Anda di halaman 1dari 19

 PERHITUNGAN EROSI

 DAN

 PENGUKURAN EROSI
 PERHITUNGAN EROSI
 DENGAN

 MENGGUNAKAN METODE USLE


 (Universal Soil Loss Equation )
2. Perhitungan Erosi
Perkiraan besarnya erosi pada setiap unit lahan dihitung dgn
menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Wischmeier dan
Smith pada tahun 1958 dlm bentuk persamaan yg dikenal
dengan Universal Soil Loss Equation (Utomo, 1994 dan Asdak,
1995) adalah :
A = R.K.L.S.C.P.0,61
1. Erosivitas Hujan (R)
Nilai (R) dihitung dgn menggunakan rumus Bols 1978 (Ditjen
RRL, 1998), yaitu

0, 47
Rm  6,119( Rain) 1, 21
m x( Days) m x( MaxP) 0,53
m

Keterangan :
Rm = Erosivitas curah hujan bulanan rata-rata (EI30
(mj.cm/ha/jam/bulan)
(Rain)m = Curah hujan rata-rata bulanan (cm)
(Days)m = Jumlah hari hujan rata-rata bulanan (hari)
(MaxP)m = Curah hujan harian rata-rata maksimal (cm)
Dan ;
12
R   ( Rm ) Keterangan : R = Erosivitas hujan tahunan
m 1 rata-rata = jumlah Rm selama 12 bulan.
2) Erodibilitas Tanah (K)

K : menunjukan nilai kepekaan suatu jenis tanah terhadap daya


penghancuran dan penghanyutan air hujan (Kartasapoetra.
Dkk, 2000).
Bsrnya nilai faktor K ini ditentukan dgn menganalisis sifat fisik
tanah yg : tekstur, struktur, permeabilitas dan kandungan
bahan organik.

Hasil dr analisis sifak fisik tanah meliputi tekstur, struktur,


permeabilitas tanah dimasukan dengan angka pendekatan
sebagaimana dikemukakan oleh Dep. Kehutanan (1985)
Tabel 1.
Tabel 1. Persentase kelas kandungan bahan organik

Kelas Kandungan bahan organik Tingkat erodibilitas


0 <1 Sangat rendah
1 >1–2 Rendah
2 > 2,1 – 3 Sedang
3 > 3,1 – 5 Tinggi
4 >5 Sangat tinggi
Sumber : Departemen Kehutanan (1985)

Struktur tnh merupakan gumpalan kecil dari butir-butir


tanah, hal ini terjadi karena butiran pasir, debu dan liat
terikat st sm lain oleh satu perekat sprt bo.
Klasifikasi struktur tnh dapat dilihat pd Tabel 2.

Tabel 2. Penilaian kelas struktur tanah

No Tipe struktur Nilai S


1. Granular sangat halus 1
2. Granular halus 2
3. Granular kasar 3
4. Gumpal, lempeng, pejal 4
Sumber : Dit. Jendl eboisasi dan Rehab. Lahan (1998).
Penilaian permeabilitas tanah dilakukan di Laboratorium
melalui sampel tanah yang diambil di lapangan
berdasarkan setiap unit lahan. Penilaian permeabilitas
tanah disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Penilaian permeabilitas tanah

No Tipe permeabilitas cm / Jam Nilai P


1. Cepat > 12,7 1
2. Sedang sampai cepat 6,3 – 12,7 2
3. Sedang 2,0 – 6,3 3
4. Sedang sampai lambat 0,5 -2,0 4
5. Lambat 0,125 – 0,5 5
6. Sangat lambat < 0,125 6

Sumber : Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (1985).


Sampel tnh yg diambil di lapangan dianalisis untuk mengetahui
nilai erodibilitas (K). Selanjutnya nilai K ditentukan dgn
menggunakan persamaan yg dibuat oleh Wischmeier dan Smith
(1978), yaitu :

K = { 2,173 M1,14(10-4) . (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3) } / 100

Keterangan :
K = Erodibilitas tanah
M= % debu + % pasir sngt halus x (100 - % liat)
A = Kandungan bahan organik (%)
persen unsur organik (= C organik x 1,724)
B = Nilai struktur tanah
C = Nilai permeabilitas tanah
Hardjiowigeno, 1987, menyatakan bhw Nilai erodibilitas (K) : kepekaan
tanah thdp erosi, makin tinggi nilai K berarti tanah makin peka thdp
erosi.
Nilai erodibilitas (K) untuk bbrpa jenis tanah di Indonesia dpt dilihat
pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai K untuk bbrapa jenis tanah di Indonesia

No Jenis tanah Nilai K


1 Latosol 0,02
2 Mediteran merah kuning 0,05
3 Mediteran 0,21
4 Podsolik merah kuning 0,15
5 Regosol 0,11
6 Grumusol 0,24

Sumber : Hardjiowigeno (1987)


Dengler dan Swaify (1976) yang dikemukakan oleh Utomo (1994),
besarnya nilai faktor erodibilitas tnh (K) dpt diklasifikasikan mjd 6
kelas, ditunjukkan pd Tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi nilai faktor erodibilitas tanah

Kelas Nilai K Tingkat erodibilitas


K1 0,00 – 0,10 Sangat rendah
K2 0,11 – 0,20 Rendah
K3 0,21 – 0,32 Sedang
K4 0,33 – 0,43 Agak tinggi
K5 0,44 – 0,55 Tinggi
K6 0,56 – 0,64 Sangat tinggi

Sumber Dengler dan El-Swaify (1976) & Utomo (1994).


3) Panjang Lereng dan Kemiringan (LS)

Pada peta topografi dibuat jari-jari yang berjarak tetap (1 cm).


Untuk menghitung kemiringan lereng (S %) digunakan persamaan
rumus menurut Departemen Kehutanan (1985), yaitu :

100(n  1)Ci
S  (100)
1,4142  Sk / 100

Keterangan :
N = Jlh grs kontur yg mmotong diagonal jari-jari
Ci = Interval kontur (m)
Sk= Skala peta
1,4142 = Konstanta
Setelah slope ditemukan kemudian dikelompokkan untuk
menentukan kelas kelerengan yang dinyatakan dalam satuan
persen (%). Pada setiap unit lahan diukur jarak datar (jarak pada
peta) dari tempat tertinggi sampai ke tempat yang terendah
sebanyak 10 kali pengukuran kemudian dimasukan kedalam
persamaan menurut Dephut (1985), yaitu :

10

 LP 1
L 1
x
10 Cos

Keterangan :
L = Panjang lereng (m)
LP = Jarak datar di peta (cm)
Cos α= Cosinus derajat kelerengan ( o )
Menurut Dephut (1985), bahwa setelah kemiringan
lereng (S) dan panjang lereng (L) ditemukan, maka
faktor kelerengan dihitung menurut persamaan :

LS  ( L / 221) (0,065  0,45.S  0,0065..S )


m 2

Keterangan :
m = 0,2 untuk S < 1%
m = 0,4 untuk S = 3,4 – 4,5 %
m = 0,3 untuk S = 1 – 3,3 %
m = 0,5 untuk S > 5%
Jadi nilai indek panjang dan kemiringan lereng adalah hasil perkalian
antara nilai faktor panjang lereng (L) dengan nilai faktor kemiringan
lereng (S)

4. Pengelolaan tanaman dan konservasi tanah


Nilai faktor pengelolaan tanaman (C) dan faktor konservasi tanah (P)
digunakan pendekatan nilai faktor CP dari hasil penelitian Abdurachman
dkk (1984), Ambar dan Syarifudin (1979) sebagaimana dikemukakan
Soewarno (1991), Utomo (1994) dan Asdak (1995) seperti pada
Lampiran 2.

Unit lahan yang penutupan lahannya lebih dari satu jenis, rata-rata nilai
faktor CP setiap unit lahan dihitung dengan menggunakan persamaan
menurut Sub BRLKT wilayah IV (1998), sebagai berikut :
(CP)1.a1 + (CP) 2. a2 + ……………………..+ (CP)n. an
CP rata-rata =
A
Keterangan :
(CP)1, (CP) 2, ….(CP)n = Panjang lereng (m)
a1, a2, …………….an = Kemiringan lereng
A = Luas unit lahan (=jumlah a1 + a2 + …….. an).
Tabel 6. Kriteria Tingkat Bahaya Erosi
Kelas bahaya erosi
Solum I II III IV V
Tanah
(cm) Erosi (ton/ha/tahun)
< 15 15 - < 60 60 - < 180 180 - 480 > 480
Dalam (>90) 0-SR I-R II-S III-B IV-SB
Sedang R S B SB SB
> 60 – 90 I II III IV IV
Dangkal S B SB SB SB
30 – 60 II III IV IV IV
Sangat dangkal B SB SB SB SB
< 30 III IV IV IV IV

Sumber : Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (RRL), 1998

Keterangan :
0 - SR = sangat ringan, I - R = ringan, II - S = sedang,
III - B = berat IV - SB = sangat berat.
 PENGUKURAN
EROSI DENGAN
 MENGGUNAKAN PLOT UKUR
1. DAS Barito Kalimantan Selatan
Sub DAS/ Luas (ha) Letak Erosi SDR WR
Sub Sub DAS (kabupaten) (ton/ha/t (%)
hn
S.DAS Barito Hilir 189.186,44 Btla, Banjar & Bjm 5,134319 8,23 5,221
S.DAS Barito 110.264,61 Btla,HSS,HSU, 4,115916 8,35 7,313
Tngah Tpn
S.DAS Mtpura 466.157,77
S.S.DAS Alalak 88.292,83 Btola, Tpn dan 17,28381 8,38 7,889
S.S.DAS R.Kanan 164,768,25 Bjm 66,60984 8,27 13,939
S.S.DAS R Kiwa 213.096,68 Bjr,Bjb dan Bjm 44,66274 8,21 14.205
Tpn, Bjm dan Bjr
S.DAS Negara 1.097.754,4
S.S.DAS Tapin 8 Btla,HSS danTpn 67,8408 8,28 5,146
S.S.DAS Amandit 158.790,15 HSS dan HST 54,99066 8,35 12,400
S.S.DAS Btng Alai 117.921,26 HST,HSU & HSS 50,61741 8,31 10,458
S.S.DAS 136.082,15 Blng,HST dan 81,74741 8,26 10,986
Balangan 202.661,11 HSU 1,633852 8,26 10,483
S.S.DAS Tb 173.969,57 Tabalong & HSU 2,810335 8,27 8,307
Kanan 164.431,93 Tabalong & Barsel 116,6922 8,37 7,819
S.S.DAS Tb kiwa 94.155,01 HSU.HSS,Tbl,Bsel 121,9933 8,43 9,516
S.S.DAS Dn 49.743,30 Btla, HSS &Tpn

Anda mungkin juga menyukai