi proses
yang berlangsung dengan adanya pertukaran panas antara sistem dan
lingkungannya (Q ≠ 0) sehingga reaktor dengan kondisi ini biasanya
mempunyai jaket yang menyelimuti reaktor sebagai alat penukar
panas.
Neraca energi reaktor batch sistem non-adiabatis:

Neraca energi CSTR sistem non-adiabatis

Neraca energi PFR sistem non-adiabatis

Jika suhu pendingin atau pemanas bervariasi di sepanjang


reaktor, maka selain neraca energi dalam reaktor juga harus
memperhitungkan neraca energi pendingin/pemanas
(Levenspiel, 1999)

2.1.3 Jenis Panas Reaksi


Suatu reaksi kimia memiliki sifat reaksi yang dapat mempengaruhi
kondisi operasi suatu reaktor dan perancanangan alat proses lainnya.
Sifat reaksi tersebut yaitu endotermis dan eksotermis. Untuk menentukan
apakah reaksi berjalan eksotermis atau endotermis perlu pembuktian
dengan menggunakan panas pembentukan standar (∆Hf) pada 1 atm dan
298,15 K dari reaktan dan produk karena pada kondisi tersebut, elemen
kimia dianggap stabil/standar (J.M. Smith et al.,2001).
∆H reaksi = ∆Hf produk - ∆Hf reaktan
Jika ∆Hf reaksi berharga negatif maka reaksi akan bersifat
eksotermis, sebaliknya jika berharga positif reaksi akan bersifat
endotermis (J.M. Smith et al., 2001)
1. Reaksi Endotermis
Reaksi endotermis adalah reaksi yang menyebabkan adanya
transfer kalor dari lingkungan ke sistem, sehingga reaksi ini disebut
reaksi yang menyerap panas. Reaksi endotermis ditandai dengan
adanya penurunan suhu sistem, dan mempunyai entalpi yang bernilai
positif (∆H > 0). Contoh reaksi endotermis antara lain yaitu reaksi
fotosintesis, cracking alkana, reaksi dekomposisi termal, dan reaksi
dehidrogenasi.
Reaksi fotosintesis:

2. Reaksi Eksotermis
Sedangkan reaksi eksotermis adalah reaksi yang melepaskan
panas, karena menyebabkan adanya transfer kalor dari sistem ke
lingkungan. Reaksi eksotermis selalu ditandai dengan adanya
kenaikan suhu sistem saat reaksi berlangsung, dengan nilai entalpi
bertanda negatif (∆H < 0) dikarenakan energi yang dilepaskan lebih
besar daripada energi yang digunakan untuk reaksi. Contoh reaksi
eksotermis antara lainyaitu reaksi pembakaran, reaksi netralisasi
asam basa, reaksi korosi seperti oksidasi logam, reaksi polimerisasi,
dan reaksi respirasi.
Reaksi pembakaran metana:
C2H4 + 2O2 CO2 + 2H2O
2.1.4 Jenis Reaksi
1. Reaksi Seri
Reaksi seri atau reaksi konsekutif yaitu dari reaktan terbentuk
produk antara yang aktif kemudian lebih lanjut berubah menjadi
produk lain yang stabil. Contoh reaksi seri adalah sebagai berikut:

k1 k2
A R S
Reaksi seri pada skala industri adalah reaksi antara etilen-oksida
dan ammonia berurutan terbentuk mono-etanol-amin, kemudian
reaksi berlanjut terbentuk dietanol-amin dan produk akhir adalah tri-
etanol-amin (Harsanti, 2012).
2. Reaksi Paralel
Reaksi paralel atau reaksi samping (competitive reaction) yaitu
dari reaktan yang sama dihasilkan produk yang berbeda melalui jalur
reaksi yang berbeda pula. Contoh reaksi paralel adalah sebagai

berikut:
Contoh reaksi paralel pada skala industri adalah reaksi oksidasi
terhadap etilen yang akan menghasilkan produk etilen oksida. Selama
reaksi oksidasi berlangsung, sebagian etilen terbakar sempurna dan
menghasilkan produk samping yang tidak diinginkan, yaitu uap air
dan karbon dioksida (Harsanti, 2012).
2.1.5 Jenis Proses Reaksi
1. Reaksi Monomolekuler
Di dalam reaksi unimolekuler atau reaksi monomolekuler,
molekul reaktan tunggal terisomerisasi atau terdekomposisi untuk

menghasilkan satu atau lebih produk. Contoh reaksi monomolekuler


adalah reaksi-reaksi dekomposisi seperti yang digambarkan berikut
ini:

2. Reaksi Bimolekuler
Reaksi bimolekular adalah satu reaksi dimana dua molekul
pereaksi yang sama atau tidak bergabung menghasilkan satu atau
sejumlah molekul produk. Contoh reaksi bimolekuler adalah reaksi-
reaksi asosiasi (kebalikan reaksi dekomposisi) seperti berikut ini:

Maupun reaksi pertukaran:


(Levenspiel, 1999)

2.1.6 Reaksi Reversible dan Irreversible


1. Reaksi Reversible
Menurut Kristianingrum (2010), reaksi reversible merupakan
reaksi dapat balik atau berlangsung dalam dua arah. Dalam reaksi
ini, hasil reaksi dapat kembali membentuk zat-zat pereaksi. Reaksi
reversible akan berlangsung bolak-balik terus menerus dan berhenti
ketika terjadi suatu keadaan yang setimbang dimana laju reaksi ke
arah kanan sama dengan laju reaksi ke arah kiri. Reaksi reversible
digambarkan sebagai berikut:
aA + bB ⟷ cC + dD
2. Reaksi Irreversible
Menurut Kristianingrum (2010), reaksi irreversible merupakan
reaksi satu arah, yang hanya terjadi pada pembentukan zat-zat hasil
reaksi saja. Reaksi ini juga disebut dengan reaksi berkesudahan,
dimana hasil reaksi tidak dapat diubah lagi menjadi zat pereaksi.
Reaksi irreversible dapat digambarkan sebagai berikut:
aA + bB ⟶ cC + dD

2.2 Studi kasus


2.2.1 Deskripsi Proses
Reaksi pembuata DOP terdiri dari dua langkah
1. Rekasi monoesterifikasi
PAN dan 2-EH bereaksi membentuk monoester dengan reaksi
sebagai berikut :

2. Reaksi diesterifikasi
Monoester yang terbentuk kemudian bereaksi dengan 2-EH dengan
bantuan katalis tetra butoxytitanate:

Pembuatan DOP dengan proses BASF merupakan proses kontinyu


dimana reaksi pertama berlangsung pada reaktor pertama pada kondisi
standart sedang reaksi kedua berlangsung dalam tiga buah reaktor yang
disusun secara berurutan dengan centrifuge jenis disk bowl sebagai
pemisahnya . Reaktor yang diguakan dalam proses BASF adalah reaktor
jenis CSTR yaitu reaktor jenis tangki berpengaduk. Pertimbangan
penggunaan reaktor jenis ini adalah reaksi pembentukan DOP merupakan
reaksi homogen cair-cair dengan suhu dan tekanan yang tidak terlalu tinggi
Sedang centrifuge digunakan untuk memisahkan produk DOP dari MOP
dan 2-EH sisa hasil reaksi yang akan masuk reaktor selanjutnya sehingga
reaktor tetap terjaga dalam kondisi homogen . Pertimbangan penggunaan
centrifuge jenis disk bowl adalah karena umpan yang akan dipisahkan
berada dalam fase cair dan merupakan campuran yang bersifat heterogen.
Proses berlangsung pada titik solvent yang diumpankan sehingga reaksi
dapat dipertahankan dalam fase cair dan H2O yang dihasilkan dapat
langsung menguap. Pada reaksi kedua dibutuhkan suatu katalis untuk
mendorong reaksi ke arah produk sehingga mempercepat pembentukan
produk. Katalis yang dipakai adalah Tetrabutoxytinate dengan konsentrasi
0,02-0,04 % berat terhadap Phtalate Anhydride.

2.2.2 Spesifikasi Bahan Baku

1. Phthalic Anhydride (PA)


a. Bentuk : Kristal putih
b. Kemurnian : 99,95 %
c. Impuritas (Maleic Anhydride) : 0,05 %
2. 2-Ethyl Hexanol (2-EH)
a. Bentuk : Cairan tidak berwarna
b. Kemurnian : 99,9 %
c. Impuritas (H2O) : 0,1 %
Spesifikasi bahan pendukung

1. Asam sulfat (sebagai katalis)


a. Bentuk : Cair
b. Kemurnian : 96 %
c. Impuritas (H2O) :4%
2. Natrium hidroksida (sebagai penetral asam sulfat)
a. Bentuk : Cair

b. Kemurnian : 50 %

c. Impuritas (H2O) : 50 %

Spesifikasi produk
1. Dioctyl phthalate (DOP)
a. Bentuk : oily liquid
b. Kemurnian : 99,21 %
c. Impuritas :
- 2-Ethyl hexanol : 0,22 %

- Maleic anhydride : 0,02 %

- Monooctyl phthalate : 0,55 %

2.2.3 Kondisi Operasi

1. Pembentukan MOP dan DOP

Suhu : 373 K

Tekanan : 1 atm

2.2.4 Tinjauan Thermodinamika


2.4.1 Tinjauan Termodinamikan MOP

ΔHf 298 PAN = -3,98 X 10 2 KJ/kmol

ΔHf298 2-EH = -3,75 X 10 2 KJ/kmol

ΔHf298 MOP = -1,23 X 10 2 KJ/kmol

ΔHf 298 = ΔHfproduk - ΔHfreaktan


=[-1,23 X 10 2 KJ/Kmol ]-[-3,98 X 102 KJ/kmol + -1,23 X 10 2 KJ/Kmol]
= 0,952 X102 KJ/kmol
Mencari ΔH reaksi pada suhu 373 K dengan perrsamaan
373
ΔHreaski = ΔH298 + ∫298 𝐴 + 𝐵𝑇 + 𝐶𝑇2
ΔHreaksi = -4,54 X 102
SENYAWA A B C 𝛥H(kj/kmol)
PAN -371,308 -8,41E-02 3,54E-05 -3,98E+02
2-EH -315,247 -1,98E-01 9,96E-05 -3,75E+02
MOP 0,999996367 2,00E+00 -1,42E-02 -1,23E+03

Reaksi pembebtukan DOP dari MOP merupakan reaksi eksotermis


yang dibuktikan dengan menggunakan panas pembentukan standar.
Reaksi bersifat dapat dibalik (reversibel) atau searah (irreversibel )
dapat ditentukan secara termodinamis yaitu berdasarkan persamaan Van’t
hoff
ΔG0= -RT ln K
Sehingga :
𝑑 𝑙𝑛 𝐾 ΔH0
= 𝑅𝑇
𝑑𝑇

ΔGf 298 PAN = -3,29 X 10 2 KJ/kmol


ΔGf298 2-EH = -1,2 X 102 KJ/kmol
ΔGf298 MOP = -3,15 X 10 2 KJ/kmol
ΔGf reaksi = ΔGfproduk - ΔGfreaktan
=[-3,15 102]-[-3,29 X 102J/kmol +-1,2 X 10 2]
= 1,33 X102 KJ/kmol
K standar pada 298,15 K; K= exp ( -ΔG/RT) = exp ( 1,33 X 102 KJ/Kmol
/(8,314 X 298,15) = 0,9475
Harga K ini mengindikasikan reaksi pembentukan MOP bersifat reversibel
K pada suhu 373 K
𝐾373 −∆𝐻 373 (𝑇373−𝑇298)
ln 𝐾 298 = 𝑅( 𝑇 373 𝑋 𝑇 298
𝐾 373 454 (373−298)
= exp 8,314 (373 𝑋 298) = 0,913
0,9475

2.4.2 Tinjauan Termodinamikan DOP


Reaksi
ΔHf298 2-EH = -3,75 X 10 2 KJ/kmol

ΔHf298 MOP = -1,23 X 10 2 KJ/kmol

ΔHf298 H2O = -1,23 X 10 2 KJ/kmol

ΔHf298 DOP = -285,83 KJ/kmol

ΔHf 298 = ΔHfproduk – Δhfreaktan


ΔH0f 298 = -224 KJ/Kmol

ΔGf 298 2-EH = -1,2 X 102 KJ/kmol


ΔGf 298 MOP = -3,15 X 10 2 KJ/kmol

ΔGf 298 H2O = -237,129 KJ/kmol

ΔGf 298 DOP = -4,08 X 10 2 KJ/kmol

ΔGf reaksi = ΔGf produk – ΔGf reaktan

=[-4,08102 + -237,129]-[-3,15 X 102J/kmol +-1,2 X 10 2]


= -2,1 X102 KJ/kmol
Mencari ΔH reaksi pada suhu 373 K dengan perrsamaan
373
ΔHreaski = ΔH298 + ∫298 𝐴 + 𝐵𝑇 + 𝐶𝑇2
ΔHreaksi = -254723,4317

SENYAWA A B C 𝛥H(kj/kmol)
2-EH -315,247 -1,98E-01 9,96E-05 -3,75E+02
MOP 0,999996367 2,00E+00 -1,42E-02 -1,23E+03
DOP -853,426 -4,49E-01 2,27E-04 -9,89E+02

WATER 298 -285,83

K standar pada 298,15 K; K= exp ( -ΔG/RT) = exp ( -2,1 X 102 KJ/Kmol


/(8,314 X 298,15) = 1,0844
Harga K ini mengindikasikan reaksi pembentukan DOP bersifat reversibel
K pada suhu 373 K
𝐾373 −∆𝐻 373 (𝑇373−𝑇298)
ln 𝐾 298 = 𝑅( 𝑇 373 𝑋 𝑇 298
𝐾 373 254723,4317 (373−298)
= exp = 1,14 X 10-9
1,084 8,314 (373 𝑋 298)

2.2.5 Tinjauan Kinetika


Reaksi kimia, baik menggunakan katalis maupun non katalitik tidak
terjadi secara spontan, tetapi perlu adanya distribusi molekular dari energi
yang menjamin terjadinya reaksi. Energi kritis yang diperlukan untuk
mengadakan suatu reaksi dinamakan energi aktivasi. Dengan adanya katalis
akan menyebabkan reaksi bergeser kea rah pembentukan produk.
Persamaan laju kecepatan reaksi Dioctyl phtahalate ditunjukkan
pada persamaan di bawah ini:
PAN + 2-EH MOP
MOP + 2-EH DOP + H2O

Reaksi di Reaktor :

k
1. PA + 2-EH 1 MOP
reaksi berlangsung sangat cepat

k
2. MOP + 2-EH 2 DOP + H2O
berlangsung lambat dan membutuhkan katalis (menentukan jalannya reaksi)
(WWW.Dupont.Com)

dapat ditulis :

1. A + B → C
2 C + B → D + E k2 = 5,1652.103.exp (-8.737,7762/R.T) L/kmol.s
(Marshall Sittig p.227)

sehingga pada suhu = 100 °C besarnya k2 :

k2 = 5,1652.103.exp( -8.737,7762 / 1,9872.(100+273) )

= 0,0392

Anda mungkin juga menyukai